• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADAB MENCARI ILMU DALAM KITAB WASHÕYȂ AL-ABȂ’I LIL ABNȂ’I KARYA SYEIKH MUHAMMAD SYAKIR - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ADAB MENCARI ILMU DALAM KITAB WASHÕYȂ AL-ABȂ’I LIL ABNȂ’I KARYA SYEIKH MUHAMMAD SYAKIR - Test Repository"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ADAB MENCARI ILMU DALAM KITAB WASHÕY

Ȃ

AL-AB

Ȃ’I LIL ABNȂ’I KARYA

SYEIKH

MUHAMMAD SYAKIR

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

Al Mudasir

111-12-181

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar No. 2 SalatigaTelp. (0298) 323706

(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan kasih sayang dari kecil

hingga saat ini dan selalu memberikan nasehat serta mendukung setiap

langkahku.

2. Kepada Bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotifasi

penulis dengan sabar dan ikhlas hingga sampai terselesaikannya skripsi

ini.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “ADAB MENCARI ILMU

DALAM KITAB WASHÕYĂ AL-ABȂ’I LIL ABNȂ’I KARYA KARYA

SYEIKH MUHAMMAD SYAKIR”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. Dalam

penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan

di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis

tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Muh. hafidz, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(9)
(10)

ABSTRAK

Mudasir, Al. 2017. “Adab Mencari Ilmu : Telaah Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā Karya Muhammad Syakir’ ”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan Istitut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag

Kata kunci: Adab Mencari Ilmu, Telaah, Kitab Washõyã, Karya Syekh

Muhammad Syakir.

Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana adab (etika) menuntut ilmu dalam kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’. 2) Bagaimanakah aplikasi etika menuntut ilmu dalam Pendidikan Islam sekarang ini.

Penelitian ini menggunakan metode library research, yaitu jenis penelitian di mana objek penelitiannya digali dengan cara membaca, memahami, menelaah buku-buku dan kitab-kitab tafsir serta sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

(12)

I. ... Siste

matika Penulisan ... 8

BAB II BIOGRAFI NASKAH ... 10

A.... Latar

Belakang Historis ... 10

B. ... Riwa

yat Hidup Muhammad Syakir ... 11

C. ... Siste

matika Penulisan Kitab Washõyã... 12

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN ... 45

A. ... Kons

ep Adab ... 45

B. ... Adab

Mencari Ilmu dalam Kitab Adab Mencari Ilmu Dalam Kitab Washōyā Al

-Abā’ lil Abnā’ ... 46

C. ... Niat

waktu Belajar... 53

D. ... Meng

agungkan Ilmu dan Ahli ilmu... 56

E. ... Berta

wakal ... 63

F. ... Masa

(13)

BAB IV PEMBAHASAN ADAB MENCARI ILMU DALAM KITAB

WASHŌYĀ AL-ABĀ’ LIL ABNĀ’

A. ... Adab

Mencari Ilmu ... 70

B. ... Anali

sis Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ ... 71

C. ... Aplik

asi Adab Mencari Ilmu ... 71

BAB V PENUTUP ... 76

A. ... Kesi

mpulan ... 76

B. ... Saran

... 76

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Lembar Konsultasi

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ karya Muhammad Syakir

merupakan salah satu dari kitab klasik yang mashur dalam dunia pesantren.

Kitab yang lebih popular dengan sebutan (Washōyā) ini di kalangan pesantren,

merupakan kitab akhlaq yang diperununtukkan bagi santri tingkat pemula

(mubtadi-iin) (Asrori, 2001: 3).

Ilmu adalah sebaik-baiknya sesuatu yang disuka, sepenting-penting

sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat bagi

kehidupan manusia dibandingkan lainya. Kemuliaan akan didapat bagi

pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang mencarinya,

sebagaimana firman Allah swt:



(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (Q.s Az-Zumar :9)

Dengan ayat ini Allah swt tidak menyamakan orang yang berilmu dan

(16)

akan didapat oleh orang yang berilmu. Dalam kehidupan di dunia, ilmu

pengetahuan mempunyai peran yang sangat penting. Perkembangan dan

kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi kehidupan baik

dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat. Ilmu pengetahuan juga

harus ditanyakan kepada ahlinya sebagaimana firman Allah :



Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada

Mengetahui. (Q.S Al-Anbiya’ :7)

Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan merupakan sesuatu

yang wajib dimiliki karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan

ibadah dengan benar yang merupakan tujuan diciptakanya manusia oleh Allah

swt. Dengan berilmu, ibadah manusia akan terarah dan berkualitas serta

semakin dekat dengan Sang Pencipta Allah swt. Upaya untuk memperoleh

ilmu khususnya ilmu syari’ah, juga tidak mudah karena harus mengetahui

adab (etika) yang harus dipedomani sehingga ilmunya akan memberikan

kemanfaatan. Dalam kajian ini, penulis akan membahas adab (etika) dalam

mencari ilmu dalam kitab Washōyā.

Berawal dari keprihatinan penulis tentang akhlak peserta didik yang

kurang memperhatikan sikap yang baik dengan pendidik, penulis berusaha

mendalami lebih jauh tentang etika peserta didik dalam menuntut ilmu. Sering

ditemukan dalam lembaga pendidikan, pendidik menyiapkan tempat duduk

(17)

memperolehnya. Contoh lain, peserta didik cenderung membantah dengan

alasan yang kurang sopan ketika diberi teguran. Dalam hal ini seharusnya

peserta didik mengikuti anjuran pendidik selama masih dalam kebaikan dan

memuliakan pendidiknya sebagai pengganti orang tuanya dikarenakan

kemanfaatan ilmu yang akan dipelajarinya. Sebagaimana hadis nabi yang

diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi RA, Umar bin al-Khattab radhiallahu

‘anhu mengatakan;

ُهْنِم َنوُمَّلَعَ ت ْنَمِل اوُعَضاَوَ ت

Artinya : “Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”.

Umumnya peserta didik bercanda dan bergurau dalam kelas,

bahkan sampai tertawa terbahak-bahak. Hal ini menjadi tidak baik bila

berlebihan sehingga tidak dapat diperingatkan oleh teman sejawatnya atau

teman yang lebih besar. Mulai sejak dini peserta didik harus dibiasakan

dengan sikap sopan santun terhadap yang lain misalnya berhenti bercanda bila

guru sudah masuk kelas dan memulai pelajaran. Ini dimaksudkan supaya

peserta didik terbiasa menghormati orang lain, yang dapat menunjang

kesuksesan dalam belajar mereka.

Sekarang ini muncul anggapan bahwa wajib belajar diperuntukkan

bagi mereka yang masih bersekolah, mengaji, maupun mereka yang masih

kecil. Anggapan ini tidak dapat dibenarkan, karena belajar merupakan

(18)

maupun yang sudah tua. Belajar menjadi sangat bermanfaat dalam mengisi

(19)

ِدْحَّللا َلَِإ ِدْهَلمْا َنِم َمْلعِلْا اوُبُلْطُا

Artinya : “diwajibkan atas kalian menuntut ilmu mulai dari gendongan ibu

sampai di liang kuburan”.

Dalam hadis yang lain nabi bersabda,

ٍةَمِلْسُمَو ٍمِلْسُم ِ لُك َىلَع ٌةَضْيِرَف ِمْلِعلْا ُبَلَط

Artinya : ”Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim

perempuan.”

Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa mencari ilmu menjadi

kewajiban bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari

gendongan bayi sampai liang lahat. Oleh sebab itu maka penulis mengulas

kembali tentang etika (adab) yang baik yang harus tetap diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana adab (etika) menuntut ilmu dalam kitab Washōyā Al-Abā’ lil

Abnā’?

2. Bagaimanakah aplikasi etika menuntut ilmu dalam Pendidikan Islam

sekarang ini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik mengenai

arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan

(20)

mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan

diteliti.

Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui adab (etika) menuntut ilmu dalam kitab Washōyā Al

-Abā’ lil Abnā’.

2. Untuk mengetahui aplikasi etika menuntut ilmu dalam Pendidikan Islam

sekarang ini.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi akademis pada

pustaka Adab Mencari Ilmu. Dari kontribusi akademis diharapkan pula dapat

mempengaruhi Adab Mencari Ilmu pada ranah publik.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan bagi

pendidik dalam menjalankan proses pembelajaran. Melalui pemaparan dari

pendidik, peserta didik dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Telaah Pustaka

Untuk menghindari terjadinya plagiasi, maka penulis memaparkan

beberapa karya ilmiah yang sudah ada. Selain itu telaah pustaka juga untuk

melihat orisinilitas skripsi.

Dalam skripsi Pendidikan Kepribadian Anak dalam Kitab Washōyā

Al-Abā’ lil Abnā’ Karya Muhammad Syakir dengan kesimpulannya adalah

sebagai pendidik yang harus menunjukan sikap yang baik untuk di contoh

(21)

Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan Syaikh Az-Zarnuji) oleh ANISA

NANDYA NIM. 11109014 dengan kesimpulan sebagai murid harus

menunjukan sikap yang sopan terhadap gurunya.

Penulisan skripsi ini berbeda dengan skripsi di atas, kajian di fokuskan

pada adab atau etika dalam menuntut ilmu yang termuat dalam kitab

Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ lebih pada memuliakan yang di pelajari.

G. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahfahaman dengan maksud judul yang

penulis angkat, maka akan dijelaskan batasan masing-masing istilah dari judul

skripsi ini.

1. Adab Mencari Ilmu

Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang di

dasarkan atas aturan agama islam. Norma tentang adab ini di gunakan

dalam pergaulan antar manusia, antar tetangga, antar kaum. (Wikipedia).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), mencari diartikan berusaha

mendapatkan (menemukan, memperoleh). Ilmu menurut para ahli menurut

Poespoprodjo adalah proses perbaikan diri terus menerus yang terdiri dari

pengembangan uji teoritis dan empiris.

Dari pemaparan diatas, penulis menyimpulkan arti dari ”Adab

Mencari Ilmu :Telaah Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ karya

Muhammad Syakir ”. Adalah sopan santun dalam memperoleh ilmu yang

di pelajari terutama yang termuat dalam Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’

(22)

2. Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’

Kitab ini amat penting, karena kitab ini berisi tentang hal-hal

kebaikan dalam berbagai hal, dan mempunyai keistimewaan buku itu

sendiri. Buku yang hadir ketengah pembaca ini merupakan usaha awal

dalam membahas masalah akhlaq yg mulia (yang diridlai Allah).

H. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian penulisan skripsi ini adalah Library research, atau

studi pustaka. Studi pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan

mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004: 3). Dalam lingkup

yang lebih luas, dijelaskan pula bahwa Library research, merupakan

kegiatan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah,

buku-buku yang bersifat primer maupun refrensi lain dan bahan-bahan

publikasi (Ruslan, 2010: 31).

2. Langkah Kerja penelitian

a. Mencari buku primer atau pokok penelitian;

b. Mencari buku-buku yang mempunyai relevansi dengan penulisan ini;

c. Menyusun penulisan dan mengaitkan dari buku-buku pendukung

(skunder) yaitu Al-Abaa’ lil Abnaa’dan buku pendukung (Tersier).

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah penelitian, diperlukan

(23)

tidak langsung (seconder) dan (Tersier) (Ruslan, 2010: 27). Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah Library

Research, yaitu mencari data melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku

yang bersifat primer maupun referensi lain dan bahan-bahan publikasi.

Sumber data tersebut antara lain:

a. Sumber yang bersifat sekunder yaitu kitab Washōyā al Abaa’ Lil

Abnaa’ Lil Abaa Karya Muhammad Syakir.

b. Sumber data yang bersifat tersier, yaitu ulasan terhadap terjemahan

kitab kitab Washōyā al Abaa’ Lil Abnaa’ Lil Abaa Karya Muhammad

Syakir dan buku-buku yang berkaitan.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah

menggunakan cara kerja telaah hermeneutika. Menurut Kamil,

Hermeneutika ialah pembacaan heuristic (berdasarkan struktur bahasanya

atau makna tingkat pertama) (Kamil,2009:221). Sedangkan menurut

Bakker, bahwa hermeneutika adalah menerjemahkan konteks pemikiran

zaman dahulu ke dalam terminology dan pemahaman yang sesuai dengan

cara berfikir aktual sekarang (Bakker,1984:138).

Atas dasar cara kerja Hermeneutika ini, penulis berusaha menemukan

maksud-maksud Adab Mencari Ilmu yang terdapat dalam teks kitab

(24)

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan

mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut

susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan

mudah dipahami. Adapun sistematika akan penulis jelaskan sebagai berikut.

Pada halaman pembuka mencakup halaman judul, halaman nota

pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan,

kata pengantar, dan daftar isi.

Bab pertama, Pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian,

penegasan istilah, dan sistematika penulisan. Bab kedua, berisi tentang uraian

biografi Muhammad Syakir yang meliputi latar belakang historis, dan

riwayat hidup Muhammad Syakir.

Bab ketiga, membahas adab mencari Ilmu yang termuat dalam kitab

Washoya yang meliputi Adab Mencari Ilmu dalam teks kitab Washoya. Bab

keempat, bab ini peneliti lebih memfokuskan dalam inti pembahasan yaitu,

menganalisis konsep Adab Mencari Ilmu dalam kitab Washōyā. Bab kelima,

merupakan bab yang terakhir ini memaparkan tentang kesimpulan dan saran

atas pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian, dan diteruskan

(25)

BAB II

BIOGRAFI NASKAH

A. Latar Belakang Historis

Pada abad ke-19 nasib politik dan ekonomi negara Mesir semakin

erat terkait dengan keadaan politik Eropa, misalnya Inggris dan Perancis.

Selama awal 1800an, Mesir mengekspor kapas ke negara-negara Eropa dalam

jumlah besar dan kapaspun akhirnya menjadi hasil utama Mesir

(Rahnema,1996 :127).

Kenyataan seperti itu menjadikan politik, ekonomi, dan kebudayaan

di negara Mesir sangat terpengaruh oleh bangsa Eropa. Mesir menjadi negara

yang menggantungkan kebutuhan ekonominya pada bangsa Eropa. Dominasi

politik dan ekonomi dan ekonomi Eropa disertai dominasi budaya budaya

terlihat pada kecenderungan elit Mesir untuk bergaya hidup barat dan untuk

memungut gagasan barat, meski dengan mengorbankan keyakinan dan

praktik tradisional Islam (Rahnema,1996 :128). Kairo dan Iskandariah

mengembangkan lingkungan gaya barat dan eropa, dimana orang Mesir dapat

bergaya hidup Eropa, seperti sering mengunjungi restoran dan klub malam.

Pada tahun 1881, muncul suatu gerakan menentang dominasi politik,

ekonomi dan budaya Eropa, tetapi karena kelihatan mengancam investasi

asing, gerakan ini mendorong Inggris melakukan invasi militer pada tahun

1882 (Rahnema,1996 :127). Dalam hal ini agresi militer yang dilakukan

(26)

Pada tahun 1900-an, lahirlah sebuah gerakan nasionalis baru dan

menyerukan kemerdekaan Mesir (Rahnema,1996 :127). Pada saat itu, Inggris

secara resmi memisahkan Mesir dari Ustmaniah dan menyatakan sebagai

wilayah protektorat (Rahnema,1996 :127). Pada akhir perang tahun 1919,

berdiri sebuah gerakan nasionalis untuk kemerdekaan Mesir. Sehingga

Inggris menghadapi badai protes nasionalis, dan akhirnya membuat

pernyataan sepihak soal kemerdekaan Mesir (dengan beberapa syarat) pada

tahun 1922 (Rahnema,1996 :127). Keadaan politik yang labil menjadikan

masyarakat Mesir pada umumnya resah karna Islam dengan nilai-nilai ajaran

yang luhur dan bermartabat semakin tidak berdaya berhadapan dengan

hegemoni pemerintah barat.

Dengan demikian, iklim politim di Mesir pada tahun-tahun sebelum

penerbitan Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ dalam keadaan dominasi asing

dan perlawanan masyarakat Mesir terhadap dominasi asing. Melihat sejarah

yang terjadi pada masa-masa sebelum penerbitan Kitab Washōyā Al-Abā’ lil

Abnā’ dapat digaris bawahi bahwa pemikiran Muhammad Syakir tidak dapat

dilepaskan dari keadaan dan lingkungan yang sangat ke barat-baratan. Ada

kehawatiran masyarakat bahwa nilai-nilai Islam dan kultur budaya Islam yang

ada pada Negara tersebut akan luntur dan tenggelam oleh pengaruh budaya

asing.

B. Riwayat Hidup Muhammad Syakir

Kitab Washōyā disusun oleh Muhammad Syakir bin Ahmad bin

(27)

pada pertengahan Syawal pada tahun 1282 Hijriyah. Ia menghafal Al Qur’an

disanadan belajar dasar-dasar keilmuan untuk studi selanjutnya.

Muhammad Syakir kemudian melanjutkan pengembaraannya

(rihlah) ke Universitas Al-Azhar dan ia belajar dari guru-guru besar pada

masa itu. Ia dipercaya untuk memberikan fatwa pada tahun 1307 Hijriyah dan

menduduki jabatan sebagai ketua Mahkamah Mudiniyyah Al-Qulbiyyah.

Pada tahun 1322 hijriyah, ia ditunjuk sebagai guru bagi ulama-ulama

Iskandariyah. Pada saat itu Muhammad Syakir ditunjuk sebagai wakil bagi

para guru Al-Azhar. Muhammad Syakir adalah orang yang kokoh di dalam

keilmuan baik secara naqliyah (dalil-dalil al-kitab dan as-sunah) maupun

secara aqliyah., ia dikenal mahir di dalam diskusi maupun perdebatan.

Di akhir umurnya, Muhammad Syakir terbaring di rumahnya karena

sakit lumpuh, dan ia telah benar-benar menegakkan apa yang diwajibkan bagi

dirinya berdasarkan agamanya. Muhammad Syakir wafat pada tahun 1358

Hiriyah yang bertepatan pada tahun 1939 Masehi

(www.salafiyoon.net/syaikh-muhammad-syakir.html).

C. Sistematika Penulisan Kitab Washōyā

Secara garis besar sistematika Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’

dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini.

1. Bab satu tentang nasehat guru kepada peserta didiknya

Nasehat itu dapat dipahami dari redaksi berikut ini, misalnya

Wahai anakku, semoga Allah memberimu petunjuk dan pertolongan

(28)

anak yang berada di sisi ayah yang dicintainya. Aku akan bahagia dirimu

berbadan sehat, berpendirian kuat, suci hati, berakhlak mulia, menjaga

adab, menjauhi perkataan tercela, lemah lembut dalam bergaul,

menyayangi sesama, menolong fakir, belas kasih terhadap yang lemah,

pemaaf, tidak meninggalkan sholat, dan tidak menunda-nunda waktu

untuk beribadah kepada pencipta, pemilik, pemelihara, penguasamu”.

Secara garis besar nasehat dalam bab satu ini berkenaan dengan

kepribadian yang Islami, dan sikap yang Islami pula baik terhadap diri

sendiri maupun kepada orang lain. Dan untuk mempersiapkannya dengan

memenuhi seluruh kebutuhannya dengan pemenuhan yang harmonis yang

membawa ketenteraman dan ketenangan. Islam juga memerintahkan setiap

muslim untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang wajib dan

meninggalkan perbuatan-perbuatan yang haram guna memperkuat pola

jiwa Islami. Islam telah mewajibkan kepada setiap muslim untuk

menunaikan shalat wajib, shaum Ramadhan, membayar zakat, berbakti

kepada orang tua, menunaikan haji, menuntut ilmu, berdakwah dan ber

-amar makruf nahi mungkar, bahkan berjihad (berperang/memperjuangkan

penegakkan hukum Islam) di jalan Allah melawan (tidak tunduk kepada

hukum) orang-orang kafir. Sebaliknya, Islam melarang setiap Muslim

untuk meninggalkan semua itu; di samping melarang sejumlah makanan

haram, melarang riba, melarang judi, mabuk, zina, korupsi, menggunjing,

(29)

2. Bab dua tentang wasiat agar bertaqwa kepada Allah swt.

Bab kedua ini berisi tentang nasehat kepada peserta didik untuk

tetap bertaqwa kepada Alah swt, dalam segala keadaan, sebab taqwa

merupakan pondasi dalam kehidupan. Nasehat itu sebagaimana

diredaksikan dalam ungkapan berikut ini, “Wahai anakku, sesungguhnya

Rabbmu mengetahui apa yang tersimpan dalam hatimu, semua yang

diucapkan oleh lisanmu dan melihat seluruh perbuatanmu. Karena itu

bertaqwalah pada Allah Yang Maha Agung”.

Wahai anakku, hindarilah olehmu jangan sampai Allah tidak ridha dengan

perbuatanmu. Hindarilah jangan sampai Allah yang telah menciptakanmu

memberimu rizki dan akal yang sehat sehingga engkau dapat

mengamalkannya dalam hidup dan kehidupan itu murka kepadamu.

Bagaimanakah perasaanmu bila engkau berbuat sesuatu yang dilarang

oleh orang tuamu. Sedangkan orang tuamu melihat perbuatanmu?

Tidaklah engkau takut keduanya memarahimu? Hendaklah perbuatanmu

terhadap Allah pun demikian. Karena Allah selalu memperhatikan

perbuatanmu. Walau engkau tidak melihatnya. Jangan sekali-kali engkau

mengingkari perintah Allah dan jangan engkau melakukan sesuatu yang di

larangnya.

3. Bab ketiga tentang hak dan kewajiban terhadap Allah dan rasul-Nya

Bab ketiga nasehat yang berkenaan dengan hak dan kewajiban

(30)

sudah diberikan. Nikmat yang berupa kemampuan inderawi yang dapat

dipergunakan untuk mengobservasi, menyelidiki alam semesta serta

nikmat yang berupa kemampuan berfikir. Nasehat itu sebagaimana

diredaksikan dalam uraian berikut ini.

Wahai anakku, sesungguhnya Allah Tabaaraka Wa Ta’aa (yang

banyak berkahnya lagi Maha Luhur) telah menciptakanmu dan

menyempurnakan berbagai nikmatnya padamu baik lahir maupun batin.

Tidaklah kau sadari, sesungguhnya awal darimu hanyalah setetes air

(mani) yang memancar ke rahim ibumu atas curahan nikmat serta rahmad

Rabbmu engkau lahir dari kandungan ibumu sehingga anak manusia yang

sempurna. Allah menganugerahi dirimu dengan lisan sehingga engkau

dapat berbicara, telinga sehingga engkau dapat mendengar, mata sehingga

engkau dapat melihat dan akal sehingga engkau dapat membedakan yang

baik dan buruk. Sesuai dengan firman Allah :



Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 78)

4. Bab keempat hak-hak dan kewajiban terhadap kedua orang tua

Bab keempat nasehat yang berkenaan dengan hak dan kewajiban

(31)

tua. Nasehat itu sebagaimana diungkapkan dalam uraian berikut ini. Beliau

mendasarkan nasehatnya pada Al Quran.

Wahai anakku, ketika engkau merasa benar dalam berbakti pada

Ayah Ibumu, maka sesungguhnya kewajiban kedua orang tuamu terhadap

dirimu lebih berat dari itu semua, yang kewajiban itu nanti akan dilipat

gandakan atas dirimu. Allah berfirman :



23. Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[850].

24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". [850] mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. (QS. Al-Israa : 23-24)

(32)

Bab kelima nasehat yang berkenaan dengan hak-hak teman yang

harus dilakukan. Teman dalam menuntut ilmu harus dihormati dan

diperlakukan sebagaimana mestinya. Nasehat itu sebagaimana dijelaskan

dalam uraian berikut ini.

Wahai anakku, ingatlah! Engkau telah menjadi seorang pelajar

yang menuntut ilmu dan engkau memiliki banyak teman. Mereka adalah

saudara dan temanmu dalam pergaulan. Karena itu, jangan engkau

menyakiti hati atau berlaku buruk terhadap mereka.

6. Bab keenam nasehat yang berkenaan dengan adab mencari ilmu

Bab keenam nasehat yang berkenaan dengan hak-hak teman yang

harus dipenuhi. Teman dalam menuntut ilmu harus dihormati dan

diperlakukan sebagaimana mestinya. Pendidik juga berpesan untuk selalu

mendekatkan diri kepada Allah SWT, nasehat itu sebagaimana dijelaskan

dalam uraian berikut ini.

Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh

semangat. Jagalah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang

tidak mendatangkan manfaat bagimu.

Wahai anakku, baca dan pahamilah dengan penuh kesungguhan

pelajaran yang telah maupun yang belum di bahas oleh gurumu. Bila

engkau menemui kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan

mendiskusikannya dengan temanmu. Dan jangan engkau alihkan ke

masalah lain sebelum tuntas masalah pertama dan dapat kau pahami

(33)

jangan engkau pindah ke tempat yang lain. Bila salah seorang teman kamu

hendak menempati tempat dudukmu. Janganlah kamu bertengkar atau

mengganggunya, tetapi kemukakan kepada gurumu agar beliau

memberimu tempat duduk tertentu.

Wahai anakku, bila gurumu telah memulai pelajaran, jangan

engkau larut dalam pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap

pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap pembelajaran gurumu

dengan penuh kesungguhan.Jangan engkau melamun di tengah-tengah

pelajaran.Bila engkau menemui kesulitan, mintalah kepada gurumu

dengan sopan untuk mengulangi menerangkan sekali lagi.Jangan engkau

melantangkan suara di hadapan gurumu dan jangan engkau bantah

penjelasanya sehingga dia tidak menyukaimu.Wahai anakku, bila seorang

murid telah melanggar adab di hadapan guru dan teman-temanya maka

wajiblah dididik untuk beradab yang baik karena belum memahami

masalah adab.

Wahai anakku, bila engkau tidak memuliakan gurumu lebih dari

orang tuamu, maka engkau tidak mendapatkan manfaat dari ilmu yang di

ajarkanya.Wahai anakku, tawadhu (merendahkan hati) dan akhlak yang

baik itu adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa yang

bertawadhu karena Allah, akan di angkatlah derajatnya. Allah akan

menjadikan seluruh makhluknya cinta dan hormat kepadanya. Barang

(34)

menjadikan seluruh makhluk membenci dirinya dan tidak mungkin ada

orang yang menghormati, memuliakan dan menyayanginya.

Wahai anakku, bila ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi pelajar

dari pada kemarahan guru dan ulama.Karena itu, takutlah anakku, jangan

sampai engkau membuat kemarahan pendidikmu atau menunjukan akhlak

tercela dihadapanya.Terimalah anakku nasehatku ini. Carilah keridhoan

guru-gurumu, mintalah doa mereka agar engkau mudah dalam belajar.

Semoga Allah mengabulkan doa guru-gurmu sehingga tercapai

cita-citamu. Apabila engkau sedang menyepi seorang diri, perbanyaklah

munajat (berdialog) dan tawakal (berserah diri) kepada Allah. Semoga

Allah memberimu ilmu pengetahuan yang luas dan bermanfaat dengan

mengamalkan ilmu tersebut. Sesungguhnya Rabbmu maha mendengar dan

mengabulkan segala doa, yang luas anugerah dan kemuliaanya.

7. Bab ketujuh adab-adab belajar, menghafal, dan berdiskusi

Bab ketujuh nasehat untuk selalu belajar dan berdiskusi berupa

pelajaran yang belum di pahami maupun yang sudah di pahami. Tujuannya

supaya pelajaran yang belum di pahami segera paham sedangkan yang

sudah di pahami supaya lebih di hayati. Nasehat tersebut sebagaimana

berikut ini.

Wahai, Anakku ! Bersikaplah sopan dengan temanmu yang engkau

pilih untuk belajar. Apabila engkau telah mengerti sebelum dia, maka

janganlah membanggakan diri terhadapnya, karena dapat mendahuluinya.

(35)

maka dengarkanlah apa yang dikatakannya. Barangkali dia telah

memahaminya dengan benar dan engkaulah yang salah dalam pemahaman.

Hindarilah perdebatan dengan cara yang batil dan jangan membela

pendapatmu bilamana keliru. Karena ilmu itu amanat dan siapa yang

membela kebatilan, dia pun telah menyia-nyiakan amanat Allah.

Wahai, Anakku ! Perbanyaklah menghafal ilmu, karena kendala

ilmu adalah lupa.

Ketahuilah, bahwa di penghujung tahun engkau akan diuji tentang

semua pengetahuanmu. Dan ketika ujian, manusia akan dimuliakan bila

dia bisa menjawab dengan baik.

Sebaliknya, dia akan dihinakan oleh keluarga dan

saudara-sauaranya, bila tidak bisa menjawab dengan baik dan tampak bahwa hasil

yang diperolehnya kurang memuaskan.

Wahai, Anakku ! Jangan sampai hafalanmu itu hanya sekedar

menghafal kata-kata tanpa memahami maknanya. Akan tetapi, pusatkan

perhatianmu pada pemahaman makna-makna dan penetapannya dalam

pikiranmu.

Karena ilmu adalah apa yang engkau pahami bukan yang engkau

hafalkan.

Wahai, Anakku ! Jarang sekali seorang pelajar berkumpul dengan

sekelompok temannya, melainkan dialog di antara mereka berlangsung

sekitar perdebatan dan diskusi mengenai masalah-masalah yang mereka

(36)

Maka, janganlah engkau memotong perkataan pembicara dan

jangan tergesa-gesa menjawab sebelum meyakininya serta jangan

membantah tentang suatu masalah yang belum pernah engkau ketahui.

Jangan mendebat tanpa alasan yang benar dan jangan menunjukkan

kesombongan terhadap orang yang mendebatmu.

Jangan keluar dari topik perdebatan hingga menyalahkan pendapat

lawanmu dan jangan menyakitinya dengan perkataan yang menyakitkan

serta jangan menjelekkannya bila dia salah mengerti.

Wahai, Anakku ! Dialog antara para pelajar tentang

masalah-masalah ilmiah adalah besar faedahnya. Dialog itu menguatkan

pemahaman, melancarkan lisan dan membantu pengungkapan

sasaran-sasaran yang dimaksud serta menghasilkan keberanian para pelajar.

Akan tetapi, wahai anakku, hal ini tidak berguna di sisi Allah

maupun manusia, kecuali bila akhlakmu lurus, jauh dari perkataan keji,

engkau katakan kebenaran walaupun terhadap dirimu dan tidak

terpengaruh oleh celaan orang dalam menyatakan kebenaran.

Wahai anakku, apabila engkau menghendaki kebaikan atas dirimu,

maka ajaklah beberapa orang teman sekolahmu untuk muthala’ah (belajar)

bersama, mungkin temanmu dapat menolongmu dalam memahami

sesuatu. Bila engkau telah memahami pelajaranmu, jangan kau tinggalkan

begitu saja buku pelajaranmu. Tetaplah belajar bersama dengan

(37)

didikmu. Apabila mendapai sebuah masalah dan engkau mengira bahwa

engkau telah memahaminya, maka janganlah engkau merasa cukup dengan

dugaanmu, hingga engkau tinggalkan kitab dari tanganmu dan

menetapkannya untuk dirimu atau temanmu, seakan-akan engkau

memberikan pelajaran kepada para pelajar.

Uraian di atas jelas sekali bahwa belajar tidak boleh terhenti dalam

keadaan yang bagaimanapun. Karena belajar apapun juga di sesuaikan

dengan keadaan.

8. Bab kedelapan adab-adab olahraga dan berjalan di jalan umum

Bab kedelapan pentingnya kesehatan dalam kehidupan sehingga

bab ini berpesan selalu berolahraga di waktu yang bagus demi menjaga

kesehatan tubuh, mengutamakan keselamatan dan kesopanan dimanapun

terutama tempat umum. Nasehat tersebut dapat di pahami dalam uraian ini.

Wahai, Anakku ! sesungguhnya engkau di waktu senggangmu

memerlukan olahraga, supaya badanmu giat untuk mempelajari

pelajaran-pelajaranmu.

Apabila engkau keluar untuk berolahraga, pergilah ke

tempat-tempat yang baik hawanya. Hendaklah engkau bersikap tenang. Jangan

berjalan cepat dan bergurau dengan seseorang di jalanmu dan jangan

tertawa, kecuali sekedar tersenyum.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau keluar untuk berolahraga atau

keperluan lain bersama teman-temanmu, janganlah kalian menghalangi

(38)

Dan janganlah kalian berbaris di jalan umum. Bilamana jalannya

luas, maka berjalanlah dua-dua. Kalau tidak, maka berjalanlah satu-satu.

Wahai, Anakku ! Sesungguhnya jalan umum bukanlah milik

seseorang. Akan tetapi, setiap orang yang lewat memiliki hak di situ.

Maka, janganlah berdesak-desakan di jalan, karena hal itu menjelekkan

citra pelajar (santri) dan menghilangkan penghormatan orang-orang

kepada mereka.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau melihat keributan di jalanmu

atau perkelahian massal, maka janganlah mempedulikan atau mendekati

mereka. Barangkali hal itu bisa menyebabkan engkau dihina atau dituduh

dengan suatu perbuatan, padahal engkau bersih darinya.

Wahai, Anakku ! Apabila seseorang mengganggumu di jalan, maka

janganlah membalas gangguan itu dengan yang setimpal. Maafkanlah

orang yang berbuat jahat kepadamu, niscaya Allah mengangkat derajatmu.

Allah Ta’ala berfirman, ”Dan balasan suatu kejahatan adalah

kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik,

maka pahalanya atas (tanggungan) Allah”. (QS.asy-Syura : 40)



(39)

[1345] Yang dimaksud berbuat baik di sini ialah berbuat baik

kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.

Dengan akhlak yang baik inilah Allah mendidik kita dalam

Kitab-Nya yang mulia.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau keluar dari masjid atau rumah

untuk membeli sesuatu makanan, minuman, pakaian atau semacam itu

yang engkau butuhkan, maka janganlah engkau bertengkar dengan

orang-orang bodoh dan janganlah engkau dengarkan perkataan-perkataan mereka

yang kotor.

Menjauhlah dari orang-orang ini sekuat tenagamu. Janganlah

engkau bertengkar dengan penjual dalam menentukan harga. Jika harganya

cocok denganmu, belilah. Kalau tidak, maka pergilah secara baik.

Janganlah engkau menghubungi penjual hanya dengan tujuan

menawar saja tanpa membeli, karena hal itu akan menyebabkan mereka

mencaci maki atau mengejekmu.

Wahai, Anakku ! Janganlah engkau mengeraskan suaramu ketika

berbicara dengan seseorang, kecuali sekedar yang bisa didengarnya.

Hendaklah engkau berkata lembut dan berbicara dengan baik.

Hindarilah berbicara dengan seseorang dengan perkataan yang mengurangi

derajatmu pada orang itu, walaupun dia sebaya umurnya dan sama

(40)

Apabila seseorang berbicara kepadamu, maka dengarkanlah

perkataannya dengan baik dan jangan bersikap keras dan kasar.

Pergaulilah orang-orang dengan akhlak yang baik.

Wahai anakku, peliharalah kesehatanmu dengan berolahraga di

waktu senggang. Sehingga akan pulih kembali semangatmu yang telah

pudar dalam menuntut ilmu. Bila engkau hendak berolahraga pilihlah

waktu yang udaranya masih sejuk (belum terlalu banyak populasi), yaitu

pagi hari. Berjalanlah dengan tenang (menjaga tata tertib lalu lintas),

jangan tergesa-gesa, jangan dorong mendorong dengan teman (sambil

bermain-main) dan janganlah tertawa terbahak-bahak.

9. Bab kesembilan adab-adab majlis dan ceramah

Bab kesembilan merupakan nasehat yang selalu dilakukan setiap

hari, bab ini berisi adab memasuki ruangan sesuai yang diajarkan

Rasulullah SAW sebagaimana uraian berikut ini.

Wahai anakku, bila engkau melewati sekelompok orang, ucapkanlah salam

kepada mereka dengan ucapan salam yang sesuai dengan sunnah Rasul,

yaitu : “Assalamu’alaikum”(semoga keselamatan di curahkan pada kalian).

Dan jangan engkau ganti ucapan salam itu dengan salam yang tidak ada

tuntunan dari Rasulullah saw. Janganlah engkau memasuki ruangan

kecuali setelah meminta izin. Mungkin mereka yang di dalam ruangan

sedang membicarakan suatu perkara yang tidak boleh di dengar orang lain

(41)

sangat mempengaruhi wibawa, sekalipun yang melakukannya adalah

orang yang terpandang saat itu.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau melewati sekelompok orang,

maka ucapkan salam kepada mereka dengan perkataan yang sudah dikenal

dan disebutkan dalam Sunah Nabawiyah, yaitu perkataanmu;

Assalaamu’alaikum.

Janganlah mengganti bentuk penghormatan ini dengan

bentuk-bentuk lain yang baru dan jangan memasuki majelis sekumpulan orang,

kecuali setelah meminta ijin. Barangkali mereka sedang merundingkan

suatu perkara yang mereka tidak suka orang lain ikut serta di dalamnya.

Hindarilah sedapat mungkin untuk menjadi tamu yang tidak diundang.

Karena tamu yang tidak diundang tidaklah disukai oleh orang banyak,

meskipun dia seorang yang paling alim di masanya.

Wahai, Anakku ! Lihatlah kepada dirimu. Bilamana engkau di

rumahmu sedang melakukan suatu pekerjaan misalnya dan engkau tidak

suka orang lain mengetahuinya. Tiba-tiba datang seseorang, lalu masuk

kepadamu. Bukankah engkau merasakan keberatan danberharap dia segera

pergi? Demikian pula keadaanmu bila engkau mendatangi sekelompok

orang tanpa minta ijin dan tidak pula disukai keberadaanmu oleh mereka.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau diundang untuk duduk bersama

sejumlah orang, sedangkan engkau yang paling muda usianya di antara

mereka, maka janganlah duduk hingga orang-orang mengijinkanmu

(42)

dan jangan memaksa duduk hingga dia tinggalkan tempat duduknya

karena engkau.

Janganlah engkau maju ke suatu tempat yang tinggi bilamana

dalam majelis itu ada orang yang lebih berhak duduk di situ daripada

engkau.

Bilamana engkau duduk di suatu tempat, kemudian datang orang

yang lebih pantas duduk di situ daripada engkau, maka tinggalkanlah

tempat itu baginya, sebelum engkau disuruh menyingkir dari situ niscaya

engkau semakin terhormat dalam pandangan teman-teman dudukmu.

Wahai, Anakku ! Apabila engkau duduk bersama sejumlah orang

maka jangan ikut bicara bersama mereka, hingga mereka menyuruhmu

masuk.

Janganlah berbicara bila diantara orang-orang itu ada yang lebih

pantas darimu untuk bicara. Ketika berbicara, janganlah engkau

mengucapkan selain kebenaran dan jangan terlalu banyak bicara, kecuali

sekedar untuk mengemukakan hujah.

Janganlah engkau mendebat teman-teman dudukmu, kecuali

dengan sopan dan menjaga dari tergelincirnya lidah.

Janganlah engkau tertawa terbahak-bahak di majelis-majelis,

karena perbuatan itu termasuk akhlak orang-orang yang rendah dan tidak

(43)

Kurangilah bercanda sedapat mungkin, karena banyak canda dapat

menghilangkan penghormatan dan boleh jadi menjengkelkan hati sebagian

orang terhadapmu.

Wahai, Anakku ! Janganlah bergaul, kecuali dengan orang-orang

yang mempunyai harga diri dan terhormat serta baik budi pekertinya.

Janganlah engkau bergaul dengan orang-orang bodoh dan jangan duduk

dengan orang-orang fasik dan durjana.

Hindarilah pergaulan dengan orang jahat, licik dan munafik.

Karena akhlak yang buruk akan menjalar pada teman-teman duduk, seperti

api yang menjalar pada kayu.

10. Bab kesepuluh adab-adab makan dan minum

Bab kesepuluh mengatur tentang adab ketika makan dan minum

untuk menjaga kesehatan lahir dan batin. Hal ini sesuai dengan uraian

berikut.

Islam menganjurkan umatnya untuk makan yang halal dan bergizi.

Halal berarti tidak ada larangan syar’i untuk menikmatinya, baik karena

sifat benda yang dimakan atau cara mendapatkannya. Bergizi artinya

mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh seperti vitamin, karbohidrat,

protein, dan lemak. Dengan kita memilih makanan yang baik, diharapkan

dapat menjadi sumber energi yang akan mendorong kita untuk berbuat

kebajikan. Dengan demikian, makanan tersebut memiliki keberkahan bagi

(44)

dianjurkan dengan beradab yang baik. Firman Allah SWT : “Makanlah

makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan

kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya

saja menyembah “. (An Nahl :114)

Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada umatnya bagaimana

adab makan dan minum yang benar :

a. Adab Sebelum Makan dan Minum

a) Mencuci kedua tangan

b) Mencuci mulut atau berkumur

c) Membaca basmalah ketika hendak makan dan mengakhirinya

dengan membaca hamdalah, hadist yang menjelaskan tentang

membaca basmalah sebelum makan dan minum adalah : “Dari

Aisyah ra, ia berkata : “Rasulullah SAW telah bersabda, ‘apabila

salah seorang di antara kalian makan, hendaklah menyebut asma

Allah ta’ala. Dan apabila lupa menyebut asma Allah ta’ala pada

awalnya, hendaklah ia mengucapkan bismillahi awwalahu wa

akhirahu”. (HR. Abu Dawud)

d) Membaca doa, salah satu doa yang dibaca sebelum makan dan

minum adalah : “Ya Allah, jadikanlah rezeki yang telah Engkau

limpahkan kepada kami rezeki yang berkah, serta jauhkanlah kami

dari siksa api neraka”.

b. Adab Ketika Makan dan Minum

(45)

b) Ketika makan tidak boleh berbicara

c) Makan dengan tangan kanan

d) Ketika makan harus tenang, tidak boleh tergesa-gesa, makanan

tidak boleh tercecer.

e) Tidak boleh makan sambil berjalan

f) Makan secukupnya jangan berlebihan, makan berlebihan disebut

Israf, dan Israf itu dilarang oleh agama Islam maka ambillah

secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan. Firman Allah SWT :

Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan”. Sabda Nabi Muhammad SAW : ”Tidaklah anak cucu

Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya

beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang

rusuknya. Kalau dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk

makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk

bernafas”. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan Muslim)

g) Hendaklah saat makan tidak membicarakan hal-hal buruk

h) Mengambil makanan atau hidangan yang dekat dan tidak meraih

makanan di tempat yang jauh, sebagai pertanda qanaah

i) Apabila makan bersama, dilarang mengambil lagi makanan,

kecuali bila sudah mendapat izin

j) Mulailah untuk mengambil makanan dari pinggir dan dilarang dari

(46)
(47)

c. Adab Sesudah Makan dan Minum

a) Setelah makan dan minum hendaknya membaca doa : “Segala puji

bagi Allah yang telah member makan dan minum dan telah

menjadikan kami sebagai orang muslim”.

b) Mencuci tangan, Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Barang siapa

tertidur sedang di kedua tangannya terdapat bekas gajih, lalu

ketika bangun pagi dia menderita suatu penyakit, maka hendaklah

dia tidak mencela melainkan dirinya sendiri”. (Riwayatkan Nasa’i

dari Aisyah ra)

c) Membersihkan dan mencuci peralatan yang dipakai untuk makan

Wahai anakku, bila engkau ingin hidup sehat lahir dan batin,

terhindar dari segala penyakit. Janganlah engkau mengisi perutmu dengan

sembarang makanan. Makanlah ketika engkau merasa lapar dan

berhentilah sebelum terlampau kenyang karena Rasulullah saw telah

bersabda : “tidaklah anak Adam (manuia) memenuhi suatu wadah itu lebih

jelek dari pada memenuhi wadah makannya (perutnya)”. (HR. Imam

Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari Miqdah bin Ma’dikariba).

Wahai anakku, bila engkau hendak makan, cucilah dahulu tanganmu,

bacalah “bimillah” di awali makanmu.Jangan engkau telan makanmu

sebelum mengunyahnya sehingga lunak, karena hal itu menolong

(48)

mengulurkan tangan untuk mengambil makanan yang jauh darimu. Karena

hal demikian merupakan perbuatan yang tercela.

11. Bab kesebelas adab-adab ibadah dan masjid

Bab kesebelas merupakan himbauan dan harapan pengarang untuk

para siswa yaitu saat melaksanakan ibadah, perjaanan menuju masjid dan

sebaliknya tentu juga saat di dalam masjid sebagaimana uraian berikut ini.

Wahai anakku, takut dan jauhilah olehmu ingkar dalam beribadah

kepada Rabbmu, sebab sesungguhnya telah berfirman dalam kitab-Nya

yang mulia :

mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz dzariat :56).

Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang selalu bersemangat

dalam menjalankan ibadah fardhu (wajib), khususnya shalat. Lakukanlah

shalat fardhu tepat pada waktunya dengan berjama’ah. Apabila waktu

shalat hampir tiba, siapkanlah dirimu untuk berwudhu, jangan saling

mendahului dalam perjalanan ke masjid dan ke tempat wudhu, jangan

berlebihan dalam menggunakan air untuk berwudhu. Apabila waktu shalat

telah tiba dan muadzin telah telah melakukan adzan, segera hadapkan

dirimu ke arah kiblat, lakukan shalat sunah qabliyah (shalat sunah yang di

kerjakan sebelum shalat fardhu).Setelah itu duduklah bertafakkur, I’tikaf

(49)

sampai waktunya untuk shalat berjamaah, berjamaahlah dengan khusyu’

dan tawadhu (merasa rendah diri).

Wahai, Anakku ! Janganlah engkau lalai dalam beribadah kepada

Tuhanmu, Wahai, Anakku ! Berusahalah sekuat tenaga untuk

menenunaikan shalat fardu pada waktunya bersama jamaah. Bilamana

waktunya sudah dekat, segeralah engkau berwudhu dan jangan mendesak

seseorang di jalanmu. Janganlah berlebih-lebihan dalam menggunakan air.

Apabila waktunya sudah masuk dan mu’azin menyerukan azan, maka

menghadaplah ke kiblat dan shalatlah sunnah qabliyah.

Duduklah dengan tenang dan wibawa, hingga diserukan iqamah. Maka,

shalatlah bersama jamaah dengan khusyuk dan tunduk. Ketahuilah, bahwa

engkau di dalam shalat bermunajat kepada Tuhanmu, sementara engkau

berdiri di hadapan-Nya.

Janganlah engkau menuruti bisikan-bisikan setan. Janganlah pura-pura

tertawa di hadapan tuhanmu dan janganlah menyibukkan hati dengan

selain munajat kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Wahai, Anakku ! Jika engkau selesai menunaikan shalat fardu, maka

salatlah sunah ba’diyah dan berdoalah kepada Allah dengan doa-doa yang

baik dan mudah bagimu. Mohonlah ampunan yang banyak kepada

Tuhanmu dan mintalah kelapangan rezeki, karena Dia-lah Yang Memberi

kelapangan rezeki lagi Maha Mengetahui.

Wahai, Anakku ! Jika engkau mampu duduk di dalam majelis dalam

(50)

Bukanlah termasuk adab bila engkau memasuki rumah Tuhanmu,

sementara engkau tidak memiliki persiapan untuk beribadah kepada-Nya.

Wahai, Anakku ! Sesungguhnya kebanyakan kaum muslimin melihat

kepada para pelajar (santri) dengan pandangan hormat dan menganggap

besar setiap perbuatan kecil yang mereka lakukan.

Wahai, Anakku ! Jagalah supaya engkau tidak dicaci maki oleh orang

awam.

Janganlah bersuara keras di dalam masjid, karena perbuatan itu jelek

apabila dlakukan orang awam, sedangkan oleh pelajar (santri) lebih jelek

dan lebih tercela.

Janganlah berdebat dengan seseorang dan jangan bertengkar dengannya.

Janganlah engkau mempersulit seorang muslim yang ingin beribadah di

rumah Tuhannya.

Wahai, Anakku ! Sesungguhnya orang awam itu apabila masuk masjid,

sepatutnya dia belajar adab dan khusyuk darimu. Bukan sebaliknya,

engkau menampakkan adab yang buruk hingga dia menasehati dan

membimbingmu.

Wahai, Anakku ! Janganlah engkau menyia-nyiakan kemuliaan ilmu

dengan berlaku buruk di rumah Allah dan jangan berkata buruk kepada

saudara-saudaramu.

Apabila engkau melihat sesuatu yang tidak engkau sukai pada seseorang

(51)

Apabila ingin membimbingnya pada suatu hukum syar’i, maka jangan

berkata kasar kepadanya dan jangan membuatnya enggan belajar ilmu

agama.

Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, menuju jalan

yang lurus.

12. Bab kedua belas keutamaan berbuat Jujur

Wahai anakku, berusahalah engkau untuk menjadi seseorang yang

selalu jujur dalam segala pembicaraan. Sebab sesungguhnya dusta itu

adalah perbuatan yang buruk dan tercela. Janganlah engkau berdusta untuk

memperoleh nama baik di kalangan teman-teman dan gurumu. Bila

engkau sudah terbiasa berdusta, maka teman-temanmu tidak akan

mempercayaimu, sekalipun yang engkau sampaikan itu adalah benar.

Wahai anakku, apabila engkau melakukan pelanggaran terhadap

gurumu, engkau wajib menerima sangsi, maka janganlah berdusta. Bila

engkau di tanya, jawablah dengan terusterang. Dalam melakukan sesuatu

hendaklah konsekwen, berani berbuat harus berani bertanggungjawab.

Jangan melibatkan temanmu lantaran ingin menghindari sangsi, karena

jika kebohonganmu telah terbongkar, maka engkau akan menerima

Keutamaan berperilaku jujur akan memiliki efek baik kepada hidup

kita. Mungkin memang kita tidak akan merasakannya sekarang, tapi pasti

beberapa tahun lagi atau bahkan mungkin nanti ketika kita sudah

meninggal dunia dan dibangkitkan lagi di akhirat kelak. Terlepas dari apa

(52)

jujur baik itu berbuat atau berkata akan membuat dunia ini lebih baik dan

jauh lebih transparan dibanding sebelumnya.

Keutamaan berperilaku jujur yang bisa didapatkan seseorang baik di Dunia

atau di akhirat

Berperilaku jujur pernah dikatakan keuntungannya oleh Mark

Twain yang merupakan seorang penulis. Dia mengatakan bahwa jika kita

berkata atau berbuat jujur, maka kita tidak perlu mengingat apapun karena

kita hanya mengatakan atau melakukan apa yang benar dan tidak

mengada-ada sehingga tidak diperlukan usaha untuk mengingat apa yang

kita lakukan. Ketika berbohong, kita akan membuat banyak alasan yang

mungkin akan kita lupakan keesokan harinya sehingga jika ada yang

bertanya maka kita harus berusaha keras untuk mengingat apa yang terjadi

atau apa yang sudah kita katakan.

Pilihan untuk berperilaku jujur nampaknya kini sudah mulai

banyak ditinggalkan oleh orang-orang mengingat mereka kini banyak yang

mengejar kekayaan yang fana, mengejar materi yang tak akan pernah ada

habisnya. Jika kita ingin mencapai kebahagiaan yang hakiki, maka

berhentilah berkata ataupun berbuat dusta, dan mulailah jujur baik kepada

diri sendiri atau kepada Allah SWT dan berperilaku sebagai hamba-Nya.

Ketika kita memulai hidup yang jujur, maka kita akan mendapatkan jalan

yang dipermudah oleh Allah SWT. Kejujuran sebagai suami yang

bertanggung jawab untuk menafkahi secara halal, sebagai istri yang

(53)

akan selalu menjadikan musyawarah sebagai cara penyelesaian berbagai

macam hal.

Apa saja yang bisa didapat ketika kita berkata atau berbuat Jujur

kepada diri Sendiri dan Allah SWT?

Setiap perbuatan yang kita lakukan tidak akan sia-sia di mata Allah

SWT, dan begitu juga dengan kejujuran. Allah SWT menjanjikan beberapa

keutamaan berperilaku jujur yang bisa kita dapat selama hidup kita, jika

dan hanya jika kita berhenti berkata dan berbuat penuh dusta. Hal-hal

tersebut antara lain adalah:

a. Jujur adalah tiket surga

Lewat sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan

Muslim, diketahui bahwa nabi Muhammad Rasulullah SAW pernah

bersabda mengenai bagaimana kejujuran seseorang akan membawa

mereka ke surga sementara kebohongan akan menarik mereka ke

dalam neraka Allah.

b. Orang yang jujur disukai orang-orang lain

Keuntungan dari menjadi jujur adalah kita akan disukai oleh

banyak orang seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Hadist itu bercerita bahwa Heraklius bertanya apa yang menyebabkan

banyak pengikut Rasulullah kepada Abu Sofyan, dan jawabannya

adalah kejujuran.

(54)

Hadist yang diriwayatkan Muslim menceritakan bahwa mereka

yang mati jujur maka akan tergolong sebagai syuhada.

d. Kejujuran membawa keberkahan

Bukhari dan Muslim pernah meriwayatkan hadist yang isinya

tentang bagaimana orang yang berjual-beli dengan jujur akan

dirahmati oleh Allah SWT.

e. Dengan jujur, akan menjadi tenang

Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah memberitahu,

bahwa sesungguhnya mereka yang bohong akan terus ragu dan yang

jujur akan hidup dalam ketenangan. Mungkin dari banyaknya

kelebihan lain inilah salah satu yang paling baik di antara keutamaan

berperilaku jujur.

13. Bab Ketiga belas berisi tentang Keutamaan amanat

Bab ini merupakan pentingnya untuk mempunyai sifat amanat

Wahai sebagaimana yang di contohkan oleh nabi Muhammad saw karna

sebaik-baik sifat yaitu adalah sifat amanat sebagaimana yang di jelaskan

sebagai berikut.

Wahai anakku, amanah (dapat dipercaya) merupakan sebaik-baik

akhlaq dan beberapa akhlaq terpuji. Sedangkan khianat (tidak dapat di

percaya) merupakan seburuk-buruk akhlaq yang hina dan rendah. Amanah

merupakan hiasan bagi orang-orang yang mulia dan berilmu.

Sesungguhnya amanah dan sidiq (jujur) merupakan sebagian sifat-sifat

(55)

14. Bab keempat belas memuat tentang keutamaan iffah (kesucian diri)

Bab ini berpesan untuk menanamkan dan membiasakan dalam

keseharuian selalu bersikap iffah (kesucian diri) atau sering kita kenal

dengan sikap wirai selalu menjaga diri dari pekara yang yang haram.

Sebagaimana yang di jelaskan di bawah ini.

Wahai anakku, iffah (menjaga diri dari sesuatu yang haram) adalah

sebagian dari akhlaq orang-orang yang mulia, termasuk sifat orang yang

beramal baik. Sebab itu engkau harus memiliki akhlaq yang mulia itu agar

menjadi suatu watak yang tertanam dalam jiwamu.

15. Bab kelima belas memuat tentang keutamaan muruah (Kurang menjaga

kehormatan diri), Syahamah(mencegah hawa nafsu) dan Izzatin Nafsi

(kemuliaan diri)

Bab ini memberikan peringatan bagi siapa saja yang kurang

memelihara dan membiasakan sikap muruah. Sebagaimana yang di

jelaskan berikut ini. Wahai anakku, tidak ada kebaikan bagi orang yang

sedikit muruahnya (Kurang menjaga kehormatan diri), membuat dirinya

hina dalam pandangan umat dan teman pergaulan. Apabila seseorang di

hina dan di cela, dia akan merasa rendah diri serta kehilangan kemuliaan

(56)

16. Bab keenam belas berisi tentang ghibah, namimah, dendam, iri hati, dan

sombong

Bab ini di jelaskan macam-macam sikap tercela bagi sesama

manusia sebagaimana kutipan berikut. Wahai anakku, sebagian dari akhlaq

tercela dan hina ialah ghibah (engkau membicarakan kejelekan temanmu

di saat dia tidak ada). Apabila dia mengetahuinya tentu akan merasa tidak

senang.

Wahai anakku, pada setiap orang pasti mempunyai kekurangan,

karena itu jauhilah olehmu membicarakan kejelekan orang lain. Wahai

anakku, jauhilah ghibah, jauhi perbuatan-perbuatan sejenis. Perbuatan

yang serupa dengan ghibah adalah namimah (mengadu domba), janganlah

engkau berbuat kerusakan di kalangan umat manusia. Janganlah engkau

mengatakan kepada seseorang si Anu telah mengumpatmu. Si Anu

menuduhmu berbuat Anu dan lainya.

17. Bab ketujuh belas berisi tentang tobat, rasa takut, harapan dan

kesabarandisertai syukur

Pembahasan ini memuat tentang pesan untuk manusia selalu

manjaga diri dari perbuatan dosa sebagaimana ulasan berikut ini. Wahai

anakku, hindarkanlah diri dari dosa dan kesalahan. Terkecuali Nabi

‘alaihimusholatu wasalam, mereka semua ma’shum (terjaga). Jika dirimu

terpaksa melakukannya beritighfarlah kepada Allah swt, sesungguhnya

(57)

18. Bab kedelapan belas berisi tentang keutamaan beramal, bekerja disertai

tawakal dan zuhud

Bab ini membahas untuk selalu mencari ilmu setiap saat sebgai

mana pesan Nabi untuk selalu mencari ilmu, bekerja untuk memenuhi

kebutuhan dalam hidup. Sebagaimana yang tertera berikut ini. Wahai

anakku, tuntutlah ilmu sebanyak mungkin agar engkau dapat mengamakan

dan memberi manfaat untuk dirimu, serta dapat mengajar, menunjukan dan

mengajak umat manusia daam mengamalkan ilmu tersebut. Belajarlah

engkau agar dapat memperdalam ilmumu dengan jalan mengambil

pelajaran dari hidup dan kehidupanmu serta mendapatkan jaan keluar

dalam menempuh kehidupan duniawi dan ukhrawi. Janganlah engkau

mempelajari suatu ilmu tetapi ilmu itu akan mencelakai dirimu dan jangan

sampai ilmu tersebut pengikat atau pencegah gerak langkahmu dalam

berpijak, ini karena piciknya pikiranmu dalam mengartikan ilmu yang

akhirnya ilmu yang engkau miliki dapat menjadi jurang pemiah antara

kehidupan dan hati nuranimu.

19. Bab kesembilan belas berisi tentang keikhlasan niat untuk Allah ta’ala

dalam semua amal

Bab ini untuk selalu ikhlas dalam mengerjakan sesuatu karna

hasilnya nanti akan sesuai dengan yang kita niatkan. Sebagaimana

penjelasan berikut ini. Wahai anakku, dalam hadis Nabi di terangkan

(58)

seseorang akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang di niatkan”.

(HR. Bukhari, Mulim, dan yang lain dari Umar bin Khathab ra., dari Nabi

saw).

Sesunggunya orang yang menghindari makan dan minum dari pagi

hingga sore dengan niat shaum, sama saja dengan lapar dan hausnya orang

yang tidak makan dan minum dari pagi hingga sore. Tetapi orang yang

pertama, disertai dengan shaum, maka ia akan mendapat pahala dari di sisi

Allah dengan pahala orang shaum di sertai niat. Karena itu, ikhlaskanlah

dirimu dengan pahala orang yang shaum di sertai niat.Karena itu

ikhlaskanlah dirimu dengan niat untuk mengabdikan diri kepada Rabbmu

dalam segala amal.

20. Bab kedua puluh berisi tentang wasiat-wasiat terakhir

Bab ini berisi tentang pesan pesan terakhir sebagaimana ulasan

berikut ini. Wahai anakku, perbanyaklah tadarus Al-Qur’an dan hafalkan

ayat-ayat yang mulia.Jangan sekali-kali engkau membaca Al-Qur’an,

tanpa merenungkan makna kandunganya. Apabila engkau menemui

kesulitan dalam menemukan makna salah satu ayatnya, maka kajilah

kembali kitab-kitab tafsir atau datang kepada seorang ahli untuk meminta

penjelasanya.

Wahai anakku, jauh sekali perbedaan antara orang yang membaca

Al-qur’an, tapi dia tidak paham maksud dengan yang di bacanya di

bandingkan dengan orang yang membaca Al-Qur’an, sedangkan ia

(59)

Al-Qur’an dengan tidak mengetahui maknanya ibarat orang buta yang

berjalan di jalan raya, dia tidak bisa melihat sesuatu, mungkin selamat,

mungkin juga tidak.Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’andengan

memahami maksud dan maknanya ibarat orang yang sehat penglihatanya

dan dapat menyelamatkan diri di kala ada bahaya.

Wahai anakku, banyak orang membaca Al-Quran dengan maksud

ibadah, tetapi dilaknati oleh Al-Quran itu sendiri. Allah tidak menurunkan

Al-Quran yang mulia itu hanya untuk dijadikan sekedar bacaan tanpa

diketahui makna dan maksudnya, dan bukan pula hanya sekedar dipahami

makna serta maksudnya tanpa sering dibaca. Hendaklah keduanya

dilakukanya. Tetapi Allah menurunkan Al-Quran untuk diambil i’tibar

(pelajaran) dengan apa yang telah diperintahkan-Nya untuk dilaksanakan

serta dijauhi segala larangan-Nya. Allah menurunkan Al-Quran itu agar

dipegang kokoh ayat-ayatnya yang didalamnya menerangkan akhlaq

(aturan Allah) dalam segala hal. Bacalah Al-Quran dengan niat untuk

menjalankan segala perintah, menjauhi larangan serta akan berlaku baik

dengan akhlak yang telah terkandung didalamnya.

Wahai anakku, hitung (hisab) lah dirimu dari segala perbuatan

sebelum dirimu dihisab oleh Rabbmu. Apabila engkau berbaring

diperaduan hendak tidur, maka perhitungkanlah apa yang telah engkau

perbuat seharian. Kalau ternyata engkau lebih banyak beramal baik, maka

ucapkanlah: “Alhamdulillah” atas curahan pertolongan yang Allah

(60)

segeralah bertaubat dan merasa menyesal dengan memperbanyak ucapan:

“Astaghfirullaahal’adhim” berjanjilah kepada Rabbmu untuk tidak

mengulangi perbuatan maksiat. Insya Allah dengan jalan memperbanyak

Istigfar Allah akan menerima tobatmu.

Wahai anakku, perbanyaklah pendekatan diri kepada Allah, dan

berdoa memoho kebaikam untuk diri ataupun untuk kedua orang tuamu,

juga untuk kawan-kawanmu sesama muslimin dan mukminin. Bacalah:



tetap mendirikan shalat. Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu

bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada terjadinya hisab (hari

kiamat).” (QS. Ibrahim: 40 – 41)

Ya Allah curahkanlah Rahmat-Mu kepada kami semua,

hindarkanlah diri kami dari segala kesulitan, wafatkanlah kami dalam

berpegang teguh kepada iman yang sempurna dan berpegang teguh kepada

kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Rasul serta Engkau ridha kepada kami.

Ya Allah ya Rabb kami, curahkanlah ampunan-Mu kepada kami, kepada

kedua orang tua kami, guru-guru kami dan kepada kawan-kawan

seperjuangan kami dalam menegakkan Dien-Mu baik yang sudah gugur

syuhada ataupun yang masih hidup, serta curahkan ampunan-Mu kepada

(61)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pendidikan lebih menekankan pada pembentukan manusia (penanaman sikap), memakan waktu relative panjang. 2) Pengajaran hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan

Perspektif ilmu pendidikan Islam terhadap pemikiran Habib Abdullah Alawi Al-Hadad tentang pendidikan akhlak dalam kitab Adabu Sulukil Murid di bidang tujuan pendidikan.

Termasuk sifat baik yang dinilai terpuji menurut etika Islam dengan tujuan untuk menyisihkan setiap manusia dari perbuatan jahat terhadap orang lain. Kedua sifat