ADAB MENCARI ILMU DALAM KITAB WASHÕY
Ȃ
AL-AB
Ȃ’I LIL ABNȂ’I KARYA
SYEIKH
MUHAMMAD SYAKIR
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh
Al Mudasir
111-12-181
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. 2 SalatigaTelp. (0298) 323706
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan kasih sayang dari kecil
hingga saat ini dan selalu memberikan nasehat serta mendukung setiap
langkahku.
2. Kepada Bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotifasi
penulis dengan sabar dan ikhlas hingga sampai terselesaikannya skripsi
ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “ADAB MENCARI ILMU
DALAM KITAB WASHÕYĂ AL-ABȂ’I LIL ABNȂ’I KARYA KARYA
SYEIKH MUHAMMAD SYAKIR”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. Dalam
penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan
di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis
tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Muh. hafidz, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
ABSTRAK
Mudasir, Al. 2017. “Adab Mencari Ilmu : Telaah Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā Karya Muhammad Syakir’ ”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan Istitut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag
Kata kunci: Adab Mencari Ilmu, Telaah, Kitab Washõyã, Karya Syekh
Muhammad Syakir.
Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana adab (etika) menuntut ilmu dalam kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’. 2) Bagaimanakah aplikasi etika menuntut ilmu dalam Pendidikan Islam sekarang ini.
Penelitian ini menggunakan metode library research, yaitu jenis penelitian di mana objek penelitiannya digali dengan cara membaca, memahami, menelaah buku-buku dan kitab-kitab tafsir serta sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
I. ... Siste
matika Penulisan ... 8
BAB II BIOGRAFI NASKAH ... 10
A.... Latar
Belakang Historis ... 10
B. ... Riwa
yat Hidup Muhammad Syakir ... 11
C. ... Siste
matika Penulisan Kitab Washõyã... 12
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN ... 45
A. ... Kons
ep Adab ... 45
B. ... Adab
Mencari Ilmu dalam Kitab Adab Mencari Ilmu Dalam Kitab Washōyā Al
-Abā’ lil Abnā’ ... 46
C. ... Niat
waktu Belajar... 53
D. ... Meng
agungkan Ilmu dan Ahli ilmu... 56
E. ... Berta
wakal ... 63
F. ... Masa
BAB IV PEMBAHASAN ADAB MENCARI ILMU DALAM KITAB
WASHŌYĀ AL-ABĀ’ LIL ABNĀ’
A. ... Adab
Mencari Ilmu ... 70
B. ... Anali
sis Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ ... 71
C. ... Aplik
asi Adab Mencari Ilmu ... 71
BAB V PENUTUP ... 76
A. ... Kesi
mpulan ... 76
B. ... Saran
... 76
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Lembar Konsultasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ karya Muhammad Syakir
merupakan salah satu dari kitab klasik yang mashur dalam dunia pesantren.
Kitab yang lebih popular dengan sebutan (Washōyā) ini di kalangan pesantren,
merupakan kitab akhlaq yang diperununtukkan bagi santri tingkat pemula
(mubtadi-iin) (Asrori, 2001: 3).
Ilmu adalah sebaik-baiknya sesuatu yang disuka, sepenting-penting
sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat bagi
kehidupan manusia dibandingkan lainya. Kemuliaan akan didapat bagi
pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang mencarinya,
sebagaimana firman Allah swt:
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (Q.s Az-Zumar :9)
Dengan ayat ini Allah swt tidak menyamakan orang yang berilmu dan
akan didapat oleh orang yang berilmu. Dalam kehidupan di dunia, ilmu
pengetahuan mempunyai peran yang sangat penting. Perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi kehidupan baik
dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat. Ilmu pengetahuan juga
harus ditanyakan kepada ahlinya sebagaimana firman Allah :
Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada
Mengetahui. (Q.S Al-Anbiya’ :7)
Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan merupakan sesuatu
yang wajib dimiliki karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan
ibadah dengan benar yang merupakan tujuan diciptakanya manusia oleh Allah
swt. Dengan berilmu, ibadah manusia akan terarah dan berkualitas serta
semakin dekat dengan Sang Pencipta Allah swt. Upaya untuk memperoleh
ilmu khususnya ilmu syari’ah, juga tidak mudah karena harus mengetahui
adab (etika) yang harus dipedomani sehingga ilmunya akan memberikan
kemanfaatan. Dalam kajian ini, penulis akan membahas adab (etika) dalam
mencari ilmu dalam kitab Washōyā.
Berawal dari keprihatinan penulis tentang akhlak peserta didik yang
kurang memperhatikan sikap yang baik dengan pendidik, penulis berusaha
mendalami lebih jauh tentang etika peserta didik dalam menuntut ilmu. Sering
ditemukan dalam lembaga pendidikan, pendidik menyiapkan tempat duduk
memperolehnya. Contoh lain, peserta didik cenderung membantah dengan
alasan yang kurang sopan ketika diberi teguran. Dalam hal ini seharusnya
peserta didik mengikuti anjuran pendidik selama masih dalam kebaikan dan
memuliakan pendidiknya sebagai pengganti orang tuanya dikarenakan
kemanfaatan ilmu yang akan dipelajarinya. Sebagaimana hadis nabi yang
diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi RA, Umar bin al-Khattab radhiallahu
‘anhu mengatakan;
ُهْنِم َنوُمَّلَعَ ت ْنَمِل اوُعَضاَوَ ت
Artinya : “Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”.Umumnya peserta didik bercanda dan bergurau dalam kelas,
bahkan sampai tertawa terbahak-bahak. Hal ini menjadi tidak baik bila
berlebihan sehingga tidak dapat diperingatkan oleh teman sejawatnya atau
teman yang lebih besar. Mulai sejak dini peserta didik harus dibiasakan
dengan sikap sopan santun terhadap yang lain misalnya berhenti bercanda bila
guru sudah masuk kelas dan memulai pelajaran. Ini dimaksudkan supaya
peserta didik terbiasa menghormati orang lain, yang dapat menunjang
kesuksesan dalam belajar mereka.
Sekarang ini muncul anggapan bahwa wajib belajar diperuntukkan
bagi mereka yang masih bersekolah, mengaji, maupun mereka yang masih
kecil. Anggapan ini tidak dapat dibenarkan, karena belajar merupakan
maupun yang sudah tua. Belajar menjadi sangat bermanfaat dalam mengisi
ِدْحَّللا َلَِإ ِدْهَلمْا َنِم َمْلعِلْا اوُبُلْطُا
Artinya : “diwajibkan atas kalian menuntut ilmu mulai dari gendongan ibusampai di liang kuburan”.
Dalam hadis yang lain nabi bersabda,
ٍةَمِلْسُمَو ٍمِلْسُم ِ لُك َىلَع ٌةَضْيِرَف ِمْلِعلْا ُبَلَط
Artinya : ”Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim
perempuan.”
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa mencari ilmu menjadi
kewajiban bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari
gendongan bayi sampai liang lahat. Oleh sebab itu maka penulis mengulas
kembali tentang etika (adab) yang baik yang harus tetap diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana adab (etika) menuntut ilmu dalam kitab Washōyā Al-Abā’ lil
Abnā’?
2. Bagaimanakah aplikasi etika menuntut ilmu dalam Pendidikan Islam
sekarang ini?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik mengenai
arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan
mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan
diteliti.
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui adab (etika) menuntut ilmu dalam kitab Washōyā Al
-Abā’ lil Abnā’.
2. Untuk mengetahui aplikasi etika menuntut ilmu dalam Pendidikan Islam
sekarang ini.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi akademis pada
pustaka Adab Mencari Ilmu. Dari kontribusi akademis diharapkan pula dapat
mempengaruhi Adab Mencari Ilmu pada ranah publik.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan bagi
pendidik dalam menjalankan proses pembelajaran. Melalui pemaparan dari
pendidik, peserta didik dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Telaah Pustaka
Untuk menghindari terjadinya plagiasi, maka penulis memaparkan
beberapa karya ilmiah yang sudah ada. Selain itu telaah pustaka juga untuk
melihat orisinilitas skripsi.
Dalam skripsi Pendidikan Kepribadian Anak dalam Kitab Washōyā
Al-Abā’ lil Abnā’ Karya Muhammad Syakir dengan kesimpulannya adalah
sebagai pendidik yang harus menunjukan sikap yang baik untuk di contoh
Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan Syaikh Az-Zarnuji) oleh ANISA
NANDYA NIM. 11109014 dengan kesimpulan sebagai murid harus
menunjukan sikap yang sopan terhadap gurunya.
Penulisan skripsi ini berbeda dengan skripsi di atas, kajian di fokuskan
pada adab atau etika dalam menuntut ilmu yang termuat dalam kitab
Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ lebih pada memuliakan yang di pelajari.
G. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahfahaman dengan maksud judul yang
penulis angkat, maka akan dijelaskan batasan masing-masing istilah dari judul
skripsi ini.
1. Adab Mencari Ilmu
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang di
dasarkan atas aturan agama islam. Norma tentang adab ini di gunakan
dalam pergaulan antar manusia, antar tetangga, antar kaum. (Wikipedia).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), mencari diartikan berusaha
mendapatkan (menemukan, memperoleh). Ilmu menurut para ahli menurut
Poespoprodjo adalah proses perbaikan diri terus menerus yang terdiri dari
pengembangan uji teoritis dan empiris.
Dari pemaparan diatas, penulis menyimpulkan arti dari ”Adab
Mencari Ilmu :Telaah Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ karya
Muhammad Syakir ”. Adalah sopan santun dalam memperoleh ilmu yang
di pelajari terutama yang termuat dalam Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’
2. Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’
Kitab ini amat penting, karena kitab ini berisi tentang hal-hal
kebaikan dalam berbagai hal, dan mempunyai keistimewaan buku itu
sendiri. Buku yang hadir ketengah pembaca ini merupakan usaha awal
dalam membahas masalah akhlaq yg mulia (yang diridlai Allah).
H. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian penulisan skripsi ini adalah Library research, atau
studi pustaka. Studi pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan
mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004: 3). Dalam lingkup
yang lebih luas, dijelaskan pula bahwa Library research, merupakan
kegiatan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah,
buku-buku yang bersifat primer maupun refrensi lain dan bahan-bahan
publikasi (Ruslan, 2010: 31).
2. Langkah Kerja penelitian
a. Mencari buku primer atau pokok penelitian;
b. Mencari buku-buku yang mempunyai relevansi dengan penulisan ini;
c. Menyusun penulisan dan mengaitkan dari buku-buku pendukung
(skunder) yaitu Al-Abaa’ lil Abnaa’dan buku pendukung (Tersier).
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah penelitian, diperlukan
tidak langsung (seconder) dan (Tersier) (Ruslan, 2010: 27). Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah Library
Research, yaitu mencari data melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku
yang bersifat primer maupun referensi lain dan bahan-bahan publikasi.
Sumber data tersebut antara lain:
a. Sumber yang bersifat sekunder yaitu kitab Washōyā al Abaa’ Lil
Abnaa’ Lil Abaa Karya Muhammad Syakir.
b. Sumber data yang bersifat tersier, yaitu ulasan terhadap terjemahan
kitab kitab Washōyā al Abaa’ Lil Abnaa’ Lil Abaa Karya Muhammad
Syakir dan buku-buku yang berkaitan.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah
menggunakan cara kerja telaah hermeneutika. Menurut Kamil,
Hermeneutika ialah pembacaan heuristic (berdasarkan struktur bahasanya
atau makna tingkat pertama) (Kamil,2009:221). Sedangkan menurut
Bakker, bahwa hermeneutika adalah menerjemahkan konteks pemikiran
zaman dahulu ke dalam terminology dan pemahaman yang sesuai dengan
cara berfikir aktual sekarang (Bakker,1984:138).
Atas dasar cara kerja Hermeneutika ini, penulis berusaha menemukan
maksud-maksud Adab Mencari Ilmu yang terdapat dalam teks kitab
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan
mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut
susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan
mudah dipahami. Adapun sistematika akan penulis jelaskan sebagai berikut.
Pada halaman pembuka mencakup halaman judul, halaman nota
pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan,
kata pengantar, dan daftar isi.
Bab pertama, Pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian,
penegasan istilah, dan sistematika penulisan. Bab kedua, berisi tentang uraian
biografi Muhammad Syakir yang meliputi latar belakang historis, dan
riwayat hidup Muhammad Syakir.
Bab ketiga, membahas adab mencari Ilmu yang termuat dalam kitab
Washoya yang meliputi Adab Mencari Ilmu dalam teks kitab Washoya. Bab
keempat, bab ini peneliti lebih memfokuskan dalam inti pembahasan yaitu,
menganalisis konsep Adab Mencari Ilmu dalam kitab Washōyā. Bab kelima,
merupakan bab yang terakhir ini memaparkan tentang kesimpulan dan saran
atas pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian, dan diteruskan
BAB II
BIOGRAFI NASKAH
A. Latar Belakang Historis
Pada abad ke-19 nasib politik dan ekonomi negara Mesir semakin
erat terkait dengan keadaan politik Eropa, misalnya Inggris dan Perancis.
Selama awal 1800an, Mesir mengekspor kapas ke negara-negara Eropa dalam
jumlah besar dan kapaspun akhirnya menjadi hasil utama Mesir
(Rahnema,1996 :127).
Kenyataan seperti itu menjadikan politik, ekonomi, dan kebudayaan
di negara Mesir sangat terpengaruh oleh bangsa Eropa. Mesir menjadi negara
yang menggantungkan kebutuhan ekonominya pada bangsa Eropa. Dominasi
politik dan ekonomi dan ekonomi Eropa disertai dominasi budaya budaya
terlihat pada kecenderungan elit Mesir untuk bergaya hidup barat dan untuk
memungut gagasan barat, meski dengan mengorbankan keyakinan dan
praktik tradisional Islam (Rahnema,1996 :128). Kairo dan Iskandariah
mengembangkan lingkungan gaya barat dan eropa, dimana orang Mesir dapat
bergaya hidup Eropa, seperti sering mengunjungi restoran dan klub malam.
Pada tahun 1881, muncul suatu gerakan menentang dominasi politik,
ekonomi dan budaya Eropa, tetapi karena kelihatan mengancam investasi
asing, gerakan ini mendorong Inggris melakukan invasi militer pada tahun
1882 (Rahnema,1996 :127). Dalam hal ini agresi militer yang dilakukan
Pada tahun 1900-an, lahirlah sebuah gerakan nasionalis baru dan
menyerukan kemerdekaan Mesir (Rahnema,1996 :127). Pada saat itu, Inggris
secara resmi memisahkan Mesir dari Ustmaniah dan menyatakan sebagai
wilayah protektorat (Rahnema,1996 :127). Pada akhir perang tahun 1919,
berdiri sebuah gerakan nasionalis untuk kemerdekaan Mesir. Sehingga
Inggris menghadapi badai protes nasionalis, dan akhirnya membuat
pernyataan sepihak soal kemerdekaan Mesir (dengan beberapa syarat) pada
tahun 1922 (Rahnema,1996 :127). Keadaan politik yang labil menjadikan
masyarakat Mesir pada umumnya resah karna Islam dengan nilai-nilai ajaran
yang luhur dan bermartabat semakin tidak berdaya berhadapan dengan
hegemoni pemerintah barat.
Dengan demikian, iklim politim di Mesir pada tahun-tahun sebelum
penerbitan Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’ dalam keadaan dominasi asing
dan perlawanan masyarakat Mesir terhadap dominasi asing. Melihat sejarah
yang terjadi pada masa-masa sebelum penerbitan Kitab Washōyā Al-Abā’ lil
Abnā’ dapat digaris bawahi bahwa pemikiran Muhammad Syakir tidak dapat
dilepaskan dari keadaan dan lingkungan yang sangat ke barat-baratan. Ada
kehawatiran masyarakat bahwa nilai-nilai Islam dan kultur budaya Islam yang
ada pada Negara tersebut akan luntur dan tenggelam oleh pengaruh budaya
asing.
B. Riwayat Hidup Muhammad Syakir
Kitab Washōyā disusun oleh Muhammad Syakir bin Ahmad bin
pada pertengahan Syawal pada tahun 1282 Hijriyah. Ia menghafal Al Qur’an
disanadan belajar dasar-dasar keilmuan untuk studi selanjutnya.
Muhammad Syakir kemudian melanjutkan pengembaraannya
(rihlah) ke Universitas Al-Azhar dan ia belajar dari guru-guru besar pada
masa itu. Ia dipercaya untuk memberikan fatwa pada tahun 1307 Hijriyah dan
menduduki jabatan sebagai ketua Mahkamah Mudiniyyah Al-Qulbiyyah.
Pada tahun 1322 hijriyah, ia ditunjuk sebagai guru bagi ulama-ulama
Iskandariyah. Pada saat itu Muhammad Syakir ditunjuk sebagai wakil bagi
para guru Al-Azhar. Muhammad Syakir adalah orang yang kokoh di dalam
keilmuan baik secara naqliyah (dalil-dalil al-kitab dan as-sunah) maupun
secara aqliyah., ia dikenal mahir di dalam diskusi maupun perdebatan.
Di akhir umurnya, Muhammad Syakir terbaring di rumahnya karena
sakit lumpuh, dan ia telah benar-benar menegakkan apa yang diwajibkan bagi
dirinya berdasarkan agamanya. Muhammad Syakir wafat pada tahun 1358
Hiriyah yang bertepatan pada tahun 1939 Masehi
(www.salafiyoon.net/syaikh-muhammad-syakir.html).
C. Sistematika Penulisan Kitab Washōyā
Secara garis besar sistematika Kitab Washōyā Al-Abā’ lil Abnā’
dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini.
1. Bab satu tentang nasehat guru kepada peserta didiknya
Nasehat itu dapat dipahami dari redaksi berikut ini, misalnya
“Wahai anakku, semoga Allah memberimu petunjuk dan pertolongan
anak yang berada di sisi ayah yang dicintainya. Aku akan bahagia dirimu
berbadan sehat, berpendirian kuat, suci hati, berakhlak mulia, menjaga
adab, menjauhi perkataan tercela, lemah lembut dalam bergaul,
menyayangi sesama, menolong fakir, belas kasih terhadap yang lemah,
pemaaf, tidak meninggalkan sholat, dan tidak menunda-nunda waktu
untuk beribadah kepada pencipta, pemilik, pemelihara, penguasamu”.
Secara garis besar nasehat dalam bab satu ini berkenaan dengan
kepribadian yang Islami, dan sikap yang Islami pula baik terhadap diri
sendiri maupun kepada orang lain. Dan untuk mempersiapkannya dengan
memenuhi seluruh kebutuhannya dengan pemenuhan yang harmonis yang
membawa ketenteraman dan ketenangan. Islam juga memerintahkan setiap
muslim untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang wajib dan
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang haram guna memperkuat pola
jiwa Islami. Islam telah mewajibkan kepada setiap muslim untuk
menunaikan shalat wajib, shaum Ramadhan, membayar zakat, berbakti
kepada orang tua, menunaikan haji, menuntut ilmu, berdakwah dan ber
-amar makruf nahi mungkar, bahkan berjihad (berperang/memperjuangkan
penegakkan hukum Islam) di jalan Allah melawan (tidak tunduk kepada
hukum) orang-orang kafir. Sebaliknya, Islam melarang setiap Muslim
untuk meninggalkan semua itu; di samping melarang sejumlah makanan
haram, melarang riba, melarang judi, mabuk, zina, korupsi, menggunjing,
2. Bab dua tentang wasiat agar bertaqwa kepada Allah swt.
Bab kedua ini berisi tentang nasehat kepada peserta didik untuk
tetap bertaqwa kepada Alah swt, dalam segala keadaan, sebab taqwa
merupakan pondasi dalam kehidupan. Nasehat itu sebagaimana
diredaksikan dalam ungkapan berikut ini, “Wahai anakku, sesungguhnya
Rabbmu mengetahui apa yang tersimpan dalam hatimu, semua yang
diucapkan oleh lisanmu dan melihat seluruh perbuatanmu. Karena itu
bertaqwalah pada Allah Yang Maha Agung”.
Wahai anakku, hindarilah olehmu jangan sampai Allah tidak ridha dengan
perbuatanmu. Hindarilah jangan sampai Allah yang telah menciptakanmu
memberimu rizki dan akal yang sehat sehingga engkau dapat
mengamalkannya dalam hidup dan kehidupan itu murka kepadamu.
Bagaimanakah perasaanmu bila engkau berbuat sesuatu yang dilarang
oleh orang tuamu. Sedangkan orang tuamu melihat perbuatanmu?
Tidaklah engkau takut keduanya memarahimu? Hendaklah perbuatanmu
terhadap Allah pun demikian. Karena Allah selalu memperhatikan
perbuatanmu. Walau engkau tidak melihatnya. Jangan sekali-kali engkau
mengingkari perintah Allah dan jangan engkau melakukan sesuatu yang di
larangnya.
3. Bab ketiga tentang hak dan kewajiban terhadap Allah dan rasul-Nya
Bab ketiga nasehat yang berkenaan dengan hak dan kewajiban
sudah diberikan. Nikmat yang berupa kemampuan inderawi yang dapat
dipergunakan untuk mengobservasi, menyelidiki alam semesta serta
nikmat yang berupa kemampuan berfikir. Nasehat itu sebagaimana
diredaksikan dalam uraian berikut ini.
Wahai anakku, sesungguhnya Allah Tabaaraka Wa Ta’aa (yang
banyak berkahnya lagi Maha Luhur) telah menciptakanmu dan
menyempurnakan berbagai nikmatnya padamu baik lahir maupun batin.
Tidaklah kau sadari, sesungguhnya awal darimu hanyalah setetes air
(mani) yang memancar ke rahim ibumu atas curahan nikmat serta rahmad
Rabbmu engkau lahir dari kandungan ibumu sehingga anak manusia yang
sempurna. Allah menganugerahi dirimu dengan lisan sehingga engkau
dapat berbicara, telinga sehingga engkau dapat mendengar, mata sehingga
engkau dapat melihat dan akal sehingga engkau dapat membedakan yang
baik dan buruk. Sesuai dengan firman Allah :
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 78)
4. Bab keempat hak-hak dan kewajiban terhadap kedua orang tua
Bab keempat nasehat yang berkenaan dengan hak dan kewajiban
tua. Nasehat itu sebagaimana diungkapkan dalam uraian berikut ini. Beliau
mendasarkan nasehatnya pada Al Quran.
Wahai anakku, ketika engkau merasa benar dalam berbakti pada
Ayah Ibumu, maka sesungguhnya kewajiban kedua orang tuamu terhadap
dirimu lebih berat dari itu semua, yang kewajiban itu nanti akan dilipat
gandakan atas dirimu. Allah berfirman :
23. Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia[850].
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". [850] mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. (QS. Al-Israa : 23-24)
Bab kelima nasehat yang berkenaan dengan hak-hak teman yang
harus dilakukan. Teman dalam menuntut ilmu harus dihormati dan
diperlakukan sebagaimana mestinya. Nasehat itu sebagaimana dijelaskan
dalam uraian berikut ini.
Wahai anakku, ingatlah! Engkau telah menjadi seorang pelajar
yang menuntut ilmu dan engkau memiliki banyak teman. Mereka adalah
saudara dan temanmu dalam pergaulan. Karena itu, jangan engkau
menyakiti hati atau berlaku buruk terhadap mereka.
6. Bab keenam nasehat yang berkenaan dengan adab mencari ilmu
Bab keenam nasehat yang berkenaan dengan hak-hak teman yang
harus dipenuhi. Teman dalam menuntut ilmu harus dihormati dan
diperlakukan sebagaimana mestinya. Pendidik juga berpesan untuk selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT, nasehat itu sebagaimana dijelaskan
dalam uraian berikut ini.
Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh
semangat. Jagalah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang
tidak mendatangkan manfaat bagimu.
Wahai anakku, baca dan pahamilah dengan penuh kesungguhan
pelajaran yang telah maupun yang belum di bahas oleh gurumu. Bila
engkau menemui kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan
mendiskusikannya dengan temanmu. Dan jangan engkau alihkan ke
masalah lain sebelum tuntas masalah pertama dan dapat kau pahami
jangan engkau pindah ke tempat yang lain. Bila salah seorang teman kamu
hendak menempati tempat dudukmu. Janganlah kamu bertengkar atau
mengganggunya, tetapi kemukakan kepada gurumu agar beliau
memberimu tempat duduk tertentu.
Wahai anakku, bila gurumu telah memulai pelajaran, jangan
engkau larut dalam pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap
pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap pembelajaran gurumu
dengan penuh kesungguhan.Jangan engkau melamun di tengah-tengah
pelajaran.Bila engkau menemui kesulitan, mintalah kepada gurumu
dengan sopan untuk mengulangi menerangkan sekali lagi.Jangan engkau
melantangkan suara di hadapan gurumu dan jangan engkau bantah
penjelasanya sehingga dia tidak menyukaimu.Wahai anakku, bila seorang
murid telah melanggar adab di hadapan guru dan teman-temanya maka
wajiblah dididik untuk beradab yang baik karena belum memahami
masalah adab.
Wahai anakku, bila engkau tidak memuliakan gurumu lebih dari
orang tuamu, maka engkau tidak mendapatkan manfaat dari ilmu yang di
ajarkanya.Wahai anakku, tawadhu (merendahkan hati) dan akhlak yang
baik itu adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa yang
bertawadhu karena Allah, akan di angkatlah derajatnya. Allah akan
menjadikan seluruh makhluknya cinta dan hormat kepadanya. Barang
menjadikan seluruh makhluk membenci dirinya dan tidak mungkin ada
orang yang menghormati, memuliakan dan menyayanginya.
Wahai anakku, bila ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi pelajar
dari pada kemarahan guru dan ulama.Karena itu, takutlah anakku, jangan
sampai engkau membuat kemarahan pendidikmu atau menunjukan akhlak
tercela dihadapanya.Terimalah anakku nasehatku ini. Carilah keridhoan
guru-gurumu, mintalah doa mereka agar engkau mudah dalam belajar.
Semoga Allah mengabulkan doa guru-gurmu sehingga tercapai
cita-citamu. Apabila engkau sedang menyepi seorang diri, perbanyaklah
munajat (berdialog) dan tawakal (berserah diri) kepada Allah. Semoga
Allah memberimu ilmu pengetahuan yang luas dan bermanfaat dengan
mengamalkan ilmu tersebut. Sesungguhnya Rabbmu maha mendengar dan
mengabulkan segala doa, yang luas anugerah dan kemuliaanya.
7. Bab ketujuh adab-adab belajar, menghafal, dan berdiskusi
Bab ketujuh nasehat untuk selalu belajar dan berdiskusi berupa
pelajaran yang belum di pahami maupun yang sudah di pahami. Tujuannya
supaya pelajaran yang belum di pahami segera paham sedangkan yang
sudah di pahami supaya lebih di hayati. Nasehat tersebut sebagaimana
berikut ini.
Wahai, Anakku ! Bersikaplah sopan dengan temanmu yang engkau
pilih untuk belajar. Apabila engkau telah mengerti sebelum dia, maka
janganlah membanggakan diri terhadapnya, karena dapat mendahuluinya.
maka dengarkanlah apa yang dikatakannya. Barangkali dia telah
memahaminya dengan benar dan engkaulah yang salah dalam pemahaman.
Hindarilah perdebatan dengan cara yang batil dan jangan membela
pendapatmu bilamana keliru. Karena ilmu itu amanat dan siapa yang
membela kebatilan, dia pun telah menyia-nyiakan amanat Allah.
Wahai, Anakku ! Perbanyaklah menghafal ilmu, karena kendala
ilmu adalah lupa.
Ketahuilah, bahwa di penghujung tahun engkau akan diuji tentang
semua pengetahuanmu. Dan ketika ujian, manusia akan dimuliakan bila
dia bisa menjawab dengan baik.
Sebaliknya, dia akan dihinakan oleh keluarga dan
saudara-sauaranya, bila tidak bisa menjawab dengan baik dan tampak bahwa hasil
yang diperolehnya kurang memuaskan.
Wahai, Anakku ! Jangan sampai hafalanmu itu hanya sekedar
menghafal kata-kata tanpa memahami maknanya. Akan tetapi, pusatkan
perhatianmu pada pemahaman makna-makna dan penetapannya dalam
pikiranmu.
Karena ilmu adalah apa yang engkau pahami bukan yang engkau
hafalkan.
Wahai, Anakku ! Jarang sekali seorang pelajar berkumpul dengan
sekelompok temannya, melainkan dialog di antara mereka berlangsung
sekitar perdebatan dan diskusi mengenai masalah-masalah yang mereka
Maka, janganlah engkau memotong perkataan pembicara dan
jangan tergesa-gesa menjawab sebelum meyakininya serta jangan
membantah tentang suatu masalah yang belum pernah engkau ketahui.
Jangan mendebat tanpa alasan yang benar dan jangan menunjukkan
kesombongan terhadap orang yang mendebatmu.
Jangan keluar dari topik perdebatan hingga menyalahkan pendapat
lawanmu dan jangan menyakitinya dengan perkataan yang menyakitkan
serta jangan menjelekkannya bila dia salah mengerti.
Wahai, Anakku ! Dialog antara para pelajar tentang
masalah-masalah ilmiah adalah besar faedahnya. Dialog itu menguatkan
pemahaman, melancarkan lisan dan membantu pengungkapan
sasaran-sasaran yang dimaksud serta menghasilkan keberanian para pelajar.
Akan tetapi, wahai anakku, hal ini tidak berguna di sisi Allah
maupun manusia, kecuali bila akhlakmu lurus, jauh dari perkataan keji,
engkau katakan kebenaran walaupun terhadap dirimu dan tidak
terpengaruh oleh celaan orang dalam menyatakan kebenaran.
Wahai anakku, apabila engkau menghendaki kebaikan atas dirimu,
maka ajaklah beberapa orang teman sekolahmu untuk muthala’ah (belajar)
bersama, mungkin temanmu dapat menolongmu dalam memahami
sesuatu. Bila engkau telah memahami pelajaranmu, jangan kau tinggalkan
begitu saja buku pelajaranmu. Tetaplah belajar bersama dengan
didikmu. Apabila mendapai sebuah masalah dan engkau mengira bahwa
engkau telah memahaminya, maka janganlah engkau merasa cukup dengan
dugaanmu, hingga engkau tinggalkan kitab dari tanganmu dan
menetapkannya untuk dirimu atau temanmu, seakan-akan engkau
memberikan pelajaran kepada para pelajar.
Uraian di atas jelas sekali bahwa belajar tidak boleh terhenti dalam
keadaan yang bagaimanapun. Karena belajar apapun juga di sesuaikan
dengan keadaan.
8. Bab kedelapan adab-adab olahraga dan berjalan di jalan umum
Bab kedelapan pentingnya kesehatan dalam kehidupan sehingga
bab ini berpesan selalu berolahraga di waktu yang bagus demi menjaga
kesehatan tubuh, mengutamakan keselamatan dan kesopanan dimanapun
terutama tempat umum. Nasehat tersebut dapat di pahami dalam uraian ini.
Wahai, Anakku ! sesungguhnya engkau di waktu senggangmu
memerlukan olahraga, supaya badanmu giat untuk mempelajari
pelajaran-pelajaranmu.
Apabila engkau keluar untuk berolahraga, pergilah ke
tempat-tempat yang baik hawanya. Hendaklah engkau bersikap tenang. Jangan
berjalan cepat dan bergurau dengan seseorang di jalanmu dan jangan
tertawa, kecuali sekedar tersenyum.
Wahai, Anakku ! Apabila engkau keluar untuk berolahraga atau
keperluan lain bersama teman-temanmu, janganlah kalian menghalangi
Dan janganlah kalian berbaris di jalan umum. Bilamana jalannya
luas, maka berjalanlah dua-dua. Kalau tidak, maka berjalanlah satu-satu.
Wahai, Anakku ! Sesungguhnya jalan umum bukanlah milik
seseorang. Akan tetapi, setiap orang yang lewat memiliki hak di situ.
Maka, janganlah berdesak-desakan di jalan, karena hal itu menjelekkan
citra pelajar (santri) dan menghilangkan penghormatan orang-orang
kepada mereka.
Wahai, Anakku ! Apabila engkau melihat keributan di jalanmu
atau perkelahian massal, maka janganlah mempedulikan atau mendekati
mereka. Barangkali hal itu bisa menyebabkan engkau dihina atau dituduh
dengan suatu perbuatan, padahal engkau bersih darinya.
Wahai, Anakku ! Apabila seseorang mengganggumu di jalan, maka
janganlah membalas gangguan itu dengan yang setimpal. Maafkanlah
orang yang berbuat jahat kepadamu, niscaya Allah mengangkat derajatmu.
Allah Ta’ala berfirman, ”Dan balasan suatu kejahatan adalah
kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik,
maka pahalanya atas (tanggungan) Allah”. (QS.asy-Syura : 40)
[1345] Yang dimaksud berbuat baik di sini ialah berbuat baik
kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.
Dengan akhlak yang baik inilah Allah mendidik kita dalam
Kitab-Nya yang mulia.
Wahai, Anakku ! Apabila engkau keluar dari masjid atau rumah
untuk membeli sesuatu makanan, minuman, pakaian atau semacam itu
yang engkau butuhkan, maka janganlah engkau bertengkar dengan
orang-orang bodoh dan janganlah engkau dengarkan perkataan-perkataan mereka
yang kotor.
Menjauhlah dari orang-orang ini sekuat tenagamu. Janganlah
engkau bertengkar dengan penjual dalam menentukan harga. Jika harganya
cocok denganmu, belilah. Kalau tidak, maka pergilah secara baik.
Janganlah engkau menghubungi penjual hanya dengan tujuan
menawar saja tanpa membeli, karena hal itu akan menyebabkan mereka
mencaci maki atau mengejekmu.
Wahai, Anakku ! Janganlah engkau mengeraskan suaramu ketika
berbicara dengan seseorang, kecuali sekedar yang bisa didengarnya.
Hendaklah engkau berkata lembut dan berbicara dengan baik.
Hindarilah berbicara dengan seseorang dengan perkataan yang mengurangi
derajatmu pada orang itu, walaupun dia sebaya umurnya dan sama
Apabila seseorang berbicara kepadamu, maka dengarkanlah
perkataannya dengan baik dan jangan bersikap keras dan kasar.
Pergaulilah orang-orang dengan akhlak yang baik.
Wahai anakku, peliharalah kesehatanmu dengan berolahraga di
waktu senggang. Sehingga akan pulih kembali semangatmu yang telah
pudar dalam menuntut ilmu. Bila engkau hendak berolahraga pilihlah
waktu yang udaranya masih sejuk (belum terlalu banyak populasi), yaitu
pagi hari. Berjalanlah dengan tenang (menjaga tata tertib lalu lintas),
jangan tergesa-gesa, jangan dorong mendorong dengan teman (sambil
bermain-main) dan janganlah tertawa terbahak-bahak.
9. Bab kesembilan adab-adab majlis dan ceramah
Bab kesembilan merupakan nasehat yang selalu dilakukan setiap
hari, bab ini berisi adab memasuki ruangan sesuai yang diajarkan
Rasulullah SAW sebagaimana uraian berikut ini.
Wahai anakku, bila engkau melewati sekelompok orang, ucapkanlah salam
kepada mereka dengan ucapan salam yang sesuai dengan sunnah Rasul,
yaitu : “Assalamu’alaikum”(semoga keselamatan di curahkan pada kalian).
Dan jangan engkau ganti ucapan salam itu dengan salam yang tidak ada
tuntunan dari Rasulullah saw. Janganlah engkau memasuki ruangan
kecuali setelah meminta izin. Mungkin mereka yang di dalam ruangan
sedang membicarakan suatu perkara yang tidak boleh di dengar orang lain
sangat mempengaruhi wibawa, sekalipun yang melakukannya adalah
orang yang terpandang saat itu.
Wahai, Anakku ! Apabila engkau melewati sekelompok orang,
maka ucapkan salam kepada mereka dengan perkataan yang sudah dikenal
dan disebutkan dalam Sunah Nabawiyah, yaitu perkataanmu;
Assalaamu’alaikum.
Janganlah mengganti bentuk penghormatan ini dengan
bentuk-bentuk lain yang baru dan jangan memasuki majelis sekumpulan orang,
kecuali setelah meminta ijin. Barangkali mereka sedang merundingkan
suatu perkara yang mereka tidak suka orang lain ikut serta di dalamnya.
Hindarilah sedapat mungkin untuk menjadi tamu yang tidak diundang.
Karena tamu yang tidak diundang tidaklah disukai oleh orang banyak,
meskipun dia seorang yang paling alim di masanya.
Wahai, Anakku ! Lihatlah kepada dirimu. Bilamana engkau di
rumahmu sedang melakukan suatu pekerjaan misalnya dan engkau tidak
suka orang lain mengetahuinya. Tiba-tiba datang seseorang, lalu masuk
kepadamu. Bukankah engkau merasakan keberatan danberharap dia segera
pergi? Demikian pula keadaanmu bila engkau mendatangi sekelompok
orang tanpa minta ijin dan tidak pula disukai keberadaanmu oleh mereka.
Wahai, Anakku ! Apabila engkau diundang untuk duduk bersama
sejumlah orang, sedangkan engkau yang paling muda usianya di antara
mereka, maka janganlah duduk hingga orang-orang mengijinkanmu
dan jangan memaksa duduk hingga dia tinggalkan tempat duduknya
karena engkau.
Janganlah engkau maju ke suatu tempat yang tinggi bilamana
dalam majelis itu ada orang yang lebih berhak duduk di situ daripada
engkau.
Bilamana engkau duduk di suatu tempat, kemudian datang orang
yang lebih pantas duduk di situ daripada engkau, maka tinggalkanlah
tempat itu baginya, sebelum engkau disuruh menyingkir dari situ niscaya
engkau semakin terhormat dalam pandangan teman-teman dudukmu.
Wahai, Anakku ! Apabila engkau duduk bersama sejumlah orang
maka jangan ikut bicara bersama mereka, hingga mereka menyuruhmu
masuk.
Janganlah berbicara bila diantara orang-orang itu ada yang lebih
pantas darimu untuk bicara. Ketika berbicara, janganlah engkau
mengucapkan selain kebenaran dan jangan terlalu banyak bicara, kecuali
sekedar untuk mengemukakan hujah.
Janganlah engkau mendebat teman-teman dudukmu, kecuali
dengan sopan dan menjaga dari tergelincirnya lidah.
Janganlah engkau tertawa terbahak-bahak di majelis-majelis,
karena perbuatan itu termasuk akhlak orang-orang yang rendah dan tidak
Kurangilah bercanda sedapat mungkin, karena banyak canda dapat
menghilangkan penghormatan dan boleh jadi menjengkelkan hati sebagian
orang terhadapmu.
Wahai, Anakku ! Janganlah bergaul, kecuali dengan orang-orang
yang mempunyai harga diri dan terhormat serta baik budi pekertinya.
Janganlah engkau bergaul dengan orang-orang bodoh dan jangan duduk
dengan orang-orang fasik dan durjana.
Hindarilah pergaulan dengan orang jahat, licik dan munafik.
Karena akhlak yang buruk akan menjalar pada teman-teman duduk, seperti
api yang menjalar pada kayu.
10. Bab kesepuluh adab-adab makan dan minum
Bab kesepuluh mengatur tentang adab ketika makan dan minum
untuk menjaga kesehatan lahir dan batin. Hal ini sesuai dengan uraian
berikut.
Islam menganjurkan umatnya untuk makan yang halal dan bergizi.
Halal berarti tidak ada larangan syar’i untuk menikmatinya, baik karena
sifat benda yang dimakan atau cara mendapatkannya. Bergizi artinya
mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh seperti vitamin, karbohidrat,
protein, dan lemak. Dengan kita memilih makanan yang baik, diharapkan
dapat menjadi sumber energi yang akan mendorong kita untuk berbuat
kebajikan. Dengan demikian, makanan tersebut memiliki keberkahan bagi
dianjurkan dengan beradab yang baik. Firman Allah SWT : “Makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya
saja menyembah “. (An Nahl :114)
Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada umatnya bagaimana
adab makan dan minum yang benar :
a. Adab Sebelum Makan dan Minum
a) Mencuci kedua tangan
b) Mencuci mulut atau berkumur
c) Membaca basmalah ketika hendak makan dan mengakhirinya
dengan membaca hamdalah, hadist yang menjelaskan tentang
membaca basmalah sebelum makan dan minum adalah : “Dari
Aisyah ra, ia berkata : “Rasulullah SAW telah bersabda, ‘apabila
salah seorang di antara kalian makan, hendaklah menyebut asma
Allah ta’ala. Dan apabila lupa menyebut asma Allah ta’ala pada
awalnya, hendaklah ia mengucapkan bismillahi awwalahu wa
akhirahu”. (HR. Abu Dawud)
d) Membaca doa, salah satu doa yang dibaca sebelum makan dan
minum adalah : “Ya Allah, jadikanlah rezeki yang telah Engkau
limpahkan kepada kami rezeki yang berkah, serta jauhkanlah kami
dari siksa api neraka”.
b. Adab Ketika Makan dan Minum
b) Ketika makan tidak boleh berbicara
c) Makan dengan tangan kanan
d) Ketika makan harus tenang, tidak boleh tergesa-gesa, makanan
tidak boleh tercecer.
e) Tidak boleh makan sambil berjalan
f) Makan secukupnya jangan berlebihan, makan berlebihan disebut
Israf, dan Israf itu dilarang oleh agama Islam maka ambillah
secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan. Firman Allah SWT :
”Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”. Sabda Nabi Muhammad SAW : ”Tidaklah anak cucu
Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya
beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang
rusuknya. Kalau dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk
bernafas”. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan Muslim)
g) Hendaklah saat makan tidak membicarakan hal-hal buruk
h) Mengambil makanan atau hidangan yang dekat dan tidak meraih
makanan di tempat yang jauh, sebagai pertanda qanaah
i) Apabila makan bersama, dilarang mengambil lagi makanan,
kecuali bila sudah mendapat izin
j) Mulailah untuk mengambil makanan dari pinggir dan dilarang dari
c. Adab Sesudah Makan dan Minum
a) Setelah makan dan minum hendaknya membaca doa : “Segala puji
bagi Allah yang telah member makan dan minum dan telah
menjadikan kami sebagai orang muslim”.
b) Mencuci tangan, Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Barang siapa
tertidur sedang di kedua tangannya terdapat bekas gajih, lalu
ketika bangun pagi dia menderita suatu penyakit, maka hendaklah
dia tidak mencela melainkan dirinya sendiri”. (Riwayatkan Nasa’i
dari Aisyah ra)
c) Membersihkan dan mencuci peralatan yang dipakai untuk makan
Wahai anakku, bila engkau ingin hidup sehat lahir dan batin,
terhindar dari segala penyakit. Janganlah engkau mengisi perutmu dengan
sembarang makanan. Makanlah ketika engkau merasa lapar dan
berhentilah sebelum terlampau kenyang karena Rasulullah saw telah
bersabda : “tidaklah anak Adam (manuia) memenuhi suatu wadah itu lebih
jelek dari pada memenuhi wadah makannya (perutnya)”. (HR. Imam
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari Miqdah bin Ma’dikariba).
Wahai anakku, bila engkau hendak makan, cucilah dahulu tanganmu,
bacalah “bimillah” di awali makanmu.Jangan engkau telan makanmu
sebelum mengunyahnya sehingga lunak, karena hal itu menolong
mengulurkan tangan untuk mengambil makanan yang jauh darimu. Karena
hal demikian merupakan perbuatan yang tercela.
11. Bab kesebelas adab-adab ibadah dan masjid
Bab kesebelas merupakan himbauan dan harapan pengarang untuk
para siswa yaitu saat melaksanakan ibadah, perjaanan menuju masjid dan
sebaliknya tentu juga saat di dalam masjid sebagaimana uraian berikut ini.
Wahai anakku, takut dan jauhilah olehmu ingkar dalam beribadah
kepada Rabbmu, sebab sesungguhnya telah berfirman dalam kitab-Nya
yang mulia :
mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz dzariat :56).
Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang selalu bersemangat
dalam menjalankan ibadah fardhu (wajib), khususnya shalat. Lakukanlah
shalat fardhu tepat pada waktunya dengan berjama’ah. Apabila waktu
shalat hampir tiba, siapkanlah dirimu untuk berwudhu, jangan saling
mendahului dalam perjalanan ke masjid dan ke tempat wudhu, jangan
berlebihan dalam menggunakan air untuk berwudhu. Apabila waktu shalat
telah tiba dan muadzin telah telah melakukan adzan, segera hadapkan
dirimu ke arah kiblat, lakukan shalat sunah qabliyah (shalat sunah yang di
kerjakan sebelum shalat fardhu).Setelah itu duduklah bertafakkur, I’tikaf
sampai waktunya untuk shalat berjamaah, berjamaahlah dengan khusyu’
dan tawadhu (merasa rendah diri).
Wahai, Anakku ! Janganlah engkau lalai dalam beribadah kepada
Tuhanmu, Wahai, Anakku ! Berusahalah sekuat tenaga untuk
menenunaikan shalat fardu pada waktunya bersama jamaah. Bilamana
waktunya sudah dekat, segeralah engkau berwudhu dan jangan mendesak
seseorang di jalanmu. Janganlah berlebih-lebihan dalam menggunakan air.
Apabila waktunya sudah masuk dan mu’azin menyerukan azan, maka
menghadaplah ke kiblat dan shalatlah sunnah qabliyah.
Duduklah dengan tenang dan wibawa, hingga diserukan iqamah. Maka,
shalatlah bersama jamaah dengan khusyuk dan tunduk. Ketahuilah, bahwa
engkau di dalam shalat bermunajat kepada Tuhanmu, sementara engkau
berdiri di hadapan-Nya.
Janganlah engkau menuruti bisikan-bisikan setan. Janganlah pura-pura
tertawa di hadapan tuhanmu dan janganlah menyibukkan hati dengan
selain munajat kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Wahai, Anakku ! Jika engkau selesai menunaikan shalat fardu, maka
salatlah sunah ba’diyah dan berdoalah kepada Allah dengan doa-doa yang
baik dan mudah bagimu. Mohonlah ampunan yang banyak kepada
Tuhanmu dan mintalah kelapangan rezeki, karena Dia-lah Yang Memberi
kelapangan rezeki lagi Maha Mengetahui.
Wahai, Anakku ! Jika engkau mampu duduk di dalam majelis dalam
Bukanlah termasuk adab bila engkau memasuki rumah Tuhanmu,
sementara engkau tidak memiliki persiapan untuk beribadah kepada-Nya.
Wahai, Anakku ! Sesungguhnya kebanyakan kaum muslimin melihat
kepada para pelajar (santri) dengan pandangan hormat dan menganggap
besar setiap perbuatan kecil yang mereka lakukan.
Wahai, Anakku ! Jagalah supaya engkau tidak dicaci maki oleh orang
awam.
Janganlah bersuara keras di dalam masjid, karena perbuatan itu jelek
apabila dlakukan orang awam, sedangkan oleh pelajar (santri) lebih jelek
dan lebih tercela.
Janganlah berdebat dengan seseorang dan jangan bertengkar dengannya.
Janganlah engkau mempersulit seorang muslim yang ingin beribadah di
rumah Tuhannya.
Wahai, Anakku ! Sesungguhnya orang awam itu apabila masuk masjid,
sepatutnya dia belajar adab dan khusyuk darimu. Bukan sebaliknya,
engkau menampakkan adab yang buruk hingga dia menasehati dan
membimbingmu.
Wahai, Anakku ! Janganlah engkau menyia-nyiakan kemuliaan ilmu
dengan berlaku buruk di rumah Allah dan jangan berkata buruk kepada
saudara-saudaramu.
Apabila engkau melihat sesuatu yang tidak engkau sukai pada seseorang
Apabila ingin membimbingnya pada suatu hukum syar’i, maka jangan
berkata kasar kepadanya dan jangan membuatnya enggan belajar ilmu
agama.
Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, menuju jalan
yang lurus.
12. Bab kedua belas keutamaan berbuat Jujur
Wahai anakku, berusahalah engkau untuk menjadi seseorang yang
selalu jujur dalam segala pembicaraan. Sebab sesungguhnya dusta itu
adalah perbuatan yang buruk dan tercela. Janganlah engkau berdusta untuk
memperoleh nama baik di kalangan teman-teman dan gurumu. Bila
engkau sudah terbiasa berdusta, maka teman-temanmu tidak akan
mempercayaimu, sekalipun yang engkau sampaikan itu adalah benar.
Wahai anakku, apabila engkau melakukan pelanggaran terhadap
gurumu, engkau wajib menerima sangsi, maka janganlah berdusta. Bila
engkau di tanya, jawablah dengan terusterang. Dalam melakukan sesuatu
hendaklah konsekwen, berani berbuat harus berani bertanggungjawab.
Jangan melibatkan temanmu lantaran ingin menghindari sangsi, karena
jika kebohonganmu telah terbongkar, maka engkau akan menerima
Keutamaan berperilaku jujur akan memiliki efek baik kepada hidup
kita. Mungkin memang kita tidak akan merasakannya sekarang, tapi pasti
beberapa tahun lagi atau bahkan mungkin nanti ketika kita sudah
meninggal dunia dan dibangkitkan lagi di akhirat kelak. Terlepas dari apa
jujur baik itu berbuat atau berkata akan membuat dunia ini lebih baik dan
jauh lebih transparan dibanding sebelumnya.
Keutamaan berperilaku jujur yang bisa didapatkan seseorang baik di Dunia
atau di akhirat
Berperilaku jujur pernah dikatakan keuntungannya oleh Mark
Twain yang merupakan seorang penulis. Dia mengatakan bahwa jika kita
berkata atau berbuat jujur, maka kita tidak perlu mengingat apapun karena
kita hanya mengatakan atau melakukan apa yang benar dan tidak
mengada-ada sehingga tidak diperlukan usaha untuk mengingat apa yang
kita lakukan. Ketika berbohong, kita akan membuat banyak alasan yang
mungkin akan kita lupakan keesokan harinya sehingga jika ada yang
bertanya maka kita harus berusaha keras untuk mengingat apa yang terjadi
atau apa yang sudah kita katakan.
Pilihan untuk berperilaku jujur nampaknya kini sudah mulai
banyak ditinggalkan oleh orang-orang mengingat mereka kini banyak yang
mengejar kekayaan yang fana, mengejar materi yang tak akan pernah ada
habisnya. Jika kita ingin mencapai kebahagiaan yang hakiki, maka
berhentilah berkata ataupun berbuat dusta, dan mulailah jujur baik kepada
diri sendiri atau kepada Allah SWT dan berperilaku sebagai hamba-Nya.
Ketika kita memulai hidup yang jujur, maka kita akan mendapatkan jalan
yang dipermudah oleh Allah SWT. Kejujuran sebagai suami yang
bertanggung jawab untuk menafkahi secara halal, sebagai istri yang
akan selalu menjadikan musyawarah sebagai cara penyelesaian berbagai
macam hal.
Apa saja yang bisa didapat ketika kita berkata atau berbuat Jujur
kepada diri Sendiri dan Allah SWT?
Setiap perbuatan yang kita lakukan tidak akan sia-sia di mata Allah
SWT, dan begitu juga dengan kejujuran. Allah SWT menjanjikan beberapa
keutamaan berperilaku jujur yang bisa kita dapat selama hidup kita, jika
dan hanya jika kita berhenti berkata dan berbuat penuh dusta. Hal-hal
tersebut antara lain adalah:
a. Jujur adalah tiket surga
Lewat sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, diketahui bahwa nabi Muhammad Rasulullah SAW pernah
bersabda mengenai bagaimana kejujuran seseorang akan membawa
mereka ke surga sementara kebohongan akan menarik mereka ke
dalam neraka Allah.
b. Orang yang jujur disukai orang-orang lain
Keuntungan dari menjadi jujur adalah kita akan disukai oleh
banyak orang seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Hadist itu bercerita bahwa Heraklius bertanya apa yang menyebabkan
banyak pengikut Rasulullah kepada Abu Sofyan, dan jawabannya
adalah kejujuran.
Hadist yang diriwayatkan Muslim menceritakan bahwa mereka
yang mati jujur maka akan tergolong sebagai syuhada.
d. Kejujuran membawa keberkahan
Bukhari dan Muslim pernah meriwayatkan hadist yang isinya
tentang bagaimana orang yang berjual-beli dengan jujur akan
dirahmati oleh Allah SWT.
e. Dengan jujur, akan menjadi tenang
Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah memberitahu,
bahwa sesungguhnya mereka yang bohong akan terus ragu dan yang
jujur akan hidup dalam ketenangan. Mungkin dari banyaknya
kelebihan lain inilah salah satu yang paling baik di antara keutamaan
berperilaku jujur.
13. Bab Ketiga belas berisi tentang Keutamaan amanat
Bab ini merupakan pentingnya untuk mempunyai sifat amanat
Wahai sebagaimana yang di contohkan oleh nabi Muhammad saw karna
sebaik-baik sifat yaitu adalah sifat amanat sebagaimana yang di jelaskan
sebagai berikut.
Wahai anakku, amanah (dapat dipercaya) merupakan sebaik-baik
akhlaq dan beberapa akhlaq terpuji. Sedangkan khianat (tidak dapat di
percaya) merupakan seburuk-buruk akhlaq yang hina dan rendah. Amanah
merupakan hiasan bagi orang-orang yang mulia dan berilmu.
Sesungguhnya amanah dan sidiq (jujur) merupakan sebagian sifat-sifat
14. Bab keempat belas memuat tentang keutamaan iffah (kesucian diri)
Bab ini berpesan untuk menanamkan dan membiasakan dalam
keseharuian selalu bersikap iffah (kesucian diri) atau sering kita kenal
dengan sikap wirai selalu menjaga diri dari pekara yang yang haram.
Sebagaimana yang di jelaskan di bawah ini.
Wahai anakku, iffah (menjaga diri dari sesuatu yang haram) adalah
sebagian dari akhlaq orang-orang yang mulia, termasuk sifat orang yang
beramal baik. Sebab itu engkau harus memiliki akhlaq yang mulia itu agar
menjadi suatu watak yang tertanam dalam jiwamu.
15. Bab kelima belas memuat tentang keutamaan muruah (Kurang menjaga
kehormatan diri), Syahamah(mencegah hawa nafsu) dan Izzatin Nafsi
(kemuliaan diri)
Bab ini memberikan peringatan bagi siapa saja yang kurang
memelihara dan membiasakan sikap muruah. Sebagaimana yang di
jelaskan berikut ini. Wahai anakku, tidak ada kebaikan bagi orang yang
sedikit muruahnya (Kurang menjaga kehormatan diri), membuat dirinya
hina dalam pandangan umat dan teman pergaulan. Apabila seseorang di
hina dan di cela, dia akan merasa rendah diri serta kehilangan kemuliaan
16. Bab keenam belas berisi tentang ghibah, namimah, dendam, iri hati, dan
sombong
Bab ini di jelaskan macam-macam sikap tercela bagi sesama
manusia sebagaimana kutipan berikut. Wahai anakku, sebagian dari akhlaq
tercela dan hina ialah ghibah (engkau membicarakan kejelekan temanmu
di saat dia tidak ada). Apabila dia mengetahuinya tentu akan merasa tidak
senang.
Wahai anakku, pada setiap orang pasti mempunyai kekurangan,
karena itu jauhilah olehmu membicarakan kejelekan orang lain. Wahai
anakku, jauhilah ghibah, jauhi perbuatan-perbuatan sejenis. Perbuatan
yang serupa dengan ghibah adalah namimah (mengadu domba), janganlah
engkau berbuat kerusakan di kalangan umat manusia. Janganlah engkau
mengatakan kepada seseorang si Anu telah mengumpatmu. Si Anu
menuduhmu berbuat Anu dan lainya.
17. Bab ketujuh belas berisi tentang tobat, rasa takut, harapan dan
kesabarandisertai syukur
Pembahasan ini memuat tentang pesan untuk manusia selalu
manjaga diri dari perbuatan dosa sebagaimana ulasan berikut ini. Wahai
anakku, hindarkanlah diri dari dosa dan kesalahan. Terkecuali Nabi
‘alaihimusholatu wasalam, mereka semua ma’shum (terjaga). Jika dirimu
terpaksa melakukannya beritighfarlah kepada Allah swt, sesungguhnya
18. Bab kedelapan belas berisi tentang keutamaan beramal, bekerja disertai
tawakal dan zuhud
Bab ini membahas untuk selalu mencari ilmu setiap saat sebgai
mana pesan Nabi untuk selalu mencari ilmu, bekerja untuk memenuhi
kebutuhan dalam hidup. Sebagaimana yang tertera berikut ini. Wahai
anakku, tuntutlah ilmu sebanyak mungkin agar engkau dapat mengamakan
dan memberi manfaat untuk dirimu, serta dapat mengajar, menunjukan dan
mengajak umat manusia daam mengamalkan ilmu tersebut. Belajarlah
engkau agar dapat memperdalam ilmumu dengan jalan mengambil
pelajaran dari hidup dan kehidupanmu serta mendapatkan jaan keluar
dalam menempuh kehidupan duniawi dan ukhrawi. Janganlah engkau
mempelajari suatu ilmu tetapi ilmu itu akan mencelakai dirimu dan jangan
sampai ilmu tersebut pengikat atau pencegah gerak langkahmu dalam
berpijak, ini karena piciknya pikiranmu dalam mengartikan ilmu yang
akhirnya ilmu yang engkau miliki dapat menjadi jurang pemiah antara
kehidupan dan hati nuranimu.
19. Bab kesembilan belas berisi tentang keikhlasan niat untuk Allah ta’ala
dalam semua amal
Bab ini untuk selalu ikhlas dalam mengerjakan sesuatu karna
hasilnya nanti akan sesuai dengan yang kita niatkan. Sebagaimana
penjelasan berikut ini. Wahai anakku, dalam hadis Nabi di terangkan
seseorang akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang di niatkan”.
(HR. Bukhari, Mulim, dan yang lain dari Umar bin Khathab ra., dari Nabi
saw).
Sesunggunya orang yang menghindari makan dan minum dari pagi
hingga sore dengan niat shaum, sama saja dengan lapar dan hausnya orang
yang tidak makan dan minum dari pagi hingga sore. Tetapi orang yang
pertama, disertai dengan shaum, maka ia akan mendapat pahala dari di sisi
Allah dengan pahala orang shaum di sertai niat. Karena itu, ikhlaskanlah
dirimu dengan pahala orang yang shaum di sertai niat.Karena itu
ikhlaskanlah dirimu dengan niat untuk mengabdikan diri kepada Rabbmu
dalam segala amal.
20. Bab kedua puluh berisi tentang wasiat-wasiat terakhir
Bab ini berisi tentang pesan pesan terakhir sebagaimana ulasan
berikut ini. Wahai anakku, perbanyaklah tadarus Al-Qur’an dan hafalkan
ayat-ayat yang mulia.Jangan sekali-kali engkau membaca Al-Qur’an,
tanpa merenungkan makna kandunganya. Apabila engkau menemui
kesulitan dalam menemukan makna salah satu ayatnya, maka kajilah
kembali kitab-kitab tafsir atau datang kepada seorang ahli untuk meminta
penjelasanya.
Wahai anakku, jauh sekali perbedaan antara orang yang membaca
Al-qur’an, tapi dia tidak paham maksud dengan yang di bacanya di
bandingkan dengan orang yang membaca Al-Qur’an, sedangkan ia
Al-Qur’an dengan tidak mengetahui maknanya ibarat orang buta yang
berjalan di jalan raya, dia tidak bisa melihat sesuatu, mungkin selamat,
mungkin juga tidak.Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’andengan
memahami maksud dan maknanya ibarat orang yang sehat penglihatanya
dan dapat menyelamatkan diri di kala ada bahaya.
Wahai anakku, banyak orang membaca Al-Quran dengan maksud
ibadah, tetapi dilaknati oleh Al-Quran itu sendiri. Allah tidak menurunkan
Al-Quran yang mulia itu hanya untuk dijadikan sekedar bacaan tanpa
diketahui makna dan maksudnya, dan bukan pula hanya sekedar dipahami
makna serta maksudnya tanpa sering dibaca. Hendaklah keduanya
dilakukanya. Tetapi Allah menurunkan Al-Quran untuk diambil i’tibar
(pelajaran) dengan apa yang telah diperintahkan-Nya untuk dilaksanakan
serta dijauhi segala larangan-Nya. Allah menurunkan Al-Quran itu agar
dipegang kokoh ayat-ayatnya yang didalamnya menerangkan akhlaq
(aturan Allah) dalam segala hal. Bacalah Al-Quran dengan niat untuk
menjalankan segala perintah, menjauhi larangan serta akan berlaku baik
dengan akhlak yang telah terkandung didalamnya.
Wahai anakku, hitung (hisab) lah dirimu dari segala perbuatan
sebelum dirimu dihisab oleh Rabbmu. Apabila engkau berbaring
diperaduan hendak tidur, maka perhitungkanlah apa yang telah engkau
perbuat seharian. Kalau ternyata engkau lebih banyak beramal baik, maka
ucapkanlah: “Alhamdulillah” atas curahan pertolongan yang Allah
segeralah bertaubat dan merasa menyesal dengan memperbanyak ucapan:
“Astaghfirullaahal’adhim” berjanjilah kepada Rabbmu untuk tidak
mengulangi perbuatan maksiat. Insya Allah dengan jalan memperbanyak
Istigfar Allah akan menerima tobatmu.
Wahai anakku, perbanyaklah pendekatan diri kepada Allah, dan
berdoa memoho kebaikam untuk diri ataupun untuk kedua orang tuamu,
juga untuk kawan-kawanmu sesama muslimin dan mukminin. Bacalah:
tetap mendirikan shalat. Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu
bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada terjadinya hisab (hari
kiamat).” (QS. Ibrahim: 40 – 41)
Ya Allah curahkanlah Rahmat-Mu kepada kami semua,
hindarkanlah diri kami dari segala kesulitan, wafatkanlah kami dalam
berpegang teguh kepada iman yang sempurna dan berpegang teguh kepada
kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Rasul serta Engkau ridha kepada kami.
Ya Allah ya Rabb kami, curahkanlah ampunan-Mu kepada kami, kepada
kedua orang tua kami, guru-guru kami dan kepada kawan-kawan
seperjuangan kami dalam menegakkan Dien-Mu baik yang sudah gugur
syuhada ataupun yang masih hidup, serta curahkan ampunan-Mu kepada