• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Etika Bisnis Isalam

1. Penegrtian Etika Bisnis Islam

Etika berasal dari bahasa latin ethos yang berarti kebiasaan, sinonimnya adalah moral yang juga berasal dari bahasa latin mores yang berarti kebiasaan. Dalam bahasa Arab disebut dengan akhlak, bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti. Baik etika maupun

31 Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis Islam, ( jakarta : PT Raja Grafindo, 2011), hal 19

moral bisa diartikan sebagai kebiasaan atau adat istiadat (custom atau mores), yang menunjukkan kepada prilaku manusia itu sendiri, tindakan atau sikap yang dianggap benar atau tidak.32

Islam menempatkan nilai etika di tempat yang paling tinggi.

Pada dasarnya, Islam diturunkan sebagai kode perilaku moral dan etika bagi kehidupan manusia. Terminologi paling dekat dengan pengertian etika dalam Islam adalah akhlak. Dalam Islam etika sebagai cerminan kepercayaan Islam (iman). Jadi, Islam menjadi sumber nilai dan etika dalam aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk dalam dunia bisnis.33

Adapun bisnis merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan dalam produksi, menyalurkan barang dan jasa yang diperlukan oleh manusia baik dengan cara berdagang maupun bentuk lain dan tidak hanya mengejar laba. Bisnis dalam Islam merupakan unsur terpenting dalam perdagangan sejarah setelah mencatat bahwa penyebaran agama Islam diantaranya melalui perdagangan (bisnis).

Dalam buku etika bisnis karangan Prof. Dr. H. Muhammad Djakfar menyebutkan bahwa etika bisnis Islam adalah norma-norma etika yang berbasiskan Al-Quran dan Hadis yang harus dijadikan acuan oleh siapapun dalam aktivitas bisnisnya.34

32 Idri, Hadis Ekonomi : Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015), hlm. 323

33 Sri Nawatmi, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jurnal: Fokus Ekonomi, Vol. 9, No.1, April 2010), hlm. 54

34 Erly Juliyani, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jurnal: Ummul Qura, Vol.

7, No. 1, Maret 2016), hlm. 65

Etika bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar.

2. Fungsi Etika Bisnis

a. Etika bisnis berupaya mencari cara untuk menyelaraskan dan menyerasikan berbagai kepentingan dalam dunia bisnis.

b. Senantiasa melakukan perubahan kesadaran bagi masyarakat tentang bisnis, terutama bisnis Islami. Caranya biasanya dengan memberikan sautu pemahaman serta cara pandang baru tentang bisnis dengan menggunakan landasan nilai-nilai moralitas dan spirualitas, yang kemudian terangkum dalam suatu bentuk bernama etika bisnis.

c. Memberikan solusi terhadap berbagai persoalan bisni modern yang kian jauh dari nilai-nilai etika. Dalam arti bahwa bisnis yang beretika harus benar-benar merujuk pada sumber utamanya yaitu Al-Quran dan Sunnah.35

3. Konsep Etika Bisnis

Terintegrasinya etika Islam dalam bisnis telah menciptakan suatu paradigma bisnis dalam sistem etika bisnis Islam. Paradigma bisnis adalah gugusan pikiran atau cara pandang tertentu yang dijadika sebagai aktivitas maupun entitas.

a. Kesatuan (Tauhid/Utility)

35 Erly Juliyani, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jurnal: Ummul Qura, Vol.

7, No. 1, Maret 2016), hlm. 66

Konsep ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika Islam adalah kepercayaan total dan murni terhadap kesatuan (keesaan) tuhan.

b. Keseimbangan (keadilan/Equilibrium)

Prinsip keseimbangan bermakna terciptanya suatu situasi dimana tidak ada satu pihakpun yang merasa dirugikan atau kondisi saling ridho (an taradhin’). Perilaku keseimbangan dan keadilan dalam bisnis secara tegas dijelaskan dalam konteks perbendaharaan bisnis agar pengusaha muslim menyempurnakan takaran bila menakar dan menimbang dengan neraca yang benar, karena hal itu merupakan perilaku yang terbaik dan membawa akibat yang baik pula.36

c. Pertanggung Jawaban (Responsibility)

Islam sangat menekankan pada konsep tanggung jawab, walaupun tidaklah berarti mengabaikan kebebasan individu. Ini berarti bahwa yang dikehendaki ajaran Islam adalah kehendak yang bertanggung jawab.

d. Kehendak bebas

Berdasarkan prinsip ini, para pelaku bisnis mempunyai kebebasan untuk membuat perjanjian, termasuk menepati atau mengingkari janji. Seorang muslim yang percaya pada kehendak Allah, akan memuliakan semua janji yang dibuatnya.

e. Kebenaran (Kebajikan dan Kejujuran)

36 Erly Juliyani, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jurnal: Ummul Qura, Vol.

7, No. 1, Maret 2016), hlm. 67

Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku benar, yang meliputi proses akad (transaksi), proses mencari atau memperoleh komoditas, proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih dan menetapkan keuntungan. Kebajikan dalam bisnis adalah sikap kesukarelaan dan keramahtamahan. Kejujuran adalah sikap jujur dalam semua proses bisnis yang dilakukan tanpa adanya penipuan sedikitpun.

4. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam

Dalam Islam, manusia sebagai individu dalam kelompok mempunyai kebebasan dalam melakukan kegiatan bisnis. Dalam menjalankannyapun harus sesaui dengan kaidah-kaidah Islam, manusia mempunyai tanggung jawab moral kepada tuhan dan pelaku bisnis lainnya. Dalam melakukan kegiatan bisnis hendaklah mengacu pada ajaran dalam Al-Quran dan Hadis agar terhindar dari kegiatan bisnis yang tidak sehat.37

1. Prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam Islam kejujuran merupakan sayarat fundamental dalam kegiatan bisnis.

2. Menepati janji. Allah SWT menganjurkan kita selalu menepati janji dalam jual beli dan aktifitas lainnya.

37 Annisa Mardatillah, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jurnal: JIS, Vol. 6, No. 1, April 2013), hlm. 94

3. Takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan timbangan yang benar harus benar-benar diutamakan.

4. Menggunakan persetujuan kedua belah pihak dalam melakukan perniagaan (bisnis) harus tercipta ijab qabul diantara penjual dan pembeli.

5. Bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Pelaku yang memakan riba dinilai Allah sebagai orang yang kesetanan.

6. Penetuan harga oleh pengusaha berdasarkan mekanisme pasar yang normal.

Dalam konsep etika bisnis Islam seorang pedagang/pengusaha tidak boleh menetapkan harga sesuka hatinya baik bagi petani yang memiliki hutang maupun tidak karna akan membuat salah satu pihak merasa dirugikan, dan hal ini tentunya akan bertentangan dengan etika bisnis dalam Islam. Disini manusia mempunyai tanggung jawab moral kepada tuhan dan pelaku bisnis lainnya. Kegiatan bisnis seorang pedagang/pengusaha harus dijalankan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam kaidah-kaidah Islam dan mengamalkan aturan tersebut agar tercapainya kemaslahatan bagi seluruh umat dan terhindar dari kegiatan bisnis yang tidak sehat.

Dokumen terkait