• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Prilaku Pedagang

2. Pengertian Pedagang

Pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan barang yang tidak di produksi sendiri u ntuk memperoleh keuntungan. Pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan sebagai pekerjaan sehari-hari. Perbuatan perdagangan pada umumnya adalah kegiatan pembelian barang untuk dijual lagi. Pedagang di bagi menjadi tiga yaitu :

a. Pedagang Besar/ Distributor/Agen Tunggal

Pedagang Besar/Distributor adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang dagangan dari tangan pertama atau produsen secara langsung. Pedagang besar biasanya diberi hak dan wewenang wilayah/daerah tertentu.

b. Pedagang Menengah/Agen/Grosir

Pedagang Menengah adalah yang membeli atau mendapatkan barang dagangannya dari distributor/agen runggal, yang

26 M. Moefad, Perilaku Individu dalam Masyarakat Kajian Komunikasi Social, (Jombang: EL-DEHA Press Fakultas Dakwah IKAHA, 2007), hal 17

biasanya akan diberi daerah kekuasaan penjualan/perdagangan tertentu yang lebih kecil dari daerah kekuasaan distributor.

c. Pedagang Eceran/Pengecer

Pedagang Eceran adalah pedagang yang menjual barang, yang dijualnya langsung ketangan konsumen akhir atau konsumen dengan satuan eceran.

3. Prilaku Pedagang

Manusia merupakan makhluk yang begitu terikat pada moral-moral yang berlaku didalam masyarakat, termasuk moral ekonomi. Semua perilaku individu, termasuk perilaku ekonomi, harus menunjuk kepada norma-norma moral yang terdapat pada masyarakat.27

Perilaku di pengaruhi oleh sikap. Sikap sendiri dibentuk oleh sistem nilai dan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Maka kegiatan apapun yang dilakukan manusia hampir selalu dilatarbelakangi oleh pengetahuan pikiran dan kepercayaan. Perilaku ekonomi yang bersifat subyektif tidak hanya dapat dilihat pada perilaku pedagang sama halnya dengan perilaku konsumen, prilaku pedagang tidak semeta-meta di pengaruhi oleh pengetahuan yang bersifat rasional tetapi juga oleh sistem nilai yang diyakini. Pedagang juga harus mendasarinya perilaku ekonominya dengan seperangkat etika yang diyakini. Karena itu perilaku ekonomi dalam berdagang tidak semata-mata memeprtimbangkan faktor benar dan tidak benar menurut ilimu ekonomi dan hukum atau berdasarkan

27 C.S.T. Kensil dan Christine S.T. Kensil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal 15

pengalaman tetapi juga mempertimbangkan faktor baik dan tidak baik menurut etika.28

Prinsip ekonomi Islam bertujuan untuk mengembangkan kebajikan semua pihak sebagaimana yang dinyatakan oleh konsep falah yang terdapat dalam Al-Quran. Prinsip ini menghubungkan prinsip ekonomi dengan nilai moral secara langsung. Untuk mencapai falah, aktivitas ekonomi harus mengandung dasar-dasar moral.

Dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan ekonomi, nilai etika sepatutnya dijadikan sebagai norma, dan selanjutnya yang berkaitan dengan ekonomi haruslah dianggap sebagai hubungan moral dan etika ekonomi Islam secar tegas telah memisahkan antara nilai-nilai dan perilaku dalam perdagangan. Diantara norma-norma atau nilai-nilai syariah di dalam berdagang adalah sebagai berikut :

a. Menegakkan Larangan Memperdagangkan Barang-Barang Yang diharamkan.

Perilaku yang muncul dari memahami nilai ini adalah larangan mengedarkan barang-barang haram, baik dengan cara membeli, menjual, memindahkan, atau cara apa saja untuk mempermudah peredarannya.

b. Bersikap Benar, Amanah, dan Jujur.

Perilaku yang dimaksud dengan benar adalah ruh keimanan, ciri utama orang mukmin, bahkan ciri para nabi.

Tanpa kebenaran, agama tidak akan tegak dan tidak akan

28 Damsar, Sosiologi Ekonomi ... hal 42

stabil. Sebaliknya, bohong dan dusta adalah bagian dari pada sikap munafik. Bencana terbesar di dalam pasar saat ini adalah meluasnya tindakan dusta dan bathil, misalnya, berbohong dalam melakukan menetapkan harga dan takaran timbangan.

Amanah adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi hakna dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga dari suatu barang dan penakaran timbangan terhadap suatu barang. Jujur, selain benar dan memegang amanah, seseorang pedagang harus berlaku jujur, dilandasi keinginan agar orang lain mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan sebagaimana ia menginginkannya dengan cara menjelaskan cacat barang dagangan yang ia ketahui yang tidak terlihat oleh pembeli.29 c. Menegakkan Keadilan dan Mengharamkan Bunga.

Perilaku dari nilai ini diantaranya adalah tidak melakukan bai’y gharar (jual beli yang mengandung ketidakjelasan), tidak bertransaksi dengan riba, menyempurnakan timbangan dan takaran, tidak melakukan penimbunan barang dengan tujuan mempermainkan harga, bersegera dalam membayar hutang kalau sudah tiba waktunya, melakukan pencatatan terhadap semua transaksi usaha, dan membayar gaji karyawan tepat waktu.

29 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam ... hal 160

d. Menerapkan Kasih Sayang dan Mengharamkan Monopoli.

Kasih sayang dijadikan Allah lambang dari risalah Rasulullah. Islam ingin menegakkan dibawah naungan norma pasar. Kemanusiaan yang besar menghormati yang kecil, yang kuat membantu yang lemah, yang bodoh belajar dari yang pintar, dan manusia menantang kedzaliman. Oleh sebab itu, Islam mengharamkan monopoli, satu unsur yang berlaku dalam paham kapitalis disamping riba. Yang dimaksud dengan monopoli ialah menahan barang dari perputaran di pasar sehingga harga naik. Diantara perilaku yang berhubungan dengan nilai ini adalah tidak menggusur pedagang lain, tidak monopoli, dan tidak menjelekkan bisnis orang lain.30

e. Menegakkan Toleransi dan Persaudaraan

Salah satu moral yang terpuji ialah toleran dan menjauhkan faktor eksploitasi. Tindakan eksploitasi banayk mewarnai dunia perdagangan yang berada dibawah naungan Kapitalis. Salah satu etika yang harus dijaga adalah menjaga hak-hak orang lain demi terpeliharanya persaudaraan. Jika individu dalam sistem kapitalis tidak mengindahkan hal-hal yang berkaitan dengan etika seperti tidak mengindahkan perasaan orang lain, tidak mengenal akhlak dalam bidang ekonomi, dan hanya mengejar keuntungan, maka sebaliknya, Islam sangat memperhatikannya. Islam menganjurkan kepada

30 Yusuf Qardhawi , Norma dan Etika Ekonomi Islam ... hal 166

pedagang agar mereka bersedekah semampunya untuk membersihkan pergaulan mereka dan tipu daya, sumpah palsu dan kebohongan.

f. Berpegang Pada Prinsip Bahwa Perdagangan Adalah Bekal Menuju Akhirat.

Bekal pedagang menuju akhirat, salah satu moral yang juga tidak boleh dilupakan, meskipun seorang muslim telah meraih keuntungan jutaan rupiah lewat perdagangan dan transaksi, ia tidak lupa kepada allah SWT. Ia tidak lupa menegakkan syariat agama, terutana shalat yang merupakan hubungan abadi antara manusia dengan Allah SWT.

Berperilaku yang berhubungan dengan nilai ini diantaranya adalah tidak bertransaksi pada waktu shalat jum’at, tidak meninggalkan shalat, tidak melalaikan diri dari ibadah, niat yang lurus, selalu ingat kepada Allah SWT dalam berdagang, mengukur waktu berdagang dan puas dengan keuntungan yang diperoleh, menghindari syubhat, dan membayarkan zakat.

Prinsip-prinsip etika bisnis Islami yang harus dimiliki pedagang sebagai berikut :

1) Prinsip Kejujuran

Terdapat dua lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnia tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan

syarat-syarat perjanjian dan kontrak, Kedua, kejujuran dalam penawaran barang adengan mutu harga yang sebanding.

Ketiga, jujur dalam hubungan kerja.31 2) Prinsip keadialan.

Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai denga aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional objektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.

3) Prinsip otonom.

Adalah sikap dan kemampuan manusia untu mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

4) Prinsip Saling Menguntungkan.

Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.

Dokumen terkait