• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODA PENELITIAN

4.1 Perumusan Model

4.1.1 Blok Indonesia

4.1.1.1.Luas Areal Tanaman Menghasilkan

Harga riil domestik komoditi tanaman perkebunan (kelapa sawit dan karet) tingkat suku bunga dan upah adalah faktor yang menentukan pengusaha untuk melakukan investasi melalui ekstensifikasi. Perilaku produksi komoditi tanaman perkebunan dianalisis melalui respon areal dan produktivitasnya. Respon areal dibedakan berdasarkan kelompok pengusahaan perkebunan. Persamaan luas areal tanam dapat dirumuskan sebagai berikut:

55 Produktivitas Luas Areal TM Harga Komoditi Lain Tingkat Suku

Bunga Upah TK Harga Pupuk

Teknologi Produksi Harga Domestik Komoditi Ekspor Nilai Tukar Konsumsi Domestik Harga Ekspor Permintaan Industri Domestik Harga Output Permintaan Output Produksi Output Produksi Dunia Stok Dunia Harga Dunia Konsumsi Dunia Ekspor Dunia Impor Dunia Ekspor Sisa Dunia Impor Sisa Dunia Konsumsi Sisa Dunia Produksi Sisa Dunia Luas Areal TM Sisa Dunia Jumlah Penduduk Sisa Dunia Impor Negara i Konsumsi Negara i GDP Negara I Jumlah Penduduk Negara i Nilai Tukar Negara I Impor Pajak Ekspor Permintaan Industri Lain Peubah Endogen Peubah Eksogen

Blok Indonesia Blok Dunia Blok Importir

Blok Sisa Dunia

Luas Areal Tanam Kelapa Sawit:

- (P.01a) Koefisien yang diharapkan adalah:

Luas Areal Tanam Karet:

-

(P.01b) Koefisien yang diharapkan adalah:

dimana:

= luas areal tanam menghasilkan kelapa sawit pada

perkebunan i (perkebunan rakyat=1, perkebunan negara = 2, dan perkebunan besar swasta= 3) tahun ke t (ribu ha) = luas areal tanam mengahasilkan karet tahun ke t (ribu ha),

HCPORt-3 = lag 3 tahun dari harga riil CPO domestik (Rp/kg), HRETRt-3 = lag 3 tahun dari harga riil karet domestik (Rp/kg), INTRRt-3 = lag 3 tahun dari tingkat suku riil bunga bank (%), HPUKRt = harga pupuk riil pada tahun ke t (Rp/kg),

UPAHRt = tingkat upah riil disektor pertanian tahun ke t (Rp), = teknologi yang diproksi melalui trend waktu,

- = lag dari ,

57

- = lag dari . 4.1.1.2.Produktivitas

Produktivitas komoditi tanaman perkebunan dapat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas input yang digunakan, teknologi produksi, agroklimat, dan tingkat penerimaan yang diharapkan. Dalam perumusan persamaaan produktivitas dalam penelitian ini, kualitas dan kuantitas penggunaan input diproksi melalui harga-harga input tersebut (tingkat suku bunga harga pupuk, dan tingkat upah), penerimaan diproksi melalui harga output, dan teknologi diproksi melalui trend waktu. Persamaaan produktivitas masing masing komoditi dapat ditulis sebagai berikut:

Produktivitas Kelapa Sawit (CPO)

(P.02a)

Koefisien yang diharapkan adalah:

Produktivitas Karet

(P.02b)

Koefisien yang diharapkan adalah:

dimana:

= produktivitas sawit tahun ke t (ton/ha), = produktivitas karet tahun ke t (ton/ha),

= lag dari .

4.1.1.3.Produksi

Melalui pendekatan luas areal dan produktivitas, produksi masing masing komoditi dapat diperoleh dari perkalian luas areal tanam dan produktivitas. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Produksi Kelapa Sawit (CPO)

∑ (P.03a)

Produksi Karet Alam

∑ (P.03b)

dimana:

QCPOt = produksi sawit tahun ke t (ribu ton), QRETt = produksi karet tahun ke t (ribu ton).

4.1.1.4.Ekspor Crude Palm Oil dan Karet Alam

Persamaan ekspor masing-masing komoditi tanaman perkebunan dirumuskan secara agregat tanpa membedakan negara tujuan. Hal ini dimaksudkan agar model dapat menerangkan secara maksimal perubahan-perubahan yang terjadi di pasar dunia. Persamaan ekspor masing-masing komoditi adalah sebagai berikut:

Ekspor Kelapa Sawit (CPO)

- (P.04a)

Koefisien yang diharapkan adalah:

59

Ekspor Karet Alam

- (P.04b)

Koefisien yang diharapkan adalah:

dimana:

XCPOt = ekspor CPO Indonesia pada tahun ke t (ribu ton), XRETt = ekspor karet alam Indonesia pada tahun ke t (ribu ton), XCPOt-1 = lag dari XCPOt.

4.1.1.5.Permintaan Domestik

Produksi domestik dari masing-masing komoditi tanaman perkebunan (kelapa sawit dan karet) sebahagian dialokasikan untuk konsumsi domestik sebahagian lagi untuk tujuan ekspor. Konsumsi domestik sebagian besar diserap oleh industri. Konsumsi minyak sawit (CPO) sebagian besar diserap oleh industri minyak goreng sebagian lagi diserap oleh industri oleokimia, industri margarin, industri kosmetika, dan sabun. Sedangkan konsumsi karet alam sebagian besar diserap oleh industri ban sebagian lagi oleh industri lain seperti sarung tangan, dan alat-alat kesehatan. Dengan demikian permintaan domestik dari masing-masing komoditi dapat dituliskan sebagai berikut:

Permintaan CPO Domestik

(P.05a)

Permintaan Karet Domestik

(P.05b)

DDCPO t = permintaan CPO domestik tahun ke t (ribu ton), DDRET t = permintaan karet alam domestik tahun ke t (ribu ton), DCPOMG t = permintaan CPO oleh industri minyak goreng domestik

tahun ke t (ribu ton),

DRETIBt = permintaan karet alam oleh industri ban domestik tahun ke t (ribu ton),

DCPOLt = permintaan CPO oleh industri lainnya tahun ke t (ribu ton),

DRETILt = permintaan karet alam oleh industri lainnya tahun ke t (ribu ton).

Sebagai bahan baku untuk industri, permintaan terhadap komoditi (CPO dan karet) dapat diturunkan melalui fungsi permintaan turunan (derived demand) yaitu melalui fungsi keuntungan. Permintaan industri domestik terhadap masing masing komoditi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Permintaan CPO Industri Minyak Goreng Domestik

- (P.06a) Koefisien yang diharapkan adalah:

Permintaan Industri Ban Domestik

- (P.06b) Koefisien yang diharapkan adalah:

dimana:

61

HMGDRt = harga minyak goreng sawit domestik tahun ke t (Rp/kg), HBANRt = harga ban domestik tahun ke t (Rp/pcs),

DCPOMGt-1 = lag dari DCPOMGt, DRETIBt-1 = lag dari DRETt.

4.1.1.6.Harga Domestik

Komoditi tanaman perkebunan ini ditujukan untuk ekspor sehingga perubahan harga dunia akan berpengaruh kepada harga domestik. Harga dunia secara teoritis akan mampu merangsang kenaikan jumlah yang diekspor, hal ini disebabkan peningkatan harga ekspor di negara eksportir akan merangsang eksportir memperbesar ekspornya, sehingga kuantitas di pasar domestik menjadi berkurang dan merangsang kenaikan harga domestik. Persamaan harga domestik dari masing-masing komoditi adalah sebagai berikut:

Harga CPO Domestik:

- (P.07a) Koefisien yang diharapkan adalah:

Harga Karet Domestik:

-

(P.07b) Koefisien yang diharapkan adalah:

dimana:

PRETR t = harga ekspor karet tahun ke t (US$/ton),

ERR t = nilai tukar riil Rupiah terhadap US Dollar tahun ke t, HCPOR t-1 = lag dari HCPOR t (Rp/kg),

HRETR t-1 = lag dari HRETR t (Rp/kg).

4.1.1.7.Harga Ekspor

Dalam menjaga kecukupan pasokan bahan baku industri domestik, pemerintah melakukan berbagai instrumen kebijakan di antaranya adalah pajak ekspor. Sesuai dengan teori yang diuraikan terdahulu, pemberlakuan pajak ekspor akan menyebabkan harga yang diterima oleh produsen menjadi lebih rendah dari harga dunia. Di samping dipengaruhi pajak ekspor harga ekspor masing-masing komoditi dipengaruhi oleh harga komoditi tersebut di pasar internasional/dunia, dan harga ekspor tahun sebelumnya. Oleh karena itu persamaan harga ekspor untuk setiap komoditi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Harga ekspor CPO Indonesia

- (P.08a) Koefisien yang diharapkan adalah:

Harga ekspor karet Indonesia

- (P.08b)

Koefisien yang diharapkan adalah: dimana:

63

PWCPO t = harga CPO di pasar dunia tahun ke t (cif. Rotterdam, US$/ton),

PCPOR t-1 = lag dari PCPOR t (US$/ton), PRETR t-1 = lag dari PRETR t (US$/ton),

PWRET t = harga karet di pasar dunia tahun ke t (cif. NewYork, US$/ton).

Dokumen terkait