• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2. Estimasi Output Potensial

4.2. Spesifikasi Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia

4.2.3. Blok Luar neger

Yang dimasukkan ke dalam blok luar negeri adalah pos-pos yang masuk dalam neraca pembayaran (balance of payment).

Ekspor aggregat dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu ekspor barang dan ekspor jasa. Ekspor barang terdiri dari ekspor minyak dan gas, ekspor komoditi pertanian dan ekpor barang manufaktur. Karena peran ekspor non-migas sangat penting, maka pembahasan tentang ekspor lebih ditekankan pada ekspor non- migas, yaitu ekspor barang pertanian (XAG), ekspor barang manufaktur (XG) dan ekspor jasa (XSR). Ekspor jasa adalah ekspor tenaga kerja Indonesia. Persamaan ekspor barang dan ekspor jasa dispesifikasikan berdasarkan pernyataan teoritis standar sbb.:

XAG = j0 + j1 RER + j2 XAGt-1 + u10 ... (4.18) XG = k0 + k1 RER + k2 XGt-1 + u11 ... (4.19) XSR = l0 + l1 RER + l2 GASIA + l3 XSRt-1 + u12 ... (4.20) X = XMG + XAG + XG + XSR ... (4.21) dimana:

XAG = Ekspor Komoditi Pertanian (Miliar Rupiah)

XAGt-1 = Ekspor Komoditi Pertanian Tahun Sebelumnya (Miliar Rupiah)

XG = Ekspor Barang Manufaktur (Miliar Rupiah)

XGt-1 = Ekspor Barang Manufaktur Tahun Sebelumnya (Miliar Rupiah)

XSR = Ekspor Jasa (Miliar Rupiah)

GASIA = Pertumbuhan Ekonomi Asia, yang Diwakili oleh Pertumbuhan Negara-Negara Singapura, Malaysia dan Hongkong (%/Tahun) XSRt-1 = Ekspor Jasa Tahun Sebelumnya (Miliar Rupiah)

XMG = Ekspor Minyak dan Gas Bumi (Miliar Rupiah) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter:

j1, k1, l1, l2 > 0 ; 0 < j2, k2, l3

Ekspor jasa (XSR) adalah pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Pengiriman tenaga kerja merupakan hal yang penting pada negara-negara sedang berkembang. Akan tetapi sampai saat ini belum ada teori yang benar-benar

< 1

Persamaan ekspor komoditi pertanian (XAG) dan ekspor barang manufaktur (XG) sesuai dengan teori standar, yaitu bergantung pada nilai tukar riil (RER) dan ekspor tahun sebelumnya. Berdasarkan teori perdagangan internasional, pada saat nilai tukar terdepresiasi, ekspor barang menjadi lebih kompetitif di pasar dunia. Akibatnya, tingkat ekspor barang meningkat. Oleh karena itu, diharapkan terdapat korelasi positif antara ekspor barang dan depresiasi nilai tukar riil di Indonesia. Variabel ekspor barang bedakala dimaksudkan untuk memperhitungkan kelembaman (inertia) pada pasar internasional.

komprehensif yang membahas tentang masalah pengiriman tenaga kerja dari negara-negara sedang berkembang. Oleh karena itu, persamaan ekspor jasa dibuat berdasarkan teori standar sederhana, yaitu dengan cara diproksi dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia yang merupakan penerima tenaga kerja dari Indonesia. Negara-negara penerima tenaga kerja Indonesia yang dimasukkan sebagai proksi dalam penelitian ini adalah negara Singapura, Malaysia dan Hongkong. Pertumbuhan ekonomi pada ketiga negara tersebut dianggap dapat meningkatkan permintaan akan tenaga kerja Indonesia. Serupa dengan persamaan ekspor barang, variabel nilai tukar riil dimasukkan sebagai variabel penjelas dalam persamaan ekspor jasa agar dapat dianalisis pengaruh perubahan nilai tukar riil terhadap ekspor jasa Indonesia. Harapan teoritisnya adalah depresiasi nilai tukar riil secara umum dapat meningkatkan ekspor jasa.

2. Impor Barang dan Impor Jasa

Impor aggregat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu impor barang dan impor jasa. Impor barang terdiri dari impor barang modal, impor bahan baku/penolong (intermediary goods) dan impor barang konsumsi. Impor jasa terdiri

dari asuransi, jasa pengiriman dan pembayaran bunga atas utang luar negeri. Persamaan-persamaan impor barang modal (MGK), impor bahan baku/penolong (MGI), impor barang konsumsi (MGC), impor jasa (MSR) dan persamaan kesenjanganvaluta asing (FOR) adalah:

MGK = m0 + m1 RER + m2 Y + m3 MGKt-1 + u13 ... (4.22) MGI = n0 + n1 RER + n2 X + n3 MGIt-1 + u14 ... (4.23) MGC = o0 + o1 RER + o2 Y + o3 MGCt-1 + u15

MSR = p

... (4.24) 0 + p1 RER + p2 Y + p3 IRD + p4 MSRt-1 + u16 ... (4.25)

M = MGK + MGI + MGC +MSR ... (4.26) FOR = X − M ... (4.27) dimana:

MGK = Impor Barang Modal (Miliar Rupiah)

MGKt-1 = Impor Barang Modal Tahun Sebelumnya (Miliar Rupiah)

MGI = Impor Bahan Baku/Penolong (Miliar Rupiah)

MGIt-1 = Impor Bahan Baku/Penolong Tahun Sebelumnya (Miliar Rupiah)

MGC = Impor Barang Konsumsi (Miliar Rupiah)

MGCt-1 = Impor Barang Konsumsi Tahun Sebelumnya (Miliar Rupiah)

MSR = Impor Jasa (Miliar Rupiah)

IRD = FED − IR

= Tingkat Suku Bunga Bank Sentral Amerika Serikat − Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

= Perbedaan Tingkat Suku Bunga Asing dan Domestik (%/Tahun) MSRt-1 = Impor Jasa Tahun Sebelumnya (Miliar Rupiah)

FOR = Kesenjangan Valuta Asing (Miliar Rupiah)

Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter:

m2, n2, o2, p2 > 0 ; m1, n1, o1, p1, p3 < 0 ; 0 < m3, n3, o3, p4

Dalam persamaan permintaan impor barang modal (MGK) dimasukkan variabel nilai tukar riil (RER), kegiatan-kegiatan domestik dan variabel-variabel penggerak permintaan (demand shift) yang diproksi oleh PDB riil (Y) dan variabel

impor barang modal tahun sebelumnya (MGK

< 1

t-1). Dalam persamaan impor bahan baku/penolong (MGI) dimasukkan variabel nilai tukar riil (RER), total ekspor (X) dan impor bahan baku/penolong tahun sebelumnya (MGIt-1). Dalam persamaan impor barang konsumsi (MGC) dimasukkan variabel nilai tukar riil (RER), PDB riil (Y) dan impor barang konsumsi tahun sebelumnya (MGCt-1). Dalam persamaan impor jasa (MSR) dimasukkan variabel nilai tukar riil (RER), PDB riil (Y), perbedaan tingkat suku bunga asing dan domestik (IRD) dan impor jasa tahun sebelumnya (MSRt-1). Untuk seluruh persamaan impor, nilai tukar riil diharapkan

berkorelasi negatif dengan impor karena pada umumnya depresiasi nilai tukar akan menurunkan tingkat impor.

Perbedaan tingkat suku bunga asing dan domestik dalam penelitian ini didefinisikan sebagai rata-rata tahunan tingkat suku bunga Federal Reserve (FED)

di Amerika Serikat dikurangi rata-rata tahunan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Justifikasi teoritis untuk pencatuman variabel-variabel penjelas persamaan- persamaan impor adalah: (1) Melemahnya nilai tukar riil diasumsikan memiliki dampak negatif terhadap tingkat impor barang karena hal ini cenderung meningkatkan harga relatif barang impor, sehingga mengurangi permintaannya di Indonesia, (2) Variabel penjelas PDB riil diasumsikan berkorelasi positif dengan impor barang modal karena seperti negara-negara sedang berkembang lainnya, Indonesia merupakan negara yang perekonomiannya mengalami kekurangan modal

(capital-deficient economy) dan teknologinya belum mampu menyediakan barang

modal yang diperlukan untuk peningkatan investasi, sehingga bergantung pada impor barang modal, dan (3) Variabel-variabel permintaan dalam perekonomian Indonesia diproksi dengan PDB riil, sehingga diasumsikan PDB riil berkorelasi positif dengan tingkat impor barang dan impor jasa aggregat.

Pada umumnya, peningkatan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan permintaan impor barang dan jasa karena peningkatan output per kapita menjadikan suatu negara menjadi lebih makmur. Karena pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini diperlihatkan melalui nilai PDB riilnya, maka peningkatan PDB riil dianggap akan meningkatkan permintaan impor barang dan jasa.

Persamaan permintaan impor barang dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan persamaan-persamaan dalam model ekonomi yang dibangun di negara- negara sedang berkembang lainnya. Sebagai contoh, dalam penelitiannya di 17 negara sedang berkembang, Taylor (1990, 1993) memasukkan variabel investasi sebagai variabel penjelas dalam persamaan impor barang modal dan variabel PDB sebagai variabel penjelas dalam persamaan impor bahan baku. Sedangkan Solimano (1990) menggabungkan tingkat investasi dan nilai tukar riil sebagai variabel eksogen dalam persamaan impor barang modal dan menggabungkan PDB dan nilai tukar riil dalam persamaan impor barang konsumsi dan impor bahan baku di negara Chili.

Impor jasa (MSR) terdiri dari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ekspor barang dan impor barang (seperti asuransi dan pengangkutan) dan pembayaran bunga utang luar negeri. Seperti impor barang, depresiasi nilai tukar dan penurunan PDB riil diasumsikan berpengaruh negatif terhadap impor jasa karena cenderung meningkatkan harga relatif impor jasa, sehingga mengurangi permintaannya di Indonesia. Karena impor jasa memasukkan variabel pembayaran bunga utang luar negeri, maka penurunan perbedaan tingkat suku bunga asing dan domestik diasumsikan akan meningkatkan permintaan pinjaman asing sehingga meningkatkan impor jasa.