• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

4. Elemen yang hilang

3.2.6. Model Three-Gap Iqbal

Pada dasarnya, Iqbal (1996) menggunakan konsep model three-gap Taylor

(1990, 1993) dan Solimano (1990), dan kemudian disempurnakan lagi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Penyempurnaan yang dilakukan oleh Iqbal dalam penelitian yang dilakukannya untuk negara Pakistan adalah sebagai berikut:

1. Model three-gap Iqbal (1996) menggunakan konsep model Solimano (1990)

yang kemudian disempurnakan lagi dengan memasukkan variabel pelarian modal (private capital flight).

2. Estimasi variabel output potensial diganti menjadi PDB riil. Investasi swasta, investasi publik dan konsumsi swasta dianggap indikator pertumbuhan ekonomi.

3. Normalisasi dilakukan tidak hanya dengan deflator harga saja, tetapi bervariasi untuk setiap variabel, yaitu impor barang dinormalkan dengan tingkat PDB, impor jasa oleh tingkat impor barang, penerimaan non-trade

oleh tingkat PDB, penerimaan perdagangan oleh tingkat impor barang, tabungan swasta oleh tingkat pendapatan swasta, ekspor barang dan jasa oleh tingkat PDB, penerimaan modal asing ke sektor swasta oleh tingkat investasi swasta dan penerimaan modal asing ke sektor publik oleh tingkat investasi publik.

Model makroekonomi three-gap Indonesia yang dibangun dalam

penelitian ini mengacu pada model three-gap Iqbal (1996), tetapi dengan

modifikasi yang dianggap cocok untuk perekonomian Indonesia. Modelnya merupakan model ekonometrika dalam bentuk sistem persamaan simultan.

Kesenjangan tabungan, kesenjangan fiskal dan kesenjangan valuta asing (neraca pembayaran) diintegrasikan sebagai variabel endogen dalam model.

Kesenjangan tabungan yang negatif dapat terjadi sebagai akibat dari ekses investasi atas tabungan, sehingga terjadi defisit di sektor swasta, dimana dalam kasus Indonesia, memerlukan pinjaman atau aliran dana dari luar negeri yang sangat dominan untuk membiayai investasi, baik investasi sektor swasta maupun sektor publik.

Kesenjangan fiskal yang negatif terjadi sebagai akibat dari total pengeluaran pemerintah yang melebihi total penerimaannya sehingga terdapat defisit anggaran pendapatan dan belanja negara. Maka kemudian diperlukan pinjaman sektor publik, yang dapat dipenuhi antara lain dengan pinjaman luar negeri atau melalui sistem perbankan domestik dengan penjualan obligasi pemerintah. Pinjaman ini digunakan untuk menutup defisit.

Kesenjangan valuta asing (foreign exchange gap) dapat terjadi sebagai

akibat dari ketidakseimbangan antara ekspor dan impor. Pembahasan mengenai kesenjanganvaluta asing memasukkan komponen perdagangan internasional yaitu variabel ekspor dan impor. Variabel-variabel aliran dana asing ke sektor swasta dan publik tidak dimasukkan dalam kesenjangan sektor luar negeri karena meskipun variabel-variabel tersebut merupakan variabel-variabel dalam neraca pembayaran (balance of payment), tetapi di dalam aliran dana asing terdapat unsur

pinjaman luar negeri.

Masalah ketidakseimbangan pada sektor swasta, sektor publik dan neraca pembayaran merupakan kendala atas stabilitas makroekonomi. Maka analisis atas

ketiga kesenjangan tersebut menjadi penting dalam rangka memahami masalah dalam suatu perekonomian terbuka.

Dalam penelitian ini, dibuat suatu model makroekonomi yang memasukkan variabel-variabel yang berkaitan dengan ketiga kesenjangan tersebut. Beberapa kebijakan fiskal dan moneter dianalisis dampaknya terhadap kinerja perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan- kebijakan yang berkenaan defisit fiskal, pinjaman dalam negeri pemerintah, pinjaman luar negeri pemerintah, tingkat suku bunga, cadangan devisa, jumlah uang beredar dan peningkatan tabungan swasta domestik untuk meningkatkan investasi.

Dasar pemikiran dalam merumuskan kebijakan fiskal dan moneter adalah berdasarkan pengalaman empiris dari negara-negara sedang berkembang lainnya. Pada umumnya, hasil studi tentang pertumbuhan ekonomi negara-negara sedang berkembang menghasilkan beberapa kesimpulan umum.

Kesimpulan umum atas berbagai penelitian yang dilakukan di negara- negara sedang berkembang terkait masalah three-gap adalah sebagai berikut

(Iqbal, 1996):

1. Secara teoritis, ekspansi fiskal mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tetapi di negara-negara sedang berkembang dimana defisit fiskal sangat lazim terjadi, perlu dipelajari apakah dengan kondisi defisit tersebut peningkatan pengeluaran pemerintah yang memperbesar defisit mampu meningkatkan pertumbuhan, ataukah malah berakibat sebaliknya, yaitu defisit fiskal malahan menjadi kendala bagi pertumbuhan ekonomi. Apabila defisitfiskal ternyata merupakan kendala bagi pertumbuhan ekonomi, maka

kebijakan pengurangan public current expenditure melalui pengurangan

konsumsi pemerintah termasuk pengurangan subsidi menjadi penting untuk dilakukan guna mengurangi defisit fiskal. Berkurangnya defisit fiskal diharapkan berdampak lebih baik terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Kebijakan yang mendorong sektor swasta agar berperan lebih besar merupakan salah satu kebijakan utama pada semua program kebijakan ekonomi negara sedang berkembang. Untuk melihat dampak peningkatan sektor swasta, dapat dilakukan dengan cara menurunkan aliran surplus sektor swasta ke sektor publik. Penurunan aliran dana netto dari sektor swasta ke publik diasumsikan sebagai penurunan peranan pemerintah. Dalam penelitian ini, yang dijadikan instrumen kebijakan adalah perubahan obligasi pemerintah (government bonds).

3. Terdapatnya kesenjangan tabungan, kesenjangan fiskal dan kesenjangan valuta asing yang negatif dalam suatu perekonomian menyebabkan adanya kebutuhan akan pinjaman luar negeri. Defisit pada kesenjangan tabungan dibiayai oleh pinjaman luar negeri ke sektor swasta, sedangkan defisit kesenjangan fiskal ditutup oleh pinjaman luar negeri pemerintah. Pada umumnya, hasil penelitian di negara sedang berkembang memperlihatkan bahwa jika kesenjangan tabungan dan kesenjangan fiskal sedang binding,

maka meskipun pinjaman asing mampu menutup defisit kedua kesenjangan tersebut, tetapi sebenarnya pinjaman tersebut tidak berdampak positif terhadap PDB. Hanya jika kesenjangan valuta asing yang sedang binding,

4. Komponen yang penting dalam suatu perekonomian terbuka antara lain adalah tingkat suku bunga. Sebagai instrumen, pembuat kebijakan dapat meningkatkan atau sebaliknya menurunkan tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga domestik nominal yang dipertahankan di atas tingkat inflasi agar tingkat suku bunga domestik riil menjadi positif, dimaksudkan untuk meningkatkan tabungan swasta. Sebaliknya penurunan tingkat suku bunga dimaksudkan untuk meningkatkan investasi, dan kemudian melalui

multiplier, diharapkan akan terjadi peningkatan permintaan dan output.

5. Nilai tukar mata uang menjadi penting untuk dipelajari karena berdampak terhadap keseimbangan eksternal dan variabel makroekonomi lainnya dalam suatu perekonomian. Depresiasi atau apresiasi riil yang menuju ke keseimbangan yang tepat atas nilai tukar mata uang domestik sangat penting guna menampung keseimbangan eksternal serta membuat pertumbuhan ekonomi dapat berlanjut. Meskipun krisis ekonomi Indonesia berawal dari depresiasi yang sangat besar atas nilai tukar mata uang rupiah, tetapi bila apresiasi nilai rupiah melebihi nilai ekuilibriumnya, dapat berdampak negatif terhadap output riil karena menurunnya daya saing produk-produk Indonesia di pasar internasional.

Kesimpulan umum dari hasil penelitian di negara-negara sedang berkembang dengan menggunakan model three-gap dijadikan dasar pemikiran

untuk melakukan simulasi kebijakan dalam penelitian ini. Tujuannya untuk menganalisis dampak perubahan kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan faktor- faktor eksternal (external shock) terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Hasil

analisis dapat digunakan sebagai alternatif kebijakan untuk perekonomian Indonesia ke depan.

Metode penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dan pembentukan model ekonometrika. Tahapan yang dilakukan adalah menentukan spesifikasi, identifikasi, metode estimasi, validasi dan simulasi model. Karena model yang dibangun diaplikasikan untuk menganalisis kebijakan ekonomi dalam rangka meningkatkan kinerja perekonomian Indonesia secara keseluruhan, maka digunakan unit analisis secara nasional.