• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tiga Kesenjangan dalam Kaitan dengan Binding Constraints dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

2.4. Tiga Kesenjangan dalam Kaitan dengan Binding Constraints dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Menurut Iqbal (1996), untuk mengetahui kendala yang mengikat (binding

constraints) pertumbuhan ekonomi, dapat digunakan persamaan Weisskopf

(1972) yang menguji kendala tabungan dan valuta asing. Untuk mengetahui kendala fiskal, dapat digunakan persamaan Wang (1998). Dalam penelitiannya, Wang (1998) menyusun tabel restriksi untuk menguji kendala yang mana dari ketiga kesenjangan yang merupakan binding constraint (mengikat pertumbuhan)

suatu perekonomian. Prosedur untuk mengetahui yang mana dari ketiga kesenjangan (gap) yang merupakan kendala yang mengikat dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Wang, 1998):

1. Persamaan dasar yang memasukkan hipotesis two-gap yakni kesenjangan

tabungan dan kesenjanganvaluta asing adalah:

Y + M = C + I + X ... (2.1) S = Y – C ... (2.2) F = M – X ... (2.3) S* = a0 + a1Y + a2F +a3X ... (2.4) S ≤ S* ... (2.5) M* = b0 + b1Y + b2I ... (2.6) M ≥ M* ... (2.7) dimana:

Y = produk domestik bruto M = total impor C = konsumsi I = investasi X = total ekspor S = tabungan F = defisit perdagangan

S* = tabungan potensial M* = kebutuhan impor

Persamaan (2.4) menggambarkan bahwa tabungan potensial S* adalah fungsi dari produk domestik bruto Y, net foreign capital inflows F (didefinisikan

sebagai defisit perdagangan) dan total ekspor X. Sedangkan kendala tabungan digambarkan pada persamaan (2.5), dimana tabungan aktual tidak dapat melebihi tabungan potensial maksimum S*. Selanjutnya persamaan (2.6) menunjukkan bahwa impor yang dibutuhkan merupakan fungsi dari produk domestik bruto Y dan investasi I. Persamaan (2.7) menunjukkan kendala valuta asing, dimana impor aktual tidak dapat kurang dari kebutuhan impor M*. Ekspektasi tanda parameter a0, a1, a3, b0, b1, b2 adalah positif, sedangkan parameter a2 negatif karena foreign capital inflows sebagiannya dapat

mensubstitusi tabungan domestik. Dengan kendala ketiga adalah kapasitas produktif maksimum dalam perekonomian (Y), maka didapat ketidaksamaan:

I – a1Y ≤ a0 + (1 + a2) F + a3X ... (2.8) I + (b1/b2) Y ≤ (b0/b2) + (1/ b2

2. Dengan memecahkan sistem persamaan secara berpasangan dan menurunkan fungsi investasi pada setiap kasus binding constraint, maka karena dua

persamaan adalah ekualitas pada suatu waktu, dengan demikian dua kendala akan binding secara simultan. Kasus 1 adalah dimana kendala tabungan dan ) M ... (2.9) Y ≤ Y ... (2.10) Dimana M = F + X dan semua variabel dengan bar adalah variabel eksogen. Persamaan (2.8), (2.9) dan (2.10) secara berturut-turut menggambarkan kendala tabungan, kendala valuta asing dan kendala kapasitas penuh.

kendala kapasitas penuh sedang binding, Kasus 2 adalah kendala valuta asing

dan kendala kapasitas penuh yang sedang binding. Sedangkan Kasus 3 adalah

dimana kendala tabungan dan kendala valuta asing yang sedang binding. Oleh

karena itu, tiga fungsi investasi dapat diturunkan berkenaan dengan ketiga kasus tersebut.

3. Dengan menggunakan pengetahuan teoritis dan jangkauan nilai dari

parameternya (a0, a1, a2, a3, b0, b1, b2

Tabel 7. Restriksi atas Parameter Fungsi-Fungsi Investasi dengan Kendala Gap Tabungan, Gap Kapasitas Penuh dan Gap Valuta Asing

) untuk membentuk restriksi-restriksi atas fungsi investasi bagi setiap kasus, dapat disusun Tabel 7.

Kendala Y F X M

1. Gap Tabungan dan Gap Kapasitas Penuh 2. Gap Valuta Asing dan Gap Kapasitas Penuh 3. Gap Tabungan dan Gap Valuta Asing

≥ 0 < 0 = 0 ≤ 1 > 0 ≥ 0 > 0 > 1 Sumber: Wang (1998)

4. Parameter fungsi-fungsi investasi diestimasi dengan data time series dari

negara yang sedang diteliti.

5. Selanjutnya dibandingkan nilai-nilai parameter yang diestimasi dengan nilai- nilai restriksi pada Tabel 7 untuk setiap kasus. Jika semua parameter yang diestimasi adalah konsisten dengan nilai-nilai restriksi bagi Kasus 1 tetapi setidaknya ada satu parameter yang diestimasi ternyata tidak konsisten dengan nilai restriksi yang relevan bagi Kasus 2, negara tersebut diklasifikasikan sebagai berkendala tabungan. Demikian pula, jika semua parameter yang diestimasi adalah konsisten dengan nilai-nilai restriksi bagi Kasus 2 tetapi setidaknya satu parameter yang diestimasi ternyata tidak konsisten dengan

nilai restriksi yang relevan bagi Kasus 1, negara tersebut dikatakan berkendala valuta asing. Jika negara tersebut tidak konsisten dengan Kasus 1 dan tidak konsisten dengan Kasus 2, tetapi semua parameter yang diestimasi adalah konsisten dengan nilai-nilai restriksi bagi Kasus 3, negara tersebut terlihat sebagai berkendala secara simultan oleh kesenjangan tabungan dan kesenjangan valuta asing. Derajat konsistensi atau tak-konsistensinya adalah berdasarkan tingkat kepercayaan untuk menolak hipotesis nol bahwa nilai sesungguhnya dari parameter yang diestimasi adalah sama dengan nilai ambang batas yang membagi jangkauan konsisten dan tidak konsistennya pada setiap kasus.

6. Untuk menguji binding dari kendala fiskal, dapat dilihat dari persamaan-

persamaan sebagai berikut:

I1 = a0 + a1Y + (1 + a2) F + a3X + u1 ... (2.11) I2 = – (b1/b2) – (b0/b2) Y + (1/ b2) M + u2 ... (2.12) Untuk memasukkan kendala fiskal ke dalam sistem, maka dinyatakan kembali keseimbangan tabungan-investasi, yakni I = Sp + Sg + M + X, dimana Sp dan Sg adalah tabungan swasta dan tabungan pemerintah. Defisit fiskal adalah ekses dari investasi pemerintah atas tabungan pemerintah. Investasi pemerintah adalah proporsi dari total investasi.

Dg = Ig – Sg = δ I – Sg ... (2.13) Ig= δ I ... (2.14) dimana:

Dg = defisit fiskal

Ig = investasi pemerintah

Untuk menggambarkan perilaku sektor swasta dan perilaku sektor publik secara terpisah, maka diperlukan dua fungsi tabungan. Dari persamaan (2.4), dapat dibuat suatu fungsi tabungan swasta dan fungsi tabungan pemerintah menjadi seperti di bawah ini:

Sg* = c0 + c1Y + c2F ... (2.15) Persamaan (2.15) mengatakan bahwa tabungan potensial pemerintah adalah fungsi dari PDB dan net foreign capital inflows. Tanda dari c1 diharapkan

positif karena peningkatan output domestik sangat mungkin menghasilkan penerimaan non-pajak. Tanda dari c2 diantisipasikan negatif karena dampak

crowding-out dari foreign capital inflows. Fungsi investasi yang diturunkan

dari kendala fiskal yang binding dapat ditulis sebagai:

I3 = – (c0/δ) + (1/δ) Y + (c2/δ) F + (1/δ) Dg + u3

7. Secara ringkas, berdasarkan persamaan-persamaan tersebut di atas, maka hasil yang diharapkan bagi kendala yang sedang binding dapat dilihat pada Tabel 8.

Pada saat kendala kesenjangan tabungan sedang mengikat (binding), maka

peningkatan net foreign capital inflows dan peningkatan total ekspor dapat

meningkatkan PDB.

... (2.16) Selanjutnya, dilakukan estimasi perilaku pada persamaan-persamaan (2.11), (2.12) dan (2.16).

Tabel 8. Restriksi atas Parameter Fungsi-Fungsi Investasi dengan Kendala Gap Tabungan, Gap Valuta Asing dan Gap Fiskal

Kendala Y F X M Dg

1. Gap Tabungan

2. Gap Valuta Asing

3. Gap Fiskal ≥ 0 < 0 ≥ 0 ≤ 1 ≤ 0 ≥ 0 > 1 > 1 Sumber: Wang (1998)

Jika kendala kesenjangan valuta asing sedang mengikat, maka total impor berpengaruh negatif terhadap PDB. Sedangkan apabila kendala kesenjangan fiskal sedang mengikat, maka peningkatan net foreign capital inflows tidak

dapat meningkatkan PDB.

Beberapa indikator makroekonomi, yaitu PDB riil, investasi swasta dan konsumsi swasta dijadikan variabel tujuan karena diasumsikan dapat meningkatkan kinerja perekonomian melalui pertumbuhannya. Pemilihan variabel tujuan ini adalah sesuai dengan konsep three-gap, dimana pertumbuhan ekonomi

diasumsikan dipacu oleh peningkatan investasi swasta dan konsumsi swasta. Karena itu, pengujian kendala pertumbuhan dilakukan dengan mengestimasi fungsi investasi seperti yang diaplikasikan oleh Wang (1998) sebagai berikut:

IS = f(Y, F, X) ... (2.17) IE = f (Y, M) ... (2.18) IF = f (Y, F, Dg) ... (2.19) dimana:

IS = fungsi investasi berkendala tabungan IE = fungsi investasi berkendala valuta asing IF = fungsi investasi berkendala fiskal Y = produk domestik bruto riil

F = net foreign capital inflows ke sektor swasta ditambah net foreign capital inflows ke sektor publik

X = total ekspor barang dan jasa M = total impor barang dan jasa Dg

Berdasarkan konsep teoritis three-gap, kontribusi modal asing terhadap

pertumbuhan ekonomi negara sedang berkembang adalah lebih besar pada saat kendala kesenjangan valuta asing sedang mengikat. Akan tetapi, jika tidak dianalisis lebih mendalam, mungkin yang terlihat adalah bahwa apapun

kesenjangan yang sedang menjadi kendala, aliran modal asing akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena aliran modal asing kelihatannya mampu melepaskan binding constraints atas pertumbuhan ekonomi

dengan cara menyediakan sumberdaya yang diperlukan. Padahal, perbedaan kendala yang mengikat berarti merefleksikan perbedaan masalah dalam suatu perekonomian. Contohnya, kendala kesenjangan tabungan mengimplikasikan ketidakseimbangan sektor internal, sedangkan kendala kesenjangan valuta asing mengimplikasikan ketidakseimbangan sektor eksternal (Wang, 1998).

Interaksi antara modal asing dengan ketiga kesenjangan tersebut juga berbeda. Interaksi antara modal asing dengan kesenjangantabungan terletak pada proses penyesuaian internal, yaitu penyesuaian investment-savings. Fungsi ini

berbeda dengan interaksi antara modal asing dengan kesenjangan valuta asing yang terletak pada penyesuaian keseimbangan eksternal, yaitu penyesuaian

balance of payments. Lain lagi dengan interaksi antara modal asing dengan

dengan kesenjangan fiskal. Interaksi modal asing dengan kesenjangan fiskal terjadi melalui penyesuaian pos-pos sektor publik. Penyelesaian masalah institusional untuk masing-masing sektor adalah berbeda, dan cara penyelesaian ini akan menentukan bagaimana modal asing disalurkan dalam suatu perekonomian. Pengetahuan akan hal ini menjadi penting karena dampak dari modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi tergantung dari bagaimana cara modal asing tersebut terkait dengan penentu-penentu pertumbuhan (Wang, 1998).

Menurut Wang (1998), faktor-faktor yang menentukan masing-masing kesenjanganjuga berbeda. Faktor-faktor yang menentukan kesenjangan tabungan dan fiskal cenderung berkorelasi negatif atau bebas dari aliran modal asing, yaitu

bahwa aliran modal asing netto dapat mengarah pada propensity to save yang

lebih rendah sehingga kesenjangantabungan akan tetap ada. Lagi pula, jika suatu negara terus menerus meminjam untuk menutup kesenjangan yang terjadi, utang luar negeri akan berakumulasi sampai suatu titik dimana akhirnya negara tersebut menjadi insolvent dan mengalami penurunan kredibilitas. Pada titik ini, setiap saat

dapat terjadi goncangan yang disebabkan karena krisis utang.

Dengan demikian, sangat penting untuk membedakan dampak awal dari aliran modal asing terhadap pertumbuhan, dan dampak yang akan dibawanya karena aliran modal asing akan menggeser penentu-penentu dari binding

constraints. Yang disebutkan terakhir adalah dampak ikutan (induced impact).

Jadi, terdapat perbedaan antara dampak awal dengan dampak ikutan. Apabila faktor-faktor yang memberi kontribusi atas binding constraints tersebut tidak

bergantung dari aliran modal asing, maka dampak awal dari aliran modal asing menjadi tidak penting karena tidak membawa dampak ikutan seperti yang diharapkan (Wang, 1998).

Pengetahuan atas kendala yang mengikat menjadi penting karena keterkaitan antara aliran modal asing dengan ketiga kesenjanganadalah berlainan. Kendala tabungan dan fiskal tidak terkait dengan aliran modal asing, sedangkan kendala valuta asing terkait dengan aliran modal asing karena kendala valuta asing berkaitan dengan besarnya kebutuhan akan impor barang modal. Jadi, jika yang menjadi kendala adalah valuta asing, maka pinjaman luar negeri dapat menjadi cara yang efektif guna melepaskan kendala pertumbuhan. Lagipula, apabila dampak positif modal asing terhadap peningkatan ekspor sangat kuat, kemungkinan terjadinya krisis utang menjadi sangat kecil (Wang, 1998).

Tabel 9 memperlihatkan bahwa parameter estimasi PDB riil dengan metode Wang (1998) adalah konsisten dengan syarat restriksi Wang. Sedangkan hasil estimasi parameter ekspor tidak cocok dengan syarat restriksi Wang, maka hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi kendala yang mengikat pada kesenjangan tabungan dalam perekonomian Indonesia, meskipun secara deskriptif kelihatannya

Tabel 9. Parameter Estimasi Fungsi Investasi dengan Kendala Three-Gap

pada Perekonomian Indonesia Variabel Bebas Saving Constraints I Forex Constraints I S Fiscal Constraints I E F Intersep Statistik-t PDB (Y) Statistik-t Nilai Restriksi

Net For. Cap. Infls. (F)

Statistik-t Nilai Restriksi Ekspor (X) Statistik-t Nilai Restriksi Impor (M) Statistik-t Nilai Restriksi Defisit Fiskal (Dg) Statistik-t Nilai Restriksi R −43367 −4.501 0.651691 2 (a) 3.641 ≥ 0 −0.010359(b) −0.086 ≤ 1 −0.793189 −43474 −4.297 0.550794 (c) −0.817 ≥ 0 0.8340 (c) 7.346 < 0 −0.044362 −48084 −5.181 0.582464 (c) −0.750 > 1 0.8349 (a) 10.255 ≥ 0 −0.036343(a) −0.320 ≤ 0 1.469931(a) 1.985 > 1 0.8516 Keterangan: (a)

Nilai hasil nyata pada taraf nyata (α) 0.20 dan cocok dengan syarat nilai restriksi Wang

(b)

Nilai hasil tidak nyata pada taraf nyata (α) 0.20 tetapi cocok dengan syarat nilai restriksi Wang

(c)

terdapat kesenjangan tabungan yang nilainya makin kecil, bahkan sampai bernilai negatif pada periode krisis. Berarti defisit pada kesenjangan tabungan ternyata tidak menjadi kendala yang mengikat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan demikian, stimulus untuk meningkatkan tabungan swasta bukan merupakan prioritas yang sebaiknya dilakukan, karena untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidak diperlukan peningkatan kesenjangan tabungan swasta.

Hasil uji syarat terdapatnya kendala yang mengikat pada kesenjangan valuta asing memperlihatkan bahwa semua tanda dan nilainya tidak cocok dengan syarat nilai restriksi Wang. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan valuta asing juga bukan merupakan kendala yang mengikat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil ini serupa dengan kasus yang terjadi di beberapa negara sedang berkembang lainnya di Asia, misalnya di Cina (Wang, 1998).

Jika dilakukan pendekatan yang berbeda, yaitu dengan pendekatan target nilai investasi yang diukur dengan impor barang modal, hasil empiris menunjukkan bahwa di beberapa negara sedang berkembang Asia, nilai investasinya lebih besar daripada defisit valuta asing yang terjadi. Lagi pula, kebanyakan negara-negara tersebut tidak mengalami defisit perdagangan yang nilainya lebih besar daripada defisit tabungan domestik. Dengan demikian, maka tidak terdapat kendala yang mengikat pada kesenjangan valuta asing di negara- negara tersebut (Wang, 1998). Begitu pula pada perekonomian Indonesia,

kesenjangan valuta asing bukan merupakan kendala yang mengikat bagi

Dalam hal uji syarat kendala yang mengikat pada kesenjangan fiskal, hasilnya terlihat cocok dengan syarat nilai restriksi untuk kasus dimana yang menjadi kendala yang mengikat adalah defisit fiskal. Dengan demikian, dengan menggunakan uji restriksi Wang (1998), terlihat bahwa yang menjadi kendala yang mengikat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah defisit fiskal.

2.5. Kekuatan Analisis Tiga Kesenjangan untuk Memahami Perekonomian