• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Bobot Segar Tanaman Sampel (gram)

Pengamatan bobot segar tanaman dilakukan setelah panen pada tanaman sampel dengan cara menimbang tanaman secara utuh yaitu akar, daun dan batang menggunakan timbangan digital dengan satuan gram.

e. Bobot Ekonomis Tamaman Sampel

Penghitungan bobot ekonomis dilakukan pada tanaman bayam yang akan dikonsumsi, meliputi daun dan batang sedangkan akarnya tidak.

Penghitungan hanya diambil dari tanaman sampel di dalam petak 2 x 1 m.

i26 f. Bobot Kering Tanaman Sampel

Penghitungan berat kering tanaman dilakukan setelah tanaman dipanen, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 80℃ dengan waktu 2x24 jam.

g. Bobot Segar Tanaman Perpetak (1m2)

Pengamatan bobot segar tanaman dilakukan setelah panen pada tanaman per petak dengan cara menimbang tanaman secara utuh yaitu akar, daun dan batang. Petak panen seluas 1x1 meter.

h. Bobot Ekonomis Tanaman Perpetak (1m2)

Penghitungan bobot ekonomis dilakukan pada tanaman bayam yang akan dikonsumsi, meliputi daun dan batang sedangkan akarnya tidak.

Penghitungan diambil pada kotak panen dengan luas 1x1 meter.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%, perbedaan perlakuan diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5%.

i27 BAB IV

HASIL DAN ANALISIS HASIL

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), diameter batang utama (cm), bobot segar tanaman per sampel (gram),bobot ekonomis tanaman per sampel (gram),bobot kering tanaman sampel (gram), bobot segar tanaman per petak (kg), bobot ekonomis tanaman per petak (kg). Parameter diamati berdasarkan dari perbedaan perlakuan pupuk urea.

Terdapat lima perlakuan dan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam jenjang 5%, jika perlakuan menunjukkan beda nyata dilakukan uji lanjut dengan uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

A. Tinggi Tanaman

Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 7, 14, 21 dan 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran VI.Pupuk urea berpengaruh nyata pada tanaman bayam umur 21 dan 28 hst. Tabel menunjukkan rerata dari tanaman bayam umur 7, 14, 21 dan 28 hst. Pada tanaman bayam umur 7 dan 14 hari pengaplikasian pupuk urea menunjukkan bahwa tinggi tanaman bayam tidak berpengaruh nyata, sedangkan tanaman bayamumur 21 dan 28 menunjukkan bahwa pengaplikasian pupuk urea berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 1, berikut ini:

i28

Tabel 1: Rerata tinggi tanaman umur 7, 14, 21, dan 28 hari setelah tanam (cm)

Dosis Pupuk Urea Tinggi Tanaman (cm)

7 hst 14 hst 21 hst 28 hst yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa antar perlakuan dosis pupuk urea tidak berbeda nyata pada tinggi tanaman umur 7 dan 14 hari setelah tanam. Pada pengamatan tinggi tanaman umur 21 dan 28 hari setelah tanam, perlakuan A4 dengan perlakuan pupuk urea 45gram/petak nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan A1 tampa pupuk urea, A2 dengan perlakuan pupuk urea 15gram/petak, dan A3 perlakuan pupuk urea 30gram/petak. Perlakuan A4 dengan perlakuan pupuk urea 45gram/petak tidak berbeda nyata dengan A5 dengan perlakuan pupuk urea 60gram/petak.

B. Jumlah Daun

Hasil analisis sidik ragam jumlah daun umur 7, 14, 21 dan 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran VII.Pengaplikasian pupuk urea pada tanaman bayam umur 7 dan 14 hari setelah tanam menunjukkan bahwa pupuk urea tidak

i29

berpengaruh nyata sedangkan pengaplikasian urea umur 21 dan 28 hari setelah tanam menunjukkan bahwa pupuk urea berpengaruh nyata terhadap perkembangan daun. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 2, berikut ini:

Tabel 2: Rerata jumlah daun umur 7, 14, 21 dan 28 hst

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

7 hst 14 hst 21 hst 28 hst

yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa antar perlakuan dosis pupuk urea tidak berbeda nyata pada pengamatan jumlah daun umur 7 dan 14 hari setelah tanam.

Pada pengamatan jumlah daun umur 21 dan 28 hari setelah tanam, perlakuan A4 dengan dosis pupuk urea 45gram/petak nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan pada A1 tanpa pupuk urea, A2 dengan perlakuan urea 15gram/petak, A3 dengan perlakuan pupuk urea 30gram/petak dan A5 dengan pupuk urea 60gram/petak. Sedangkan perlakuan antara A1 dan A2 tidak berbeda nyata.

i30 C. Diameter Batang Utama

Hasil analisis sidik ragam diameter batang utama dapat dilihat pada lampiran VIII.Diameter batang diukur dari batang paling bawah.Pengaplikasian pupuk urea pada masing-masing perlakuan menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 3, berikut ini:

Tabel 3: Rerata diameter batang utama umur 28 hst (cm)

Perlakuan Diameter Batang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

Tabel 3 menunjukkan tidak bahwa hasil rerata diameter batang antar perlakuan dosis pupuk urea tidak berbeda nyata. Pada perlakuan A4 dengan pupuk urea 45gram/petak nyata paling besar diameter batangnya dibandingkan dengan A1 tanpa pupuk urea, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak, A3 dengan pupuk urea 30gram/petak dan A5 dengan perlakuan pupuk urea 60gram/petak.

Sedangkan diameter paling kecil pada perlakuan A1.

i31 D. Bobot Segar Tanaman Sampel

Hasil analisis sidik ragam bobot segar tanamansampel umur 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran IX. Tabel berisi Perlakuan pupuk urea pada bobot segar tanaman sempel menunjukkan bahwa urea berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 4, berikut ini:

Tabel 4: Bobot segar tanaman 28 hst (gram)

Perlakuan Bobot Segar pada A1 tanpa pupuk urea, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak dan A3 dengan pupuk urea 30gram/petak. Perlakuan A4 dengan pupuk urea 45gram/petak nyata lebih berat dibandingkan dengan A1 tanpa pupuk urea, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak dan A3 dengan pupuk urea 30gram/petak tetapi tidak berbeda nyata

i32

dengan A5 dengan 60gram/petak.Perlakuan A4 dengan 45gram/petak tidak berbeda nyata dengan perlakuan A5 dengan dosis pupuk urea 60gram/petaak.

E. Bobot Ekonomis Sampel

Hasil analisis sidik ragam bobot ekonomis per petak hanya diukur pada 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran X. Perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata pada setiap perlakuan.Perlakuan pupuk urea pada A4 menunjukkan nilai terberat dibandingkan dengan pengaplikasian pupuk urea terhadap perlakuan yang lainnya. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 5, berikut ini:

Tabel 5: Bobot ekonomis 28 hst (gram)

Perlakuan Bobot Ekonomis

Berdasarkan rerata bobot ekonomis sampel dan perlakuan yang memiliki rerata terbesar adalah A4 dengan perlakuan urea 45gram/petak, A5 dengan pupuk urea

i33

60gram/petak, A3 dengan pupuk urea 30gram/petak, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak dan yang terakhir A1 tanpa pupuk urea. Pada bobot ekonomis A4 berbeda nyata dengan A5.

F. Bobot Kering Tanaman

Hasil analisis sidik ragam bobot kering tanaman umur 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran XI.Perlakuan pupuk urea pada bobot kering tanaman berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan.Pengaplikasian pupuk urea pada A4 paling berat. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 6, berikut ini:

Tabel 6: Bobot kering tanaman (gram)

Perlakuan Bobot Kering

i34

A3dengan pupuk urea 30gram/petak dan A5 dengan pupuk urea 60gram/petak yang ditunjukkan dengan huruf yang sama di belakang rerata. Pada tabel juga menunjukkan pemberian perlakuan untuk A4 memiliki bobot kering yang paling banyak nilainya lalu diikuti dengan A5, A3, A2 dan yang terakhir A1.

G. Bobot Segar Tanaman per Petak 1x1 meter 28 hst (kg)

Hasil analisis sidik ragam bobot segar tanamanper petak umur 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran XII. Bobot segar tanaman per petak diukur dari petak panen yang berukuran 1x1m2.Pengaplikasian pupuk urea berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 7, berikut ini:

Tabel 7: Bobot segar tanaman per petak 28 hst (kg)

Perlakuan Bobot Segar

i35

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot segar tanaman antar perlakuan menunjukkan berbeda nyata. Perlakuan A4 dengan pupuk urea 45gram/petak nyata lebih berat dibandingkan dengan perlakuan pada A1 tanpa pupuk urea, A2 pupuk urea 15gram/petak, A3 30gram/petak dan A5 dengan pupuk urea 60gram/petak. Antara perlakuan A4 dan A5 tidak menunjukkan beda nyata.

H. Bobot Ekonomis per Petak 1x1 meter 28 hst (kg)

Hasil analisis sidik ragam bobot ekonimis per petak hanya diukur pada 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran XII.Bobot ekonomis per petak diambil dari petak panen dengan luas 1x1m2pada masing-masing petak perlakuan.Pengaplikasian pupuk urea menunjukkan berpengaruh nyata pada setiap perlakuan. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 8, berikut ini:

Tabel 8: Bobot ekonomis per petak 28 hst (kg)

Perlakuan Bobot Ekonomis per petak 1m2

i36

Tabel8 menunjukkan adanya beda nyata pada pada perlakuan A1, A2, A3, A4 dan A5. Berdasarkan rerata bobot ekonomis perpetak maka perlakuan yang memiliki rerata terbesar adalah A4 dengan pupuk urea 45gram/petak, A5 dengan pupuk urea 60gram/petak, A3 dengan pupuk urea 30gram/petak, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak dan yang terakhir A1 tanpa pupuk urea. Perlakuan A4 tidak berbeda nyata dengan A5

i37 BAB V

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan tanaman bayam di lapangan dan perhitungan data menggunakan sidik ragam jenjang 5% Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukan adanya pengaruh beda nyata antara macam-macam

perlakuan pupuk urea pada semua parameter yang diukur. Berikut merupakan pembahasan perhitungan pada setiap parameter :

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali, diukur dari pangkal tanaman sampai dengan ujung daun tertinggi, pengukuran dilakukan pada 7, 14, 21 dan 28 hst. Tinggi tanaman merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh suatu perlakuan terhadap hasil tanam. Pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisiologi dan genetik tanaman. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bayam tertinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu pupuk urea 45 gram/petak, dapat dilihat pertumbuhan tinggi tanaman bayam pada 7, 14, 21, dan 28 hst. sedangkan pada perlakuan tanpa pupuk urea A1 menunjukkan bahwa tanaman bayam tidak optimal pertumbuhannya pada umur 7, 14, 21 dan 28 hst.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan tanaman setiap perlakuan pada pengamatan 7 hst tidak menunjukan adanya beda nyata pada setiap

i38

perlakuan disebabkan oleh pupuk urea yang memiliki tingkat kelarutan yang rendah sehingga unsur hara pada pupuk urea juga belum dapat terserap oleh tanaman sepenuhnya.

Berbeda halnya dengan pengamatan 14 hst, 21 hst dan 28 hst, setiap perlakuan menunjukan adanya beda nyata sebab pupuk kandang sapi telah mulai terdekomposisi secara sempurna dan pupuk urea telah terlarut sehingga dapat diserap secara baik oleh tanaman sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, hal ini sesuai dengan teori bahwa pemberian pupuk yang mengandung unsur hara N mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman (Zein dan Leilani 2008).

Pemberian pupuk urea 60 gram/petak (perlakuan A5) pada tanaman bayam memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk urea 45 gram/petak (perlakuan A4) dapat dilihat pada tabel 4 hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan tanaman tidak selamanya meningkat jika jumlah pupuk ditambah, namun terkadang terjadi penurunan jika jumlah pupuk ditambah, hal ini sesuai dengan teori (Fitter dan Hay, 1998) yang menyatakan bahwa pengaruh lingkungan pada pertumbuhan tanaman dapat dibedakan menjadi pengaruh merusak yang dipaksakan (pemupukan secara berlebihan) yang dapat menyebabkan kematian pada sebagian atau seluruh bagian tanaman atau hanya penurunan pertumbuhan tanaman.

i39

Daun yang diamati adalah daun yang telah 50 % membuka. Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa jumlah daun tanaman bayam paling banyak dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak, dapat dilihat jumlah daun tanaman bayam pada 7, 14, 21, dan 28 hst secara berturut-turut yaitu 4, 5, 9 dan 11 lembar. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman setiap perlakuan pada pengamatan 7 hst dan 14 hst tidak menunjukan adanya beda nyata pada setiap perlakuan sebab pupuk urea memiliki tingkat kelarutan yang rendah sehingga unsur hara pada pupuk urea juga belum dapat terserap oleh tanaman sepenuhnya. Berbeda halnya dengan pengamatan 21 hst dan 28 hst, setiap perlakuan menunjukan adanya beda nyata, sebab pupuk urea telah terlarut sehingga dapat diserap secara sempurna oleh tanaman dan berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman, hal ini sesuai dengan teori bahwa bahwa pertambahan jumlah daun semakin meningkat seiring bertambahnya umur tanaman dan penambahan jumlah daun berbanding lurus dengan penambahan tinggi tanaman (Pujiasmanto et al. 2009).

Pengukuran diameter batang utama tanaman bayam dilakukan pada batang yang paling bawah, pengukuran dilakukan pada 28 hst. Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa diameter batang tanaman bayam paling besar dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/ha. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman setiap kombinasi perlakuan tidak menunjukan adanya beda nyata pada setiap perlakuan. Pengukuran diameter

i40

batang digunakan sebagai indikator pertumbuhan untuk menjelaskan proses pertumbuhan awal sehubungan dengan pengangkutan unsur hara dari dalam tanah dan hasil fotosintesis. Dalam hal ini unsur hara yang berperan adalah kalsium (Ca) yang terdapat dalam pupuk urea dan berfungsi untuk mengatur penyerapan air dan pengangkutan unsur hara dari dalam tanah, jika penyerapan dan pengangkutan unsur hara serta hasil fotosintesis keseluruh bagian tanaman terdistribusi dengan baik maka organ-organ tanaman akan tumbuh dengan baik, seperti halnya organ batang, jika batang terpenuhi kebutuhan unsur hara dan air maka batang akan tumbuh besar dan diameternya akan bertambah besar juga.

Bobot segar tanaman sampel bayam diukur setelah pemanenan tanaman bayam dilakukan pada saat tanaman berumur 28 hst hanya pada sampelnya saja, terlebih dahulu dengan melihat warna tanamannya hijau segar dan bentuk daun melebar. Bobot segar tanaman sering digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman. Bobot segar tanaman merupakan berat keseluruhan bagian tanaman setelah dipanen sebelum kehilangan air dan kemudian layu (Lakitan, 2007). Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa bobot segar tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot segar tanaman dengan setiap perlakuan menunjukkan adanya beda nyata pada bobot segar tanaman bayam. Hal ini berkaitan dengan tinggi dan jumah daun tanaman bayam terbaik yang terdapat pada kombinasi perlakuan A4. Semakin tinggi tanaman dan semakin banyak

i41

jumlah daunnya maka bobot segar tanaman pada tanaman bayam juga akan meningkat, hal ini sesuai dengan teori bahwa kandungan air dan unsur hara yang terdapat pada daun yang optimal mengakibatkan bobot segar tanaman meningkat.

Air sangat berperan dalam turgiditas sel sehingga sel daun akan membesar, untuk mencapai bobot segar tanaman yang optimal, tanaman membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat tercapai secara optimal.

Bobot ekonomis tanaman bayam diukur setelah kegiatan panen dilakukan pada sampel. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan tanaman bayam kemudian dipotong antara bagian akar dan tajuk tanaman. Pengukuran bobot ekonomis tanaman berkaitan dengan bagian-bagian yang dapat dikonsumsi.

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa bobot segar tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot ekonomis tanaman dengan setiap perlakuan menunjukkan adanya beda nyata pada bobot ekonomis tanaman bayam.

Hal ini berkaitan dengan tinggi dan jumah daun tanaman bayam terbaik yang terdapat pada kombinasi perlakuan A4. Semakin tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daunnya maka bobot ekonomis tanaman pada tanaman bayam juga akan meningkat, hal ini sesuai dengan teori bahwa kandungan air dan unsur hara yang terdapat pada daun yang optimal mengakibatkan bobot tanaman meningkat.

Air sangat berperan dalam turgiditas sel sehingga sel daun akan membesar, untuk

i42

mencapai bobot tanaman yang optimal, tanaman membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat tercapai secara optimal.

Bobot kering tanaman bayam diukur setelah kegiatan panen dilakukan.

Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan tanaman bayam kemudian dibungkus dengan kertas koran dan dikeringkan dalam oven bersuhu 80ºC sehingga diperoleh bobot kering tanaman bayam yang konstan selama kurang lebih dua hari. Perhitungan bobot kering digunakan untuk mengetahui metabolisme tanaman. Bobot kering dapat mewakili hasil metabolisme tanaman sebab di dalam daun dan organ lain tanaman mengandung hasil metabolisme.

Selain itu pertambahan bobot kering tanaman digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman karena berat kering tanaman merupakan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik yaitu air dan CO2. Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa bahwa bobot kering tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak. Hal ini dikarenakan pupuk urea mengadung unsur kalium yang mampu meningkatkan perkembangan akar dan batang tanaman bayam sehingga berpengaruh pada bobot kering tanaman. Hal ini sesuai dengan teori bahwa unsur kalium mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman, penghasil energi, dan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta batang, karena dengan peluasan perakaran pada tanaman, jumlah unsur hara yang diserap akan

i43

semakin banyak, sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik (Jacob, 1995). Selain itu hal ini berkaitan dengan bobot segar dan jumlah daun tanaman, sebab daun merupakan tempat akumulasi hasil fotosintesis tanaman, adanya peningkatan proses fotosintesis akan meningkatkan hasil fotosintesis berupa senyawa-senyawa organik yang akan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman dan berpengaruh terhadap berat kering tanaman. Fotosintesis akan meningkatkan berat kering tanaman sebab proses pengambilan CO2 sedangkan respirasi mengakibatkan penurunan berat kering karena pengeluaran CO2. Apabila respirasi lebih besar dibandingkan dengan fotosistesis, tanaman akan berkurang berat keringnya dan begitu pula sebaliknya, hal ini sesuai dengan teori bahwa hasil berat kering tanaman merupakan keseimbangan anatara fotosintesis dan respirasi (Nurdin, 2011).

Seperti halnya dengan bobot segar tanaman sampel, bobot segar tanaman per petak juga diukur setelah pemanenan, pemanenan tanaman bayam dilakukan pada saat tanaman berumur 28 hst pada petak panen yang berukuran 1x1 meter.

Bobot segar tanaman sering digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman. Bobot segar tanaman merupakan berat keseluruhan bagian tanaman setelah dipanen sebelum kehilangan air dan kemudian layu (Lakitan 1996).

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa bobot segar tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak yaitu sebesar 2,64 kg untuk berat petak panen dengan luas 1x1 meter. Kemudian diikuti

i44

dengan A5, A3, A2 dan A1. A1 memiliki bobot segar yang terkecil karena tidak ada pengaplikasian pupuk urea. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara dalam tanah tanpa adanya perlakuan pupuk urea menyebabkan pertumbuhan dan hasil panen tidak sempurna. Tanpa pengaplikasian pupuk pada A1 menunjukkan bahwa tanah di A1 kekurangan unsur nitrogen yang terkandung pada pupuk urea.

Bobot ekonomis tanaman bayam diukur setelah kegiatan panen pada petak panen yang berukuran 1x1 meter. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan tanaman bayam kemudian dipotong antara bagian akar dan tajuk tanaman. Pengukuran bobot ekonomis tanaman berkaitan dengan bagian-bagian yang dapat dikonsumsi. Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa bobot ekonomis tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak yaitu sebesar 2,17 kg. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot ekonomis tanaman dengan setiap kombinasi perlakuan menunjukkan adanya beda nyata pada bobot ekonomis tanaman bayam. Hal ini berkaitan dengan tinggi dan jumah daun tanaman bayam terbaik yang terdapat pada kombinasi perlakuan A4. Semakin tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daunnya maka bobot ekonomis tanaman pada tanaman bayam juga akan meningkat, hal ini sesuai dengan teori bahwa kandungan air dan unsur hara yang terdapat pada daun yang optimal mengakibatkan bobot tanaman meningkat. Air sangat berperan dalam turgiditas sel sehingga sel daun akan membesaruntuk mencapai bobot tanaman yang optimal, tanaman membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar

i45

peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat tercapai secara optimal, tetapi pemberian pupuk yang berlebihan juka akan menghambat pertumbuhan dan hasil panen tanaman bayam, oleh karena itu dosis yang tepat harus diaplikasikan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil panen yang optimal.

B. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat beda nyata antara setiap perlakuan pupuk urea dengan dosis yang berbeda-beda pada tanaman bayam. Beda nyata antar perlakuan pada tinggi tanaman umur 21 dan 28 hst, jumlah daun pada umur 21 dan 28 hst, bobot segar tanaman sampel umur 28 hst, bobot ekonomis tanaman sampel umur 28 hst, bobot kering tanaman sampel umur 28 hst, bobot segar tanaman per petak dan bpbpt ekonomis tanaman per petak. Sedangkan antar perlakuan tidak menunjukkan beda nyata pada tinggi tanaman umur 7 dan 14 hst, jumlah daun umur 7 dan 14 hst serta diameter batang.

2. Pemberian dosis pupuk urea 45 gram/petak menghasilkan rerata terbaik pada parameter tinggi tanaman umur 21 dan 28 hst, jumlah daun umur 21 dan 28 hst, diameter batang utama, bobot segar tanaman sampel, bobot ekonomis tanaman sampel, bobot kering tanaman sampel, bobot segar tanaman per petak dan bobot ekonomis tanaman per petak.

i46

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Cheppy, Syukur at al. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya:

Jakarta.

Fauzi, dkk. Kajian Pemupukan Urea terhadap Produksi dan Kandungan Antioksida pada Tanaman Pegagan. Surakarta: Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan

Fauzi, dkk. Kajian Pemupukan Urea terhadap Produksi dan Kandungan Antioksida pada Tanaman Pegagan. Surakarta: Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan

Dokumen terkait