• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM CABUT HIJAU(Amaranthus tricolor L.) SKRIPSI JAJIK GUTOMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "APLIKASI PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM CABUT HIJAU(Amaranthus tricolor L.) SKRIPSI JAJIK GUTOMA"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ii

APLIKASI PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM CABUT HIJAU(Amaranthus tricolor L.)

SKRIPSI

JAJIK GUTOMA 134110113

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2018

(2)

ii

(3)

iii

APLIKASI PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM CABUT HIJAU(Amaranthus tricolor L.)

Oleh:

Jajik Gutoma 134110113

Pembimbing I: Endah Budi Irawati, S.P, M.P.

Pembimbing II: Ir. Wahyu Widodo, M.P.

ABSTRAK

Bayam merupakan jenis sayuran yang dimanfaatkan daunnya. Pemanfaatan bayam menjadi salah satu jenis sayuran yang baik untuk dikonsumsi dengan alasan bahwa bayam memiliki kandungan gizi yang banyak dan baik untuk tubuh.

Kandungan gizi pada bayam, antara lain kalori, lemak, kolesterol, sodium, karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin A, vitamin C, vitamin B12, vitamin B3, kalsium, besi. Bayam hijau juga memiliki manfaat untuk menyembuhkan penyakit mata. Tanaman bayam memiliki syarat tumbuh yang cukup mudah, tetapi untuk menghasilkan bayam yang subur, sehat dan segar maka harus diperhatikan pupuk dan dosis yang digunan. Penelitian ini menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan tanpa menggunakan pupuk urea, perlakuan dengan pupuk urea 15gram/petak, perlakuan dengan pupuk urea 30gram/petak, perlakuan dengan pupuk urea 45gram/petak, dan perlakuan dengan pupuk urea 60gram/petak. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei- Juni 2018. Lokasi penelitiannya berada di Jl.Wedomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan Sidik Ragam dengan jenjang nyata 5% dan dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk urea 45gram/petak menunjukkan hasil yang paling besar dibandingkan perlakuan yang lainnya, sedangkan pada tinggi tanaman umur 7 dan 14 hst, jumlah daun umur 7 dan 14 hst serta diameter batang utama menjunjukkan bahwa antar perlakuan pupuk urea tidak berbeda nyata. Perlakuan tanpa pupuk urea menunjukkan hasil terendah diantara perlakuan yang lainnya.

Kata Kunci: pupuk urea, dosis pupuk, bayam cabut.

(4)

iiii

APPLICATION OF UREA FERTILIZER TO THE GROWTH AND RESULTS OF GREEN BRANCH PLANT (Amaranthus tricolor L.)

By:

Jajik Gutoma 134110113

Advisor I: Endah Budi Irawati, S.P, M.P.

Advisor II: Ir. Wahyu Widodo, M.P.

ABSTRACT

Spinach is a type of vegetable that used by its leaves. The use of spinach is one type of vegetable that is good to use with the reason that spinach has a lot of nutrients and is good for the body. Nutritional content of spinach, including calories, fat, cholesterol, sodium, carbohydrates, fiber, sugar, protein, vitamin A, vitamin C, vitamin B12, vitamin B3, calcium, iron. Green spinach also has benefits to cure eye diseases. Spinach plants have growing requirements that are quite easy, but to produce fertile, healthy and fresh spinach fertilizer must be ignored and the dosage used. This study uses 1 factor, namely exercise without using urea fertilizer, dispose of with 15gram urea / plot, remove with 30gram urea fertilizer / plot, remove with 45gram urea fertilizer / plot, and dispose of with 60gram / plot of urea fertilizer. This research was conducted in May-June 2018. The research location was on Jl.Wedomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta. This research is a Complete Randomized Block Design (RAKL) method. Observation data were analyzed using Sidik Ragam with a real level of 5% and continued with Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that 45 grams of urea-free fertilizer / plot yielded the largest compared to the others, whereas in tall plants aged 7 and 14 days, the number of leaves aged 7 and 14 days and the diameter of the main stem trapped between urea fertilizer fertilizer was none other than real . Treatment without urea fertilizer is the lowest among the others.

Keywords: urea fertilizer, fertilizer dose, spinach pull.

(5)

iiv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 04 April 1993 dari ayah Masiyat dan Ibu Lasringah. Penulis merupakan putra ke enam dari enam bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA MIGAS BANYUURIP Tuban Jawa Timur dan pada tahun yang sama lulus seleksi ujian masuk UPN “Veteran” Yogyakarta. Penulis memilih program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan karunia dan rahmat sehingga penelitian ini dapat tersusun. Tersusunannya penelitian dengan judul

“APLIKASI PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM CABUT HIJAU (Amaranthus Tricolor L.) guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan pernah tersusun tanpa adanya bantuan moril, materil dan spiritual dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Partoyo, S.P. M.P., Ph.D selaku Dekan Fakultas Pertanian UPN “Veteran”

Yogyakarta.

2. Ir. Ellen Rosyelina Sasmita, M.P. selaku Ketua Jurusan Fakultas Pertanian UPN

“Veteran” Yogyakarta.

3. Endah Budi Irawati, S.P, M.P selaku dosen pembimbing I.

4. Ir. WahyuWidodo, M.P selaku dosen pembimbing II.

5. Rekan-rekan mahasiswa program studi agroteknologi 2011 yang telah membantu dalam proses penulisan proposal ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Yogyakarta, Juli 2018

Penulis

(7)

ivi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

ABSTRAK...iii

ABSTRACT...iv

RIWAYAT HIDUP………..v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian...3

D. Manfaat Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Bayam...5

B. Syarat Tumbuh Tanaman Bayam...7

C. Kandungan Gizi Tanaman Bayam...9

D. Manfaat Tanaman Bayam...9

E. Pupuk Urea………...10

F. Pemupukan dan Dosis Pupuk...14

G. Media Tanam……….18

H. Pupuk Organik……….……..18

I. Hipotesis Penelitian...20

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat...21

B. Bahan dan Alat...21

C. Metode Penelitian...21

D. Pelaksanaan Penelitian...22

E. Analisis Data...25 BAB IV HASIL DAN ANALISIS HASIL

(8)

ivii

A. Tinggi Tanaman (cm)………26

B. Jumlah Daun (helai)………...27

C. Diameter Batang Utama (cm)………29

D. Bobot Segar Tanaman Sampel (gram)...……….………30

E. Bobot Ekonomis Tanaman Sampel………...31

F. Bobot Kering Tanaman (gram)………..………32

G. Bobot Segar Tanaman per Petak (kg)………....………33

H. Bobot Ekonomis Tanaman per Petak (kg)……….34

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan…...………36

B. Kesimpulan………44

DAFTAR PUSTAKA...45

(9)

iviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Tata letak percobaan……….…...47

Lampiran II. Tata letak tanaman dalam lahan………….………48

Lampiran III. Tata Letak Tanaman pada Petak Tanam...…...……….49

Lampiran IV. Perhitungan dosis pupuk dan benih bayam per petak…….………….50

Lampiran V. Contoh Perhitungan Analisis Bobot Kering Tanaman…………...……52

Lampiran VI. Sidik Ragam Tinggi Tanaman………..……57

Lampiran VII. Sidik ragam Jumlah Daun……….…..58

Lampiran VIII. Sidik ragam diameter batang umur 28 hst……….….59

Lampiran IX. Sidik ragam bobot segar tanaman sampel………....….59

Lampiran X. Sidik ragam bobot ekonomis tanaman sampel.………..…59

Lampiran XI. Sidik ragam bobot kering tanaman sampel………...60

Lampiran XII. Sidik ragam segar tanaman per petak………..………....60

Lampiran XIII. Sidik Ragam bobot ekonomis tanaman per petak………..60

Lampiran IVX. Dokumentasi penelitian………..61

(10)

i1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di Indonesia tanaman bayam merupakan jenis sayuran yang sering dikonsumsi masyarakat. Sayuran jenis ini mudah diolah sebagai bahan makanan.

Kelebihanlainnya, tanaman bayam mampu tumbuh baik di daratan rendah maupun tinggi, dengan demikian kebutuhan konsumsi bayam Indonesia sebagian besar telah dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Tanaman bayam cabut (Amaranthustricolor L) banyak dikonsumsi karena merupakan jenis sayuran yang enak, mengandung banyak gizi, mudah ditemukan, budidayanya tidak sulit dan murah.

Kebutuhan sayuran yang makin meningkat setiap tahunnya, menyebabkan budidaya tanaman bayam mulai dilirik oleh kalangan petani sayuran. Alasan lain yang mendasari pembudidayaan bayam karena nilai ekonomis dan ketidaksulitan dalam pembudidayaan. Pembudidayaan inilah yang justru perlu diperhatikan, agar petani tidak mengalami gagal panen dan berhasil mendapatkan keuntungan serta kebutuhan sayuran masyarakat tetap terpenuhi yaitu dengan cara merawat tanaman agar dapat menghasilkan kualitas sayuran yang sehat. Bayam memang cocok ditanam di tempat yang lembab, akan tetapi tidak diperbolehkan dalam keadaan air menggenang, hal itu dapat menyebabkan tanaman tidak subur.

(11)

i2

Aspek kesegaran dan kesuburan merupakan factor utama. Salah satu hal yang dilakukan oleh petani sayur untuk meningkatkan kesuburan adalah dengan cara meningkatkan hara yang cukup untuk tanaman dengan melakukan pemilihan pemupukan dengan dosis pupuk yang tepat.

Pemupukan mempunyai tujuan utama, yaitu untuk memenuhi unsure hara kedalam tanah yang dibutuhkan tanaman serta dapat memperbaiki struktur tanah, hal ini merupakan bagian dari upaya untuk membuat panen berhasil dan tanaman yang dihasilkan subur, sehingga nilai ekonomisnya meningkat. Bayam merupakan sayuran yang dimanfaatkan daunnya, sehingga pembeli akan melihat kualitas daun saat membelinya. Daun yang segar akan menjadi tujuan pembeli.

Pentingnya penentuan dosis pupuk menjadi dasar untuk melakukan penelitian terhadap pupuk yang digunakan untuk mengetahui perbedaan respon tanaman bayam terhadap dosis pupuk urea.

Pupuk kandang mengandung unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dengan alami tanpa tambahan bahan kimia. Salah satu jenis pupuk organik yang diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan hasil tanaman adalah pupuk kandang sapi yang merupakan hasil fermentasi alami bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Selain pupuk kandang yang merupakan pupuk organik, terdapat pupuk anorganik yaitu pupuk kimia, salah satunya adalah pupuk urea. Tanaman bayam membutuhkan nitrogen untuk menyuburkan dan mempercepat pertumbuhan.

(12)

i3

Penggunaan pupuk anorganik urea dapat menjadi solusi dan alternative dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman sayuran khususnya bayam dengan cepat karena urea mengandung unsure hara N (nitrogen) yang dibutuhkan.

Pengsplikasian pupuk urea diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pengaplikasian di lapangan dan dapat meningkatkan kandungan unsure hara yang dibutuhkan di dalam tanah serta dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman.

Namun demikian petani harus bijak memilih dan menggunakan dosis pupuk yang baik dalam upaya peningkatan tanaman bayam pada khususnya. Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu dilakukan penelitian dengan judul “Aplikasi Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam Cabut Hijau (AmaranthustricolorL.)”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dihasilkan agar penelitian dapat terfokus, masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pemberian macam-macam dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan bayam cabut hijau (Amaranthustricolor L.)?

2. Berapa dosis pupuk urea yang paling optimal terhadap pertumbuhan bayam cabut hijau (Amaranthustricolor L.)?

(13)

i4 C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dapat dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh macam-macam pemberian pupuk urea terhadap pertumbuhan bayam cabut hijau (Amaranthustricolor L.)?

2. Untuk mengetahui berapa dosis pupuk urea yang paling baik terhadap pertumbuhan bayam cabut hijau (Amaranthustricolor L.)?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis

a) Menambah pengetahuan tentang pengaruh pemberian pupuk urea terhadap pertumbuhan tanaman bayam cabut hijau (Amaranthustricolor L.).

b) Menambah pengetahuan tentang pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthustricolor L.) tanpa pupuk urea.

2. Bagi Pembaca

Menambah wawasan tentang bagaimana cara meneliti tanaman bayam cabut hijau (Amaranthustricolor L.) tanpa pupuk, menggunakan pupuk dan menggunakan pupuk urea.

3. Bagi Penulis Lain

Menambah pengetahuan bagaimana cara meneliti tanaman bayam cabut hijau(Amaranthustricolor L.) tanpa menggunakan pupuk, menggunakanpupuk urea.

(14)

i5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor L.) Tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor L) merupakan jenis sayuran yang dimanfaatkan daunnya.Daun bayam berbentuk bulat dengan ujung yang memanjang.Bentuk daun tanaman bayam berbeda-beda tergantung dari jenis bayam.Ada bayam yang memiliki daun kecil da nada juga jenis bayam yang membunyai daun lebar. Taksonomi tanaman bayam adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Sub classis : Amaranthoideae Ordo : Caryophyllales Familia : Amarantheceae Genus : Amaranthus

Spesies : Amaranthus tricolor L(Rukmana, 1995)

Selain taksonomi tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.), ada juga morfologi tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.) yang beruba bagian-bagian dari tanaman bayam, yaitu:

(15)

i6 1. Akar

Tanaman bayam adalah tanaman yang memiliki akar tunggang yang menyebar sedalam 10-20 cm ke dalam tanah.Tanaman bayam ini adalah salah satu bentuk tanaman perdu. Pengaruh dari akar tunggang tersebut,penopang tinggi tanaman bayam,tanaman bayam dapat tumbuh setinggi 20-40cm.

tanaman bayam cabut merupakan tamanan semusim sekali panen.

2. Batang

Bayam adalah salah satu jenis sayuran yang berbatang kuat.Batang bayam memiliki struktur batang tumbuh tegak, tebal, kuat tidak mudah patah, berair dan juga berdaging banyak.Batang bayam juga memiliki bentuk yang berbeda-beda tergantung dari jenis bayam.Ada yang berbatang dengan diameter kecil dan adapula yang besar.Bayam yang memiliki batang dengan diameter besar adalah bayam tahunan. Selain batang utama, bayam juga mempunyai cabang yang cukup banyak dibandingkan dengan jenis sayuran yang lain.

3. Daun

Daun bayam memiliki bentuk bulat telur dengan ujung yang meruncing, tetapi ada pula bayam yang daunnya berbentuk bulat dengan ujung yang tidak terlalu terlihat. Warna daun bayam tidak hanya hijau saja, tetapi ada juga bayam yang berwarna hijau muda, hijau tua, keputih-putihan, bahkan ada juga bayam yang berwarna merah. Daun bayam yang umumnya

(16)

i7

dibudidayakan oleh petani sayuran berdaun kasar tetapi tidak keras (lunak), akan tetapi ada juga daun bayam yang berduri dan kasap pada daunnya.

4. Bunga

Bunga bayam keluar dari ujung-ujung tanaman dan juga ketiak daun yang tumbuh bergerombol dan tegak memanjang. Bunga bayam berbentuk kecil-kecil dan bergerombol, setiap gerombolnya terdiri dari 3-4 bunga dengan 1-5 benang sari dan 2-3 bakal buah. Tanaman bayam ini dapat berbunga sepanjang musim. Penyerbukan tanaman bayam bersifat uniseksual, yang dapat menyerbuk sendiri maupun secara silang dengan bantuan serangga dan angin.

5. Biji

Biji bayam dapat digunakan untuk pembibitan.Biji bayam berukuran kecil halus, bulat, dan memiliki warna coklat hingga hitam mengkilat, tetapi ada juga bayam yang memiliki sampai berwarna merah untuk jenis bayam merah. Biji bayam bisa digunakan untuk pembibitan bayam kembali jika petani sayur akan membudidayakan tanaman bayam. Satu tanaman bayam dapat menghasilkan banyak biji.

B. Syarat Tumbuh Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor L.)

Tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor L.)merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Bukan hanyak digunakan untuk sayuran saja, tetapi juga dimanfaatkan untuk dibuat kripik bayam. Tanaman bayam adalah

(17)

i8

tanaman yang tumbuh pada daerah tropis, oleh karena itu sangat cocok dibudidayakan di Indonesia. Tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor L.)merupakan jenis sayuran yang berumur tahunan. Tanaman banyam adalah tipe tanaman yang cukup mudah dibudidayakan dan tahan terhadap penyakit.

Tanaman bayam dapat ditanam pada dataran tinggi dan rendah. Tanaman bayam dapat tumbuh di ladang maupun kebun (Palada dan Chang, 2003). Budidaya tanaman bayam juga harus diperhatikan lokasi penanamannya dan keadaan syarat tumbuhnya. Syarat tumbuh tanaman yaitu lokasinya harus terbuka sehingga dapat mendapatkan pencahayaan matahari yang cukup. Tanah yang digunakan untuk menanam sayuran bayam harus gembur, banyak mengandung unsur hara dan tanpa genangan air. Tanaman bahan memiliki pH tanah 6-7 (Rukmana, 2002).

Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada tanaman bayam. Iklim yang terpenting untuk tanaman bayam adalah penyinaran sinar matahari yang cukup, kelembaban tanah yang cukup. Petani bayam harus menyesuaikan musim dalam perawatannya, saat musim hujan tiba petani seharusnya tidak terlalu menyiram bayam dengan banyak air agar bayam tidak kelebihan air, dan saat musim kemarau tiba, petani sayuran harus menyiram bayam dua kali sehari agar tidak kehilangan kelembaban tanah.

Lestari mengatakan ketinggian yang optimal untuk pertumbuhan bayam agar menjadi subur adalah 1400 mdpl. Curah hujan yang dibutuhkan dalam pertumbuhannya adalah lebih dari 1500mm/tahun dengan cahaya matahari yang

(18)

i9

penuh. Suhu udara berkisar 17-28℃ dengan kelembaban udara 40-60% (Lestari, 2009).

C. Kandungan Gizi Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor L.)

Bayam termasuk sayuran yang sangat kaya akan gizi, sehingga dapat memberikan asupan gizi yang cukup bagi tubuh. Kandungan gizi pada bayam antara lain nutrisi, dengan kandungan rendah kalori, namun sangat tinggi vitamin, mineral dan fitonutrien lainnya. Sayuran memang merupakan makanan yang kaya akan antioksidan, begitu juga dengan tanaman bayam yang mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan, yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas. Antioksidan ini dapat mencegah dan mengobati kanker. Berikut kandungan gizi pada tanaman bayam:

No Kandungan Gizi Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Kalori Lemak Kolesterol Sodium Karbohidrat Serat Gula Protein Vitamin A Vitamin C Vitamin B12 Vitamin B3 Kalsium Besi

20,74 kkl 0,30 g 10 mg 69 mg 0,61 g 2,58 g 0,47 g 2,63 g 589,17 ug 40 mg 120 ug 1,38 mg 117 mg 2,70 mg Sumber: (Rukmana, 1995)

(19)

i10

D. Manfaat Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.)

Tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.) merupan jenis sayuran yang banyak mengandung serat pada daunnya. Serat memiliki fungsi yang tidak digantikan oleh zat lain dalam memicu kondisi fisiologis dan metabolisme yang dapat memberikan perlindungan pada saluran pencernaan. Serat makanan tidak dicerna dalam usus, sehingga tidak berfungsi dalam serat makanan juga berguna mengurangi asupan kalori. Diet seimbang rendah kalori disertai diet tinggi serat bermanfaat sebagai strategi menghadapi obesitas.Kecukupan asupan serat kini dianjurkan semakin tinggi, mengingat banyak manfaat yang menguntungkan untuk kesehatan tubuh (Rahayu, Suwarni Tri dkk, 2013).

Bayam juga mencegah penyakit mata, karena banyak mengandung vitamin A atau niacin.Vitamin A selain baik untuk kesehatan mata juga baik untuk membangun system kekebalan tubuh sehingga membantu metabolisme tulang. Bayam adalah sayuran yang rendah kalori, sehingga makanan merupakan jenis sayuran yang dapat menjaga kekebalan tubuh.

E. Pupuk Urea

Pemberian pupuk anorganik yang mengandung nitrogen seperti urea dapat menaikkan produksi tanaman bayam. Pupuk urea adalah pupuk anorganik yang mengandung Nitrogen (46%) berkadar tinggi, mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis). Nitrogen dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan. Nitrogen merupakan hara

(20)

i11

esensial yang berfungsi sebagai bahan penyusun asam-asam amino, protein dan klorofil yang penting dalam proses fotosintesis yang berpengaruh merangsang pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas, perkembangan batang dan daun (Fauzi, dkk:153). Pemupukan urea yang sesuai dapat mencapai hasil yang optimal, sedangkan penggunaan pupuk yang berlebihan akan memperbesar biaya produksi, tanaman mudah rebah, mudah terserang hama atau penyakit, pembentukan bunga tertunda dan merusak lingkungan (Fauzi, dkk:153).

Penggunaan pupuk urea pada pegagan belum banyak dibahas, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian pemupukan pegagan dengan pupuk urea untuk mengetahui dosis yang tepat dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi.

Pupuk urea merupakan salah satu pupuk anorganik atau pupuk buatan sebagai sumber hara nitrogen yang dapat digolongkan berdasarkan jenis dan kandungan hara dalam bentuk tunggal dan pupuk urea agak masam (Sutanto, 2002). Setiap tanaman diketahui memerlukan paling sedikit 16 unsur penting atau esensial untuk pertumbuhannya yang normal dan sehat. Keenam belas unsur essensial ini disebut unsur hara tanaman yaitu unsure-unsur yang diambil tanaman untuk pertumbuhannya yang sehat dan dipergunakan untuk menghasilkan makanan dan jaringan-jaringan tanaman. Tiga unsur Karbon ( C ), Hidrogen ( H ) dan Oksigen ( O ) menyusun 94-99% bahan organik tanaman, sedangkan 1-6 % sisanya terdiri dari 13 unsur yang seluruhnya diambil dari tanah (Sutanto, 2002).

(21)

i12

Dinyatakan pula bahwa ketiga belas unsur hara dari tanah berdasarkan jumlah yang diambil dan perannya dalam tanaman dibagi dalam :

1. Unsur hara makro atau unsur hara mayor atau primer yaitu Nitrogen (N), fosfat (P) dan Kalium (K).

2. Unsur hara sekunder yaitu kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan Belerang (S).

3. Unsur hara mikro atau unsur hara minor yaitu Chlor (Cl), besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Borium (B) dan Molibdenin (MO).

Disebut unsur hara makro dan sekunder karena dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif banyak. Sedangkan disebut unsur hara mikro karena dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif sedikit. Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau ammonium yang disediakan oleh pupuk.

Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Sumber nitrogen yang terbesar berupa udara yang sampai ke tanah melalui air hujan atau udara yang diikat oleh bakteri pengikat nitrogen. Contoh bakteri pengikat nitrogen adalah Rhizobium sp. yang ada di bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminoseae). Idealnya, bakteri mampu menyediakan 50 – 70% kebutuhan nitrogen tanaman. Selain Rhizobium ada jenis bakteri pengikat nitrogen lain yang tidak bersimbiosis dengan tanaman tingkat tinggi (bersifat independent), misalnya Azotobakter.

(22)

i13

Nitrogen pada tanaman mempunyai pengaruh merangsang pertumbuhan daun dengan cepat serta menyebabkan daun dan batang berwarna hijau karena N merupakan bahan pembentuk klorofil.Unsur N dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas dan perkembangan batang dan daun. Jika terjadi kekurangan (defisiensi) nitrogen, tanaman tumbuh lambat dan kerdil. Daunnya berwarna hijau muda. Sementara itu, daun yang lebih tua menguning dan akhirnya kering. Didalam tubuh tanaman, nitrogen bersifat dinamis (mobil) sehingga jika terjadi kekurangan nitrogen pada bagian pucuk, nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan dipindahkan ke organ yang lebih muda. Dengan demikian pada daun yang lebih tua gejala kekurangan nitrogen akan terlihat lebih awal. Sedangkan kelebihan nitrogen, tanaman tampak terlalu subur, ukuran daun menjadi lebih besar, batang menjadi lunak dan berair (sukulen) sehingga mudah rebah dan mudah diserang penyakit. Kelebihan nitrogen juga dapat menunda pembentukan bunga, bahkan bunga yang telah terbentuk lebih mudah rontok (Novizan, 2007). Nitrogen tidak hanya diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tetapi diambil oleh tanaman sampai pertumbuhan generatif. Pupuk yang diperlukan untuk meningkatkan produksi daun adalah Urea, TSP dan KCL. Kombinasi terbaik adalah 100 kg Urea, 100 kg TSP, dan 50 kg KCL per ha. Pupuk diberikan pada awal dan akhir musim hujan dengan masing-masing setengah dosis dari jumlah pupuk keseluruhan.

(23)

i14

Pupuk daun dapat digunakan juga untuk meningkatkan jumlah daun dan memberikan penampilan helaian daun yang baik (Cheppy Syukur at al, 2001).

Tersedianya unsur hara dalam jumlah memadai, maka proses fisiologis didalam tanaman akan berjalan baik, terutama unsur hara yang berperan dominan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman seperti N, meskipun peranan unsur hara lainnya seperti P, K, Ca, Mg dan S serta unsur mikro tidak dapat diabaikan. Hasil fotosintesis yang berupa karbohidrat selain disuplai ke batang, daun dan akar juga disuplai untuk perkembangan bunga dan buah. Menurut Winarto (2004), pemberian pupuk untuk tanaman obat dianjurkan berasal dari bahan alami (pupuk organik) seperti pupuk kandang (kotoran sapi atau ternak hewan lainnya) dan kompos. Selain menambah unsur hara dalam tanah karena mengandung unsur hara yang lengkap, pemupukan dengan pupuk kandang atau organik akan mencegah timbulnya residu dan menjaga kestabilan unsur hara didalam tanah.Karena kandungan yang dimiliki pupuk urea sangat cocok untuk sayuran yang dimanfaatkan daunnya maka itulah yang menjadi alasan untuk menggunakan pupuk urea.

F. Pemupukan dan Dosis Pupuk

Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk memasok hara pada tanaman dalam jumlah yang seimbang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah adalah cadangan hara, ketersediaan besarnya pasokan, tidak adanya bahan racun maupun bahan yang menghambat penyerapan

(24)

i15

hara oleh tanaman (Sutanto, 2002). Pemupukan dengan pupuk tertentu (terutama pupuk anorganik) mengakibatkan tanah menjadi asam. Pemberian pupuk anorganik di tanah pertanian akan mengakibatkan konsentrasi kadar garam dalam larutan tanah. Hal ini karena meningkatnya tekanan osmosis larutan tanah sehingga berpengaruh pada penyerapan unsur hara. Tekanan osmosis yang tinggi dapat menyebabkan tanaman mengalami plasmolisis, unsur hara tidak terserap tanaman (Isnaini, 2006). Penggunaan pupuk anorganik dalam jangka panjang menyebabkan kadar bahan organik tanah menurun, struktur tanah rusak dan pencemaran lingkungan. Hal ini jika terus berlanjut akan menurunkan kualitas tanah dan kesehatan lingkungan, untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah, diperlukan kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk organik yang tepat.

Penggunaan pupuk bernitrogen yang berlebihan juga mengakibatkan kadar nitrat dalam hasil pertanian juga meningkat karena terjadinya akumulasi nitrat dalam jaringan tanaman. Dampak negatif ini akan berkurang jika penggunaan pupuknya seimbang. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas yang standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya.

Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman. Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu mengacu pada konsep 4T yaitu: tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan. Pemupukan yang efektif dan

(25)

i16

efisien dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa hal yaitu: jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat dan aplikasi serta pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman dipengaruhi oleh jenis atau varietas, umur, hasil atau biomasa yang dihasilkan tanaman, dan faktor lingkungan. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan dosis pupuk, yaitu analisis tanah atau daun, percobaan lapangan pada berbagai umur tanaman, penggantian hara yang hilang untuk pertumbuhan dan hasil panen, dan gejala kasat mata. Bagi petani yang jauh dari laboratorium ilmu tanah dan lahannya sempit serta terpencar, pendekatan paling mudah dan sederhana adalah berdasarkan umur tanaman dan hasil panen dikombinasi dengan analisis tanah (Sutopo, 2011). Berdasarkan hukum minimum Liebig, unsur hara dalam kondisi dibawah optimal akan memberikan peningkatan pertumbuhan seiring dengan penambahan dosis pupuk yang diberikan sampai optimal, setelah itu akan konstan atau menurun meskipun dosisnya ditingkatkan (Salisbury, 1999).

Pada dasarnya konsep hukum minimum dikembangkan untuk tanaman pertanian guna meningkatkan hasil panen. Liebig merumuskan hukum ini hanya terhadap nutrisi tanaman yang diantaranya yaitu (1) pertumbuhan dibatasi oleh sumberdaya yang disediakan, setidaknya cukup bagi yang dibutuhkan oleh tanaman,(2) pertumbuhan sebanding dengan ketersediaan sumberdaya yang terbatas,(3) pertumbuhan tidak dapat ditingkatkan melalui penambahan sumberdaya lain yang bukan merupakan faktor pembatas.

(26)

i17

Hukum Minimum Justus von Liebig ini dapat diilustrasikan sebagai gentong yang tidak akan dapat terisi penuh apabila terdapat lubang dan lubang yang menentukan tingginya permukaan air dalam gentong adalah lubang pada sisi terbawah. Dengan demikian, status hara yang terendah akan mengendalikan proses pertumbuhan tanaman. Ketidakseimbangan hara ini menyebabkan terjadinya “gentong bocor”. Untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, seluruh unsur hara harus berada pada kondisi yang setimbang.

Artinya, tidak boleh ada satu unsur harapan yang menjadi faktor pembatas (Hadisuwito, 2012). Untuk mencapai produksi yang diinginkan, jumlah hara yang dibutuhkan tanaman dan yang harus ditambahkan dalam bentuk pupuk (organik dan atau anorganik) tergantung pada tingkat kebutuhan haranya. Oleh karena itu, pemberian pupuk harus disesuaikan dengan tingkat ketersediaan hara dalam tanah yang dapat diserap tanaman. Hal tersebut dapat diperkirakan dengan metode diagnosis (analisis jaringan tanaman) (Hadisuwito, 2012). Pada keadaan yang kritis, bahan - bahan pendukung kehidupan suatu organisme yang tersedia dalam jumlah minimum bertindak sebagai faktor pembatas. Justus Liebig 1840 menemukan hasil tanaman tidak ditentukan oleh unsur hara nitrogen yang diperlukan dalam jumlah banyak tetapi oleh mineral seperti magnesium yang diperlukan dalam jumlah sedikit oleh tanaman. Temuan ini dikenal sebagai Hukum Minimum Liebig, bukan hanya unsur hara nitrogen yang dapat bertindak

(27)

i18

sebagai faktor pembatas, tetapi materi kimiawi lainnya seperti oksigen, fosfor untuk proses pertumbuhan dan reproduksi (Rohmani, 2013)

G. Media Tanam

Media tanam sangat penting untuk mendukung pertumbuhan secara optimal sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tanam yang sesuai.

Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh tanaman, tempat menyimpan hara dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Media tanam yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan yakni yang mampu menyimpan air dan zat hara secara baik, aerasi dan sirkulasi udara baik, bebas dari hama dan penyakit, subur dan gembur sehingga memungkinkan akar untuk berkembang secara ekstensif (meluas). Hal yang sangat penting, media harus mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan harganya relatif murah (Agoes, 1994).

Pupuk kandang (animal manure) adalah bahan yang dihasilkan dari kotoran hewan dan sisa-sisa makannanya baik yang berupa bahan padat maupun bahan cair. Bahan–bahan ini kaya akan unsur yang diperlukan oleh tanaman dengan komposisi yang sangat beragam bergantung kepada beberapa faktor yakni macam dan umur ternak, makanan, cara pengelolaan dan sebagainya. Sebagai campuran media tanam, pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik dibanding pupuk alam lainnya maupun pupuk buatan. Walau cara kerjanya kalau dibandingkan dengan cara kerja pupuk buatan dapat dikatakan lambat karena

(28)

i19

harus mengalami prosesproses perubahan terlebih dahulu sebelum diserap tanaman. Sebagai persediaan zat makanan didalam tanah ternyata pupuk kandang.

Bahan organik sumber nitrogen (protein), pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi asam-asam amino yang dikenal dengan proses aminisasi, selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofek mengurai menjadi ammonium yang dikenal sebagai proses amonifikasi. Amonifikasi ini dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan, sehingga ammonium dapat merupakan bentuk nitrogen an organik (mineral) yang utama dalam tanah.

H. Pupuk Organik

Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah (Hartatik dan Wedowati, 2010). Kotoran hewan yang sudah membentuk kompos memang baik sekali jika digunakan untuk menyuburkan tanaman. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan dicampur menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pupuk kandang pula (Hartatik dan Wedowati, 2010). Beberapa petani di beberapa daerah memisahkan antara pupuk kandang padat dan cair.

Manfaat dari penggunaan pupuk kandang telah diketahui berabad-abad lampau bagi pertumbuhan tanaman, baik pangan, ornamental, maupun perkebunan. Pupuk kandang banyak mengandung unsur hara (Hartatik dan

(29)

i20

Wedowati, 2010). Oleh karena itu yang harus mendapat perhatian khusus dalam penggunaan pukan adalah kadar haranya yang sangat bervariasi. Komposisi hara ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis dan umur hewan, jenis makanannya, alas kandang, dan penyimpanan atau pengelolaan. Kandungan hara dalam pupuk sangat menentukan kualitas pupuk kandang.Kandungan unsur-unsur hara di dalam pupuk kandang tidak hanya tergantung dari jenis ternak, tetapi juga tergantung dari makanan dan air yang diberikan, umur dan bentuk fisik dari ternak. Kandungan hara pada pupuk kandang sapi adalah nitrogen 0,65 ppm;

fospor 0,15; kalium 0,12 ppm; magnesium 0,10 ppm; belerang 0,09 ppm; besi 0,004 ppm (Hartatik dan Wedowati, 2010).

Pupuk kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi dibandingkan yang lainnya seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pupuk kandang sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pupuk kandang sapi dengan rasio C/N di bawah 20. Selain masalah rasio C/N, pemanfaatan pukan sapi secara langsung juga berkaitan dengan kadar air yang tinggi (Hartatik dan Wedowati, 2010). Petani umumnya

(30)

i21

menyebutnya sebagai pupuk dingin. Bila pukan dengan kadar air yang tinggi diaplikasikan secara langsung akan memerlukan tenaga yang lebih banyak serta proses pelepasan amoniak masih berlangsung.

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah:

Pengaplikasian pupuk urea dengan dosis 45gram/petak (A4) diduga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam.

(31)

i22 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei- Juni 2018. Lokasi penelitiannya berada di Desa Wedomartani Jl. Wedomartani, Ngaglik, Sleman Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan diantaranya adalah cangkul, sabit, pisau, jangka sorong, kamera, timbangan digital, gunting, alat tulis yang terdiri dari bolpoin, pensil, buku, penggaris, serta penghapus.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yang terpenting adalah benih bayam cabut, pupuk urea dan pupuk kandang sapi.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan lapangan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) 1 faktor dengan 3 ulangan masing- masing ulangan 3 sampel tanaman , yaitu pupuk urea dengan dosis:

A1 : tanpa pupuk urea

A2 :pupuk urea 15gram/petak A3 : pupuk urea 30gram/petak A4 : pupuk urea 45gram/petak A5 : pupuk urea 60gram/petak

Keterangan: luas setiap petak adalah 6m2, dengan panjang 3m2 dan lebar 2m2.

(32)

i23 D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Lahan

Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma, kemudian dicangkul dengan tujuan untuk menggemburkan. Pencangkulan ini dilakukan sedalam 25cm. setelah itu membuat jarak antar petak selebar 20cm untuk bagian luar dan lebarnya, serta 20cm untuk jarak per petak. Panjang antar petak dengan ukuran setiap petaknya 2x3 meter. Selanjutnya untuk menambah kesuburan tanah maka ditambahkan pupuk kandang sapi.

2. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan menyebar benih secara langsung pada petak lahan dengan cara mencampur benih dengan pasir. Hal ini bertujuan agar penyebaran benih dapat merata. Setiap petak membutuhkan benih sebanyak enam gram dengan pertimbangan bahwa setiap 1 ha lahan membutuhkan benih bayam 10kg, jadi untuk 6m2 petak lahan membutuhkan benih sebanyak 6 gram.

3. Perlakuan Pupuk

Sebelumnya tanah digemburkan dengan mencampurkan pupuk kandang sapi pada saat pengolahan tanah. Selanjutnya, pengaplikasian pupuk urea dilakukan seminggu setelah masa tanam dengan masing-masing dosis yang telah ditentukan pada setiap petaknya.

(33)

i24 4. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali dalam waktu sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman tidak dilakukan apabila hujan turun karena suplai air telah mencukupi.

b. Penyiangan

Penyiangan yaitu kegiatan membersihkan gulma dan rumput disekitar tanaman bayam.Penyiangan dilakukan pada saat bayam berumur 10 hari setelah penanaman.

5. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang utama, bobot segar tanaman sampel,bobot ekonomis tanaman sampel, bobot kering tanaman sampel, bobot segar tanaman per petak, bobot ekonomis tanaman per petak.

a. Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman bayam dilakukan dengan mengukur tanaman dari pangkal batang sampai bagian tanaman tertinggi menggunakan meteran pada masing-masing petak dengan lima perlakuan dan tiga ulangan.Pengukuran dimulai pada hari ke tujuh dilanjutkan umur 14, 21 dan 28 hari setelah tanam. Pengukuran dilakukan pada tiga sampel di masing-masing petaknya.

(34)

i25 b. Jumlah Daun

Penghitungan jumlah daun bayam dilakukan setiap tujuh hari sekali pada masing-masing perlakuan.Penghitungan pertama kali yaitu pada saat tanaman berumur 7 hari setelah masa tanam, kemudian dilanjutkan pada hari ke 14, 21 dan 28.Daun yang dihitung adalah daun yang sudah membuka sempurna.

c. Diameter Batang Utama

Pengamatan terhadap diameter batang diukur pada batang yang paling bawah, diatas permukaan tanah menggunakan jangka sorong.

Diameter batang utama dihitung pada hari ke 28 hari setelah tanam.

d. Bobot Segar TanamanSampel

Pengamatan bobot segar tanaman dilakukan setelah panen pada tanaman sampel dengan cara menimbang tanaman secara utuh yaitu akar, daun dan batang menggunakan timbangan digital dengan satuan gram.

e. Bobot Ekonomis Tamaman Sampel

Penghitungan bobot ekonomis dilakukan pada tanaman bayam yang akan dikonsumsi, meliputi daun dan batang sedangkan akarnya tidak.

Penghitungan hanya diambil dari tanaman sampel di dalam petak 2 x 1 m.

(35)

i26 f. Bobot Kering Tanaman Sampel

Penghitungan berat kering tanaman dilakukan setelah tanaman dipanen, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 80℃ dengan waktu 2x24 jam.

g. Bobot Segar Tanaman Perpetak (1m2)

Pengamatan bobot segar tanaman dilakukan setelah panen pada tanaman per petak dengan cara menimbang tanaman secara utuh yaitu akar, daun dan batang. Petak panen seluas 1x1 meter.

h. Bobot Ekonomis Tanaman Perpetak (1m2)

Penghitungan bobot ekonomis dilakukan pada tanaman bayam yang akan dikonsumsi, meliputi daun dan batang sedangkan akarnya tidak.

Penghitungan diambil pada kotak panen dengan luas 1x1 meter.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%, perbedaan perlakuan diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5%.

(36)

i27 BAB IV

HASIL DAN ANALISIS HASIL

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), diameter batang utama (cm), bobot segar tanaman per sampel (gram),bobot ekonomis tanaman per sampel (gram),bobot kering tanaman sampel (gram), bobot segar tanaman per petak (kg), bobot ekonomis tanaman per petak (kg). Parameter diamati berdasarkan dari perbedaan perlakuan pupuk urea.

Terdapat lima perlakuan dan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam jenjang 5%, jika perlakuan menunjukkan beda nyata dilakukan uji lanjut dengan uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

A. Tinggi Tanaman

Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 7, 14, 21 dan 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran VI.Pupuk urea berpengaruh nyata pada tanaman bayam umur 21 dan 28 hst. Tabel menunjukkan rerata dari tanaman bayam umur 7, 14, 21 dan 28 hst. Pada tanaman bayam umur 7 dan 14 hari pengaplikasian pupuk urea menunjukkan bahwa tinggi tanaman bayam tidak berpengaruh nyata, sedangkan tanaman bayamumur 21 dan 28 menunjukkan bahwa pengaplikasian pupuk urea berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 1, berikut ini:

(37)

i28

Tabel 1: Rerata tinggi tanaman umur 7, 14, 21, dan 28 hari setelah tanam (cm)

Dosis Pupuk Urea Tinggi Tanaman (cm)

7 hst 14 hst 21 hst 28 hst (A1)

tanpa urea (A2) urea 15gram/petak

(A3) urea 30gram/petak

(A4) urea 45gram/petak

(A5) urea 60gram/petak

5,70 a 5,70 a

5,72 a 5,70 a 5,64 a

13,14 a 13,16 a

13,25 a 13,26 a 13,22 a

24,61 d 25,53 c

26,37 b 28,25 a 27,85 a

32,28 d 33,81 c

34,70 b 37,83 a 37,56 a Keterangan: rerata pada kolom yang diikuti huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa antar perlakuan dosis pupuk urea tidak berbeda nyata pada tinggi tanaman umur 7 dan 14 hari setelah tanam. Pada pengamatan tinggi tanaman umur 21 dan 28 hari setelah tanam, perlakuan A4 dengan perlakuan pupuk urea 45gram/petak nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan A1 tampa pupuk urea, A2 dengan perlakuan pupuk urea 15gram/petak, dan A3 perlakuan pupuk urea 30gram/petak. Perlakuan A4 dengan perlakuan pupuk urea 45gram/petak tidak berbeda nyata dengan A5 dengan perlakuan pupuk urea 60gram/petak.

B. Jumlah Daun

Hasil analisis sidik ragam jumlah daun umur 7, 14, 21 dan 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran VII.Pengaplikasian pupuk urea pada tanaman bayam umur 7 dan 14 hari setelah tanam menunjukkan bahwa pupuk urea tidak

(38)

i29

berpengaruh nyata sedangkan pengaplikasian urea umur 21 dan 28 hari setelah tanam menunjukkan bahwa pupuk urea berpengaruh nyata terhadap perkembangan daun. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 2, berikut ini:

Tabel 2: Rerata jumlah daun umur 7, 14, 21 dan 28 hst

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

7 hst 14 hst 21 hst 28 hst (A1)

tanpa urea (A2) urea 15gram/petak

(A3) urea 30gram/petak

(A4) urea 45gram/petak

(A5) urea 60gram/petak

3,66 a

3,55 a 3,22 a 3,55 a

3,11 a

5,00 a

5,00 a 5,22 a 5,22 a

5,00 a

6,22 d

6,33 d 6,67 c 8,78 a

7,89 b

8,33 d

8,44 d 9,00 c 10,55 a

9,67 b Keterangan: rerata pada kolom yang diikuti huruf yang sama dan pada kolom

yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa antar perlakuan dosis pupuk urea tidak berbeda nyata pada pengamatan jumlah daun umur 7 dan 14 hari setelah tanam.

Pada pengamatan jumlah daun umur 21 dan 28 hari setelah tanam, perlakuan A4 dengan dosis pupuk urea 45gram/petak nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan pada A1 tanpa pupuk urea, A2 dengan perlakuan urea 15gram/petak, A3 dengan perlakuan pupuk urea 30gram/petak dan A5 dengan pupuk urea 60gram/petak. Sedangkan perlakuan antara A1 dan A2 tidak berbeda nyata.

(39)

i30 C. Diameter Batang Utama

Hasil analisis sidik ragam diameter batang utama dapat dilihat pada lampiran VIII.Diameter batang diukur dari batang paling bawah.Pengaplikasian pupuk urea pada masing-masing perlakuan menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 3, berikut ini:

Tabel 3: Rerata diameter batang utama umur 28 hst (cm)

Perlakuan Diameter Batang

Utama (cm) 28 hst (A1)

tanpa urea (A2) urea 15gram/petak

(A3) urea 30gram/petak

(A4) urea 45gram/petak

(A5) urea 60gram/petak

0,24 a

0,33 a 0,33 a 0,55 a 0,52 a

Keterangan: rerata pada kolom yang diikuti huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

Tabel 3 menunjukkan tidak bahwa hasil rerata diameter batang antar perlakuan dosis pupuk urea tidak berbeda nyata. Pada perlakuan A4 dengan pupuk urea 45gram/petak nyata paling besar diameter batangnya dibandingkan dengan A1 tanpa pupuk urea, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak, A3 dengan pupuk urea 30gram/petak dan A5 dengan perlakuan pupuk urea 60gram/petak.

Sedangkan diameter paling kecil pada perlakuan A1.

(40)

i31 D. Bobot Segar Tanaman Sampel

Hasil analisis sidik ragam bobot segar tanamansampel umur 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran IX. Tabel berisi Perlakuan pupuk urea pada bobot segar tanaman sempel menunjukkan bahwa urea berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 4, berikut ini:

Tabel 4: Bobot segar tanaman 28 hst (gram)

Perlakuan Bobot Segar

Tanaman 28 hst (gram) (A1)

tanpa urea (A2) urea 15gram/petak

(A3) urea 30gram/petak

(A4) urea 45gram/petak

(A5) urea 60gram/petak

9,44 d 12,78 c

14,55 b 16,55 a 16,44 a

Keterangan: rerata pada kolom yang diikuti huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

Tabel 4 menunjukkan adanya beda nyata bobot segar tanaman sampel pada A1 tanpa pupuk urea, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak dan A3 dengan pupuk urea 30gram/petak. Perlakuan A4 dengan pupuk urea 45gram/petak nyata lebih berat dibandingkan dengan A1 tanpa pupuk urea, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak dan A3 dengan pupuk urea 30gram/petak tetapi tidak berbeda nyata

(41)

i32

dengan A5 dengan 60gram/petak.Perlakuan A4 dengan 45gram/petak tidak berbeda nyata dengan perlakuan A5 dengan dosis pupuk urea 60gram/petaak.

E. Bobot Ekonomis Sampel

Hasil analisis sidik ragam bobot ekonomis per petak hanya diukur pada 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran X. Perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata pada setiap perlakuan.Perlakuan pupuk urea pada A4 menunjukkan nilai terberat dibandingkan dengan pengaplikasian pupuk urea terhadap perlakuan yang lainnya. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 5, berikut ini:

Tabel 5: Bobot ekonomis 28 hst (gram)

Perlakuan Bobot Ekonomis

28 hst (gram) (A1)

tanpa pupuk urea (A2) urea 15gram/petak

(A3) urea 30gram/petak

(A4) urea 45gram/petak

(A5) urea 60gram/petak

6,33 e 10,33 d 11,33 c 13,44 a

12,33 b

Keterangan: rerata pada kolom yang tidak diikuti huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan adanya beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

Tabel 5 menunjukkan adanya beda nyata pada pada semua perlakuan.

Berdasarkan rerata bobot ekonomis sampel dan perlakuan yang memiliki rerata terbesar adalah A4 dengan perlakuan urea 45gram/petak, A5 dengan pupuk urea

(42)

i33

60gram/petak, A3 dengan pupuk urea 30gram/petak, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak dan yang terakhir A1 tanpa pupuk urea. Pada bobot ekonomis A4 berbeda nyata dengan A5.

F. Bobot Kering Tanaman

Hasil analisis sidik ragam bobot kering tanaman umur 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran XI.Perlakuan pupuk urea pada bobot kering tanaman berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan.Pengaplikasian pupuk urea pada A4 paling berat. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 6, berikut ini:

Tabel 6: Bobot kering tanaman (gram)

Perlakuan Bobot Kering

(gram) 28 hst (A1)

tanpa pupuk urea (A2) urea 15gram/petak

(A3) urea 30gram/petak

(A4) urea 45gram/petak

(A5) urea 60gram/petak

2,11 d 2,60 c 3,33 b 3,76 a 3,46 b

Keterangan: rerata pada kolom yang diikuti huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

Tabel 6 menunjukkan adanya beda nyata bobot kering tanaman pada perlakuan A1 tanpa pupuk urea, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak dan A4 dengan pupuk urea 45gram/petak. Tidak ada beda nyata pada perlakuan

(43)

i34

A3dengan pupuk urea 30gram/petak dan A5 dengan pupuk urea 60gram/petak yang ditunjukkan dengan huruf yang sama di belakang rerata. Pada tabel juga menunjukkan pemberian perlakuan untuk A4 memiliki bobot kering yang paling banyak nilainya lalu diikuti dengan A5, A3, A2 dan yang terakhir A1.

G. Bobot Segar Tanaman per Petak 1x1 meter 28 hst (kg)

Hasil analisis sidik ragam bobot segar tanamanper petak umur 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran XII. Bobot segar tanaman per petak diukur dari petak panen yang berukuran 1x1m2.Pengaplikasian pupuk urea berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 7, berikut ini:

Tabel 7: Bobot segar tanaman per petak 28 hst (kg)

Perlakuan Bobot Segar

Tanaman per petak 1x1m 28 hst (kg) (A1)

tanpa pupuk urea (A2) urea 15gram/petak

(A3) urea 30gram/petak

(A4) urea 45gram/petak

(A5) urea 60gram/petak

1,5 d 2,11 c 2,31 b 2,64 a 2,51 a

Keterangan: rerata pada kolom yang tidak diikuti huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan ada beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

(44)

i35

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot segar tanaman antar perlakuan menunjukkan berbeda nyata. Perlakuan A4 dengan pupuk urea 45gram/petak nyata lebih berat dibandingkan dengan perlakuan pada A1 tanpa pupuk urea, A2 pupuk urea 15gram/petak, A3 30gram/petak dan A5 dengan pupuk urea 60gram/petak. Antara perlakuan A4 dan A5 tidak menunjukkan beda nyata.

H. Bobot Ekonomis per Petak 1x1 meter 28 hst (kg)

Hasil analisis sidik ragam bobot ekonimis per petak hanya diukur pada 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran XII.Bobot ekonomis per petak diambil dari petak panen dengan luas 1x1m2pada masing-masing petak perlakuan.Pengaplikasian pupuk urea menunjukkan berpengaruh nyata pada setiap perlakuan. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 8, berikut ini:

Tabel 8: Bobot ekonomis per petak 28 hst (kg)

Perlakuan Bobot Ekonomis per petak 1m2 28 hst (kg) (A1)

tanpa pupuk urea (A2) urea 15gram/petak

(A3) urea 30gram/petak

(A4) urea 45gram/petak

(A5) urea 60gram/petak

1,06 d 1,68 c 1,84 b 2,17 a 2,13 a

Keterangan: rerata pada kolom yang tidak diikuti huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan adanya beda nyata pada DMRT jenjang 5%.

(45)

i36

Tabel8 menunjukkan adanya beda nyata pada pada perlakuan A1, A2, A3, A4 dan A5. Berdasarkan rerata bobot ekonomis perpetak maka perlakuan yang memiliki rerata terbesar adalah A4 dengan pupuk urea 45gram/petak, A5 dengan pupuk urea 60gram/petak, A3 dengan pupuk urea 30gram/petak, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak dan yang terakhir A1 tanpa pupuk urea. Perlakuan A4 tidak berbeda nyata dengan A5

(46)

i37 BAB V

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan tanaman bayam di lapangan dan perhitungan data menggunakan sidik ragam jenjang 5% Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukan adanya pengaruh beda nyata antara macam-macam

perlakuan pupuk urea pada semua parameter yang diukur. Berikut merupakan pembahasan perhitungan pada setiap parameter :

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali, diukur dari pangkal tanaman sampai dengan ujung daun tertinggi, pengukuran dilakukan pada 7, 14, 21 dan 28 hst. Tinggi tanaman merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh suatu perlakuan terhadap hasil tanam. Pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisiologi dan genetik tanaman. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bayam tertinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu pupuk urea 45 gram/petak, dapat dilihat pertumbuhan tinggi tanaman bayam pada 7, 14, 21, dan 28 hst. sedangkan pada perlakuan tanpa pupuk urea A1 menunjukkan bahwa tanaman bayam tidak optimal pertumbuhannya pada umur 7, 14, 21 dan 28 hst.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan tanaman setiap perlakuan pada pengamatan 7 hst tidak menunjukan adanya beda nyata pada setiap

(47)

i38

perlakuan disebabkan oleh pupuk urea yang memiliki tingkat kelarutan yang rendah sehingga unsur hara pada pupuk urea juga belum dapat terserap oleh tanaman sepenuhnya.

Berbeda halnya dengan pengamatan 14 hst, 21 hst dan 28 hst, setiap perlakuan menunjukan adanya beda nyata sebab pupuk kandang sapi telah mulai terdekomposisi secara sempurna dan pupuk urea telah terlarut sehingga dapat diserap secara baik oleh tanaman sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, hal ini sesuai dengan teori bahwa pemberian pupuk yang mengandung unsur hara N mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman (Zein dan Leilani 2008).

Pemberian pupuk urea 60 gram/petak (perlakuan A5) pada tanaman bayam memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk urea 45 gram/petak (perlakuan A4) dapat dilihat pada tabel 4 hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan tanaman tidak selamanya meningkat jika jumlah pupuk ditambah, namun terkadang terjadi penurunan jika jumlah pupuk ditambah, hal ini sesuai dengan teori (Fitter dan Hay, 1998) yang menyatakan bahwa pengaruh lingkungan pada pertumbuhan tanaman dapat dibedakan menjadi pengaruh merusak yang dipaksakan (pemupukan secara berlebihan) yang dapat menyebabkan kematian pada sebagian atau seluruh bagian tanaman atau hanya penurunan pertumbuhan tanaman.

(48)

i39

Daun yang diamati adalah daun yang telah 50 % membuka. Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa jumlah daun tanaman bayam paling banyak dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak, dapat dilihat jumlah daun tanaman bayam pada 7, 14, 21, dan 28 hst secara berturut-turut yaitu 4, 5, 9 dan 11 lembar. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman setiap perlakuan pada pengamatan 7 hst dan 14 hst tidak menunjukan adanya beda nyata pada setiap perlakuan sebab pupuk urea memiliki tingkat kelarutan yang rendah sehingga unsur hara pada pupuk urea juga belum dapat terserap oleh tanaman sepenuhnya. Berbeda halnya dengan pengamatan 21 hst dan 28 hst, setiap perlakuan menunjukan adanya beda nyata, sebab pupuk urea telah terlarut sehingga dapat diserap secara sempurna oleh tanaman dan berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman, hal ini sesuai dengan teori bahwa bahwa pertambahan jumlah daun semakin meningkat seiring bertambahnya umur tanaman dan penambahan jumlah daun berbanding lurus dengan penambahan tinggi tanaman (Pujiasmanto et al. 2009).

Pengukuran diameter batang utama tanaman bayam dilakukan pada batang yang paling bawah, pengukuran dilakukan pada 28 hst. Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa diameter batang tanaman bayam paling besar dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/ha. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman setiap kombinasi perlakuan tidak menunjukan adanya beda nyata pada setiap perlakuan. Pengukuran diameter

(49)

i40

batang digunakan sebagai indikator pertumbuhan untuk menjelaskan proses pertumbuhan awal sehubungan dengan pengangkutan unsur hara dari dalam tanah dan hasil fotosintesis. Dalam hal ini unsur hara yang berperan adalah kalsium (Ca) yang terdapat dalam pupuk urea dan berfungsi untuk mengatur penyerapan air dan pengangkutan unsur hara dari dalam tanah, jika penyerapan dan pengangkutan unsur hara serta hasil fotosintesis keseluruh bagian tanaman terdistribusi dengan baik maka organ-organ tanaman akan tumbuh dengan baik, seperti halnya organ batang, jika batang terpenuhi kebutuhan unsur hara dan air maka batang akan tumbuh besar dan diameternya akan bertambah besar juga.

Bobot segar tanaman sampel bayam diukur setelah pemanenan tanaman bayam dilakukan pada saat tanaman berumur 28 hst hanya pada sampelnya saja, terlebih dahulu dengan melihat warna tanamannya hijau segar dan bentuk daun melebar. Bobot segar tanaman sering digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman. Bobot segar tanaman merupakan berat keseluruhan bagian tanaman setelah dipanen sebelum kehilangan air dan kemudian layu (Lakitan, 2007). Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa bobot segar tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot segar tanaman dengan setiap perlakuan menunjukkan adanya beda nyata pada bobot segar tanaman bayam. Hal ini berkaitan dengan tinggi dan jumah daun tanaman bayam terbaik yang terdapat pada kombinasi perlakuan A4. Semakin tinggi tanaman dan semakin banyak

(50)

i41

jumlah daunnya maka bobot segar tanaman pada tanaman bayam juga akan meningkat, hal ini sesuai dengan teori bahwa kandungan air dan unsur hara yang terdapat pada daun yang optimal mengakibatkan bobot segar tanaman meningkat.

Air sangat berperan dalam turgiditas sel sehingga sel daun akan membesar, untuk mencapai bobot segar tanaman yang optimal, tanaman membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat tercapai secara optimal.

Bobot ekonomis tanaman bayam diukur setelah kegiatan panen dilakukan pada sampel. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan tanaman bayam kemudian dipotong antara bagian akar dan tajuk tanaman. Pengukuran bobot ekonomis tanaman berkaitan dengan bagian-bagian yang dapat dikonsumsi.

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa bobot segar tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot ekonomis tanaman dengan setiap perlakuan menunjukkan adanya beda nyata pada bobot ekonomis tanaman bayam.

Hal ini berkaitan dengan tinggi dan jumah daun tanaman bayam terbaik yang terdapat pada kombinasi perlakuan A4. Semakin tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daunnya maka bobot ekonomis tanaman pada tanaman bayam juga akan meningkat, hal ini sesuai dengan teori bahwa kandungan air dan unsur hara yang terdapat pada daun yang optimal mengakibatkan bobot tanaman meningkat.

Air sangat berperan dalam turgiditas sel sehingga sel daun akan membesar, untuk

(51)

i42

mencapai bobot tanaman yang optimal, tanaman membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat tercapai secara optimal.

Bobot kering tanaman bayam diukur setelah kegiatan panen dilakukan.

Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan tanaman bayam kemudian dibungkus dengan kertas koran dan dikeringkan dalam oven bersuhu 80ºC sehingga diperoleh bobot kering tanaman bayam yang konstan selama kurang lebih dua hari. Perhitungan bobot kering digunakan untuk mengetahui metabolisme tanaman. Bobot kering dapat mewakili hasil metabolisme tanaman sebab di dalam daun dan organ lain tanaman mengandung hasil metabolisme.

Selain itu pertambahan bobot kering tanaman digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman karena berat kering tanaman merupakan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik yaitu air dan CO2. Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa bahwa bobot kering tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak. Hal ini dikarenakan pupuk urea mengadung unsur kalium yang mampu meningkatkan perkembangan akar dan batang tanaman bayam sehingga berpengaruh pada bobot kering tanaman. Hal ini sesuai dengan teori bahwa unsur kalium mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman, penghasil energi, dan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta batang, karena dengan peluasan perakaran pada tanaman, jumlah unsur hara yang diserap akan

(52)

i43

semakin banyak, sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik (Jacob, 1995). Selain itu hal ini berkaitan dengan bobot segar dan jumlah daun tanaman, sebab daun merupakan tempat akumulasi hasil fotosintesis tanaman, adanya peningkatan proses fotosintesis akan meningkatkan hasil fotosintesis berupa senyawa-senyawa organik yang akan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman dan berpengaruh terhadap berat kering tanaman. Fotosintesis akan meningkatkan berat kering tanaman sebab proses pengambilan CO2 sedangkan respirasi mengakibatkan penurunan berat kering karena pengeluaran CO2. Apabila respirasi lebih besar dibandingkan dengan fotosistesis, tanaman akan berkurang berat keringnya dan begitu pula sebaliknya, hal ini sesuai dengan teori bahwa hasil berat kering tanaman merupakan keseimbangan anatara fotosintesis dan respirasi (Nurdin, 2011).

Seperti halnya dengan bobot segar tanaman sampel, bobot segar tanaman per petak juga diukur setelah pemanenan, pemanenan tanaman bayam dilakukan pada saat tanaman berumur 28 hst pada petak panen yang berukuran 1x1 meter.

Bobot segar tanaman sering digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman. Bobot segar tanaman merupakan berat keseluruhan bagian tanaman setelah dipanen sebelum kehilangan air dan kemudian layu (Lakitan 1996).

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa bobot segar tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak yaitu sebesar 2,64 kg untuk berat petak panen dengan luas 1x1 meter. Kemudian diikuti

(53)

i44

dengan A5, A3, A2 dan A1. A1 memiliki bobot segar yang terkecil karena tidak ada pengaplikasian pupuk urea. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara dalam tanah tanpa adanya perlakuan pupuk urea menyebabkan pertumbuhan dan hasil panen tidak sempurna. Tanpa pengaplikasian pupuk pada A1 menunjukkan bahwa tanah di A1 kekurangan unsur nitrogen yang terkandung pada pupuk urea.

Bobot ekonomis tanaman bayam diukur setelah kegiatan panen pada petak panen yang berukuran 1x1 meter. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan tanaman bayam kemudian dipotong antara bagian akar dan tajuk tanaman. Pengukuran bobot ekonomis tanaman berkaitan dengan bagian-bagian yang dapat dikonsumsi. Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa bobot ekonomis tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak yaitu sebesar 2,17 kg. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot ekonomis tanaman dengan setiap kombinasi perlakuan menunjukkan adanya beda nyata pada bobot ekonomis tanaman bayam. Hal ini berkaitan dengan tinggi dan jumah daun tanaman bayam terbaik yang terdapat pada kombinasi perlakuan A4. Semakin tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daunnya maka bobot ekonomis tanaman pada tanaman bayam juga akan meningkat, hal ini sesuai dengan teori bahwa kandungan air dan unsur hara yang terdapat pada daun yang optimal mengakibatkan bobot tanaman meningkat. Air sangat berperan dalam turgiditas sel sehingga sel daun akan membesaruntuk mencapai bobot tanaman yang optimal, tanaman membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar

Gambar

Tabel 1: Rerata tinggi tanaman umur 7, 14, 21, dan 28 hari setelah tanam (cm)
Tabel 2: Rerata jumlah daun umur 7, 14, 21 dan 28 hst
Tabel 3: Rerata diameter batang utama umur 28 hst (cm)
Tabel 4: Bobot segar tanaman 28 hst (gram)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pupuk organik cair urin sapi yang diaplikasikan pada tanaman bayam hijau dengan parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, diperoleh hasil dengan konsentrasi 10%

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 20 dan 30 HST, jumlah daun umur 20 dan 30 HST, berat segar per

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 20 dan 30 HST, jumlah daun umur 20 dan 30 HST, berat segar per

Dari hasil pengamatan jumlah daun menunjukkan bahwa, perlakuan pupuk kascing hanya berpengaruh nyata pada saat tanaman berumur 14 HST dan jenis varietas tidak

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 20 dan 30 HST, jumlah daun umur 20 dan 30 HST, berat segar per

Hasil analisis ragam pada variabel pengamatan luas daun menunjukkan bahwa perlakuan biourin sapi menunjukkan pengaruh nyata pada umur 40 HST dan 60 HST. Biourin

Dari semua hasil pertumbuhan yang meliputi jumlah daun (helai), lebar daun, panjang daun, tinggi tanaman dan panjang akar yang tertinggi pada perlakuan P6 (50 ml AB mix) dan P1

Luas Daun Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa pengaruh pupuk kandang kambing dan PGPR dapat mempengaruhi luas daun pada umur 42 hst, pada pengamatan 42 hst perlakuan