• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Bobot Kering Tanaman (gram)

Hasil analisis sidik ragam bobot kering tanaman umur 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran XI.Perlakuan pupuk urea pada bobot kering tanaman berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan.Pengaplikasian pupuk urea pada A4 paling berat. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 6, berikut ini:

Tabel 6: Bobot kering tanaman (gram)

Perlakuan Bobot Kering

i34

A3dengan pupuk urea 30gram/petak dan A5 dengan pupuk urea 60gram/petak yang ditunjukkan dengan huruf yang sama di belakang rerata. Pada tabel juga menunjukkan pemberian perlakuan untuk A4 memiliki bobot kering yang paling banyak nilainya lalu diikuti dengan A5, A3, A2 dan yang terakhir A1.

G. Bobot Segar Tanaman per Petak 1x1 meter 28 hst (kg)

Hasil analisis sidik ragam bobot segar tanamanper petak umur 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran XII. Bobot segar tanaman per petak diukur dari petak panen yang berukuran 1x1m2.Pengaplikasian pupuk urea berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 7, berikut ini:

Tabel 7: Bobot segar tanaman per petak 28 hst (kg)

Perlakuan Bobot Segar

i35

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot segar tanaman antar perlakuan menunjukkan berbeda nyata. Perlakuan A4 dengan pupuk urea 45gram/petak nyata lebih berat dibandingkan dengan perlakuan pada A1 tanpa pupuk urea, A2 pupuk urea 15gram/petak, A3 30gram/petak dan A5 dengan pupuk urea 60gram/petak. Antara perlakuan A4 dan A5 tidak menunjukkan beda nyata.

H. Bobot Ekonomis per Petak 1x1 meter 28 hst (kg)

Hasil analisis sidik ragam bobot ekonimis per petak hanya diukur pada 28 hari setelah tanam dapat dilihat pada lampiran XII.Bobot ekonomis per petak diambil dari petak panen dengan luas 1x1m2pada masing-masing petak perlakuan.Pengaplikasian pupuk urea menunjukkan berpengaruh nyata pada setiap perlakuan. Rerata bobot segar tanaman sampel disajikan pada tabel 8, berikut ini:

Tabel 8: Bobot ekonomis per petak 28 hst (kg)

Perlakuan Bobot Ekonomis per petak 1m2

i36

Tabel8 menunjukkan adanya beda nyata pada pada perlakuan A1, A2, A3, A4 dan A5. Berdasarkan rerata bobot ekonomis perpetak maka perlakuan yang memiliki rerata terbesar adalah A4 dengan pupuk urea 45gram/petak, A5 dengan pupuk urea 60gram/petak, A3 dengan pupuk urea 30gram/petak, A2 dengan pupuk urea 15gram/petak dan yang terakhir A1 tanpa pupuk urea. Perlakuan A4 tidak berbeda nyata dengan A5

i37 BAB V

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan tanaman bayam di lapangan dan perhitungan data menggunakan sidik ragam jenjang 5% Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukan adanya pengaruh beda nyata antara macam-macam

perlakuan pupuk urea pada semua parameter yang diukur. Berikut merupakan pembahasan perhitungan pada setiap parameter :

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap satu minggu sekali, diukur dari pangkal tanaman sampai dengan ujung daun tertinggi, pengukuran dilakukan pada 7, 14, 21 dan 28 hst. Tinggi tanaman merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh suatu perlakuan terhadap hasil tanam. Pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisiologi dan genetik tanaman. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bayam tertinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu pupuk urea 45 gram/petak, dapat dilihat pertumbuhan tinggi tanaman bayam pada 7, 14, 21, dan 28 hst. sedangkan pada perlakuan tanpa pupuk urea A1 menunjukkan bahwa tanaman bayam tidak optimal pertumbuhannya pada umur 7, 14, 21 dan 28 hst.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan tanaman setiap perlakuan pada pengamatan 7 hst tidak menunjukan adanya beda nyata pada setiap

i38

perlakuan disebabkan oleh pupuk urea yang memiliki tingkat kelarutan yang rendah sehingga unsur hara pada pupuk urea juga belum dapat terserap oleh tanaman sepenuhnya.

Berbeda halnya dengan pengamatan 14 hst, 21 hst dan 28 hst, setiap perlakuan menunjukan adanya beda nyata sebab pupuk kandang sapi telah mulai terdekomposisi secara sempurna dan pupuk urea telah terlarut sehingga dapat diserap secara baik oleh tanaman sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, hal ini sesuai dengan teori bahwa pemberian pupuk yang mengandung unsur hara N mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman (Zein dan Leilani 2008).

Pemberian pupuk urea 60 gram/petak (perlakuan A5) pada tanaman bayam memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk urea 45 gram/petak (perlakuan A4) dapat dilihat pada tabel 4 hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan tanaman tidak selamanya meningkat jika jumlah pupuk ditambah, namun terkadang terjadi penurunan jika jumlah pupuk ditambah, hal ini sesuai dengan teori (Fitter dan Hay, 1998) yang menyatakan bahwa pengaruh lingkungan pada pertumbuhan tanaman dapat dibedakan menjadi pengaruh merusak yang dipaksakan (pemupukan secara berlebihan) yang dapat menyebabkan kematian pada sebagian atau seluruh bagian tanaman atau hanya penurunan pertumbuhan tanaman.

i39

Daun yang diamati adalah daun yang telah 50 % membuka. Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa jumlah daun tanaman bayam paling banyak dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak, dapat dilihat jumlah daun tanaman bayam pada 7, 14, 21, dan 28 hst secara berturut-turut yaitu 4, 5, 9 dan 11 lembar. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman setiap perlakuan pada pengamatan 7 hst dan 14 hst tidak menunjukan adanya beda nyata pada setiap perlakuan sebab pupuk urea memiliki tingkat kelarutan yang rendah sehingga unsur hara pada pupuk urea juga belum dapat terserap oleh tanaman sepenuhnya. Berbeda halnya dengan pengamatan 21 hst dan 28 hst, setiap perlakuan menunjukan adanya beda nyata, sebab pupuk urea telah terlarut sehingga dapat diserap secara sempurna oleh tanaman dan berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman, hal ini sesuai dengan teori bahwa bahwa pertambahan jumlah daun semakin meningkat seiring bertambahnya umur tanaman dan penambahan jumlah daun berbanding lurus dengan penambahan tinggi tanaman (Pujiasmanto et al. 2009).

Pengukuran diameter batang utama tanaman bayam dilakukan pada batang yang paling bawah, pengukuran dilakukan pada 28 hst. Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa diameter batang tanaman bayam paling besar dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/ha. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rata-rata jumlah daun tanaman setiap kombinasi perlakuan tidak menunjukan adanya beda nyata pada setiap perlakuan. Pengukuran diameter

i40

batang digunakan sebagai indikator pertumbuhan untuk menjelaskan proses pertumbuhan awal sehubungan dengan pengangkutan unsur hara dari dalam tanah dan hasil fotosintesis. Dalam hal ini unsur hara yang berperan adalah kalsium (Ca) yang terdapat dalam pupuk urea dan berfungsi untuk mengatur penyerapan air dan pengangkutan unsur hara dari dalam tanah, jika penyerapan dan pengangkutan unsur hara serta hasil fotosintesis keseluruh bagian tanaman terdistribusi dengan baik maka organ-organ tanaman akan tumbuh dengan baik, seperti halnya organ batang, jika batang terpenuhi kebutuhan unsur hara dan air maka batang akan tumbuh besar dan diameternya akan bertambah besar juga.

Bobot segar tanaman sampel bayam diukur setelah pemanenan tanaman bayam dilakukan pada saat tanaman berumur 28 hst hanya pada sampelnya saja, terlebih dahulu dengan melihat warna tanamannya hijau segar dan bentuk daun melebar. Bobot segar tanaman sering digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman. Bobot segar tanaman merupakan berat keseluruhan bagian tanaman setelah dipanen sebelum kehilangan air dan kemudian layu (Lakitan, 2007). Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa bobot segar tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot segar tanaman dengan setiap perlakuan menunjukkan adanya beda nyata pada bobot segar tanaman bayam. Hal ini berkaitan dengan tinggi dan jumah daun tanaman bayam terbaik yang terdapat pada kombinasi perlakuan A4. Semakin tinggi tanaman dan semakin banyak

i41

jumlah daunnya maka bobot segar tanaman pada tanaman bayam juga akan meningkat, hal ini sesuai dengan teori bahwa kandungan air dan unsur hara yang terdapat pada daun yang optimal mengakibatkan bobot segar tanaman meningkat.

Air sangat berperan dalam turgiditas sel sehingga sel daun akan membesar, untuk mencapai bobot segar tanaman yang optimal, tanaman membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat tercapai secara optimal.

Bobot ekonomis tanaman bayam diukur setelah kegiatan panen dilakukan pada sampel. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan tanaman bayam kemudian dipotong antara bagian akar dan tajuk tanaman. Pengukuran bobot ekonomis tanaman berkaitan dengan bagian-bagian yang dapat dikonsumsi.

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa bobot segar tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot ekonomis tanaman dengan setiap perlakuan menunjukkan adanya beda nyata pada bobot ekonomis tanaman bayam.

Hal ini berkaitan dengan tinggi dan jumah daun tanaman bayam terbaik yang terdapat pada kombinasi perlakuan A4. Semakin tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daunnya maka bobot ekonomis tanaman pada tanaman bayam juga akan meningkat, hal ini sesuai dengan teori bahwa kandungan air dan unsur hara yang terdapat pada daun yang optimal mengakibatkan bobot tanaman meningkat.

Air sangat berperan dalam turgiditas sel sehingga sel daun akan membesar, untuk

i42

mencapai bobot tanaman yang optimal, tanaman membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat tercapai secara optimal.

Bobot kering tanaman bayam diukur setelah kegiatan panen dilakukan.

Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan tanaman bayam kemudian dibungkus dengan kertas koran dan dikeringkan dalam oven bersuhu 80ºC sehingga diperoleh bobot kering tanaman bayam yang konstan selama kurang lebih dua hari. Perhitungan bobot kering digunakan untuk mengetahui metabolisme tanaman. Bobot kering dapat mewakili hasil metabolisme tanaman sebab di dalam daun dan organ lain tanaman mengandung hasil metabolisme.

Selain itu pertambahan bobot kering tanaman digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman karena berat kering tanaman merupakan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik yaitu air dan CO2. Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa bahwa bobot kering tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak. Hal ini dikarenakan pupuk urea mengadung unsur kalium yang mampu meningkatkan perkembangan akar dan batang tanaman bayam sehingga berpengaruh pada bobot kering tanaman. Hal ini sesuai dengan teori bahwa unsur kalium mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman, penghasil energi, dan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta batang, karena dengan peluasan perakaran pada tanaman, jumlah unsur hara yang diserap akan

i43

semakin banyak, sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik (Jacob, 1995). Selain itu hal ini berkaitan dengan bobot segar dan jumlah daun tanaman, sebab daun merupakan tempat akumulasi hasil fotosintesis tanaman, adanya peningkatan proses fotosintesis akan meningkatkan hasil fotosintesis berupa senyawa-senyawa organik yang akan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman dan berpengaruh terhadap berat kering tanaman. Fotosintesis akan meningkatkan berat kering tanaman sebab proses pengambilan CO2 sedangkan respirasi mengakibatkan penurunan berat kering karena pengeluaran CO2. Apabila respirasi lebih besar dibandingkan dengan fotosistesis, tanaman akan berkurang berat keringnya dan begitu pula sebaliknya, hal ini sesuai dengan teori bahwa hasil berat kering tanaman merupakan keseimbangan anatara fotosintesis dan respirasi (Nurdin, 2011).

Seperti halnya dengan bobot segar tanaman sampel, bobot segar tanaman per petak juga diukur setelah pemanenan, pemanenan tanaman bayam dilakukan pada saat tanaman berumur 28 hst pada petak panen yang berukuran 1x1 meter.

Bobot segar tanaman sering digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman. Bobot segar tanaman merupakan berat keseluruhan bagian tanaman setelah dipanen sebelum kehilangan air dan kemudian layu (Lakitan 1996).

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa bobot segar tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak yaitu sebesar 2,64 kg untuk berat petak panen dengan luas 1x1 meter. Kemudian diikuti

i44

dengan A5, A3, A2 dan A1. A1 memiliki bobot segar yang terkecil karena tidak ada pengaplikasian pupuk urea. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara dalam tanah tanpa adanya perlakuan pupuk urea menyebabkan pertumbuhan dan hasil panen tidak sempurna. Tanpa pengaplikasian pupuk pada A1 menunjukkan bahwa tanah di A1 kekurangan unsur nitrogen yang terkandung pada pupuk urea.

Bobot ekonomis tanaman bayam diukur setelah kegiatan panen pada petak panen yang berukuran 1x1 meter. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan tanaman bayam kemudian dipotong antara bagian akar dan tajuk tanaman. Pengukuran bobot ekonomis tanaman berkaitan dengan bagian-bagian yang dapat dikonsumsi. Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa bobot ekonomis tanaman bayam paling tinggi dipengaruhi oleh perlakuan A4 yaitu perlakuan pupuk urea 45 gram/petak yaitu sebesar 2,17 kg. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot ekonomis tanaman dengan setiap kombinasi perlakuan menunjukkan adanya beda nyata pada bobot ekonomis tanaman bayam. Hal ini berkaitan dengan tinggi dan jumah daun tanaman bayam terbaik yang terdapat pada kombinasi perlakuan A4. Semakin tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daunnya maka bobot ekonomis tanaman pada tanaman bayam juga akan meningkat, hal ini sesuai dengan teori bahwa kandungan air dan unsur hara yang terdapat pada daun yang optimal mengakibatkan bobot tanaman meningkat. Air sangat berperan dalam turgiditas sel sehingga sel daun akan membesaruntuk mencapai bobot tanaman yang optimal, tanaman membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar

i45

peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat tercapai secara optimal, tetapi pemberian pupuk yang berlebihan juka akan menghambat pertumbuhan dan hasil panen tanaman bayam, oleh karena itu dosis yang tepat harus diaplikasikan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil panen yang optimal.

B. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat beda nyata antara setiap perlakuan pupuk urea dengan dosis yang berbeda-beda pada tanaman bayam. Beda nyata antar perlakuan pada tinggi tanaman umur 21 dan 28 hst, jumlah daun pada umur 21 dan 28 hst, bobot segar tanaman sampel umur 28 hst, bobot ekonomis tanaman sampel umur 28 hst, bobot kering tanaman sampel umur 28 hst, bobot segar tanaman per petak dan bpbpt ekonomis tanaman per petak. Sedangkan antar perlakuan tidak menunjukkan beda nyata pada tinggi tanaman umur 7 dan 14 hst, jumlah daun umur 7 dan 14 hst serta diameter batang.

2. Pemberian dosis pupuk urea 45 gram/petak menghasilkan rerata terbaik pada parameter tinggi tanaman umur 21 dan 28 hst, jumlah daun umur 21 dan 28 hst, diameter batang utama, bobot segar tanaman sampel, bobot ekonomis tanaman sampel, bobot kering tanaman sampel, bobot segar tanaman per petak dan bobot ekonomis tanaman per petak.

i46

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Cheppy, Syukur at al. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya:

Jakarta.

Fauzi, dkk. Kajian Pemupukan Urea terhadap Produksi dan Kandungan Antioksida pada Tanaman Pegagan. Surakarta: Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.Yogyakarta:

UGM Press

Hadisuwito. 2013. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Hartatik, W dan L. R Widowati. 2010. Pupuk Kandang.

http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 30 Januari 2018.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Jacob. 1995. Plant Production. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Novizan.2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif.Jakarta: Agromedia Pustaka.

Nurdin. 2011. Antisipasi Perubahan Iklim untuk Keberlanjutan Ketahanan Pangan.

Gorontalo: Jurnal Dialog Kebijakan Publik.

Palada, M. C dan Chang, L. C. 2003.Suggested Cultural Practics for Vegetable Amaranth.Asian Vegetable Reseharch and Development Centre.

Rahayu, Suwarni Tri dkk.2013. Evaluasi Kualitas Beberapa Genotipe Tanaman Bayam pada Penanaman di Jawa Barat.Berita Biologi: Bandung. No.

12(2).

Rukmana, R. 1995. Bayam Penanaman dan Pengolahan Paskapanen.Yogyakarta:

Kanisius.

i47

Sabiham, S. 1989. Pupuk dan Pemupukan.Bogor: Departemen Ilmu tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Salisbury dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.

Setyamidjaja, Djoehana. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: CV. Simplex.

Suprayitna, I. 1996. Sayur dan Buah Berkualitas.Solo: CV. Aneka.

Sutanto. 2002. Ilmu Tanah. Jakarta: Kanisius.

Sutopo. 1985. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Zein, A. I, Leilani. 2008. Pengaruh Pupuk Cair Terhadap Pertumbuhan Kedelai (Glycine Max L) padan Tanah Podzolik Merah Kuning. Jurnal Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang. Sainstek Vol. XI, Nomor 1 September 2008. Halaman 65.

i48 Lampiran 1.

Tata Letak Percobaan

Blok I Blok II Blok III

A5 A1 A3

A2 A3 A1

A3 A2 A2

A4 A5 A4

A1 A4 A5

Keterangan:

A1 : Tanpa pupuk urea

A2 : Pupuk urea 15gram/petak A3 : Pupuk urea 30gram/petak A4 : Pupuk urea 45gram/petak A5 : Pupuk urea 60gram/petak

i49 0,5m

2m

3m 0,5m 0,5m

20 cm Lampiran II

Tata Letak Petak Tanaman dalam Lahan 8m

16, 8m

Keterangan: ukuran lahan seluruhnya adalan 8x18 meter. Ukuran petakannya adalah 2x3 meter dengan jarak perpetaknya 0,5 meter.

i50 Lampiran III

Tata Letak Tanaman pada Petak Tanam

Petak Sampel (diambil tiga tanaman)

Petak sampel berukuran 2x1m2

Petak Panen (1x1meter)

Keterangan: petak panen digunakan untuk menghasilkan data pada parameter berat basah per petak dan berat ekonomis per petak.

i51 Lampiran IV

Perhitungan pupuk dan benih per petak

1. Perhitungan dosis pupuk urea per petak A2 : pupuk urea 25kg/ha

Luas petak 2m x 3m = 6 m2 Jumlah pupuk per petak 6

x 25000 = 15gram/petak 10000

A3 : pupuk urea 50kg/ha

Luas petak 2m x 3m = 6 m2 Jumlah pupuk per petak 6

x 50000 = 30gram/petak 10000

A4 : pupuk urea 75kg/ha Luas petak 2m x 3m = 6 m2 Jumlah pupuk per petak 6

x 75000 = 45gram/petak 10000

i52 A5 : pupuk urea 100kg/ha

Luas petak 2m x 3m = 6 m2 Jumlah pupuk per petak 6

x 100000 = 60gram/petak 10000

2. Perhitungan banyaknya benih bayam yang dibutuhkan per petaknya Setiap 1ha membutuhkan benih bayam 10kg

Luas petaknya adalah 6m2 1kg = 1000 gram

1ha = 10000 m2 6

x 10000 = 6 gram/petak 10000

i53 Lampiran V

Contoh Perhitungan Analisis Bobot Kering Tanaman

Perlakuan ulangan I Ulangan II Ulangan III Total Rerata

A1 2,04 2,1 2,2 6,34 2,11

i54 Tabel Anova

Sidik Ragam DB JK KT F hit F tab 5%

Blok 2 0,01 0,003 0,59 tn 4,46

Perlakuan 4 5,54 1,38 239,96 n 3,83

Galat 8 0,05 0,01

Total 14 5,59

Keterangan : n = Berpengaruh nyata tn = Tidakada pengaruh nyata DB = Derajat bebas

JK = Jumlah kuadrat KT = Kuadrat tengah F hit = F hitung F tab = F tabel

i55 Uji DMRT

Perlakuan A4 A5 A3 A2 A1

Rerata 3,77 3,47 3,33 2,60 2,11

SD 0,043868

SSR 2 3 4 5

3,26 3,39 3,47 3,52

i56 Uji Dunkan Analisis Bobot Kering Tanaman

SSD 0,15 0,152 0,15 0,14

Perlakuan A1 A2 A3 A5 A4

Rerata 2,11 2,60 3,33 3,47 3,77

A4 3,77 1,65 1,17 0,43 0,30 0,00 a

A5 3,47 1,35 0,87 0,13 0,00 b

A3 3,33 1,22 0,73 0,00 B

A2 2,60 0,49 0,00 C

A1 2,11 0,00 D

i57 Hasil Rerata Bobot Kering Tanaman

Perlakuan Bobot kering tanaman

sampel (gram) 28 hst A1(Tanpa pupuk urea)

A2(Pupuk urea 15gram/petak) A3(Pupuk urea 30gram/petak) A4(Pupuk urea 45gram/petak) A5(Pupuk urea 60gram/petak)

2,11 d 2,60 c 3,33 b 3,76 a 3,46 b

Rerata 3,05

i58 Lampiran VI

Sidik Ragam Tinggi Tanaman

a. Data sidik ragam tinggi tanaman umur tujuh hari setelah tanam

SR DB JK KT F hit F tab 5%

Blok 2 0,002 0,001 0,31 tn 4,46

Perlakuan 4 0,01 0,002 0,57 tn 3,84

Galat 8 0,04 0,004

Total 14 0,05

Keterangan: tn : tidak berpengaruh nyata

b. Data sidik ragam tinggi tanaman umur 14 hari setelah tanam

SR DB JK KT F hit F tab 5%

Blok 2 0,11 0,001 0,35 tn 4,46

Perlakuan 4 3,77 0,01 3,78 tn 3,83

Galat 8 0,02 0,002

Total 14 0,06

Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata

c. Data sidik ragam tinggi tanaman umur 21 hari setelah tanam

SR DB JK KT F hit F tab 5%

Blok 2 0,34 0,17 4,88 n 4,46

Perlakuan 4 28,3 7,07 204,99 n 3,84

Galat 8 0,28 0,03

Total 14 28,91 Keterangan: n: berpengaruh nyata

d. Data sidik ragam tinggi tanaman umur 28 hari setelah tanam

SR DB JK KT F hit F tab 5%

Blok 2 0,05 0,02 0,9tn 4,46

Perlakuan 4 69,68 17,42 661,16n 3,84

Galat 8 0,21 0,02

Total 14 69,94 Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata

n: berpengaruh nyata

i59 Lampiran VII

Sidik ragam Jumlah Daun

a. Data sidik ragam jumlah daun umur tujuh hari setelah tanam

SR DB JK KT F hit F tab 5%

Blok 2 0,06 0,03 0,15 tn 4,46

Perlakuan 4 0,69 0,17 0,88 tn 3,84

Galat 8 1,58 0,20

Total 14 2,33

Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata

b. Data sidik ragam jumlah daun umur 14 hari setelah tanam

SR DB JK KT F hit F tabel

Blok 2 0,01 0,01 0,44 tn 4,46

Perlakuan 4 0,17 0,04 2,67 tn 3,84

Galat 8 0,13 0,01

Total 14 0,31

Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata

c. Data sidik ragam jumlah daun umur 21 hari setelah tanam

SR DB JK KT F hit F tabel

Blok 2 0,014 0,01 0,28 tn 4,46

Perlakuan 4 14,90 3,72 146,64 n 3,84

Galat 8 0,20 0,02

Total 14 15,12 Keterangan: n: berpengaruh nyata

tn: tidah berpengaruh nyata

d. Data sidik ragam jumlah daun umur 28 hari setelah tanam

SR DB JK KT F hit F tabel

Blok 2 0,13 0,07 1,17 tn 4,46

Perlakuan 4 10,29 2,57 44,59 n 3,84

Galat 8 0,46 0,06

Total 14 10,89

Keterangan n: berpengaruh nyata tn: tidak berpengaruh nyata

i60 Lampiran VIII

Sidik ragam diameter batang umur 28 hst

SR DB JK KT F hit F tab 5%

Blok 2 0,000653 0,000327 0,34tn 4,46

Perlakuan 4 0,22 0,05 57,82n 3,84

Galat 8 0,01 0,00096

Total 14 0,23

Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata n: berpengaruh nyata

Lampiran IX

Sidik ragam bobot segar tanaman sampel

SR DB JK KT F hit F tabel

Blok 2 0,11 0,05 0,89 tn 4,46

Perlakuan 4 105,22 26,31 423,87n 3,84

Galat 8 0,49 0,06

Total 14 105,83

Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata n: berpengaruh nyata

Lampiran X

Sidik ragam bobot ekonomis tanaman sampel

SR DB JK KT F hit F tabel Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata

n: berpengaruh nyata

i61 Lampiran XI

Sidik ragam bobot kering tanaman

SR DB JK KT F hit F tab 5%

Blok 2 0,01 0,003 0,6 tn 4,46

Perlakuan 4 5,54 1,38 239,96 n 3,84

Galat 8 0,05 0,01

Total 14 5,6

Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata n: berpengaruh nyata

Lampiran XII

Sidik ragam bobot basah tanaman per petak

SR DB JK KT F hit F tabel

Blok 2 0,0025 0,00013 1 tn 4,46

Perlakuan 4 2,42 0,60 600 n 3,84

Galat 8 0,001 0,001

Total 14 2,42

Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata n: berpengaruh nyata

Lampiran XIII

Sidik ragam bobot ekonomis tanaman perpetak

SR DB JK KT F hit F tabel

Blok 2 0,0025 0,0013 1,85 tn 4,46

Perlakuan 4 2,42 0,60 88,24 n 3,84

Galat 8 0,00055 0,0068

Total 14 2,42

Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata n: berpengaruh nyata

i62 Lampiran XIV

Dokumentasi penelitian

Gambar 1. Pengolahan lahan

i63

Gambar 2. Label penanda perlakuan per petak

Gambar 3. Pencampuran pupuk kandang sapi pada petak

i64

Gambar 4. Benih tanaman bayam sebanyak 6 gram per petak

Gambar 5. Tanaman bayam tujuh hari setelah tanam

i65

Gambar 6. Pupuk urea

Gambar 7. Dosis pupuk urea untuk perlakuan A5 60gram/petak

i66

Gambar 4. Tanaman bayam 14 hari setelah tanam

i67

Gambar 5. Pengukuran tinggi tanaman 21 hst

Gambar 6. Tanaman bayam 21 hst

i68

Gambar 7. Tanaman bayam 28 hst

Gambar 8. Tinggi tanaman bayam 28 hst

i69

Gambar 9. Pengukuran diameter batang bayam 28hst menggunakan jangka sorong

Gambar 10. Bobot segar tanaman sampel

Dokumen terkait