• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Kajian Pustaka

B. Broken Home

dianatara mereka. Jarak tersebut semakin terasa ketika rasa ketidakpercayaan dan komitmen awal pernikahan mulai terkikis. Seiring berjalannya waktu, hal ini berkembang menjadi sebuah perselisihan dan ketidakharmonisan yang memuncak. Penyebab kedua yang sering menyebabkan terjadinya broken home adalah masalah ekonomi yang berujung pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kedua penyebab tersebut paling banyak menghasilkan keluarga-keluarga broken home yang berakhir pada perceraian atau pertengkaran tanpa akhir.

Sebagai korban, tentunya anak-anak akan merasakan hal-hal yang tidak mengenakan. Perasaan ini timbul dan berkembang dalam diri si anak hingga ia beranjak dewasa. Pada fase remaja, dimana jiwa remaja sedang bergelora, perasaan ini bercampur aduk menjadi satu baik depresi, malu, sedih, kecewa, kesal, sakit hati, bingung, merasa terbuang, dll.

Cara para remaja menghilangkan kepenatan tersebut baik ke arah positif atau negatif ternyata bersifat relatif. Hal ini tergantung pada sikap dan perilaku remaja tersebut. Jika dia bisa mengarahkan ke arah positif, berarti dia berhasil mengurangi bahkan menghilangkan perasaan tersebut. Bila sebaliknya, berarti dia gagal. Cara-cara yang dilakukan untuk menghilangkan kepenatan tersebut pastinya akan melahirkan perubahan sikap dalam diri remaja yang mengalami broken home. Sebuah perubahan

37

yang akan membawa mereka merasa lebih baik dari sebelumnya, sementara atau selamanya.

4. Dampak Broken Home Terhadap Perkembangan Remaja

Kasus broken home sering dianggap suatu peristiwa tersendiri dan menegangkan dalam kehidupan keluarga. Tetapi, peristiwa ini sudah menjadi bagian kehidupan dalam masyarakat. Kita boleh mengatakan bahwa kasus itu bagian dari kehidupan masyarakat tetapi yang menjadi pokok masalah yang perlu di renungkan, bagaimana akibat dan pengaruhnya terhadap diri anak?

Peristiwa broken home dalam keluarga senantiasa membawa dampak yang mendalam. Kasus ini menimbulkan stres, tekanan, dan menimbulkan perubuhan fisik, dan mental.keadaan ini dialami oleh semua anggota keluarga, ayah, ibu dan anak (Dagun, 2013: 113).

Broken home dalam keluarga itu biasanya berawal dari suatu konflik antara anggota keluarga. Bila konflik ini sampai ketitik krisis maka peristiwa broken home berada diambang pintu. Peristiwa ini selalu mendatangkan ketidak tenangan berfikir dan ketegangan itu memakan banyak waktu lama. Pada saat kemlut ini biasanya masing-masing pihak menerima kenyataan baru seperti pindah rumah, tetangga baru, anggaran rumah baru. Acara kunjunganpun berubah. Seituasi rumah menjadi lain karena diatur oleh satu orang tua saja.

Beberapa diantara anak usia remaja dalam menghadapi situasi

38

mengungkapkan, “jika perceraian dalam keluarga itu terjadi saat anak

menginjak usia remaja, mereka mencari ketenangan, entah di tatangga, sahabat atau teman sekolah(Dagun, 2013: 116)

Diantara dampak negatif broken home terhadap perkembangan anak adalah:

a. Perkembangan Emosi

Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan

pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Perceraian adalah suatu hal yang harus dihindari, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman tramatis bagi anak.

b. Perkembangan Sosial Remaja

Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan seseorang berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat. Dampak keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja adalah: ketegangan orang tua menyebabkan ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan dan kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul dengan teman-teman. Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cenderung sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan, kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut. Dampak bagi remaja putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat

39

menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.

c. Perkembangan Kepribadian

Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan kepribadian remaja. Remaja yang orang tuannya bercerai cenderung menunjukan ciri-ciri: Berperilaku nakal, Mengalami depresi, Melakukan hubungan seksual secara aktif, Kecenderungan pada obat-obat terlarang, Keadaan keluarga yang tidak harmonis, tidak stabil atau berantakan (broken home) merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian remaja yang tidak sehat.

Menurut Nurmalasari dalam www.atriel.wordpress.com diakses pada 9 April 2017, dampak yang disebabkan keluarga yang broken home bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut:

1) Psychological disorder yaitu anak memiliki kecenderungan agresif, introvert, menolak untuk berkomitmen, labil, tempramen, emosional, sensitif, apatis , dan lain-lain

2) Academic problem yaitu kecenderungan menjadi pemalas dan motivasi berprestasi rendah

3) Behavioral problem yaitu kecenderungan melakukan perilaku menyimpang seperti bullying, memberontak, bersikap apatis terhadap lingkungan, bersikap destruktif terhadap diri dan lingkungannya (merokok, minum-minuman keras, judi dan free sex)

Melihat pendapat diatas, tentunya broken home lebih banyak memberikan dampak negatif daripada positifnya bagi perkembangan

40

anak. Walaupun begitu, tidak semua anak akan terjebak dalam dampak

–dampak negatif dari broken home tersebut. Anak yang memilliki konsep diri dan pertahanan yang baik tentunya akan dapat mengatasi dan menghadapi keadaan tersebut dengan baik pula tanpa

terjerumus kedalam dampak-dampak yang diakibatkan oleh

broken home.

Selain berdampak negatif bagi perkembangan anak, broken home juga mempunyai sisi positif. Diantaranya:

Ada sisi positif dari anak korban broken home misalnya anak cepat dewasa, punya rasa tanggung jawab yang baik, bisa membantu ibunya. Memang ada anak yang kebalikannya justru menjadi anak yang sangat baik dan bertanggung jawab.

Anak-anak ini akhirnya di dorong kuat untuk mengambil alih peran orang tua yang tidak ada lagi dalam keluarganya. Secara luar kita melihat sepertinya baik menjadi dewasa, tapi sebetulnya secara kedewasaan tidak terlalu baik karena dia belum siap mengambil alih peran orang tuanya itu.

Dokumen terkait