• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istilah kebudayaan berasal kata budh berasal dari kata sansekerta. Dari kata budh ini kemudian dibentuk kata buddhayah, bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal/bangun atau sadar, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal manusia. Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah culture yang berasal dari kata latin colore, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata

culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa indonesia. Berdasarkan ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dari hasil karya manusia dalam rangka membangun kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar (Sudarman, 2008).

Office of minority health (OMH) menggambarkan budaya sebagai ide-ide, komunikasi, tindakan, kebiasaan, kepercayaan, nilai-nilai, dan adat istiadat dari kelompok ras, etnik, agama, atau sosial. Budaya merupakan konteks dimana sekelompok individu menafsirkan dan mendefinisikan pengalaman mereka yang berkaitan dengan transisi kehidupan. Hal ini termasuk kejadian-kejadian seperti kelahiran, penyakit, dan kematian. Ini merupakan suatu sistem nilai dimana individu dapat mengerti pengalaman mereka. Budaya adalah bagaimana orang lain mendefinisikan fenomena sosial seperti saat individu sehat atau memerlukan intervensi (Kulwicky, 2003 dalam potter & ferry, 2009).

Purnell dan Paulanka (2003 dalam Potter dan Perry, 2009) mengatakan, budaya merupakan penyebaran secara sosial dari pengetahuan, bentuk tingkah laku, nilai-nilai, kepercayaan, norma, dan gaya hidup dari kelompok tertentu yang menunjukkan pandangan mereka dan cara pengambikan keputusan. Budaya memiliki dua komponen yaitu: nyata (mudah dilihat), tersembunyi (kurang terlihat). Soekanto (2001 dalam Sunaryo, 2004) mengatakan kebudayaan adalah ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi, dan hiburan.

Latar belakang budaya dan etnik seseorang mengajarkan cara sehat, cara mengenali sakit, dan cara jatuh sakit. Efek penyakit dan interprestasinya berbeda menurut keadaan kultural. Perbedaan etnik dapat mempengaruhi keputusan

tentang layanan kesehatan serta penggunaan layanan diagnostik dan kesehatan (Murray & Zentner, 2001 dalam Potter & Perry, 2009).

Mubarak (2009) menyatakan bahwa fungsi kebudayaan bagi masyarakat adalah sebagai berikut ini:

1. Membantu manusia dalam melangsungkan kehidupannya atau sebagai pedoman hidup.

2. Mengarahkan manusia untuk mengerti bagaimana harus bersikap, berperilaku, dan bertindak, baik secara individu maupun berkelompok.

3. Memberi kepuasan dalam bidang kerohanian maupun material, walaupun tidak semua keinginan manusia dapat terpenuhi oleh kebudayaan.

Mubarak (2009) menyatakan aspek sosial budaya yang mempengaruhi status kesehatan antara lain:

1. Kebiasaan makan

Banyak sekali penemuan para ahli sosiologi dan ahli gizi menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan terhadap proses terjadinya kebiasaan makan dan bentuk makanan itu sendiri, sehingga tidak jarang menimbulkan berbagai masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan secara baik bagi yang mengonsumsinya.

2. Peranan makanan dalam konteks budaya a. Pola budaya terhadap makanan

Makanan atau kebiasaan makan merupakan suatu produk budaya yang berhubungan dengan sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola (sistem sosial) dari suatu komunitas masyarakat tertentu. Sedangkan makanan yang

merupakan produk pangan sangat bergantung pada faktor pertanian di daerah tersebut dan merupakan produk dari budaya juga. Dengan demikian pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan sangat bergantung kepada sistem sosial kemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang paling dasar, maka pangan atau makanan harus berada di dalam kendali kebudayaan itu sendiri. Beberapa pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan adalah adanya bermacam jenis menu makanan dari setiap komunitas atau etnis masyarakat dalam mengolah suatu jenis hidangan makanan karena perbedaan bahan dasar dalam proses pembuatannya.

b. Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan pokok dari setiap suku atau etnis. Contohnya, pola makan orang Timur lebih kepada jagung, orang Jawa pala makan lebih kepada beras.

c. Adanya perbedan cita rasa, aroma, warna, dan bentuk fisik makanan dari setiap suku atau etnis. Contohnya, makan orang Padang cita rasanya pedas, dan orang Jawa makanannya manis.

3. Masalah tabu dalam makanan

Sistem budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda terhadap makanan, misalnya bahan-bahan makan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dapat dianggap tabu atau bersifat pantang untuk dikonsumsi karena alasan sakral tertentu atau sistem budaya yang terkait di dalamnya.

4. Pola hidup dan tradisi pemeliharaan kesehatan yang kurang baik.

Adanya kepercayan atau mitos yang masih merugikan bagi kesehatan. Pada masyarakat di perkotaan yang mempunyai gaya hidup budaya dengan tingkat

kesibukan yang tinggi karena alasan pekerjaan, seperti pada ibu di daerah perkotaan yang kurang dan tidak sering menyusui bayinya dengan air susu ibu (ASI) setelah melahirkan tetapi hanya diberikan formula susu bayi instan. Padahal kita tahu bahwa ASI sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi. Selanjutnya gaya hidup mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas (masyarakat elit kota), dalam hal makanan sering mengonsumsi makanan yang berasal dari produk luar negeri atau makanan instan lainya karena soal gengsi. Sedangkan makanan lokal kita hanya dikonsumsi oleh meraka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah karena ada anggapan bahwa makanan dari luar negeri kaya akan nilai gizi protein dan makanan instan lebih praktis untuk dikonsumsi, selai itu makanan lokal kita nilai gizinya lebih kepada karbohidrat. 5. Sikap fatalisme

Ajaran bahwa manusia tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah dukuasahi nasib. Fatalis erat kaitannya dengan rasa putus asa dan tidak berdaya. Secara sederhana fatalisme dapat diartikan sebagi keyakinan bahwa manusia tidak mampu mengubah apayang telah terjadi atau tergariskan.

6. Nilai/norma

Nilai-nilai atau norma yang tidak sesuai atau kurang menunjang dalam bidang kesehatan. Contohnya, kepercayaan pada saat hamil dimana adanya larangan seperti jangan makan ikan ini karena dapat memperparah terjadinya perdarahan. Banyak yang percaya bahwa pada awal kehamilan, makanan yang asam atau makanan yang memiliki bagian yang tajam (ikan lele, ikan pari yang berduri, dan

nanas) harus dihindari karena makan tersebut berhubungan dengan komplikasi pada kehamilan seperti aborsi dan perdarahan.

Budiarto dan Anggraeni (2002) mengatakan, klasifikasi penyakit berdasarkan suku sulit dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual, tetapi karena terdapat perbedaan yang besar dalam frekuensi dan beratnya penyakit di antara suku maka dibuat kalsifikasi walaupun terjadi kontroversial. Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku berkaitan dengan faktor genetik atau faktor lingkungan.

2.1.7. Ekonomi (penghasilan)

Ekonomi adalah suatu ilmu mengenai keterbatasan atau kelangkaan sumber daya dan penentuan pilihannya. Samuelson memberi batasan ilmu ekonomi sebagai berikut : “Ilmu mengenai bagaimana individu atau masyarakat, dengan atau tanpa uang, menggunakan sumber daya yang terbatas, dengan berbagai pilihan pengguaannya untuk menghasilkan berbagai macam barang dan mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi saat ini atau masa yang akan datang, bagi individu atau sekelompok di masyarakat. Ilmu ini juga mengkaji semua biaya dan manfaat dari perbaikan pola alokasi sumber daya yang ada” (Lubis, 2010).

Lubis (2010) menyebutkan bahwa, ekonomi dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Ekonomi mikro

Merupakan sesuatu yang spesifik dan merupakan sesuatu yang didefenisikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi menganalisis bagian-bagian yang kecil dari seluruh kegiatan perekonomian. Hal ini yang dianalisis adalah bagian dari sistem ekonomi seperti : perilaku konsumen, supply, demand, elastisitas, supply and demand, pasar dan sebagainya.

2. Ekonomi makro

Merupakan sesuatu yang bersifat agregat dan merupakan analisis atau seluruh perekonomian. Analisis bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian. Menganalisis kajian sektor-sektor kesehatan dan hubungannya dengan pembangunan ekonomi yang di dalamnya anatara lain: fiskal dan moneter terhadap pembiayaan kesehatan, kebijakan kesehatan.

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004 dalam Suparyanto, 2010). Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di

masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006 dalam Suparyanto, 2010).

Tingkat ekonomi menurut Friedman (2004 dalam Suparyanto, 2010) membagi keluarga terdiri dari 4 tingkat ekonomi:

1. Adekuat

Adekuat menyatakan uang yang dibelanjakan atas dasar suatu permohonan bahwa pembiayaan adalah tanggung jawab kedua orang tua. Keluarga menganggarkan dan mengatur biaya secara relisitis.

2. Marginal

Pada tingkat marginal sering terjadi ketidaksepakatan dan perselisihan siapa yang seharusnya mengontrol pendapatan dan pengeluaran.

3. Miskin

Keluarga tidak bisa hidup dengan caranya sendiri. Pengaturan keuangan yang buruk akan menyebabkan didahulukannya kemewahan. Diatas kebutuhan pokok, manajemen keuangan yang sangat buruk dapat atau tidak membahayakan kesejahteraan anak, tetapi pengeluaran dan kebutuhan keuangan melebihi penghasilan.

4. Sangat Miskin

Menejemen keuangan yang sangat jelek, termasuk pengeluaran saja dan berhutang terlalu banyak, serta kurang tersedianya kebutuhan dasar.

Aristoteles (1999 dalam Suparyanto, 2010) membagi masyarakat secara ekonomi menjadi 3 kelas atau golongan terdiri atas:

1. Golongan sangat kaya: merupakan kelompok kecil dalam masyarakat, terdiri dari pengusaha, tuan tanah, dan bangsawan.

2. Golongan kaya: merupakan golongan yang cukup banyak terdapat dalam masyarakat, terdiri dari para pedagang dan sebagainya.

3. Golongan miskin: merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat, kebanyakan dari rakyat biasa

Pembagian kelas sosial ekonomi berdasarkan status ekonomi terdiri dari: a. Friedman (2004 dalam Suparyanto, 2010) status ekonomi seseorang dibagi

menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Penghasilan tipe kelas atas > Rp 1.000.000,

2. Penghasilan tipe kelas menengah = Rp 500.000 – Rp 1.000.000 3. Penghasilan tipe kelas bawah < Rp 500.000

b. Status ekonomi menurut Saraswati (2009 dalam Suparyanto, 2010) 1. Tipe Kelas Atas (> Rp 2.000.000).

2. Tipe Kelas Menengah (Rp 1.000.000 -2.000.000). 3. Tipe Kelas Bawah (< Rp 1.000.000)

Menurut Friedman (2004 dalam Suparyanto, 2010) faktor yang mempengaruhi status ekonomi seseorang yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan.

3. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong seseorang untuk tidak teratur melakukan pemeriksaan.

4. Latar Belakang Budaya

Cultur universal adalah unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

5. Pendapatan

Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mewah misalnya lebih konsumtif karena mereka mampu untuk membeli semua yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya kebawah.

Ekonomi mempengaruhi cara reaksi klien terhadap sakit, oleh karena halangan ekonomi, seseorang dapat menunda terapi dan meneruskan aktivitas hariannya (Potter & Perry, 2009). Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial budaya dan sosial ekonomi. Khusus menyangkut sosial ekonomi, sebagai contoh individu yang status sosial ekonominya berkecukupan akan mampu menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, individu yang status sosial ekonominya rendah akan mengalami kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sunaryo, 2004).

Penelitian Depkes (2007 dalam Notoatmodjo, 2010) tentang propil kesehatan Indonesia mengatakan bahwa, dari segi status sosial ekonomi tidak nampak adanya perbedaan perilaku merokok yang bermakna antara orang yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi dengan yang status ekonominya rendah. Depkes (2007 dalam Notoatmodjo, 2010) melakukan survei tentang melakukan aktivitas fisik secara cukup berdasarkan latar belakang atau karakteristik individu. Ternyata dilihat dari strata ekonomi, kolompok dari strata ekonomi rendah

presentasinya lebih tinggi melakukan akitvitas fisik, dibandingkan dengan strata menengah.

Dokumen terkait