• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN TENTANG BUDAYA LAIN

1. BUDAYA JAWA

Kebudayaan Jawa menurut Kodiran (dalam Koentjaraningrat,1970) 1.1Identifikasi

Suku jawa mendiami seluruh Jawa Tengah, Timur dan Jawa Barat. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa, dan setiap daerah memiliki dialek yang berbeda-beda. Suku Jawa termasuk suku bangsa yang telah menerima pengaruh dari berbagai macam kebudayaan seperti, Hindu, Budha,Islam dan Eropa.

Hal ini dapat dilihat dari berbagai bangunan candi-candi, masjid, gereja serta bangunan-bangunan yang lain. Terdapat pula berbagai seni yang maju seperti, tulisan, kesusteraan, wayang, batik, seni tari, gamelan dan masih banyak lagi. Suku Jawa memiliki perilaku yang taat kepada Tujuan

Setelah mempelajari sub topik Mengetahui budaya lain diharapkan:

a. Mahasiswa mengidentifikasi budaya yang dimiliki oleh peserta lain

b. Mahasiswa mampu menyebutkan beberapa aspek dalam budaya yang dimiliki peserta lain

pimpinan dan orang tua, menjunjung tinggi adat dan tatakrama serta hidup gotong royong.

Kebudayaan Jawa meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari pulau jawa. Terdapat daerah-daerah yang disebut dengan daerah Kejawen, sebelum terjadi perubahan daerah itu adalah Banyumas, Kedu Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang dan Kediri. Sedangkan daerah di Luar itu

dinamakan dengan daerah

Pesisir atau Ujung Timur.

Dalam

pergaulan sehari- hari

biasanya menggunakan

bahasa Jawa, namun

dalam mengucapkan

bahasa daerah ini seseorang harus memperhatikan dengan siapa yang menjadi lawan bicara baik dari segi usia maupun status sosialnya. Karena pada prinsipnya terdapat dua macam bahasa yaitu Bahasa Jawa Ngoko dan Krama.

Bahasa Jawa Ngoko biasanya dipakai untuk orang yang sudah dikenal akrab dan terhadap orang yang lebih muda usianya atau lebih rendah derajadnya. Sebaliknya, untuk bahasa Jawa Krama, digunakan untuk bicara dengan orang yang belum dikenal akrab, tetapi sebaya dalam segi umur, derajat dan juga lebih tinggi umur serta status sosialnya.

1.2 Bentuk Desa/peralatan yang dipakai

Terdapat beberapa bentuk rumah di Jawa. Ada rumah yang dibangun memakai kerangka dari bambu, glugu (batang pohon nyiur), atau kayu jati kemudian dinding- dindingnya dibuat dari gedeg (anyaman belahan bambu), papan atau tembok, dan atapnya berupa anyaman daun kelapa kering (blarak) atau dari genting.

Adapun mengenai bentuk rumah itu yang dientukan oleh bangun atap, ada yang dinamakan rumah limasanm rumah serotong, rumah joglo, rumah panggangepe, rumah daragepak, rumah macan njerum dan rumah sinom.

1.3 Mata pencaharian

Mata pencaharian sebagian besar masyarakat orang Jawa di desa- desa adalah kepegawaian, pertukangan, dan perdagangan.

1.4 Sistem kekerabatan

Sistem kekerabatan orang Jawa adalah berdasarkan prinsip Bilateral. Istilah kekerabatan menunjukkan klasifikasi smenurut angkatan- angkatan. Semua kakak laki-laki serta kakak wanita ayah dan ibu. Beserta isteri-istri

maupun suami- suami

masing masing diklasifikasikan

menjadi satu dengan

satu istilah siwa atau

uwa. Adapun aduk-

adik dari ayah dan ibu

diklasifikasikan ke dalam

dua golongan yang dibedakan menurut jenis kelamin menjadi paman bagi para adik laki-laki dan bibi bagi para adik wanita.

Di Jawa memiliki beberapa tradisi, salah satunya adalah Tradisi Ngruwat dan Tradisi Pernikahan.

1.4.1 Tradisi Ngruwat

Tradisi ini dilakukan untuk melepaskan dari bahaya yang selalu mengancam anak tunggal dari Bathara kala. Untuk itu, orang harus mengadakan pertunjukan wayang dengan Murwokolo.

Saat pertunjukan sedang dilakukan, anak harus duduk dekat dengan dhalang dengan memakai seragam putih (seperti orang mati) dan

ki dalang secara simbolis menyelamatkan orang tersebut dari ancaman Bhatara Kala.

1.4.2 Tradisi Perkawinan

Bila sudah ada kesepakatan antara kedua belah pihak maka dilanjutkan dengan acara pinangan disertai dengan pengikat (tanda pengikat). Perkawinan pada umumnya dilaksanakan pada hari dan bulan yang baik, setelah enam bualn acara pemberian peningset dilanjutkan dengan akad nikah dan resepsi. Lima hari setelah perkawinan, pasangan

“temanten” laki-laki dan perempuan pulang ke rumah temanten laki-laki disertai dengan upacara boyongan.

1.5 Sistem kemasyarakatan

Orang Jawa masih membeda-bedakan antar arang priyayi yang terdiri dari pegawai negeri dan kaum terpelajar, sedangkan yang disebut dengan orang cilik seperti petani-petani, tukang dan pekerja kasar.

Menurut kriteria pemeluk agamanya, orang Jawa biasanya membedakan orang santri dengan orang agama kejawen.

Kesatuan hukum paling kecil adalah desa atau kelurahan. Hubungan antara penduduk desa erat sekali, sampai- sampai desa yang masih murni sifatnya, sungguh- sungguh dirasakan satu keluarga yang besar yang berlaku.sedangkan pemerintahan desa atau pamong desa terdiri dari Kepala desa (lurah), kamituram carik, kabayan, modin dan ulu-ulu (jaga tirta),dll.

1) Lurah, merupakan kepala desa yang bertugas untuk mengatur dan mengawasi jalannya pemerintahan desa dibantu orang punggawa desa.

2) Kawituwa, merupakan orang yang dituakan dalam suatu desa

3) Carik, adalah penulis desa yang bertugas untuk mengerjakan semua administrasi desa (tulis menulis ) pajak, jual beli danlain sebagainya. 4) Kabayan, bertugas untuk membawa surat-surat dan laporan ke atasan

5) Jagabaya, bertugas untuk mengatur keamanan desa.

6) Modin, semacam penghulu desa. Yang bertugas bila ada kematian, mengantarkan yang akan amenikah, talak, rujuk dan lain sebagainya. 7) Ulu-ulu, bertugas untuk mengurusi pengairan selokan di sawah. 1.6 Religi

Agama islam umumnya berkembang baik di kalangan masyarakat orang Jawa. Hal itu dapat dilihat dari bangunan-bangunan khusus untuk tempat beribadah orang- orang yag beragama islam. Menurut kriterianya, agama islam dibagi menjadi dua, yaitu agama islam santri dan agama

islam kejawen. Selain itu, ada juga beberapa yang memeluk agama nasrani atau agama besar lainnya.

Adapun golongan orang islam kejawen, walaupun tidak menjalankan salat, puasa serta tidak bercita-cita haji namun mereka masih percaya kepada ajaran keimanan agama islam. Tuhan, mereka sebut Gusti

Allah dan Nabi Muhammad adalah Kanjeng Nabi. Kebanyakan orang jawa

percaya bahwa hidup di dunia ini sudah ada yang mengatur, sehingga tidak sedikit orang yang bersikap narima, yaitu menyerahkan diri kepada takdir

1.7 Kesenian

(Diadaptasi dari : Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, oleh Koentjaraingrat,1990).

Seni sastra Jawa banyak mendapat pengaruh dari luar, terutama dari agama dan budaya Hindu dan Islam. Seperti halnya wayang. Wayang pada zama dahulu memiliki maksud tertentu yaitu “ Pemujaan terhadap roh-roh nenk moyang”. Upacara pemujaan ini dipimpin oleh seorang dalang, dalam merupakan orang yang paham benar tentang adat istiadat.dan dalang dahulu juga dianggap sebagai orang suci dan dapat menjadi medium (perantara) antara roh-roh nenek moyang dengan orang- orang yang masih hidup.

Indonesia merupakan Negara yang multikultural, terdiri dari beribu-ribu pulau, suku, budaya, adat dll. Salah satunya adalah suku di Jawa. Dalam teori Geertz (2013) menjelaskan bahwa di Jawa terdapat beberapa varian suku, antara lain sebagai berikut : suku jawa varian Abangan, Santri dan Priyayi.

Dokumen terkait