• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Ritual Berorientasi Makam

Hampir semua makam di Samudra Pasai keletakannya pada dataran rendah, walaupun pada beberapa makam seperti Makam Malik As-Shaleh berada pada tempat yang ketinggiannya kira-kira 1,5 m dari permukaan tanah sekitar. Demikian juga pada makam-makam di Aceh hampir semuanya berada di tanah datar kecuali makam Kandang Dua Belas yang tanah kompleks makamnya agak ditinggikan kira-kira 1,5 m. Kelihatannya pada masa itu ada kecenderungan peletakan makam pada tempat yang tinggi. Lokasi makam yang berada pada tanah datar juga didapatkan di beberapa tempat di Jawa seperti makam Fatimah binti Maimud bin Hibatallah, makam Sunan Kudus, makam raja Demak, makam Sunan Kalijaga, dan makam Maulana Malik Ibrahim.

Lokasi makam tidak hanya berada di lingkungan strategis untuk transportasi darat, tetapi juga untuk transportasi air, baik laut maupun sungai. Hal ini dikarenakan transportasi sungai menjadi alternatif satu-satunya untuk berhubungan dengan wilayah lain. Beberapa makam yang yang seperti ini berada di wilayah Kalimantan.

Pada perkembangan lebih lanjut, banyak makam dibangun di atas bukit, seperti kompleks makam, Imogiri, Sunan Pandanaran, dan Sunan Gunung Jati. Pembangunan makam ini direncanakan sejak tokoh utama yang akan dimakamkan masih hidup. Perencanaan ini dapat diindikasikan dari berbagai atribut yang ada di dalamnya. Misalnya makam tokoh utama berada di pusat

Pada perkembangan lebih lanjut, banyak makam dibangun di atas bukit, seperti kompleks makam,

Imogiri, Sunan Pandanaran, dan Sunan Gunung Jati. Pembangunan makam ini direncanakan sejak tokoh utama yang akan

dimakamkan masih hidup. Perencanaan ini dapat diindikasikan

dari berbagai atribut yang ada di dalamnya. Misalnya makam tokoh utama berada di pusat

makam yang paling sakral.

makam yang paling sakral. Bahkan, Sultan Agung sebagai raja Mataram menjadi arsitek bagi kompleks makamnya sendiri.

Dari kasus-kasus pemilihan lokasi makam terlihat beberapa pilihan yang tentunya diperhitungkan sesuai dengan pandangan masyarakat pada saat itu. Unsur praktis rupanya menjadi pilihan penempatan makam pada dataran rendah. Kepraktisan ini diukur dari proses perjalanan ke pemakaman sampai pada proses perjalanan ziarah. Sementara pada penempatan makam di dataran tinggi unsur kepraktisan dikesampingkan. Ada alasan-alasan tertentu yang menjadi landasan unsur pengambilan keputusan ditempatkannya makam pada dataran tinggi berupa perbukitan.

Eliade berpendapat bahwa bagi manusia religius ruang tidaklah homogen. Ruang mengalami interupsi, yang di dalamnya ada perubahan yang berbeda secara kualitatif antar masing-masing ruang.18 Nilai ruang tersebut dapat berubah sesuai dengan pandangan masyarakat terhadap tokoh yang dimakamkan. Banyak tulisan-tulisan terdahulu yang menggunakan teori kontinuitas dan harmoni dalam memandang fenomena makam-makam Islam. Konsep kosmologi Hindu Budha seolah-olah selalu melandasi setiap pandangan baik pemakaian ruang maupun bentuk-bentuk seni yang sebetulnya Islami. Kuatnya pemakaian

kosmologi฀Klasik฀(Hindu-Budha)฀justru฀mengabaikan฀konsep-konsep฀kosmologi฀

Islam yang dibangun sendiri oleh masyarakat pengikutnya. Kemandirian ini seolah dikebiri dengan teori kontinuitas, sehingga simbol-simbol yang muncul selalu pada tataran kehinduan. Kalau diperhatikan simbol-simbol mempunyai lebih dari satu makna, dan makna-makna itu selektif dalam berbagai situasi sosial yang berbeda.19 Oleh karena itu pemaknaan simbol yang sama pada sebuah periode tidak berarti memiliki makna yang sama pada periode yang lain. Keberhasilan penerimaan Islam di Indonesia, selain karena perdagangan, karena Islam yang datang melalui jalur Sufi.20 John mengemukakan bahwa dai-dai sufi yang datang ke nusantara mengajarkan suatu teosofi sinkretik yang kompleks. Sebagian besar isinya telah akrab bagi orang Indonesia, tetapi disuborddinasikan, meskipun merupakan suatu pelebaran atas dogma-dogma fundamental Islam Tidak diragukan sama sekali, bahwa berziarah ke makam kerabat atau

wali฀ mempunyai฀ dasar฀ hukum฀ yang฀ kuat,฀ yaitu฀ sunnah฀ rasul฀ (hadist),฀ dan฀

dasar hukum ini telah disepakati oleh semua ulama. Salah satu hadist yang menjelaskan mengenai ziarah kubur di antaranya adalah “dari Buraidah, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda “saya pernah melarang kamu berziarah kubur, tetapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah kemakam ibunya, maka sekarang berziarahlah karena perbuatan itu dapat mengingatkan

kamu฀pada฀akhirat฀(HR.฀Al฀Thirmidzi).฀

Kegiatan ziarah bagi masyarakat Indonesia bukan hal yang asing. Ziarah berasal dari bahasa Arab yang berartri “berkunjung” atau “kunjungan”. Biasanya

Kegiatan ziarah bagi masyarakat Indonesia bukan hal yang asing. Ziarah berasal dari

bahasa Arab yang berartri “berkunjung”

atau “kunjungan”. Biasanya kata ziarah dirangkai dengan kata

kubur atau makam, sehingga bermakna suatu kegiatan atau aktivitas mengunjungi makam dari orang yang

telah meninggal dunia, baik yang semasa hidupnya telah dikenal

maupun yang tidak kenal.

kata ziarah dirangkai dengan kata kubur atau makam, sehingga bermakna suatu kegiatan atau aktivitas mengunjungi makam dari orang yang telah meninggal dunia, baik yang semasa hidupnya telah dikenal maupun yang tidak kenal.

Beberapa Kyai dan ustadz pun tidak pernah berhenti untuk mengingatkan jamaahnya agar melakukan ziarah kubur dengan syariat yang dibenarkan oleh agama. Selain mendoakan ahli kubur, berziarah kubur juga memiliki banyak manfaat yaitu mengingatkan orang yang hidup terhadap kematian. Lebih lagi

Indonesia฀ yang฀ dikenal฀ sebagai฀ basis฀ tasawwuf฀ dan฀ berpaham฀ aqidah฀ sunni฀

semakin menguatkan bahwa ziarah kubur menjadi salah satu ibadah sunnah yang banyak dilakukan masyarakat. Paham ini sangat menjunjung tinggi praktek ziarah makam, terutama pada makam para kyai dan tokoh masyarakat. Mereka diyakini memiliki kedekatan hubungan dengan Allah, sehingga seorang

peziarah฀dapat฀meminta฀tolong฀padanya฀menjadi฀wasilah฀(penghubung)฀doanya฀

pada Allah.

Orang yang berziarah kubur memilikim keyakinan tertentu terhadap makam yang dikunjungi, yang selanjutnya berpengaruh pada pola ritual yang dijalankannya. Beberapa keyakinan masyarakat terhadap makam adalah: pertama, keyakinan bahwa makam adalah tempat dikebumikannya jasad seorang yang telah meninggal dunia, adapun arwahnya hidup di Alam Barzah. Biasanya orang yang berkeyakinan seperti ini dalam mengunjungi atau berziarah sebatas akan memberi salam ketika memasuki kompleks kuburan, mendoakan penghuni kubur dan berusaha mengingat terhadap kematian yang akan dihadapi setiap manusia.

Kedua, keyakinan seseorang bahwa orang yang shaleh/wali Allah ketika meninggal dunia arwahnya masih dapat menangkap apa yang disampaikan manusia di dunia ini. Dengan demikian, ada harapan untuk didoakan para ulama atau wali Allah mereka mendengar dan berbaik hati mendoakan kebaikan untuk manusia yang masih hidup, atau ada lagi yang menjadikannya sebagai wasilah฀(perantara)฀dalam฀berdoa.

Ketiga, keyakinan seseorang yang mempercayai bahwa arwah penghuni kubur

(siapapun)฀ memiliki฀ pengaruh฀ terhadap฀ orang฀ yang฀ masih฀ hidup.฀ Karenanya,฀

seorang yang mempercayai ini akan sangat mudah mengkeramatkan sebuah makam dan rutin memberinya sesajian di setiap memiliki hajat tertentu. Bahkan ada yang membawa pusaka miliknya untuk didoakan agar menjadi lebih bertuah. Praktik ritual ziarah yang umum dijalani masyarakat bermula dari niat sejak dari rumah untuk melakukan ziarah kubur. Memang tidak ada doa tertentu kecuali kalimat basmallah atau doa mau bepergian, artinya doa umum yang diucapkan oleh semua orang yang akan bepergian. Kalau ziarah yang dilakukan dalam jarak yang jauh ada kemungkinan orang akan melakukan sholat sunnah syafar. Hal inipun umum dilakukan bagi ummat Islam yang akan bepergian.

Orang yang berziarah kubur memiliki keyakinan tertentu terhadap makam yang dikunjungi, yang selanjutnya berpengaruh pada ritual yang dijalankannya. pertama,

keyakinan bahwa makam adalah tempat dikebumikannya jasad seorang yang telah meninggal dunia, dan

arwahnya hidup di alam barzah. Kedua,

keyakinan seorang bahwa orang yang shaleh / wali Alloh ketika meninggal dunia

arwahnya masih dapat menangkap apa yang disampaikan manusia

di dunia. Ketiga, keyakinann seseorang

yang mempercayai bahwa arwah penghuni

kubur (siapapun) memiliki pengaruh terhadap orang yang

Peziarah umumnya mengambil air wudlu sebelum masuk ke area pemakaman dengan tujuan agar pada saat berdoa berada dalam kondisi suci dari hadast. Peziarah biasanya duduk rapi bersila membentuk shaf-shaf dan berdoa dipimpin oleh salah seorang di antara peziarah. Biasanya antara perempuan dan laki- laki terpisah. Mereka membaca Surat Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, An-

Nas,฀ Al-Falaq,฀ Yasin฀ kemudian฀ dilanjutkan฀ dengan฀ ritual฀ Tahlilan.฀ Pada฀ acara฀

doa beberapa peziarah berdoa dengan menjadikan penghuni kubur sebagai

media฀tawasul/฀wasilah฀(perantara).฀Selain฀peziarah฀yang฀melakukan฀doa฀secara฀ berjamaah,฀beberapa฀peziarah฀juga฀berdoa฀sendiri฀(dengan฀suara฀pelan)฀sesuai฀

hajat masing-masing peziarah.

Ritual acara ziarah kemudian diakhiri dengan meminum air yang sebelumnya telah disiapkan dalam gelas seperti yang dilakukan para peziarah di beberapa tempat, misalnya di makam Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus.

Dari penelitian lapangan dan studi literatur, ada beberapa motivasi kedatangan para peziarah, yaitu: Pertama, untuk mengingat kematian/akhirat. Penjelasan tentang ini sangat banyak baik dari sabda Nabi, keterangan para ulama, penjelasan para kyai, penulis buku. Bahkan masyarakat awam yang melakukan ziarah pun meyakini bahwa ziarah kubur dapat menjadi sarana efektif untuk mengingat kematian.

Kedua, mendoakan ahli kubur termasuk di antara tujuan peziarah. Di antara mereka ada yang tulus dalam berdoa, namun ada juga yang berdoa dengan harapan arwah penghuni kubur mendengar dan berbalik mendoakan kebaikan bagi para peziarah. Banyak peziarah yang beranggapan bahwa barakah dapat diperoleh dari mengunjungi makam, terutama adalah makam wali Allah. Ketiga, mengenang jasa ahli kubur karena di antara peziarah sadar betul bahwa tokoh yang diziarahi berjasa dalam mengemban amanah penyiaran agama Islam. Selanjutnya, Keempat, mengadu tentang suatu permasalahan yang muncul dalam kehidupan seseorang.

Kelima, ziarah sebagai kegiatan rutin. Sekalipun banyak di antara para peziara memiliki motivasi yang beragam, ada juga peziarah yang mendatangi makam hanya karena rutinitas tanpa mengetahui dan tanpa memiliki maksud tertentu. Bahkan ada juga peziarah yang mendatangi suatu makam hanya sebatas melakukan wisata. Kebanyakan dari mereka dikelola oleh travel perjalanan. Mereka datang tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, namun sebatas mengambil gambar, membeli souvenir dan mengobati rasa ingin tahu.

Hal lain dalam praktik ziarah adalah soal waktu. Masyarakat meyakini ada waktu tertentu yang dianggap baik untuk melakukan ziarah, di antaranya adalah Bulan Ruwah/Sya’ban lebih khususnya pada tanggal 17– 24 Ruwah. Di antara keyakinan