• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan bukti arkeologi, yakni nisan makam Sultan Malik As-Saleh yang berangka tahun 696 Hijriah atau 1297 Masehi, Samudra Pasai diyakini sebagai kerajaan Islam tertua di Indonesia. Pada abad ke-13, Samudra Pasai dan Pidië, yang terletak di pantai utara Sumatera sepanjang Selat Malaka, menjadi pusat perdagangan internasional. Sebagian besar pantai utara Sumatera, termasuk

Barus฀ di฀ pantai฀ barat฀ dan฀ Ramni฀ (Lamuri)฀ di฀ sebelah฀ utara,฀ menjadi฀ wilayah฀

kekuasaan peniagaan Pasai. Dalam naskah Melayu dan laporan Portugis lebih dikenal dengan Pasai, sedangkan oleh pedagang India disebut dengan samudera, dan akhirnya nama ini dipakai untuk menyebut seluruh Pulau Sumatera.

Kerajaan฀ Samudra฀ Pasai฀ dahulu฀ berada฀ di฀ antara฀ Sungai฀ Jambu฀ Air฀ (Kruëng฀ Jambu฀Aye)฀dengan฀Sungai฀Pasai฀(Kruëng฀Pasai)฀yang฀terletak฀di฀wilayah฀Aceh฀

Utara dekat pantai Lhok Seumawe.47 Namun, beberapa ahli menyebutkan lokasi Kerajaan Samudra Pasai tersebut pada tempat yang berbeda, A.H. Hill berpendapat Kerajaan Samudra Pasai yang pertama berada di hulu Sungai

Peusangan฀(sekarang)฀yang฀terletak฀di฀wilayah฀pedalaman฀Gayo.48 Alasannya, Sungai Peusangan pada masa tersebut adalah jalur perdagangan yang penting.

Kota pelabuhan yang berfungsi sebagai ibukota pemerintahan

antara lain Demak, Banten, Samudera Pasai, Jambi, Siak dan keraton-keraton lain di

Nusantara.

Berdasarkan tulisan pada nisan Sultan Malik

As-Saleh tahun 696 H atau 1297 M Samudera

Pasai merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia, terletak di

pantai utara Sumatra, Aceh.

Hasan Muarif Ambary, menyebut nama Samudra muncul pertama kali dalam catatan dinasti Yuan, ketika seorang utusan Cina kembali dari Coromandel

(India)฀dan฀berhenti฀atau฀singgah฀di฀Sa-mu-Ia-la pada tahun 1282. Kemudian berita mengenai Samudra Pasai diperoleh dari catatan Cina tahun 1288, yang menyatakan bahwa pada saat itu kerajaan yang bernama Lan-wu-li (Lamuri)฀ dan Sawen-ta-la฀ (Samudra),฀ bersama-sama฀ mengirimkan฀ utusan฀ ke฀ Cina.49 Sebelumnya, sumber Cina abad ke-13 menyebutkan bahwa lada merupakan salah satu komoditas utama dari Samudra Pasai dan Pidië dimana keduanya sudah dikenal sebagai pelabuhan Samudra. Berita perjalanan Marcopolo tahun 1292 menyebutkan beberapa kerajaan di Sumatera, di antaranya adalah Ferlec, Basma, Dagrian, Lamuri, dan Fansur.50 Di sini Marcopolo sama sekali tidak menyebutkan Samudra Pasai. Dia menyebut Basma yang letaknya berdekatan dengan Pasai. Marcopolo mencatat bahwa di Ferlec telah terdapat komunitas Muslim.51

Samudra Pasai adalah gabungan dari dua pusat kerajaan, yaitu Samudra dan Pasai yang menurut Kronik Pasai adalah dua tempat yang berbeda. Lebih lanjut gambaran kota Samudra sebagai pusat kerajaan diperoleh dari catatan Ibnu Battutah yang pernah berkunjung ke sana pada pertengahan abad ke-

Peta kerajaan Samudra Pasai. Samudra Pasai adalah gabungan dari dua pusat kerajaan, yaitu Samudra dan Pasai yang menurut Kronik Pasai adalah dua tempat yang berbeda.

Sumber: Hasan Muarif Ambary, Tinggalan Arkeologi Samudra Pasai (1997:78)

14. la mencatat bahwa letak Samudra agak ke dalam dari pantai. Kemudian, ia berjalan sekitar empat mil dengan kuda dari pelabuhan yang disebutnya “Sarha” ke Kota Samudra, yang dilaporkannya sebagai kota yang besar dan indah, dikelilingi oleh pagar-pagar kayu yang dilengkapi dengan menara-mcnara yang juga terbuat dari kayu.

Jika uraian Ibn Batutah ini dapat dibenarkan, maka morfologi Kota Samudra hampir sama dengan kota-kota pantai lainnya seperti Banten, Jayakarta, Tuban, Jepara, Gresik, Surabaya, dan lain-lain. Di dalam pagar keliling kota terdapat tempat tinggal para penguasa dan bangsawan yang terlindungi oleh permukiman rakyat di luar pagar. Bangunan terpenting di pusat kota adalah istana dan mesjid. Semua kehidupan komersial kota, para pendatang baru dari desa, orang-orang asing, para perajin dan segala aktivitas urban lainnya ditempatkan di luarpagar keliling kota. Orang asing seringkali tidak diizinkan

menetap฀dalam฀jarak฀tertentu฀dari฀keraton฀(dalem),฀bahkan฀ada฀kalanya฀mereka฀ diharuskan tinggal di luar kota. Ada kemungkinan letak pasar di luar pagar keliling kota atau di daerah pinggiran kota sehingga aktivitas tidak mengganggu istana kerajaan. Hal ini tidak menutup kemungkinan keberadaan pasar juga

Peta Pengaruh Samudra Pasai dan Islam. Selama kurun waktu dua ratus tahun, antara tahun 1290 dan 1520, Samudra Pasai pernah tumbuh menjadi kota pelabuhan yang utama, sekaligus menjadi pusat peradaban Islam di kawasan Selat Malaka.

Sumber:Ensiklopedia Indonesian Heritage: Sejarah Modern Awal (2002: 49).

terdapat di dalam pagar keliling kota untuk melayani kebutuhan penduduk sekitarnya seperti halnya di Kota Jayakarta dan Banten Lama. Mungkin sekali tempat yang bernama Sahra yang disebutkan Ibn Battutah sebagai pelabuhan Samudra merupakan pusat aktivitas komersial yang lokasinya agak berjauhan dari pusat kota.

Pasai mulanya terletak di sebelah kanan Sungai Pasai, sedangkan Samudra di sebelah kirinya. Namun, lama-kelamaan Samudra dan Pasai menjadi satu, dan disebut Samudra Pasai. Ada kemungkinan bahwa Pasai merupakan bagian dari Kota Samudra akibat dari perluasan areal kota ke seberang sungai.

Jejak fisik tinggalan budaya yang saat ini masih dapat diamati adalah sebaran makam-makam masa Islam-Awal di wilayah yang diperkirakan bekas kawasan kerajaan Samudra Pasai, yaitu di Kecamatan Samudra Pasai yang merupakan dataran di antara Sungai Koncok dan Sungai Pase. Tinggalan arkeologis yang masih ditemui antara lain situs-situs makam Kuta Karang, Beuringin, Batee Balee, Kota Krueng, Peut Ploh Peut, Mancang, dan Blang Pria.

Hasil dari kegiatan pemetaan, survei dan ekskavasi di Meunasa, Beuringin, dan Meurandeh menghasilkan temuan berupa pecahan gerabah lokal dalam jumlah

yang฀ besar,฀ manik-manik฀ dari฀ batu฀ (mutesala),฀ gelang฀ kaca,฀ dan฀ pecahan฀

keramik Cina dari berbagai masa. Selain itu, hasil ekskavasi memperlihatkan pula sebagian besar sisa bangunan berupa unsur bangunan dari batu, bata, dan besi, serta sisa-sisa fondasi. Dalam pemasangan batanya tidak tampak penggunaan spesi, yang umumnya menjadi ciri bangunan sebelum abad ke-17 atau bangunan masa abad ke-14–16. Dilaporkan juga bahwa data dari hasil ekskavasi memperlihatkan kesamaan isi budaya material antar permukaan dan dalam lapisan-lapisan tanah di dalamnya, bahkan hasil dari penggalian dua kotak uji saja telah diperoleh lebih dari 1.000 fragmen gerabah lokal.52

Selama kurun waktu dua ratus tahun, antara tahun 1290 dan 1520, Samudra Pasai pernah tumbuh menjadi kota pelabuhan yang utama, sekaligus menjadi pusat peradaban Islam di kawasan Selat Malaka. Pengaruh Samudra Pasai sebagai pusat Islam menyebar ke seluruh bagian Sumatera dan dunia Melayu secara umum—dari Malaka terus ke Aceh hingga ke Semanajung melayu, dan bahkan sampai ke tanah Jawa. Sumber sejarah mencatat seorang sheikh dari Samudra Pasai sebagai orang yang mengislamkan Patani, sementara Malaka menganggap Samudra Pasai sebagai panasihat keagamaan. Makam-makam di Malaka dan Pahang sering menyerupai tulisan dari nisan-nisan makam Samudra Pasai. Salah satu tokoh yang terkenal dari Samudra Pasai adalah Sunan Gunung Jati yang juga seorang pendiri Islam di Cirebon, Banten, dan Jayakarta.53

Samudera Pasai sebagai kota pelabuhan utama, pada masa sekarang tidak menampakan lagi bekas-bekasnya sebagai sebuah sisa kota, yang tertinggal adalah lahan rawa.

Seiring dengan kemajuan perdagangan

di Selat Malaka, Samudera Pasai tidak

hanya sebagai pusat perdagangan dan kekuasaan kesultanan

namun juga menjadi pusat perdagangan