• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka

2.1.5 Buku Suplemen

2.1.5.1 Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara runtut dan sistematis serta menampilkan seluruh kompetensi yang akan dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar memungkinkan siswa untuk mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga siswa dapat mencapai seluruh kompetensi secara holistik dan terpadu (Hernawan, dkk., 2015: 3). Bahan ajar juga dapat dipahami sebagai informasi, alat, dan teks tertulis maupun tidak tertulis yang disusun secara sistematis, digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga teripta suasana/lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar (Triyono dkk., 2009: 2). Sungkono (dalam Hernawan dkk., 2015: 3) menyatakan bahwa bahaan ajar adalah seperangkat bahan yang memuat materi atau isi pelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan definisi-definisi di atas, bahan ajar adalah suatu rangkaian materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan mencapai seluruh kompetensi tujuan pembelajaran.

Bahan ajar dibagi menjadi dua, yaitu bahan ajar cetak dan bahan ajar elektronik (Hernawan dkk., 2015: 5): pertama, bahan ajar cetak, meliputi:

handout, modul, buku pelajaran, dan programmed materials. Kedua, bahan

ajar elektronik, meliputi: CD interaktif, TV, dan radio.

2.1.5.2 Buku sebagai Bahan Ajar

Buku ajar adalah buku yang digunakan dalam proses pembelajaran, memuat bahan ajar yang disusun secara sistematis dari suatu mata pelajaran atau bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa dalan jenjang pendidikan tertentu (Hernawan dkk., 2015: 6). Buku sebagai bahan ajar adalah buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis (Majid dalam Prastowo, 2014: 243). Buku ajar dapat membantu guru/pendidik dapat membantu guru/pendidik dalam melaksanakan kurikulum yang sedang berlaku, buku ajar dapat digunakan sebagai panduan guru dalam menggunakan metode pembelajaran, buku ajar memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar secara mandiri untuk mengulang pelajaran atau memulai pelajaran yang baru (Prastowo, 2014: 245). Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa buku adalah sebuah bahan ajar cetak yang disusun secara sistematis, berdasarkan kurikulum yang berlaku yang memungkinkan siswa untuk belajar dan mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Jenis-jenis buku berdasarkan penggunaannya di sekolah, antara lain: (a) buku pelajaran pokok, (b) buku pelajaran pelengkap/buku suplemen, (c) buku bacaan, dan (d) buku sumber (Sitepu, 2012: 16).

Buku suplemen atau buku pelengkap atau buku pengayaan berisi informasi yang melengkapi bahan ajar utama. Pengayaan yang dimaksud adalah memberikan informasi tentang pokok bahasan tertentu yang ada di dalam kurikulum secara lebih luas dan/atau lebih dalam. Buku ini tidak disusun sepenuhnya berdasarkan kurikulum, serta tidak wajib digunakan oleh siswa maupun guru dalam proses pembelajaran, namun berguna bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami pokok bahasan tertentu dalam bahan ajar utama (Sitepu, 2012: 16).

2.1.5.3 Karakteristik Buku Ajar

Sebuah buku ajar, memiliki persyaratan berikut dalam penyusunannya (Hernawan dkk., 2015: 6-7):

a. Keamanan nasional. Isi, cara penyajian, bahasa, dan ilustrasi tidak boleh

bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.

b. Isi buku pelajaran. Penyusunan buku ajar sebaiknya memuat

kompetensi-kompetensi yang harus dicapai siswa. Kompetensi ini harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, relevan dengan tujuan pembelajaran, memiliki nilai kebenaran ilmu, sesuai dengan perkembangan IPTEK.

c. Cara penyajian. Urutan penyajian teratur. Penahapan penyajian:

sederhana ke kompleks, mudah ke sulit, saling terkait antar materi, memotivasi belajar siswa, pengorganisasian dan sistematika penulisan memperhatikan aspek kemampuan siswa.

d. Bahasa yang digunakan. Bahasa yang digunakan dalam buku ajar

menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baku; kalimat yang digunakan sesuai tingkat perkembangan bahasa siswa; istilah, kosakata, dan simbol dapat mempermudah pemahaman siswa dalam belajar; dan menggunakan transliterasi yang sudah dibakukan.

e. Ilustrasi. Ilustrasi materi dalam buku harus relevan dengan isi buku; tidak

mengganggu kesinambungan antar kalimat dan bagian isi buku; menjadi bagian yang serasi dengan isi buku; jelas, baik, dan esensial untuk membantu siswa memahami pelajaran.

Prastowo (2014: 245-246), menjelaskan ada empat karakteristik buku ajar, yaitu sebagai berikut: pertama, secara formal buku harus diterbitkan oleh penerbit yang memiliki ISBN. Kedua, penyusunan buku ajar memiliki dua misi utama, yaitu: optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.

Ketiga, buku ajar harus mengacu ddengan program yang sedang

dijalankan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan; sesuai dengan kurikulum yang berlaku; berorientasi pada proses, pendekatan kontekstual, teknologi, masyarakat, serta demonstrasi dan eksperimen. Keempat, buku ajar membantu guru untuk melaksanakan kurikulum yang berlaku; merupakan pegangan dan penentu metode pembelajaran; dapat bertahan dalam waktu yang lama dengan revisi; buku ajar uniform memberi kesamaan mengenai bahan dan standar pengajaran; memberikan kontinuitas pelajaran di kelas yang

berurutan; memberi pengetahuan dan metode pembelajaran yang lebih mantap bagi guru.

2.1.5.4 Model Pengembangan Buku Ajar

Salah satu model yang mengakomodasi pengembangan perangkat pembelajaran adalah model yang dikembangkan oleh Kemp. Pengembangan perangkat pembelajaran adalah suatu lingkaran yang kontinum, setiap langkahnya berhubungan langsung dengan revisi. (Kemp dalam Trianto, 2014: 222). Model pengembangan Kemp dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp (Sumber: Trianto, 2014: 223)

Unsur-unsur pengembangan perangkat pembelajaran model Kemp adalah, sebagai berikut (Trianto, 2014: 223-229); Tahap pertama adalah identifikasi masalah pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan analisis untuk mengidentifikasi kesenjangan antara keadaan ideal/tujuan dari kurikulum dengan fakta yang ada di lapangan, dari segi model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan guru untuk mencapai pembelajaran. Kedua, analisis siswa. analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku

awal siswa dan karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu maupun kelompok.

Ketiga, analisis tugas. Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran. Analisis tugas meliputi analisis isi pelajaran, analisis konsep, analisis pemerolehan informasi, dan analisis procedural yang digunakan untuk memudahkan pemahaman atau penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS).

Keempat, merumuskan indikator. Indikator dirumuskan berdasarkan pada analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa (Kardi dalam Trianto, 2014: 226). Indikator dibuat dengan mengonversikan analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang lebih operasional. Indikator berfungsi sebagai, (1) alat untuk mendesain pembelajaran, (2) kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi hasil belajar siswa, dan (3) panduan siswa dalam belajar.

Kelima, penyusunan instrumen evaluasi. Alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur ketuntasan indikatir dan penguasaan siswa adalah tes. Evaluasi dilakukan pada akhir proses perancangan pembelajaran. Keenam, strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Kegiatan ini meliputi pemilihan model, pendekatan, metode, format yang sekiranya mampu memberikan pengalaman bermakna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ketujuh, pemilihan media atau sumber pembelajaran. Tahap ini dilakukan berdasarkan hasil analisis tujuan, analisis karakteristik siswa, dan analisis tugas. Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada penggunaan sumber pembelajran yang dipilih.

Kedelapan, pelayanan pendukung. Pelayanan pendukung tidak berhubungan langsung dengan substansi pengembangan, namun sangat menentukan keberhasilan pengembangan. Hal ini meliputi, kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan tenaga kerja terkait lainnya.

Kesembilan, evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan selama pengembangan dan uji coba. Penilaian ini digunakan untuk mengetahui kelemahan dari program yang sudah dikembangkan dan sebagai bahan evaluasi. Kesepuluh, evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif berfungsi untuk mengukur tingkat tujuan utama pada akhir pembelajaran.

Kesebelas, revisi perangkat pembelajaran. Kegiatan revisi dilakukan secara terus menerus pada setiap langkah pengembangan. Revisi dilakukan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang sudah dibuat. Revisi dilakukan berdasar masukkan validator perangkat pembelajaran, oleh pakar, simulasi terbatas, dan uji coba terbatas.

Dokumen terkait