• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA 2012

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

B. CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA 2012

Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dilihat dari masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan.

1 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional”, merupakan sasaran utama untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kepariwisataan terhadap pemasukan yang didapat oleh suatu negara khususnya Indonesia. Kegiatan pariwisata memiliki dampak pada kenaikan PDB di berbagai sektor ekonomi baik yang terkait langsung dengan pariwisata, seperti sektor perhotelan, restoran, transportasi, dan jasa lainnya khususnya industri hiburan, maupun yang tidak terkait langsung seperti: pertanian; listrik, gas dan air, konstruksi; perdagangan; industri; dan komunikasi. a. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitu persentase dari dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun tak langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh Puslitbang Kemenparekraf dan dilaporkan sebagai cerminan keberhasilan pemasaran pariwisata untuk meningkatkan kedatangan dan perjalanan wisatawan di Indonesia yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan PDB sektor pariwisata.

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap PDB nasional adalah rasio persentase antara total dampak PDB nominal tahunan yang terbentuk sebagai akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkan dengan PDB nominal tahunan nasional. PDB nasional merupakan

nilai nominal barang dan jasa yang diproduksi oleh Indonesia selama satu tahun, sedangkan dampak PDB dari sektor kepariwisataan adalah persentase dari total PDB dari seluruh aktivitas ekonomi yang terkait kepariwisataan secara langsung dan tak langsung yang dihitung melalui mekanisme efek pengganda. Kontribusi sektor pariwisata dihitung sebagai persentase dampak PDB kepariwisataan dari PDB nasional. Aktivitas kepariwisataan meliputi pengeluaran wisman, pengeluaran wisnus, investasi pariwisata, pengeluaran wisnas, dan pengeluaran promosi pariwisata.

Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakan dukungan Kemenparekraf terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi PDB sektor pariwisata, semakin penting pula posisi sektor kepariwisataan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kontribusi ini diupayakan seiring dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, penciptaan rekreasi dan pemanfaatan waktu senggang yang berkualitas, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui tingkat hidup yang berkualitas.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase)

4,15 3,90 93,98

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional” mencapai 3,90%. Tidak tercapainya target dari sasaran “Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional” ini dikarenakan adanya isu-isu keamanan di Indonesia serta kurangnya kerjasama antara pemerintah dengan stakeholders yang terkait dengan kepariwisataan. Selain itu pula dikarenakan oleh adanya krisis global di Eropa dan Amerika Serikat yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di dunia.

Rata-rata kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional pada periode 2010 – 2012 adalah sebesar 3,98%, dimana tahun 2012 diperkirakan total nilainya sebesar 321,57 triliun rupiah atau tumbuh dari tahun 2011 sebesar 3,90% dengan total nilai sebesar 296,97 triliun rupiah, sedangkan kontribusi kepariwisataan terhadap PDB Nasional tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,10 poin dari tahun 2011 sebesar 4%, yang disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan sektor lain seperti telekomunikasi.

TABEL III.1

Perbandingan Pendapatan PDB 2010 - 2012

No Sektor PDB Pariwisata (miliar Rp) Pertumbuhan

(%)* 2010 2011 2012* 1 Pertanian 26.245,30 30.467,30 32.905,01 8,00 2 Pertambangan & Penggalian 12.737,10 14.938,50 16.020,91 7,25 3 Industri 68.071,80 75.562,40 82.519,05 9,21 4 Listrik, gas dan air 1.599,70 1.757,20 1.903,83 8,34 5 Konstruksi 24.587,10 32.990,80 34.415,77 4,32 6 Perdagangan 15.647,70 18.192,00 19.646,69 8,00 7 Restoran 21.646,50 26.409,00 28.455,59 7,75 8 Hotel 22.776,70 24.320,40 26.160,20 7,56 9 Angkutan Darat 14.577,20 17.576,10 20.457,01 16,39 10 Angkutan Air 2.683,60 3.050,00 3.295,16 8,04 11 Angkutan Udara 12.493,70 14.771,90 15.529,54 5,13 12 Jasa Penunjang Angkutan 5.544,00 5.696,20 6.137,86 7,75 13 Komunikasi 5.907,40 6.144,40 6.677,37 8,67 14 Jasa Lainnya 26.535,10 25.092,30 27.445,50 9,38 Total 261.052,80 296.968,50 321.569,49 8,28 PDB Nasional Harga Berlaku 6.436.270,80 7.427.086,10 8.254.481,21 11,14 Persentase kontribusi 4,06% 4,00% 3,90%

Sumber: Neraca Satelit Pariwisata Nasional Ket:* Angka Estimasi

Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapan tenaga kerja sebanyak 8,37% terhadap kesempatan kerja nasional di tahun 2012 atau sekitar 9,28 juta orang yang berada pada sektor-sektor terkait kepariwisataan. Sementara dampak sektor kepariwisataan terhadap PDB, upah atau gaji dan pajak

tidak langsung berada pada kisaran 3-4%. Berikut tabel dampak kepariwisataan terhadap PDB dikontribusikan oleh kegiatan kepariwisataan:

GRAFIK III.1

Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB Nasional

PERMASALAHAN

Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2012 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal adalah:

1. Adanya krisis global di Eropa dan Amerika Serikat.

2. Kurangnya air seat capacity dan penerbangan langsung (direct flight) baik dari penerbangan Internasional ke Indonesia maupun ke destinasi wisata yang ada di daerah, serta kurang siapnya destinasi dalam hal aksesibilitas untuk lebih meningkatkan tingkat kunjungannya.

3. Belum optimalnya kemitraan dan kerja sama antara pemerintah dan swasta termasuk masyarakat (public and private partnership) .

4. Masih adanya isu – isu negatif mengenai kondisi kemananan dan lingkungan yang terjadi di Indonesia.

PEMECAHAN MASALAH

Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah:

1. Upaya – upaya kerjasama pemasaran atau co-marketing dengan pihak-pihak

3.80 3.85 3.90 3.95 4.00 4.05 4.10 -20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 2010 2011 2012 Tri liu n r up iah Tahun Wisman Wisnus Wisnas Investasi Promosi dan Pembinaan Persentase

a. Maskapai penerbangan (airlines). b. Bank/Lembaga Keuangan.

2. Upaya-upaya pemasaran yang terintegrasi dilakukan bersama-sama dengan pihak swasta.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM terutama di bidang pariwisata.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka

pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp 810.717.994.000,- dan hanya digunakan sebesar Rp 733.706.614.670,- atau

hanya sebesar 90,50%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebesar 93,49%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.

2 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan

terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja

nasional

Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya kontribusi kepariwisataaan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional”, ditandai oleh banyaknya jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Dengan semakin banyaknya usaha-usaha di bidang pariwisata, maka semakin tinggi pula penyerapan tenaga kerja di bidang tersebut.

a. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata, yaitu total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak langsung, maupun ikutan. Sektor pariwisata memberi dampak yang cukup tinggi dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Penciptaan lapangan pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan berangkat (tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba di bandara (porter, tenaga

kerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas perjalanan wisata (pemandu wisata dan penginapan).

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)

8,03 9,77 122

Target jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata adalah 8,03 juta orang. Dari target tersebut, didapatkan angka realisasi sebesar 9,77 juta orang atau tercapai 122%.

Pariwisata terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja baik tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan pariwisata. Dengan semakin tingginya jumlah usaha pariwisata, maka semakin tinggi pula penyerapan sektor pariwisata terhadap jumlah tenaga kerja.

b. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional

Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional merupakan rasio persentase antara dampak pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja, dibandingkan dengan jumlah pekerja nasional. Jumlah pekerja nasional adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Indikator ini merupakan cerminan dukungan Kemenparekraf dalam penciptaan lapangan kerja (penurunan tingkat pengangguran) dan pengurangan kemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor kepariwisataan, dimana semakin tinggi nilai kontribusi, maka semakin tinggi pula peran sektor kepariwisataan dalam penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan nasional, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase)

7,00 8,81 126

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional” mencapai 8,81%. Indikator ini merupakan perbandingan jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata terhadap total tenaga kerja secara keseluruhan. Data tenaga kerja di bidang pariwisata pada tahun 2012 adalah sebesar 9.27 juta orang. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa tenaga kerja sektor pariwisata menyumbang sebesar 8.81% terhadap total tenaga kerja nasional.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui kegiatan fasilitasi bimbingan teknis usaha pariwisata, antara lain Fasilitasi Bimbingan Teknis Usaha Pariwisata, advokasi Tanda Daftar Usaha Pariwisata dan penyusunan rancangan Permen standar usaha pariwisata.

c. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata Kualitas dampak sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja dapat diukur salah satunya berdasarkan produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata. Produktivitas yang dimaksudkan merupakan rasio antara dampak upah yang terbentuk melalui mekanisme efek pengganda di seluruh sektor ekonomi yang terkait pariwisata sebagai akibat aktivitas kepariwisataan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan tenaga kerja ikutan sektor pariwisata.

Indikator keberhasilan yang ketiga dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata” mencapai Rp 34,60 juta/TK/tahun. Penghitungan produktivitas tenaga kerja adalah besaran realisasi nominal PDB sektor pariwisata dibagi jumlah tenaga kerja sektor pariwisata per tahun. Data PDB sektor pariwisata tahun 2012 adalah sebesar 321.57 trilliun rupiah. Jika data PDB tersebut dibagi jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata, maka nilai produktivitas yang didapat adalah sebesar 34.60 juta/tenaga kerja.

Angka tersebut menunjukkan bahwa capaian kinerja Ditjen PDP tercapai 273.3%. Tingginya nilai produktivitas tenaga kerja mengindikasikan bahwa pariwisata memiliki peran nyata dalam penyerapan tenaga kerja nasional dan memberikan sumbangsih langsung terhadap kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain melalui kegiatan: 1. Bimbingan teknis pemberdayaan masyarakat.

2. Kegiatan fasilitasi bimbingan teknis usaha pariwisata.

3 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata

Pengembangan sektor pariwisata memerlukan investasi yang memadai. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur meningkatnya investasi di sektor pariwisata adalah kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional. Kemenparekraf memiliki peran sentral untuk mendorong investasi di sektor pariwisata dengan melakukan: identifikasi dan perancangan profil investasi destinasi pariwisata, koordinasi dengan instansi pemerintah terkait baik di tingkat pusat maupun daerah, serta melakukan promosi investasi pariwisata

investasi nasional, maka diharapkan tercipta destinasi-destinasi pariwisata yang memiliki fasilitas yang baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas perekonomian di destinasi tersebut.

Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional, yaitu persentase nilai investasi di sektor pariwisata terhadap total nilai investasi nasional. Investasi oleh pemerintah dialokasikan untuk barang modal yang berada pada perwilayahan pembangunan kepariwisataan. Barang modal tersebut meliputi: (1) aksesibilitas pariwisata, misalnya: alat angkutan dan infrastruktur (jalan, jembatan dan pelabuhan); (2) fasilitas umum, misalnya: mesin dan peralatan, dan barang modal lainnya; (3) fasilitas pariwisata, misalnya: bangunan olah raga, rekreasi, hiburan, seni dan budaya dan bangunan bukan tempat tinggal. Sedangkan investasi oleh swasta biasanya dialokasikan untuk barang modal: bangunan hotel dan akomodasi, restoran, serta bangunan lainnya. Semakin tinggi persentase investasi pariwisata terhadap investasi nasional menunjukkan daya tarik industri pariwisata dan iklim usaha yang semakin baik.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (Persentase)

4,43 3,97 89,6

Investasi di bidang pariwisata berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selain dapat membuka lapangan kerja yang berimbas pada pengurangan pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam skala nasional, investasi di bidang pariwisata sangat menguntungkan dalam pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa.

Salah satu cara paling efektif untuk memaksimalkan pengembangan potensi pariwisata daerah adalah dengan menarik investor, baik dari dalam dan luar negeri untuk berinvestasi dalam bidang yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik daya

tarik dan kondisi pada masing-masing daerah. Pada tahun 2012, total investasi pariwisata dari sektor hotel dan restoran serta sektor jasa lainnya hingga Bulan September adalah sebesar 986.55 juta USD. Nilai investasi pariwisata tersebut menyumbang 3.97% dari total investasi nasional (24,820.26 juta USD).

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:

1. Promosi investasi bidang pariwisata melalui:

a. Partisipasi dan pelaksanaan ASEAN Tourism Investment Forum

Pada tanggal pada tanggal 7-8 November 2012, dilaksanakan ATIF di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Delegasi yang hadir pada ATIF 2012 berasal dari 6 negara, yaitu: Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand dan Vietnam, serta perwakilan dari ASEAN China Centre (ACC). Sementara Singapura, Laos, Filipina, dan Brunei Darussalam berhalangan hadir.

Pada ATIF 2012, masing-masing delegasi memaparkan potensi investasi pariwisata di negaranya, serta dilakukan business meeting dengan investor. Beberapa perkembangan positif yang terjadi pada ATIF 2012 ini antara lain: 1) Pengusaha dari Vietnam tertarik untuk melakukan investasi marina di

kawasan Lombok Tengah;

2) Delegasi Kamboja telah bertemu dengan pihak PT. BWJ untuk menawarkan kawasan Tanjung Lesung kepada investor Kamboja;

3) Delegasi dari Malaysia (Malaysia Investment Authority) membuka kesempatan untuk pertemuan lebih lanjut dalam rangka melakukan kerjasama promosi investasi pariwisata antara Malaysia dan Indonesia; 4) Untuk delegasi ASEAN China Centre telah menyatakan untuk membantu

mempertemukan investor China dan pengembang kawasan pariwisata di Indonesia maupun negara ASEAN lainnya;

5) PT. ESL segera melakukan investasi pada lahan seluas 400 Ha, yang berada di dalam kawasan pemanfaatan hutan seluas 3000 Ha di

Kawasan Tanjung Ringgit, Lombok Timur. PT. ESL tertarik untuk konsep Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di kawasan dimaksud;

6) PT. BWJ menyatakan ketertarikannya terhadap kawasan Lombok Utara, Sumbawa dan kawasan sekitar Senggigi;

7) PT. Indo Sight akan melakukan penawaran proyek investasi pariwisata kepada jaringan investor mereka.

b. Partisipasi Pada Event Investasi Pariwisata (TTI)

Kegiatan partisipasi dalam even investasi pariwisata di luar negeri pada tahun 2012 dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan promosi antara lain: 1) Even Annual Investment Meeting, di bulan April 2012 di Dubai – Uni

Emirat Arab

2) Even Tourism Trade Investment di 3 kota Madrid, Sevilla dan Barcelona – Spanyol pada akhir bulan Mei 2012, yang bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan Badan Koordinasi Penanaman Modal. 3) Business Meeting dengan potensial investor di luar negeri

diselenggarakan di Tokyo – Jepang berupa pertemuan dengan prospektus Usaha Kawasan Pariwisata, serta Keidanren (organisasi KADIN di Jepang) Jepang, dan membahas tentang prospektus investasi pariwisata di Indonesia dan mengundang investor Jepang.

4) Business meeting di Seoul – Korea Selatan, berupa pertemuan dengan pihak Samsung C&T yang membahas prospektus investasi pariwisata khususnya Bandara di Panimbang – Banten dan Majalengka – Jawa Barat dan Jalan Tol menuju Tanjung Lesung.

5) Business meeting di Indonesia dengan DAMAC HOLDING Co. – Dubai. Kunjungan dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, pada bulan Juli dan November 2012. Daerah potensial investasi pariwisata yang dikunjungi adalah Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung – Banten, Mandalika – Nusa Tenggara Barat, dan Lagoi Bay – Pulau Bintan.

c. Promosi Investasi Pariwisata Melalui Media

Pada tahun 2012, salah satu upaya peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata adalah melalui kegiatan “Promosi Investasi Melalui Media”, yang

dilakukan secara bertahap selama 5 edisi di Majalah Travel Club dan Indonesia Tourism Review. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan awareness masyarakat dan potensial investor terhadap peluang investasi pada beberapa kawasan/daerah di Indonesia yang potensial.

d. Promosi Investasi Melalui Event (ITID/Indonesia Tourism Investment Day) Pada tanggal 22 Oktober 2012 di Hotel J.W Marriott Jakarta diselenggarakan even Indonesia Tourism Investment Day (ITID) 2012 yang bertujuan untuk menginformasikan peluang investasi pariwisata di Indonesia kepada investor potensial yang berasal dari dalam dan luar negeri. Pada kegiatan ITID 2012, ditandatangani nota kesepahaman antara:

1) PT. Banten West Java dengan Long Life International Business Investment, Co. tentang Providing & Managing Senior Housing in Tanjung Lesung.

2) PT. Banten West Java dengan Damac Holding Company tentang Tanjung Lesung Development.

3) PT. Bali Tourism Development Corporationd dengan PDAM tentang Penyediaan Sarana Air Bersih di Kawasan Mandalika

4) Nilai investasi yang terjadi pada kegiatan ITID 2012 ini diperkirakan Rp 2 triliun.

ITID 2012 diselengggarakan atas kerjasama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Forum ini dihadiri oleh calon investor yang terdiri dari CEO, pengembang properti pariwisata di Indonesia, KADIN, Chambers of Commerce dari negara-negara ASEAN, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat. Sementara dari Indonesia hadir perwakilan dari 7 Pengelola Kawasan Pariwisata (Anggota Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia/AKPI), 6 Kabupaten/Kota, serta 2 potensi investasi yaitu di kawasan pulau kecil dan di kawasan kehutanan.

4 Meningkatnya devisa dan pengeluaran

wisatawan di Indonesia

Di tahun 2012 ini sasaran “Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia”, ditandai oleh semakin beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan. Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia semakin menambah nilai devisa dari bidang pariwisata. Pada tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara yang melakukan kunjungan ke Indonesia adalah 8.044.462.

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia adalah: Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara, Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara, jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara per kunjungan, dan jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara per kunjungan.

a. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara

Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara. Penerimaan devisa dihitung melalui jumlah total pengeluaran wisman sebelum berwisata (pre-trip expenditure), selama berwisata (trip-expenditure), dan sesudah berwisata (post-trip expenditure). Pengeluaran pre-trip dan post-trip meliputi hotel dan akomodasi, restoran dan sejenis, angkutan domestik, BPW dan pramuwisata, serta produk non makanan. Sedangkan trip-expenditure meliputi pengeluaran pre-trip dan post-trip, ditambah pengeluaran yang dilakukan selama berwisata di Indonesia, seperti jasa seni/budaya, cindera mata, kesehatan dan kecantikan, serta produk tani. Dalam konteks wisman, pengeluaran pre-trip dilakukan di negara asal wisman sebelum perjalanan wisata ke Indonesia. Sedangkan pengeluaran post-trip dilakukan di negara asal wisman setelah kembali dari Indonesia.

Jumlah penerimaan devisa dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia. Dalam mengembangkan kepariwisataan

nasional, peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diupayakan sejalan dengan peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia, sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatan kepariwisataan pun meningkat.

Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ miliar)

8,96 9,12 101,7

Pada tahun 2012, penerimaan devisa dari segi pariwisata sebesar 9.12 US$ Milliar atau tercapai sebesar 101,7% sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Meningkatnya devisa wisatawan disebabkan oleh semakin beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan. Selain itu, semakin banyaknya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia semakin menambah nilai devisa dari bidang pariwisata meningkat.

b. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara

Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaitu rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiap perjalanan wisata ke daerah di Indonesia. Destinasi pariwisata tidak hanya diharapkan untuk mampu menarik wisman yang berkualitas, namun juga wisnus yang berkualitas. Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan nusantara (per orang) per kunjungan ke daerah di Indonesia. Semenjak tahun 2011, terjadi peningkatan rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadap ketahanan daya beli masyarakat Indonesia, khususnya pada kelas ekonomi menegah. Oleh karena itu, sektor pariwisata perlu mengarahkan potensi wisatawan Indonesia yang berkualitas (berdaya beli tinggi) untuk melakukan wisata di dalam negeri dan membeli produk kepariwisataan lokal.

nusantara terkait dengan pariwisata, maka aktivitas ekonomi semakin meningkat dan semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat.

Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Realisasi

Capaian (%)

2. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Rp triliun)

171,50 171,50 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran “Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara” mencapai Rp 171,50 triliun. Pengeluaran wisatawan merupakan faktor penting dalam pembangunan kepariwisataan. Semakin tinggi jumlah yang dikeluarkan oleh wisatawan, maka semakin besar pula pemasukan untuk negara dari segi pariwisata. Sejalan dengan hal itu, maka

Dokumen terkait