• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAPAIAN PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN

PEMBELAJARAN

Perspektif learning and growth atau pembelajaran dan pertumbuhan diindentifikasikan sebagai sarana dan/atau infrastruktur yang harus dibangun atau dimiliki oleh suatu instansi/lembaga untuk dapat tumbuh dan berkembang secara jangka panjang. Pada tahun 2015, capaian perspektif ini sebesar 83,5% yang dihitung dari 5 sasaran strategis. Adapun sasaran strategis, KPI dan kondisi capaiannya pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Sasaran Strategis 1: Terjaganya Integritas Kelembagaan KPK

Integritas kelembagaan atau integritas organisasi adalah suatu sistem yang membuat individu di suatu organisasi berintegritas tinggi sebagaimana yang dipersyaratkan. Hal ini ditandai dengan adanya keselarasan visi, misi dan tujuan organisasi dengan tujuan individu yang ada di dalamnya.

Ada 2 (dua) dimensi dalam integritas organisasi, yaitu:

a. Adanya usaha-usaha dan kebijakan organisasi yang mendukung terciptanya integritas individu/ personal;

b. Adanya konsistensi dan keselarasan nilai, visi dan tujuan yang diemban organisasi dengan kebijakan-kebijakan organisasi dan program- program yang dilaksanakan.

Berdasarkan survei tersebut, nilai integritas KPK tahun 2013 dan 2015 masih pada level tinggi jika mengacu dengan menggunakan matrik pemetaan integritas organisasi di bawah ini.

positif. Meski demikian hasil yang didapatkan belum memenuhi ekspektasi target yang diharapkan dalam Renstra KPK (target 4) sehingga diperlukan langkah- langkah perbaikan Iebih Ianjut untuk meneruskan kecenderungan positif ini. Rekomendasi telah disampaikan baik rencana jangka pendek maupun rencana panjang.

Dalam mewujudkan kondisi tersebut, pada sasaran strategis Terjaganya Integritas Kelembagaan, KPK menentukan 3 KPI. Adapun kondisi capaian dari ketiga KPI tersebut adalah sebagai berikut:

KPI 1: Indek Integritas KPK (Survei, 1-5)

KPI ini didefinisikan sebagai ukuran yang digunakan dalam mengukur integritas KPK dengan menggunakan metode survei kepada para pegawai secara proportional random sampling. Penentuan jumlah sampel didasarkan pada metode slovin, dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5%.

Pada tahun 2015 target Indek integritas KPK yang ditetapkan adalah sebesar 4 dengan realisasinya adalah sebesar 3,67 sehingga capaian kinerja dihitung sebesar 91,75%. Capaian ini terjadi peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 dengan hasil yaitu 3,26 (tahun 2014 tidak dilakukan survei). Hal ini berarti bahwa rekomendasi hasil survei tahun 2013, telah ditindaklanjuti dengan baik, sehingga ada perbaikan dan peningkatan pada beberapa komponen/variabel integritas. Secara detail, tren indek integritas KPK antara tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 seperti pada diagram di bawah ini. Perbandingan capaian indek ini antara tahun 2013 dan 2015 secara detail juga disampaikan pada Lampiran 15. 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 GAMBAR 36.

DIAGRAM INDEK INTEGRITAS KPK TAHUN 2012 - 2015

GAMBAR 37.

MATRIK PEMETAAN INTEGRITAS ORGANISASI

Rendah - Rendah Rendah - Sedang Rendah - Tinggi

Sedang - Sedang Tinggi - Tinggi Tinggi - Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah

Sedang - Rendah Sedang - Tinggi Tinggi - Sedang 1 2 2 3 4 5 1 2,34 2,34 3 3,67 3,67 4 5 Nilai Survey Nilai Self Asessment Interpretasi Nilai Integritas Organisasi (Skala 1-5)

Target Renstra Target Realisasi 4 4 4 4 4 4 4 1 0 3,3 3,3 3,7

TABEL 11.

TINDAK LANJUT

PENERAPAN REFORMASI BIROKRASI KPK

KPI 2: # Pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku

KPI ini merupakan salah satu cerminan KPK sebagai lembaga yang berintegritas yang menerapkan prinsip zero tolerance terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan oleh insan KPK, yang meliputi pimpinan, penasihat, pejabat struktural maupun pegawai fungsional dan admin. Artinya, KPK tidak mentolerir sedikitpun atas pelanggaran yang terjadi, sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Sampai dengan akhir tahun 2015, dari seluruh pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Direktorat Pengawasan Internal terdapat 40 pegawai yang terbukti melakukan pelanggaran berat dan telah dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan kepegawaian. Dari 40 pegawai yang terbukti melakukan pelanggaran berat, 70% terkait dengan pencemaran nama baik organisasi. Salah satu kondisi yang melatar belakangi pelanggaran ini adalah peristiwa kriminalisasi pimpinan KPK dan proses pergantian tiga pimpinan KPK menjadi Pimpinan KPK. Untuk menurunkan tingkat pelanggaran kode etik dan perilaku di atas, KPK telah mengimplementasikan Manajemen Risiko Terpadu (MRT) pada tahun 2015. MRT adalah sebuah program/ kegiatan yang diharapkan dapat menangani risiko signifikan yang dihadapi unit/organisasi agar unit/ organisasi dapat mencapai sasaran dan tujuannya. KPI: # Pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku semenjak ditetapkan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 belum pernah memenuhi target 0 (nol) pelanggaran. Kondisi ini akan menjadi evaluasi KPK dalam merumuskan rencana kerja ke depan.

KPI 3: % Pemenuhan Komponen Reformasi Birokrasi

Dalam rangka penerapan reformasi birokrasi dan merujuk pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah, KPK pada tahun 2014 melaksanakan penilaian mandiri reformasi birokrasi. Evaluasi dilakukan terhadap 2 komponen utama yaitu komponen pengungkit (proses) dan komponen hasil.

1. Komponen Pengungkit (proses) meliputi: a. Manajemen perubahan

b. Penataan peraturan perundang-undangan c. Penataan dan penguatan organisasi d. Penataan tatalaksana

e. Penataan sistem manajemen sumber daya manusia

f. Penguatan akuntabilitas g. Penguatan pengawasan

h. Peningkatan kualitas pelayanan publik 2. Komponen Hasil meliputi:

a. Kapasitas dan akuntabilitas kinerja organisasi b. Pemerintah yang bersih dan bebas KKN c. Kualitas pelayanan publik

Pada tahun 2015 KPK tidak dilakukan penilaian mandiri Reformasi Birokrasi, sehingga realisasi capaian ini sama dengan kondisi di tahun 2014 sebesar 90,85%. Secara detail hasil penilaian komponen RB seperti pada Lampiran 15. Mengingat target pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi sebesar 90%, sehingga capaian KPI ini menjadi 100,9%. Pada tahun 2015 beberapa hal yang diupayakan KPK dalam mengatasi kekurangan pemenuhan komponen reformasi birokrasi di antaranya sebagai berikut:

KOMPONEN TINDAK LANJUT UNIT PENANGGUNGJAWAB

Penataan Sistem Manajemen Merencanakan, menerapkan dan melakukan evaluasi dan monitoring pengembangan berbasis kompetensi

Biro SDM

Menyelesaikan monitoring dan evaluasi pengembangan pegawai berbasis kompetensi secara berkala

Biro SDM

Penguatan Pengawasan Internal Mengembangkan dan menerapkan manajemen risiko di lingkungan KPK

Deputi Pencegahan Menyusun profil risiko dan mitigasi risiko

unit

Semua Unit KPK Mengembangkan dan menerapkan

kerangka kerja Risk Based Audit (RBA)

Direktorat PI Peningkatan Kualitas Layanan Publik Mensahkan dan menerapkan SOP terkait

dengan standar pelayanan publik

Unit KPK yang terkait layanan publik Melaksanakan kegiatan reviu dan

perbaikan standar yang dilakukan secara berkala

Unit KPK yang terkait layanan publik Mengalokasikan training yang

mengkhusukan materi pelayanan prima terkait pelayanan publik

Biro SDM

Berkomitmen menindaklanjuti semua pengaduan masyarakat terkait layanan

Unit KPK yang terkait layanan publik Mengevaluasi atas penanganan

pengaduan/keluhan/masukan secara berkala

Unit KPK yang terkait layanan publik Mengembangkan aplikasi berbasis

teknologi informasi atas pelayanan pelaporan Gratifikasi

Secara detail kondisi capaian ini seperti pada diagram di bawah ini.

Realisasi KPI disebabkan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya reformasi birokrasi KPK sebagai lembaga penegak hukum yang independen. Meskipun KPK seringkali menjadi rujukan institusi lain dalam hal penerapan reformasi birokrasi, ke depan KPK akan berusaha secara terus menerus meningkatkan pemenuhan komponen reformasi birokrasi sebagaimana diatur oleh Kementerian PAN dan RB, baik unsur pengungkit maupun unsur hasil. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Kapasitas SDM sesuai Fokus Area

Kebutuhan SDM sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan KPK menjadi hal penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Hal ini dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan SDM sesuai dengan asas profesionalisme dalam bidang keahlian tertentu sebagaimana dimaksudkan dalam fokus area dalam Rencana Strategis KPK. Sampai dengan akhir 2015, KPK telah memiliki jumlah sumber daya manusia

pegawai yang direncanakan. Pegawai yang berhasil direkrut ini yaitu 108 pegawai, terdiri atas 105 pegawai dari eksternal (Pegawai Negeri / swasta) dan 3 pegawai dari internal KPK untuk pejabat struktural (eselon II dan eselon III) melalui promosi/mutasi/ alih tugas. Dalam proses rekrutmen yang dilakukan, KPK bekerjasama dengan konsultan independen di bidangnya.

TABEL 12.

HASIL REKRUTMEN DAN SELEKSI SDM SESUAI FOKUS AREA

Secara detail hasil rekrutmen yang telah dilakukan seperti pada tabel di bawah ini.

sebanyak 1141 orang dengan komposisi seperti yang ada pada Lampiran 3.

Pengukuran pencapaian sasaran strategis ini melalui satu KPI yaitu:

KPI 1: % Ketersediaan SDM sesuai Fokus Area

KPI % Ketersediaan SDM sesuai fokus area, diukur dengan membandingkan jumlah pegawai yang berhasil direkrut dalam rangka pengisian beberapa posisi/jabatan dibandingkan dengan target yang ditetapkan, yang meliputi jabatan admin/staf, fungsional dan struktural, yang bersumber dari eksternal (Pegawai Negeri/swasta) maupun internal KPK (melalui promosi/mutasi maupun alih tugas). Berdasarkan Renstra KPK, KPI ini ditargetkan sebesar 100%.

Realisasi KPI ini adalah sebesar 135%, yang dicapai dari hasil rekrutmen sebanyak 108 pegawai dari 80

2012 2013 2014 2015 0 20 40 60 80 100 GAMBAR 38. DIAGRAM PEMENUHAN RB KPK TAHUN 2012 - 2015

RUMPUN JABATAN PNYD PT PTT TOTAL

Administrasi 5 0

71

76

Fungsional 15 9

0

24

Struktural 5 3

0

8

TOTAL 25 12

71

108

GAMBAR 39. PELANTIKAN DEPUTI TAHUN 2015 Target Renstra Target Realisasi 0 0 0 0 100 100 91 91 55

Secara rata-rata, hasil capaian kinerja dalam 4 tahun untuk KPI ini adalah 40,83%. Artinya apabila dilihat dari tren capaian kinerja, terjadi penurunan capaian kinerja pengangkatan penyidik KPK seperti yang tersaji pada diagram di bawah ini.

Jika melihat tren capaian pada diagram di atas, sejak tahun 2012 sampai dengan 2015 KPI ini mengalami fluktuatif. Capaian pada tahun 2014 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2013 dan 2012, namun pada tahun 2015 KPI ini mengalami peningkatan. Kondisi ini tidak terlepas dari ekspektasi kebutuhan SDM KPK tidak hanya memiliki kompetensi teknis namun juga harus memiliki nilai integritas yang cukup.

Sasaran Strategis 3: Pengangkatan Penyidik KPK

Pencapaian Sasaran Strategis ini diukur melalui satu indikator KPI yaitu jumlah Penyidik KPK yang Diangkat. Dalam Renstra KPK 2011-2015, pengangkatan Penyidik dari internal KPK menjadi prioritas/fokus. Namun KPK dalam mendapatkan penyidiknya juga mengangkat Penyidik yang berasal dari Kepolisian. Kewenangan KPK untuk mengangkat Penyidik sendiri dimungkinkan dalam Undang-Undang KPK. Kebutuhan Penyidik bagi

KPK merupakan hal yang strategis untuk menangani kasus yang semakin bertambah jumlahnya dan semakin kompleks.

KPI 1: # Penyidik KPK yang Diangkat

KPI jumlah penyidik yang diangkat didiskripsikan sebagai ukuran capaian kinerja dalam mengangkat Penyidik KPK yang mempunyai keahlian khusus sesuai dengan kebutuhan KPK.

Pada tahun 2015, KPK hanya mendapatkan 7 (tujuh) orang Penyidik dari target 30 (tiga puluh). Tidak tercapainya target kinerja ini disebabkan sulitnya mendapatkan personil yang sesuai dengan kriteria Penyidik KPK. 0 30 60 90 120 150 GAMBAR 40.

KETERSEDIAAN SDM SESUAI FOKUS AREA TAHUN 2012 - 2015

GAMBAR 42.

DIAGRAM JUMLAH PENYIDIK YANG DIANGKAT KPK TAHUN 2012 - 2015 GAMBAR 41. PENGANGKATAN PENYIDIK KPK TAHUN 2015 2012 2013 2014 2015 0 5 10 15 20 25 30 Target Renstra Target Realisasi Target Renstra Target Realisasi 100 50 100 100 100 50 25 25 135 37,7 100 50 30 30 30 30 30 30 30 30 26 14 7 2

Dari diagram di atas terlihat proses pembangunan gedung KPK sudah seperti yang direncanakan, meskipun masih terdapat sedikit capaian yang kurang maksimal atas realisasi atas pembangunan gedung.

Capaian KPI ini yang masih di bawah 100% disebabkan karena masih ada satu pekerjaan yaitu testing dan commissioning pada teknis pembangunan gedung yang harusnya dapat dilakukan, namun belum dapat diselesaikan dengan baik, sehingga berdampak pada pekerjaan lain yang terkait.

Jika melihat dari sisi penggunaan anggaran, sampai dengan akhir Desember 2015, penyerapan anggaran pembangunan gedung KPK terhadap anggaran multiyears 2013-2015 adalah lebih dari 314 Milyar yang meliputi perencana, konstruksi, manajemen dan serta infrastruktur IT, yang dilaksanakan selama dua tahap. Secara detail rincian penggunaan anggaran untuk pembangunan gedung ini seperti pada Lampiran 5.

Dalam rangka meningkatkan jumlah penyidik yang diangkat KPK di masa mendatang, Biro SDM KPK mempertimbangkan untuk mengangkat Penyidik yang berasal dari Kejaksaan. Secara hukum, Jaksa Penuntut Umum adalah juga sebagai Penyidik yang mempunyai kewenangan untuk melakukan penyidikan suatu kasus.

Sasaran Strategis 4: Pembangunan Gedung KPK

Pembangunan Gedung KPK dijadikan sebagai Sasaran Strategis KPK dalam Renstra 2015-2019, mengingat hal ini merupakan perwujudan eksistensi KPK dan memperkuat keberadaan KPKsebagai lembaga independen yang senantiasa mendapatkan dukungan dari publik.

Adapun proses pembagunan gedung baru KPK adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan Gedung baru KPK dilakukan selama 3 (tiga) tahun mulai 2013 s.d. 2015 dengan anggaran APBN secara multiyears;

b. Pekerjaan pembangunan Gedung baru KPK meliputi pekerjaan konstruksi, pekerjaan perencanaan, pekerjaan manajemen konstruksi dan pengelolaan kegiatan serta infrastruktur IT, yang dilaksanakan selama dua tahap;

c. Pelaksanaan topping off gedung KPK dilakukan pada tanggal 29 Desember 2014, bertepatan dengan ulang tahun KPK yang ke-11;

d. Peresmian Gedung baru KPK dilakukan oleh Presiden RI Bapak Joko Widodo pada tanggal 29 Desember 2015;

e. Rencana penggunaan ruangan kantor pada gedung baru KPK yang menerapkan prinsip smart, green dan secure secara bertahap akan dilakukan mulai bulan Maret 2016.

KPI 1: % Ketersediaan Gedung KPK

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan adalah KPI: % Ketersediaan Gedung KPK.

KPI % Ketersediaan Gedung KPK diukur dengan menghitung penyerapan anggaran pembangunan gedung KPK dalam kaitannya dengan penyelesaian fisik pembangunan gedung KPK, baik terkait perencana, konstruksi, maupun manajemen gedung. Target yang ditetapkan adalah 100% dan realisasinya adalah sebesar 98,7%. Capaian kinerja KPI ini mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014 yaitu sebesar 96,8%. Sampai dengan akhir Desember 2015, progres pembangunan gedung KPK dapat diukur berdasarkan penyelesaian pembangunan Gedung KPK tahap I yang sudah mencapai 100% dan tahap II baru mencapai 97,403% dari target 100% sehingga rata-rata total realisasi untuk pembangunan Gedung baru KPK adalah 98,702% dan dibulatkan menjadi 98,7%. Capaian tersebut seperti tersaji pada diagram di bawah ini. 2012 2013 2014 2015 0 20 40 60 80 100 GAMBAR 43.

PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN GEDUNG TAHUN 2012-2015 GAMBAR 44. SMART BUILDING KPK Target Renstra Target Realisasi 100 100 50 50 0 0 0 0 15 48 99

Adapun beberapa aplikasi yang dikelola Deputi INDA yang mendukung proses bisnis di setiap unit KPK seperti tersaji pada Lampiran 8.

Dalam mengukur keberhasilan dari setiap kegiatan dalam upaya memberikan dukungan pelayanan infrastruktur TI di atas, KPK menggunakan 1 KPI yang berupa Indek Kepuasan Layanan TI. Adapun kondisi capaian atas KPI pada tahun 2015 adalah sebagai berikut ini.

KPI 1: Indek Kepuasan Layanan TI (Survei)

Indek kepuasaan layanan TI dihitung melalui metode survei ke setiap stakeholder yang menerima layanan dari Direktorat Pinda. Kepuasan layanan TI merupakan alat ukur yang digunakan untuk menilai keberlangsungan jalannya sarana dan prasarana TI. Hal ini diukur dengan menggunakan survei. Kuesioner Indek kepuasan layanan TI ini terdiri 3 paramater ukuran yaitu:

1. Kecepatan layanan 2. Kualitas layanan

3. Kesinambungan layanan

Pada tahun 2015, Direktorat Pinda melakukan survei online untuk melihat tingkat kepuasan layanan unit. sebanyak 2 kali yaitu:

Sasaran Strategis 5: Tersedianya Dukungan Infrastruktur TI

Sasaran strategis ini adalah bagian dari sasaran strategis lain pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang dilakukan KPK. Setiap sasaran strategis yang ada pada perspektif ini bertujuan memberikan dukungan sumber daya untuk setiap sasaran strategis yang ada pada perspektif proses internal. Salah satu dukungan sumber daya pada perspektif ini berupa penyediaan infrastruktur teknologi informasi yang dilakukan Direktorat PINDA pada Kedeputian INDA. Direktorat PINDA bertanggungjawab untuk melakukan pengembangan teknologi informasi, mengelola infrastruktur dan sumberdaya teknologi informasi.

Beberapa kegiatan yang dilakukan pengembangan infrastruktur yang dilakukan Deputi INDA pada tahun 2015 terbagi ke dalam 2 kegiatan besar, yaitu:

1. Pengembangan aplikasi TI yang terdiri atas beberapa kegiatan di antaranya:

1) Pengembangan Aplikasi CMAS 2) Pengembangan E-LHKPN

3) Pengembangan Aplikasi PJKAKI (Database Partner)

4) Pengembangan Aplikasi Gratifikasi Online 5) Pengembangan Website KPK - Humas_

Survei Online

6) Pemeliharaan Aplikasi DUMAS 7) Pemeliharaan Aplikasi HRIS 8) Pengadaan Aplikasi SPSS

2. Pembangunan infrastruktur berdasarkan rencana yang terdiri atas beberapa kegiatan di antaranya:

1) Pengadaan scanner cepat

2) Pengembangan server dan storage 3) Pengembangan monitoring center

4) Pengembangan sistem kolaborasi dan komunikasi

5) Pengadaan sistem antrian GAMBAR 45.

PERESMIAN GEDUNG KPK TAHUN 2015

1. Survei Kepuasan Layanan Unit I (Semester I) Survei ini dilakukan pada hari Rabu, 6 Mei 2015 dan berakhir pada hari Jumat, 29 Mei 2015. Pada survei I ini, sebanyak 44 pengguna memberikan jawaban. Dari skala 1-100, hasil survei ini menunjukan capaian indek sebesar 73,91.

2. Survei Kepuasan Layanan Unit II (Semester II) Survei ini dilakukan pada hari Senin, tanggal

9 November 2015 dan berakhir hari Jumat, 27 November 2015. Sebanyak 34 pengguna memberikan jawaban. Dari skala 1-100, hasil survei ini menunjukan capaian indek sebesar 76,17.

Dari kedua kegiatan survei di atas, menunjukan bahwa rata-rata indek kepuasan pengguna atas setiap layanan TI yang diberikan pada tahun 2015 adalah sebesar 75,04. Dengan target indek yang sebesar 78, maka capaian atas KPI ini pada tahun 2015 adalah sebesar 96,2%. Jika dibandingkan dengan capaian sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 Indek kepuasan layanan TI KPK terus mengalami penurunan. Secara detail seperti tersaji pada gambar diagram di bawah ini.

2012 2013 2014 2015 0 10 20 30 40 50 60 70 80 GAMBAR 46.

PERKEMBANGAN INDEK KEPUASAN TI TAHUN 2012-2015 Target Renstra Target Realisasi 78 78 78 78 75 78 75 75 76 77 75 75

Seperti proses setiap tahunnya, upaya yang dilakukan KPK dalam mendapatkan anggaran di tahun 2015 selalu melalui proses pembahasan di Bappenas, Komisi III DPR, dan Kemenkeu (Ditjen Anggaran dan Ditjen Perbendaharaan). Secara detail penjelasan ringkas dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. KPK menyampaikan Rencana Kerja (Renja) tahun 2015 kepada Bappenas, yang berisi program dan kegiatan prioritas KPK beserta usulan pembiayaan dan target indikator kinerjanya. Renja ini merupakan hasil pembahasan trilateral meeting antara KPK, Bappenas, dsan Kemenkeu (DJA);

2. KPK menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) tahun 2015 kepada Komisi III DPR, sejak dari Pagu Indikatif, Pagu Sementara, dan Pagu Definitif;

3. Atas dasar RKA yang telah disetujui Komisi III DPR, KPK melakukan penelaahan dengan Ditjen Anggaran Kemenkeu dan Bappenas. Penalaahan disertai dengan pengajuan data dukung terhadap kegiatan yang diusulkan;

4. Hasil penelaahan DJA Kemenkeu dan Bappenas, disampaikan kepada Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu, untuk selanjutnya diterbitkan Daftar Isian Pelaksanaan Kegiatan (DIPA) tahun 2015; 5. Atas dasar DIPA, KPK menerbitkan Petunjuk

Operasional Kegiatan (POK) bagi unit-unit kerja setingkat Direktorat/Biro dan Kesekretariatan Kedeputian.

Melalu proses ini, pada tahun 2015 KPK mendapat anggaran Rupiah Murni (RM) sebesar Rp 898,9 Miliar, yang dialokasikan untuk program dan kegiatan unit- unit sebagai berikut:

1. Sekretariat Jenderal sebesar Rp651,060 Miliar, dengan rincian sebagai berikut:

a. Biro SDM sebesar Rp383,591 Miliar; b. Biro Hukum sebesar Rp2,090 Miliar; c. Biro Humas sebesar Rp8,137 Miliar; d. Biro Renkeu sebesar Rp1,789 Miliar; e. Biro Umum sebesar Rp255,463 Miliar. Semakin menurunnya Indek kepuasan layanan

TI dari tahun 2012 sampai dengan 2015 lebih disebabkan adanya stagnasi pengembangan teknologi yang terjadi di KPK. Sampai dengan tahun 2015, KPK belum sepenuhnya responsif melakukan pengembangan teknologi dalam mendukung setiap proses bisnis yang ada di unitnya.