• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK 2015"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Diterbitkan oleh

Komisi Pemberantasan Korupsi 2016

Penyusun:

Tim Penyusun Laporan Kinerja KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C1 Jakarta 12920

T. +62 21 2557 8300 F. +62 21 5289 2456 www.kpk.go.id

Akuntabilitas adalah

sebuah konsep etika yang

dekat dengan tata kelola

(4)

Laporan akuntabilitas kinerja KPK disusun sebagai pertanggungjawaban organisasi kepada pemangku kepentingan atas pelaksanaan tugas dan fungsinya. Proses penyusunan laporan akuntabilitas ini berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban organisasi dalam pemakaian sumber daya untuk menjalankan misi organisasi.

Landasan penyusunan laporan ini adalah Rencana Strategis KPK Tahun 2011-2015 dengan menyajikan analisa antara target dan realisasi atas KPI yang menjadi fokus kerja KPK pada tahun 2015. Dalam proses pengelolaan manajemen kinerja dari tingkat korporat sampai dengan individu, KPK menggunakan perangkat lunak dengan pendekatan manajemen kinerja yang berbasis balanced

scorecard. Sampai dengan Desember 2015, secara umum kinerja KPK yang diukur dalam realisasi KPI (Key Performance Indicator) telah memenuhi target yang telah ditetapkan. KPK melihat, setiap keberhasilan ataupun kegagalan dalam memenuhi target KPI yang ada sebagai media evaluasi sebagai pemicu peningkatan kinerja ke depan.

Kami berharap laporan ini memenuhi harapan setiap pemangku kepentingan dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Februari 2016 Sekretaris Jenderal

R. Bimo Gunung Abdul Kadir

Dalam proses pengelolaan

manajemen kinerja dari tingkat

korporat sampai dengan individu,

KPK menggunakan perangkat

lunak dengan pendekatan

manajemen kinerja yang berbasis

balanced scorecard

.

kata

Pengantar

Aparatur Negara dan Reformasi

(5)

Dalam rentang periode 2011 - 2015, tahun

2015 adalah tahun yang sulit bagi KPK.

Pada tahun ini KPK berada pada titik

terendah akibat kondisi internal yang tidak

kondusif yang disebabkan tekanan eksternal

yang cukup masif. Dan ditambah dengan

permasalahan klasik keterbatasan sumber

daya yang belum sepenuhnya terpenuhi

menjadi masalah yang dihadapi. Meskipun

dengan kondisi tersebut, KPK terus berupaya

memenuhi setiap tuntutan tanggungjawab

yang ada. Target setiap rumusan yang ada

pada Renstra KPK 2011 - 2015 sudah menjadi

tanggungjawab organisasi yang harus

dipenuhi.

Dari kondisi di atas, selama tahun 2015, capaian kinerja KPK dengan mengacu pada rumusan peta strateginya mencapai 88,9%. Capaian kinerja 2015 ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun sebelumnya. Kondisi capaian kinerja ini juga sejalan dengan kondisi serapan anggaran yang ada. Pada tahun 2015, penyerapan anggaran KPK hanya sebesar 81,02% yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

GAMBAR 2.

DIAGRAM CAPAIAN KINERJA KPK TAHUN 2012 - 2015

Capaian Kinerja KPK

Serapan Anggaran KPK

Angka capaian kinerja pada tahun 2015 merupakan akumulasi capaian dari setiap perspektifnya yang terdiri dari Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dengan bobot (weight) 30% dan capaian kinerja 87,7%, Perspektif Internal dengan bobot 40% dan capaian kinerja 87,7%, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth) dengan bobot 15% dan capaian kinerja 83,5%, dan Perspektif Keuangan (Financial) dengan bobot 15% dan capaian kinerja 100%. Dari keseluruhan ukuran kinerja (KPI), ada beberapa KPI yang mengalami peningkatan, cenderung stagnan ataupun mengalami penurunan.

Apapun kondisi yang terjadi pada tahun ini, KPK dengan setiap unit yang ada sudah berupaya sepenuhnya. Setiap kondisi tersebut akan menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan organisasi ke depan.

ringkasan

Eksekutif

GAMBAR 1.

MATRIK CAPAIAN KINERJA KPK TAHUN 2015

0 20 40 60 80 100 120

2012 2013 2014 2015

Kinerja Pimpinan 2015

Pimpinan

Realisasi Rencana Index Weight

-88,9%

-Perspektif Pemangku kepentingan Pimpinan 2015

Pimpinan

Realisasi Rencana Index Weight

-87,7% 40.00%

Perspektif Internal Pimpinan 2015

Pimpinan

Realisasi Rencana Index Weight

-87,7% 30.00%

Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan Pimpinan 2015

Pimpinan

Realisasi Rencana Index Weight

-83,5% 15.00%

Perspektif Keuangan Pimpinan 2015

Pimpinan

Realisasi Rencana Index Weight

-100.0% 15.00%

111.9 50

.76

107

.8

66.57 105.

6

89

.52

88.9 81.

(6)

2012

2013

2014

2015

- Terdakwa MUHAMMAD NAZARUDIN sehubungan pembangunan wisma atlit di Jaka Baring Sumatera Selatan tahun 2010 – 2011

- Terdakwa MIRANDA SWARAY GOELTOM sehubungan memberikan Travellers Cheque(TC) kepada Anggota DPR RI Periode 1999 - 2004

- Terdakwa HARI SABARNO sehubungan dengan pengadaan mobil pemadam kebakaran dengan menggunakan pompa merk Tohatsu type V80ASM dan Merk Moritadi beberapa Pemprov/Pemkab/Pemkot dengan pembayaran bersumber dari APBD tahun 2002 sd 2005 - Dan Lain-lain

- Terdakwa ANGELINA PATRICIA PINGKAN SONDAKH sehubungan dengan penerimaan hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya terkait dengan pengurusan anggaran pada Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Pendidikan Nasional antara tahun 2010 – 2011 atau penerimaan janji yang berhubungan dengan jabatannya

- Perkara TPK atas nama terdakwa DJOKO SUSILO sehubungan dengan pengadaan Driving Simulator Roda Dua (R2) dan Roda Empat (R4) pada Korps Lalu Lintas Mabes Polri TA 2011 dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)

- Perkara TPK atas nama terdakwa AHMAD FATHANAH sehubungan dengan penerimaan hadiah atau janji untuk Penyelenggara Negara terkait dengan pengurusan kuota impor daging pada Kementerian Pertanian dan TPPU

- Dan Lain-lain

- TPK atas nama terdakwa LUTHFI HASAN ISHAAQ sehubungan dengan menerima hadiah atau janji untuk Penyelenggara negara, terkait dengan pengurusan Kuota

Impor Daging pada Kementerian Pertanian dan diduga melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.

Putusan MA: Pidana penjara 18 (delapan belas tahun) dan denda Rp1.000.000.000 subsidair 6 (enam) bulan

- ANGGORO WIDJOJO sehubungan dengan pemberian sejumlah uang kepada

Anggota Komisi IV-DPR RI dan Pejabat Dep. Kehutanan RI, terkait dengan proses pengajuan anggaran Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) pada tahun 2007-2008.Putusan PN: Pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda sebesar Rp250.000.000 subsidair 2 (dua) bulan

- Dan Lain-lain

- Perkara TPK atas nama terpidana RATU ATUT CHOSIYAH sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili berkaitan dengan penanganan perkara sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Lebak, Propinsi Banten Tahun 2013 di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

- Perkara TPK atas nama terpidana M. AKIL MOCHTAR sehubungan dengan menerima hadiah atau janji oleh Hakim berkaitan dengan penanganan perkara sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah 2013 di Mahkamah Konstitusi RI; Perkara TPK atas nama terdakwa M. AKIL MOCHTAR

sehubungan dengan menerima hadiah atau janji oleh Hakim berkaitan dengan penanganan perkara sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Lebak Provinsi Banten 2013 di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia; Perkara TPK atas nama terdakwa M. AKIL MOCHTAR sehubungan dengan menerima hadiah atau janji oleh Hakim berkaitan dengan penanganan perkara yang berada di lingkup kewenangan Mahkamah Konstitusi RI untuk mengadili, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili, dan atau penerimaan gratifikasi; Perkara TPK atas nama terdakwa M. AKIL MOCHTAR sehubungan dengan menerima hadiah atau janji dalam jabatannya selaku Hakim berkaitan dengan penanganan perkara sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kab. Gunung Mas Prov. Kalimantan Tengah dan Kab. Lebak Prov. Banten Tahun 2013 dan penanganan perkara lain yang berada di lingkup kewenangan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, padahal patut diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan dan diduga melakukan tindak pidana pencucian uang sehubungan dengan perbuatan menempatkan, mentransfer, mengubah bentuk, atau menyembunyikan/ menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, kepemilikan, atau perbuatan menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, atau menggunakan harta kekayaan yang diketahui, atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana - Perkara TPK atas nama terpidana TUBAGUS CHAERI WARDANA CHASAN sehubungan dengan memberi sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili berkaitan dengan penanganan perkara sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Lebak, Propinsi Banten Tahun 2013 di Makamah Konstitusi Republik Indonesia

- Perkara TPK atas nama terpidana ANAS URBANINGRUM sehubungan dengan perbuatan menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana korupsi dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan atau menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana korupsi

- Dan lain-lain

CAPAIAN KINERJA

PENYERAPAN ANGGARAN

PENCEGAHAN PENINDAKAN PENINDAKAN

111,9%

50,76%

CAPAIAN KINERJA

PENYERAPAN ANGGARAN

105,6%

89,52%

CAPAIAN KINERJA

PENYERAPAN ANGGARAN

107,8%

66,57%

CAPAIAN KINERJA

PENYERAPAN ANGGARAN

88,9%

81,02%

• Hari Anti Korupsi, Jakarta • Dan Lain-lain

• Program-Program Kegiatan Kedeputian INDA

• Program-Program Kegiatan Kedeputian INDA

• Program-Program Kegiatan Kedeputian PIPM

• Program-Program Kegiatan Kedeputian PIPM

• Program-Program Kegiatan Kesekjenan

PENCEGAHAN

• Hari Anti Korupsi Yogyakarta • GN SDA Pencegahan

• Pilpres dan Pileg 2014 • Dan Lain-lain

PENCEGAHAN

• Hari Anti Korupsi, Jakarta • Dan Lain-lain

SEKJEN

• Program Indonesia Memanggil 7 • Dan Lain-lain

SEKJEN

• Pengangkatan SEKJEN baru (Himawan A. Negoro)

• Dan Lain-lain

PENCEGAHAN

• Hari Anti Korupsi Bandung • Pilkada Serentak

• Dan Lain-lain SEKJEN

• Peresmian Smart Building KPK • Pelantikan PLT Pimpinan Lama • Pelantikan Pimpinan Jilid 4 • Pengangkatan Penyidik • Dan Lain-lain

• Dan Lain-lain

SEKJEN PIPM INDA

PIPM INDA

• Program-Program Kegiatan Kedeputian INDA

• Program-Program Kegiatan Kedeputian PIPM

(7)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi Dasar Hukum

Sistematika Penyajian Permasalahan Organisasi BAB II PERENCANAAN KERJA Manajemen Kinerja KPK Roadmap KPK

Rencana Strategis KPK 2011 – 2015 Arah dan Kebijakan Pimpinan KPK 2015 Peta Strategi KPK 2015

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Capaian Perspektif Pemangku Kepentingan Capaian Perspektif Proses Internal

Capaian Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Capaian Perspektif Keuangan

Capaian Lainnya BAB IV PENUTUP

LAMPIRAN

10 10 11 14 15 15 16 17 17 18 20 21 22 24 25 25 32 34 54 70 82 84 86 99

Tabel 2. Sasaran strategis, KPI dan Target Tabel 3. Penegakah Hukum KPK Tahun 2015

Tabel 4. Nilai Indeks Penegakan Hukum Tahun 2015 Tabel 5. Indeks Penegakan Hukum 2014-2015

Tabel 6. Capaian Sasaran Strategis Tingkat Keberhasilan Pemberantasan Korupsi oleh KPK Tahun 2015

Tabel 7. Indeks Kinerja Sektor Strategis Tahun 2013-2015 Tabel 8. Proses Penanganan Perkara KPK Tahun 2012 – 2015

Tabel 9. Perkara yang Disupervisi KPK dan yang Lanjut ke Tahap Berikutnya Tahun 2012 – 2015

Tabel 10. Rekomendasi yang Disarankan dan Dijalankan Tahun 2013 – 2015 Tabel 11. Tindak Lanjut Penerapan Reformasi Birokrasi KPK

Tabel 12. Hasil Rekruitmen dan Seleksi SDM sesuai Fokus Area

Isi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Matrik Capaian Kinerja KPK Tahun 2015

Gambar 2. Diagram Capaian Kinerja KPK Tahun 2012 – 2015 Gambar 3. Struktur Organisasi KPK

Gambar 4. Roadmap KPK

Gambar 5. Peta Strategi KPK 2011-2015 Gambar 6. Proses Monitoring Kinerja KPK

Gambar 7. Komposisi PIC Manajemen Kinerja KPK

Gambar 8. Diagram Capaian Kinerja KPK Tahun 2012 - 2015

Gambar 9. Perkembangan Indek Penegakan Hukum Tahun 2012 - 2015 Gambar 10. Salah Satu Kegiatan Praperadilan

Gambar 11. Perkembangan Tingkat Keberhasilan Pemberantasan Korupsi oleh KPK Tahun 2012 – 2015

Gambar 12. Diagram Perbandingan Kasus Grand Corruption Tahun 2012 – 2015 Gambar 13. Diagram Conviction Rate Kasus yang Disupervisi Tahun 2012 – 2015 Gambar 14. Diagram Perbandingan Indek Kinerja Sektor Strategis tahun 2012 -

2015

Gambar 15. Pencanangan Zona Integritas Ombudsman Gambar 16. Diagram Pelembagaan SIN Tahun 2012 - 2015 Gambar 17. Salah Satu Dukungan KPK pada Kegiatan Pemilu

Gambar 18. Indek Pemahaman Masyarakat terhadap Integritas dalam Pemilu Tahun 2012 - 2015

Gambar 19. Diagram Penyusunan Konsep FCP Tahun 2012 - 2015 Gambar 20. Kerangka Pedoman FCP

Gambar 21. Diagram Conviction Rate Perkara yang Ditangani KPK Tahun 2012 – 2015

Gambar 22. Salah Satu Perkara dari Kegiatan Operasi Tangkap Tangan Tahun 2015 Gambar 23. Diagram Perkara yang Disupervisi KPK yang Lanjut ke Tahap

Berikutnya Tahun 2012 - 2015

Gambar 24. Diagram Implementasi atas Rekomendasi yang Diusulkan Tahun 2012 - 2015

24 35 35 36 38 45 55 57 57 73 75

(8)

Pengelolaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan Tahun 2015 Gambar 26. Diagram Implementasi Sistem Integritas pada Fokus Area Tahun

2012 - 2015

Gambar 27. Salah Satu Kegiatan Penerapan Zona Integritas Tahun 2015 Gambar 28. Salah Satu Kegiatan Progran Pemilu Berintegritas Tahun 2015 Gambar 29. Diagram Implementasi Program untuk Pemilu Berintegritas Tahun

2012 - 2015

Gambar 30. KPK Enterprise Architecture

Gambar 31. Diagram Perkembangan Pembangunan Sistem Informasi Pemberantasan Korupsi 2012 - 2015

Gambar 32. Peta Kepatuhan Propinsi

Gambar 33. Diagram Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Fraud Control Tahun 2012 - 2015

Gambar 34. Diagram Kasus Grand Corruption Siap Lidik

Gambar 35. KPK Whistleblower’s System Salah Satu Media KPK untuk Menampung Pengaduan Masyarakat

Gambar 36. Diagram Indek Kinerja Strategis Tahun 2012 - 2015 Gambar 37. Matrik Pemetaan Integritas Organisasi

Gambar 38. Diagram Pemenuhan RB KPK Tahun 2012 - 2015

Gambar 39. Pelantikan Deputi KPK sebagai Bentuk Proses Rekruitmen Tahun 2015

Gambar 40. Ketersediaan SDM sesuai Fokus Area Tahun 2012 - 2015 Gambar 41. Pengangkatan Penyidik KPK Tahun 2015

Gambar 42. Diagram Jumlah Penyidik yang Diangkat KPK Tahun 2012 - 2015 Gambar 43. Perkembangan Ketersediaan Gedung Tahun 2012-2015

Gambar 44. Smart building KPK

Gambar 45. Peresmian Gedung Kpk Tahun 2015

Gambar 46. Salah Satu Bentuk Infrastruktur Teknologi KPK Gambar 47. Perkembangan Indek Kepuasan TI Tahun 2012-2015

Gambar 48. Diagram Perkembangan Ketersediaan Anggaran Tahun 2012 - 2015

(9)

I. LATAR BELAKANG

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk sebagai lembaga negara yang bersifat independen yang dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjadi landasan legal bagi pelaksanaan tugas KPK dalam mengkoordinasikan lembaga penegak hukum lainnya melalui koordinasi dan supervisi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan (represive), mendorong pencegahan (preventive) tindak pidana korupsi, serta melakukan pemantauan terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. KPK memandang perlu untuk menyampaikan laporan akuntabilitas kinerja (LAKIP) kepada pemangku kepentingan. Hal ini sebagai bentuk kepatuhan KPK terhadap Undang-Undang No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan Kinerja Instansi pemerintah mengingat KPK merupakan Lembaga Negara yang anggarannya menggunakan APBN. Hal ini sebagai bentuk komitmen yang mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabilitas.

II. VISI, MISI, DAN WEWENANG KPK

Bedasarkan Rencana Strategis KPK 2011-2015, visi KPK adalah “Menjadi lembaga penggerak pemberantasan korupsi yang berintegritas, efektif, dan efisien”. Penjelasan visi ini adalah sebagai berikut: 1. Lembaga penggerak pemberantasan korupsi:

selain sebagai pelaku, KPK juga berperan sebagai pemicu dan pemberdayaan (trigger) lembaga lain dalam pemberantasan korupsi;

2. Pemberantasan korupsi: serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas TPK melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Berintegritas: menjalankan organisasi secara kompeten, transparan, dan akuntabel, dengan tetap melakukan interaksi secara luas tanpa ada penyimpangan (zero tolerance);

4. Efektif: semua elemen bangsa berperan serta dalam pencapaian sasaran dan tujuan pemberantasan korupsi;

5. Efisien: pemanfaatan sumber daya pemangku kepentingan (stakeholders) pemberantasan korupsi secara optimal.

Misi merupakan jalan pilihan untuk menuju masa depan. Sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan KPK, misi KPK adalah:

1. Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan TPK; 2. Melakukan supervisi terhadap instansi yang

berwenang melakukan pemberantasan TPK;

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap TPK;

4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK; 5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan

pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang:

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan TPK;

2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan TPK;

3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan TPK kepada instansi terkait;

4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan TPK; dan

5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan TPK.

Dalam melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan TPK serta terhadap instansi yang melaksanakan pelayanan publik. Sementara dalam melaksanakan wewenang supervisi, KPK berwenang juga mengambil alih penyelidikan atau penuntutan terhadap pelaku TPK yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.

Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan, KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan TPK yang: 1. Melibatkan aparat penegak hukum,

penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan TPK yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara;

bab 1

Pendahuluan

(10)

Adapun struktur organisasi KPK adalah seperti pada gambar di bawah ini.

GAMBAR 3.

STRUKTUR ORGANISASI KPK

IV. DASAR HUKUM

Dasar hukum penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK Tahun 2015 antara lain adalah:

1. Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 3. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

4. Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

5. Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 124A/01-52/02/2012 tanggal 29 Februari 2012 tentang Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun 2011-2023;

6. Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 124B/01-52/02/2012 tanggal 29 Februari 2012 tentang Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2011-2015; 7. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor

02 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 03 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi;

2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau

3. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Sementara itu, dalam melaksanakan tugas pence-gahan, KPK berwenang melaksanakan langkah atau upaya pecegahan sebagai berikut:

1. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara negara;

2. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;

3. Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan;

4. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan TPK;

5. Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;

6. Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan TPK.

Dalam melaksanakan tugas monitor, KPK ber-wenang:

1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah;

2. Memberikan saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi;

3. Melaporkan kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.

Selain memiliki kewenangan yang luas, KPK juga perlu memenuhi kewajibannya, antara lain:

1. Memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan ataupun memberikan keterangan mengenai terjadinya TPK;

2. Memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan bantuan untuk memperoleh data lain berkaitan dengan hasil penuntutan TPK yang ditanganinya.

8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

V. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika penyajian laporan kinerja KPK Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. PENDAHULUAN, menjelaskan secara ringkas latar belakang, tugas dan wewenang, struktur organisasi, dasar hukum, dan sistematika penyajian;

2. PERENCANAAN KINERJA, menjelaskan proses pengelolaan kinerja KPK yang terdiri atas kegiatan Perencanaan, Monitoring, Pelaporan dan Evaluasi;

3. AKUNTABILITAS KINERJA, menjelaskan setiap capaian sasaran strategis pada setiap perspektif yang tertuang pada peta strategi dan kinerja lainnya;

4. PENUTUP, menjelaskan kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK.

III. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 01 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi, struktur organisasi KPK terdiri atas:

1. Pimpinan, yang terdiri atas seorang Ketua merangkap Anggota dan 4 (empat) orang Wakil Ketua merangkap Anggota;

2. Tim Penasihat, yang terdiri atas 4 (empat) orang; 3. Deputi Bidang Pencegahan, yang terdiri atas:

a. Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (PP LHKPN);

b. Direktorat Gratifikasi;

c. Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas);

d. Direktorat Penelitian dan Pengembangan (Litbang);

e. Unit Kerja Koordinasi dan Supervisi Bidang Pencegahan;

f. Sekretariat Deputi Bidang Pencegahan. 4. Deputi Bidang Penindakan, yang terdiri atas:

a. Direktorat Penyelidikan; b. Direktorat Penyidikan; c. Direktorat Penuntutan;

d. Unit Kerja Pelacalakan Aset, Pengelolaan Barang Bukti dan Eksekusi;

e. Unit Kerja Koordinasi dan Supervisi; f. Sekretariat Deputi Bidang Penindakan.

5. Deputi Bidang Informasi dan Data (INDA), yang terdiri atas:

a. Direktorat Pengolahan Informasi dan Data (PINDA);

b. Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI);

c. Direktorat Monitor;

d. Sekretariat Deputi Bidang INDA.

6. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat (PIPM), yang terdiri atas: a. Direktorat Pengawasan Internal;

b. Direktorat Pengaduan Masyarakat; c. Sekretariat Deputi Bidang PIPM. 7. Sekretariat Jenderal, yang terdiri atas:

a. Biro Perencanaan dan Keuangan; b. Biro Umum;

c. Biro Sumber Daya Manusia; d. Biro Hukum;

e. Biro Hubungan Masyarakat; f. Sekretariat Pimpinan.

(11)

VI. PERMASALAHAN ORGANISASI

Sampai dengan Desember 2015, KPK menghadapi 2 (dua) permasalahan besar yang berdampak langsung terhadap capaian kinerjanya, permasalahan tersebut adalah

1. Kondisi internal yang kurang kondusif sebagai akibat hubungan antara KPK dan Polri yang kurang harmonis.

Dengan diumumkannya Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka pada kasus gratifikasi di awal tahun 2015 memberikan efek berkepanjangan bagi internal KPK. Hal ini berdampak antara lain kurang kondusifnya iklim organisasi bagi pegawai KPK untuk bekerja dalam memenuhi target yang telah ditetapkan.

2. Permasalahan klasik tentang keterbatasan sumber daya manusia dan infrastruktur sebagai enablers berjalannya operasional KPK.

(12)

I. KEGIATAN PERENCANAAN

Dalam melaksanakan kegiatan perencanaan kinerja, KPK mengacu ke beberapa dokumen yang menjadi dasar tujuan eksistensi organisasi. Beberapa acuan dalam merencanakan kegiatan di tahun 2015 adalah sebagai berikut.

I.1. ROAD MAP KPK 2011 - 2023

Road Map KPK dimaksudkan untuk memberi arah pemberantasan korupsi yang akan dilakukan KPK dalam jangka panjang. Keberadaan Road Map KPK menjadi penting karena dokumen perencanaan yang ada terbatas hanya mencakup strategi jangka menengah (Rencana Strategis yang berjangka waktu lima tahunan) dan jangka pendek (Rencana Kinerja dan Anggaran yang berjangka waktu tahunan). Selain itu, Road Map KPK juga didasari oleh karakteristik korupsi di Indonesia yang teramat kompleks dan mengakar sehingga diperlukan upaya pemberantasan korupsi secara sistematis, integratif, dan fokus.

GAMBAR 4.

ROAD MAP KPK

Road Map KPK diwarnai oleh: (a) kompetensi inti organisasi dan (b) fokus organisasi. Untuk memenuhi tuntutan kompetensi inti organisasi, KPK senantiasa mempersiapkan keunggulan di masa kini dan di masa yang akan datang. Sedangkan untuk mewujudkan fokus organisasi, KPK memilih atau menentukan skala prioritas dalam merealisasikan visi dan misinya, yaitu dengan memfokuskan pada penanganan grand corruption dan yang menjadi kepentingan nasional (national interest). KPK mewujudkan kompetensi inti organisasi dengan mengambil peran sebagai pionir dalam pembangunan Sistem Integritas Nasional (SIN), kemudian dilanjutkan dengan membangun kompetensi inti tahap berikutnya melalui pembangunan Fraud Control Plan (Rencana Pengendalian Kecurangan).

Secara ringkas, Roadmap KPK yang menggambarkan hubungan antara sistem integritas nasional, milestone, dan fokus area seperti pada gambar di bawah ini.

bab 11

Perencanaan

Kinerja

2011-2015 2015-2019 2019-2023

Budaya Integritas Sistem Integritas

Nasional Pondasi Sistem

Integritas Nasional

Optimasi Penangan Sektor Strategis dan peran Pilar-pilar Sistem Integritas nasional, serta Penanganan Fraud Penangan Grand Corruption,

penguatan APGAKUM, perbaikan sektor strategis, Aksi Sistem Integritas Nasional dan Implementasi Fraud Control Penangan Grand Corruption,

penguatan APGAKUM, perbaikan sektor strategis, Pembangunan pondasi SIN. Penguatan Sistem Politik dan masyarakat paham Integritas. Persiapan Fraud Control.

(13)

Peta strategi 2011-2015 di atas menjelaskan bahwa, pada tahun 2015 ultimate goal KPK adalah ”Efektivitas dan Efisiensi Pemberantasan (Pencegahan dan Penindakan) Korupsi”, yang diukur keberhasilannya dengan 2 (dua) indikator, yaitu:

1. Indeks Penegakan Hukum (IPH) atau Law Enforcement Index;

2. Tingkat Keberhasilan Pemberantasan Korupsi oleh KPK (Skala 1-10).

GAMBAR 5.

PETA STRATEGI KPK 2011-2015 Berdasarkan Road Map KPK pada tahun 2015

diharapkan KPK sudah menyempurnakan rumusan konsep sistem integritas nasional dan konsep fraud control plan kemudian segera mengimplementasikannya. Tahun 2015 adalah tahun berakhir fase I dan tahun mulainya fase II dalam fokus kegiatan pemberantasan korupsi. Adapun fokus area dari kedua fase tersebut adalah sebagai berikut: 1. Fase I (2011-2015)

Fokus area dalam fase ini adalah pada:

1. Penanganan Kasus Grand Corruption dan Penguatan Aparat Penegak Hukum.

Pengertian Grand Corruption adalah tindak pidana korupsi yang memenuhi salah satu atau lebih kriteria berikut:

a. Melibatkan pengambil keputusan terhadap kebijakan atau regulasi;

b. Melibatkan aparat penegak hukum;

c. Berdampak luas terhadap kepentingan nasional;

d. Kejahatan sindikasi, sistemik, dan terorganisir;

e. Penguatan APGAKUM dilakukan melalui Koordinasi dan Supervisi.

2. Perbaikan Sektor Strategis terkait kepentingan nasional (national interest), meliputi:

a. Ketahanan pangan plus: pertanian, perikanan, peternakan, plus pendidikan dan kesehatan; b. Ketahanan energi dan lingkungan: energi,

migas, pertambangan, dan kehutanan;

c. Penerimaan: pajak, bea dan cukai, serta PNBP;

d. Bidang infrastruktur.

KPK menerjemahkan tingkat keberhasilan pemberantasan korupsi melalui penentuan fokus area untuk masing-masing sasaran strategis seperti pada tabel di bawah ini.

3. Pembangunan pondasi Sistem Integritas Nasional (SIN);

4. Penguatan sistem politik berintegritas dan masyarakat (CSO) paham integritas;

5. Persiapan Fraud Control Plan. 2. Fase II (2015-2019)

Fokus pada:

1. Penanganan Kasus Grand Corruption dan penguatan Aparat Penegak Hukum;

2. Perbaikan sektor strategis (melanjutkan fokus pada kepentingan nasional);

3. Aksi Sistem Integritas Nasional (SIN), meliputi: a. Eksekutif, legislatif, dan yudikatif;

b. Dunia usaha;

c. CSO (Civil Society Organization). 4. Implementasi Fraud Control Plan.

I.2. RENCANA STRATEGIS KPK 2011-2015 Rencana Strategis (Renstra) KPK Tahun 2011-2015 yang telah disahkan melalui Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor KEP-124B/01-52/02/2012 tanggal 29 Februari 2012 secara garis besar memuat visi, misi, fokus area, tujuan dan sasaran strategis yang akan dicapai organisasi pada tahun 2011 s.d. 2015.

Untuk menggambarkan sasaran strategis KPK dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard maka dibuat Peta Strategi KPK. Peta strategi tersebut menjabarkan sasaran strategis KPK dalam 4 (empat) perspektif, yaitu perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder), perspektif Internal (Internal Process), perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth) dan perspektif Keuangan (Financial). Secara lengkap, Peta Strategi KPK dapat dilihat pada gambar berikut:

Efektivitas dan Efisiensi Pemberantasan korupsi

Penanganan Grand Corruption

dan Penguatan APGAKUM Perbaikan

Sektor Strategis terkait kepentingan

Nasional

Pembangunan Pondasi Sistem Integritas

Nasional

Persiapan

Deputi Penindakan Penindakan Terintegritas Deputi

Pencegahan : Pencegahan Terintegrasi

Deputi INDA : Sistem Informasi

Pemberantasan Korupsi

Deputi PIPM : Pembangunan

Kasus

Integritas Lembaga

Peningkatan Kapasitas SDM sesuai Fokus Area

Pengangkatan

Penyidik KPK GedungKPK InfrastukturIT KetersediaanAnggaran

and G

Internal Pr

ocess

F

inancial

Stak

e H

older

Civil Society Organization (CSO) dan K/L

Koordinasi, Supervisi, Pencegahan, Penindakan, dan Monitoring Terintegrasi

Pembangunan Sistem Politik berintegritas

(14)

Dalam upaya mewujudkan ultimate goal tersebut, KPK harus memastikan setiap unit Penindakan, Pencegahan, INDA dan PIPM bersinergi menjalankan tugas dan fungsi masing-masing secara optimal. Hal ini tergambar pada perspektif internal yang menitikberatkan pada terintegrasinya upaya penindakan dan pencegahan korupsi. KPK juga menentukan dukungan sumber daya yang diperlukan setiap unit yang berupa sumber daya TABEL 1.

FOKUS AREA DAN SASARAN STRATEGIS

TABEL 2.

SASARAN STRATEGIS, KPI DAN TARGET

NO FOKUS AREA SASARAN STRATEGIS

1 Penanganan Kasus Grand Corruption dan Penguatan APGAKUM

1. Keberhasilan Penanganan Kasus Grand Corruption

2. Efektivitas Penanganan Perkara Korupsi oleh APGAKUM

2 Perbaikan Sektor Strategis terkait Kepentingan Nasional

3. Meningkatnya Kinerja pada Sektor Strategis

3 Pembangunan Pondasi Sistem Integritas Nasional (SIN)

4. Terwujudnya Pelembagaan SIN secara Formal

4 Penguatan Sistem Politik Berintegritas dan Masyarakat (CSO) Paham Integritas

5. Terbangunnya Integritas di Sektor Politik

5 Persiapan Fraud Control 6. Terbangunnya Konsep Fraud Control sebagai Sistem Pemberantasan Korupsi yang

Terintegrasi

6 Pembangunan Kelembagaan KPK 7. Terwujudnya Integritas Organisasi KPK

PERSPEKTIF SASARAN

STRATEGIS

KEY PERFORMANCE INDICATOR

TARGET SUMBER PENGUKURAN

Pemangku Kepentingan

Efektivitas dan Efisiensi Pemberantasan (Pencegahan dan Penindakan) Korupsi

Indek Penegakkan Hukum (IPH) atauLaw Enforcement Index

8 Penghitungan beberapa parameter yang terdiri atas: (1) %Penyelesaian Laporan Tipikor (10%), (2) %

Penyelidikan yang menjadi Penyidikan (20%), (3) % Penyidikan yang menjadi Tuntutan (30%), (4) % Conviction Rate

(30%) dan (5) % Execution Rate (10%)

PERSPEKTIF SASARAN

STRATEGIS

KEY PERFORMANCE INDICATOR

TARGET SUMBER PENGUKURAN

Tingkat Keberhasilan Pemberantasan Korupsi oleh KPK (Skala 1-10)

9,0 Akumulasi dari capaian sasaran strategis : (1) Penanganan Grand Corruption dan Penguatan APGAKUM, (2) Meningkatnya Kinerja pada Sektor Strategis (termasuk APGAKUM), (3) Terwujudnya Pelembagaan Sistem Integritas Nasional (SIN) secara Formal, (4) Terbangunnya Pemahaman Pemilih terhadap Integritas, dan (5) Terbangunnya Fraud Control sebagai Sistem Pemberantasan Korupsi yang Terintegrasi

Penanganan

Grand Corruption

dan Penguatan APGAKUM

# Kasus (Pokok Kasus)

Grand Corruption

4 Dihitung dari jumlah kasus solid

Grand Corruption (sesuai dengan parameter) yang dapat dilanjutkan ke tahap Penyidikan atau dilimpahkan ke APGAKUM lain

% Conviction Rate Kasus yang Disupervisi

70% Perbandingan antara putusan PN Tipikor yang menyatakan terdakwa bersalah dengan perkara TPK yang disupervisi KPK kepada APGAKUM lain (Kejaksaan)

Meningkatnya Kinerja pada Sektor Strategis (termasuk APGAKUM)

Indek Kinerja Sektor Strategis

3,5 Pengukuran indek sektor strategis oleh Dit. Litbang

Terwujudnya Pelembagaan Sistem Integritas Nasional (SIN) secara Formal

% Pelembagaan SIN 100% Akumulasi pelaksanaan kegiatan dalam mengimplementasikan Sistem Integritas Nasional

Terbangunnya Pemahaman Pemilih terhadap Integritas

Pemahaman Masyarakat terhadap Integritas dalam Pemilu

4 Survei Persepsi Masyarakat terhadap Integritas Pemilu oleh Dit. Litbang

Terbangunnya Fraud Control sebagai Sistem Pemberantasan Korupsi yang Terintegrasi

% Pembangunan Konsep dan Disain Fraud Control

100% Perbandingan pelaksanaan kegiatan pembangunan konsep dan disain

fraud control dengan kegiatan yang direncanakan

Proses Internal Penindakan yang

Terintegrasi

Conviction Rate Perkara yang Ditangani KPK

90% Perbandingan antara jumlah putusan Pengadilan Negeri (PN) Tipikor yang menyatakan terdakwa terbukti bersalah dengan jumlah perkara yang diputus oleh Pengadilan Tipikor % Kasus yang Disupervisi

KPK Lanjut ke Tahap Berikutnya

85% Perbandingan antara jumlah kasus yang disupervisi dengan kasus supervisi yang lanjut ke tahap berikutnya

teknologi, sumber daya manusia, iklim organisasi yang kondusif serta sumber daya anggaran seperti yang tergambar pada perspektif learning and growth dan financial pada peta strategi di atas.

(15)

PERSPEKTIF SASARAN

% Implementasi atas Rekomendasi yang Diusulkan pada Sektor Strategis

100% Perbandingan antara jumlah keseluruhan rekomendasi dengan jumlah rekomendasai yang diimplementasikan # Implementasi Sistem

Integritas pada Fokus Area Sesuai Perkembangan Pelembagaan SIN

10 Jumlah KLOP yang

mengimplementasikan sistem integritas berdasarkan kerangka pelembagaan SIN yang direncanakan % Implementasi

Program untuk Pemilu Berintegritas

80% Perbandingan pelaksanaan kegiatan program pemilu berintegritas dibandingkan dengan kegiatan yang direncanakan

Terbangunnya Sistem Informasi Pemberantasan Korupsi

% Pembangunan Sistem Informasi Pemberantasan Korupsi

100% Perbandingan pelaksanaan kegiatan pembangunan sistem informasi korupsi dibandingkan dengan kegiatan yang direncanakan % Pembangunan

Infrastruktur Fraud Control

100% Perbandingan pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur fraud control dibandingkan dengan kegiatan yang direncanakan

Terbangunnya Kasus Grand Corruption (dari Dumas)

# Kasus (Pokok Kasus)

Grand Corruption Siap LIDIK

8 Jumlah kasus grand corruption

yang didapatkan Dumas yang siap ditindklanjuti dalam kegiatan penyelidikan

Indek Integritas KPK (Survei, 1-5)

4 Survei integritas organisasi oleh Dit. Litbang

# Pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku

0 Jumlah pelanggaran yang dilakukan pegawai baik ringan, sedang dan barat yang diproses melalui DPP

% Pemenuhan Komponen Reformasi Birokrasi

100% Pengukuran (assessment) kondisi internal KPK dalam memenuhi setiap komponen RB dari KemenPanRB Meningkatnya

Kapasitas SDM sesuai Fokus Area

% Ketersediaan SDM sesuai Fokus Area

100% Jumlah keseluruhan SDM yang direncanakan dan yang berhasil direkrut

Pengangkatan Penyidik KPK

# Penyidik KPK yang Diangkat

30 Jumlah penyidik KPK yang diangkat baik dari Polri maupun independen Pembangunan

Gedung KPK

% Ketersediaan Gedung KPK

100% Perbandingan realisasi tahapan pembangunan gedung dengan yang direncanakan

Tersedianya Dukungan Infrastruktur TI

Indek Kepuasan Layanan TI (Survei)

78 Survei kepuasan layanan yang diberikan Pinda dari setiap unit KPK

Keuangan Ketersediaan

Anggaran

% Ketersediaan Anggaran untuk Operasional KPK

100% Ketepatan waktu dan ketepatan jumlah anggaran yang didapatkan KPK

Dalam upaya mengeksekusi setiap target dari setiap sasaran strategis tersebut di atas, strategi yang digunakan KPK pada tahun 2015 yaitu:

1. Pencegahan yang Terintegrasi

Pencegahan dilakukan secara terintegrasi dalam satu “paket Pencegahan KPK” yakni dalam rangka membangun Sistem Integritas Nasional (SIN) sesuai dengan fokus area pada masing-masing fase.

Pencegahan diawali dengan kajian komprehensif terhadap sistem, peraturan atau prosedur pada fokus area yang potensial/rawan terjadi korupsi, kemudian diberikan rekomendasi/saran perbaikan, dan dipantau implementasinya oleh KPK hingga tuntas. Secara pararel dilakukan juga pendidikan dan kampanye tentang SIN kepada K/L dan CSO untuk mengubah cara berpikir dan perilaku. Selain itu dilakukan internalisasi dan implementasi pondasi dan pilar-pilar integritas nasional pada fokus area secara bertahap (sesuai fase) untuk memperkuat SIN. Pencegahan yang terintegrasi juga mencakup kegiatan Koordinasi dan Supervisi Pencegahan berupa kegiatan pelaksanaan koordinasi dengan instansi yang melaksanakan usaha-usaha pencegahan korupsi serta supervisi layanan publik.

2. Penindakan yang Terintegrasi

Penindakan dilakukan terhadap Grand Corruption sesuai dengan fokus area pada masing-masing fase, dengan pembangunan kasus (case building) yang bersumber dari:

1. Pengaduan masyarakat yang potensial mengandung Grand Corruption;

2. Proaktif investigasi;

3. Penanganan kasus Non Grand Corruption bisa dilakukan:

a. Ditangani oleh KPK sendiri, atau

b. Dilimpahkan kepada Instansi Penegak Hukum lain, dengan mekanisme koordinasi dan supervisi secara berjenjang.

3. Pencegahan dan Penindakan yang Terintegrasi

Terhadap fokus area yang telah dilakukan Penindakan, akan dilakukan improvement (recovery) melalui Pencegahan. Atau sebaliknya, akan dilakukan Penindakan apabila Pencegahan yang dilakukan terhadap fokus area tidak efektif (belum berhasil).

Rumusan target kinerja di tingkat korporat di peta strategi tersebut ditetapkan oleh Pimpinan KPK. Selanjutnya, secara berjenjang target kinerja KPK dijabarkan ke tingkat Deputi/Setjen dan Direktorat/ Biro, sampai dengan tingkat individu/pegawai. Manajemen kinerja di tingkat korporat dibantu dengan software Actuate, sedangkan di tingkat individu/pegawai dibantu dengan software PMS SDM.

I.3. ARAH DAN KEBIJAKAN PIMPINAN KPK 2015

Dokumen Arah dan Kebijakan Pimpinan menjabarkan kondisi internal dan eksternal, Rencana Strategis KPK, Rencana Kerja Tahunan dan hasil evaluasi capaian kinerja KPK pada tahun sebelumnya. Berdasarkan Arjak tersebut, Pimpinan KPK menetapkan Keputusan Pimpinan KPK tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) KPK. Arjak yang berisikan target kinerja tahunan juga menjadi dasar dalam penyusunan Kontrak Kinerja Unit di lingkungan KPK. Dalam penyusunan Kontrak Kinerja Unit, dilakukan penyelarasan (alignment) secara vertikal (cascading) dan horizontal untuk memastikan bahwa strategi unit telah selaras dengan strategi korporat. Kontrak Kinerja Unit terdiri dari Surat Pernyataan, Peta Strategi, Target Kinerja, dan Inisitatif Strategis dan ditetapkan oleh Unit Pemilik IKU dengan persetujuan oleh atasan langsung secara berjenjang. Kontrak Kinerja Unit tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk menyusun Kontrak Kinerja Pegawai KPK.

Arah dan kebijakan tahun 2015 ditetapkan melalui Surat Edaran Pimpinan KPK Nomor: SE-16/01-52/12 Tahun 2014. Surat Edaran tersebut selain memuat Kebijakan Umum dan Kebijakan Operasional, juga menjelaskan kondisi analisis lingkungan yang melatarbelakangi penyusunannya. Adapun kebijakan umum yang dirumuskan pada arah kebijakan tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. Menuntaskan semua sasaran strategis dan target kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra KPK Tahun 2012-2015 yang belum tercapai;

(16)

III. KEGIATAN PELAPORAN DAN EVALUASI Proses pelaporan kinerja KPK dilakukan secara bottom-up, dimulai dari pelaporan kinerja di tingkat unit kerja Direktorat/Biro sampai dengan tingkat korporat. Capaian Kinerja Unit dibahas dalam Rapat Evaluasi Kinerja KPK yang dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun dan dihadiri oleh Pimpinan KPK serta para Pimpinan Unit Kerja. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Laporan Kinerja Unit disusun dan disampaikan kepada Sekretariat Jenderal c.q. Biro Renkeu dan Direktorat Pengawasan Internal (PI). Laporan Kinerja Unit memuat realisasi atas target kinerja yang telah direncanakan dengan penjelasan atas target kinerja yang tidak tercapai serta Action Plan yang akan dilakukan di periode berikutnya.

Pada akhir tahun, Laporan Kinerja Unit dijadikan sebagai bahan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) KPK. Biro Renkeu melakukan koordinasi dengan unit-unit dalam proses penyusunan LAKIP KPK yang memuat analisis perbandingan antara realisasi kinerja di GAMBAR 6.

PROSES MONITORING KINERJA KPK

akhir tahun dan target kinerja KPK yang ditetapkan di awal tahun. Konsep akhir LAKIP KPK disampaikan kepada Direktorat PI untuk mendapat reviu internal. Direkorat PI menyampaikan laporan hasil reviu LAKIP kepada Pimpinan c.q. Sekretaris Jenderal. Selanjutnya LAKIP KPK akan disampaikan kepada Menteri yang membidangi Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan tembusan kepada Presiden Republik Indonesia.

Dalam proses pelaksanaannya, Biro Renkeu bekerjasama dengan PIC Manajemen Kinerja unit di KPK. PIC ini sangat penting untuk memastikan setiap kegiatan dalam proses pengelolaan manajemen kinerja di unit masing-masing berjalan. PIC Manajemen Kinerja di KPK berjenjang hingga level direktorat/biro. Adapun secara komposisi PIC Manajemen Kinerja KPK seperti pada gambar di bawah ini.

Pencegahan terintegrasi, dan Pencegahan Penindakan terintegrasi);

3. Mengantisipasi dan memanfaatkan kondisi politik pasca tahun pemilih untuk memperkuat KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya; 4. Melanjutkan pembangunan grand design

arsitektur KPK;

5. Membangun strategic partnership di pemerintahan dan parlemen, mengkonsolidasikan peran lembaga penegak hukum dan pembangunan strategic alliances dengan CSO, KLOPS dan international network;

6. Meningkatkan peran sebagai trigger mechanism secara konsisten dan konsekuen;

7. Meningkatkan hubungan baik dengan semua stakeholders secara kelembagaan (DPR, BPK, Apgakum, Lembaga negara dan pemerintah) walaupun beberapa pimpinan/kepala lembaga tersebut berpotensi bermasalah dengan hukum dengan tetap menjaga independensi, integritas, dan akuntabilitas organisasi.

Selain kebijakan umum di atas, dalam arah kebijakan tahun 2015 juga menekankan fokus area yang menjadi prioritas KPK yaitu:

1. Peningkatan kualitas penanganan Kasus Grand Corruption dan Penguatan APGAKUM dengan memperhatikan asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas:

a. Kasus Grand Corruption dan case building serta Investigasi Proaktif:

Penanganan Kasus Grand Corruption pada National Interest, khususnya yang berkaitan dengan “Perubahan Peta Politik”

b. Penguatan Kelembagaan APGAKUM:

Pengembangan dan pembangunan program dan sistem di Kelembagaan Apgakum serta pembangunan Infrastruktur Kegiatan Korsup Penindakan.

2. Perbaikan Sektor Strategis terkait Kepentingan Nasional (National Interest):

a. Ketahanan pangan plus;

b. Ketahanan energi dan SDA termasuk lingkungan (Energi, Migas, Hutan & Agraria); c. Penerimaan negara (Pajak, Bea dan Cukai,

PNBP, Pengelolaan PHLN); d. Bidang infrastruktur; e. Bidang Apgakum.

3. Pembangunan Pondasi Sistem Integritas Nasional (SIN):

a. Piloting SIN pada KLOPS;

b. Penyiapan Test Integrity & Design Index Integrity.

4. Penguatan Sistem Politik Berintegritas dan Masyarakat (CSO) Paham Integritas;

5. Persiapan Fraud Control:

Penyelesaian Disain Fraud Control dan melakukan piloting sesuai KPK First.

Sedangkan rumusan arah kebijakan operasional dalam arah kebijakan tahun 2015 yang menjadi dasar bagi unit kerja di KPK untuk menyusun program dan kegiatan secara lengkap tersaji pada Lampiran 2.

II. KEGIATAN MONITORING

Rencana kinerja yang dirumuskan dalam kontrak kinerja korporat (level 0) diturunkan ke dalam kontrak kinerja pada tingkat Deputi/Sekjen (level 1) dan Direktorat/Biro (level 2) hingga ke individu pegawai KPK . Tentunya rumusan kegiatan yang ada dalam kontrak kinerja tersebut perlu untuk dimonitor setiap progres capaiannya. Proses monitor sangat penting dilakukan, selain sebagai cara untuk memastikan setiap unit KPK mengeksekusi setiap rencana kerjanya, juga sebagai alat pembelajaran organisasi atas setiap penyebab keberhasilan dan kegagalan capaian dari setiap target yang ada.

Dalam melaksanakan kegiatan monitoring ini, Sekretariat Jenderal c.q. Biro Perencanaan dan Keuangan (Renkeu) adalah unit yang bertanggungjawab memastikan kegiatan ini dilakukan oleh setiap unit KPK secara berjenjang pada level korporat hingga ke level direktorat/biro. Biro Renkeu menelaah laporan kinerja yang disampaikan oleh unit-unit di lingkungan KPK berdasarkan kontrak kinerja unit yang telah ditetapkan di awal tahun dan memonitor capaian kinerja tersebut melalui Aplikasi Manajemen Kinerja, yaitu Actuate. Hasil reviu atas capaian kinerja tersebut selanjutnya disampaikan kepada Pimpinan KPK dan Pimpinan Unit Kerja sebagai dashboard dalam pengambilan keputusan untuk mengoptimalkan kinerja KPK. Adapun mekanisme kegiatan monitoring yang dilakukan selama setahun seperti pada gambar di bawah ini.

• Evaluasi Kinerja Unit • Susunan LAKIP Unit

UPDATE CAPAIAN

W2 April LAKIP Terkumpul

EVALUASI KINERJA UNIT

• Evaluasi Kinerja Unit • Susunan LAKIP Unit

UPDATE CAPAIAN

W2 Juli LAKIP Terkumpul

EVALUASI KINERJA UNIT

• Evaluasi Kinerja Unit • Susunan LAKIP Unit

UPDATE CAPAIAN

W2 Oct LAKIP Terkumpul

EVALUASI KINERJA UNIT

• Evaluasi Kinerja Unit • Susunan LAKIP Unit

UPDATE CAPAIAN

W2 Dec LAKIP Terkumpul

(17)

GAMBAR 7.

KOMPOSISI PIC MANAJEMEN KINERJA KPK

PIMPINAN KPK

DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN

DEPUTI BIDANG PENINDAKAN

SEKRETARIAT JENDRAL DEPUTI PIPM

DEPUTI BIDANG INFORMASI DAN

DATA

Tim RO

Sekretariat/PIC Manajemen Kinerja Unit

(18)

Secara detail perbandingan capaian kinerja KPK di setiap perspektif dari tahun 2012 - 2015 adalah seperti berikut ini:

• Capaian kinerja perspektif pemangku kepentingan KPK pada tahun 2015 adalah sebesar 87,7% yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014 sebesar 104,2%, tahun 2013 sebesar 139,8% dan tahun 2012 sebesar 119,5%; • Capaian kinerja perspektif proses internal KPK

pada 2015 adalah sebesar 87,7%. Capaian ini mengalami penurunan jika dibandingkan capaian pada tahun 2014 yang sebesar 121,8%, capaian kinerja ini jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan cukup signifikan karena pada tahun 2013 capaiannya sebesar 97,2% sedangkan pada tahun 2012 sebesar 116,3%;

GAMBAR 8.

DIAGRAM CAPAIAN KINERJA KPK TAHUN 2012 - 2015

• Capaian perspektif pertumbuhan dan pembelajaran pada tahun 2015 sebesar 83,5%, yang mengalami peningkatan jika dibandingkan capaian pada tahun 2014 yang sebesar 70,9%, tahun 2013 sebesar 79,6% dan tahun 2012 sebesar 96,7%;

• Capaian perspektif keuangan selalu konsisten sebesar 100% termasuk tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015.

Penjelasan atas setiap capaian sasaran strategis dan target KPI dari tahun 2012 – 2015 yang telah ditentukan seperti tertuang pada Gambar 8.

bab 111

Akuntabilitas

Kinerja

Capaian kinerja KPK pada tahun 2015 adalah

sebesar 88,9%. Capaian ini jika dibandingkan

dengan capaian tahun 2012, 2013 dan 2014,

capaian kinerja KPK mengalami penurunan.

Penurunan ini terutama disebabkan

adanya penurunan capaian pada perspektif

stakeholder

dan

internal process

. Capaian

tahun 2015 secara detail dapat dilihat pada

matrik indek pada Lampiran 1.

Perspektif Internal Process Capaian Kinerja KPK

Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran

Perspektif Keuangan Perspektif Stakeholder

2012 2013 2014 2015

0 30 60 90 120 150

111.9 119

.5

11

6.3

96.

7

10

0

107

.8

139

.8

97

.2

79

.6

10

0

105.

6

104

.2

121.8 70

.9

10

0

(19)

TABEL 3.

PENEGAKAH HUKUM KPK TAHUN 2015

Hasil pengolahan data dengan menggunakan formulasi perhitungan Indeks IPH mendapatkan hasil seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

TABEL 4.

NILAI INDEKS PENEGAKAN HUKUM TAHUN 2015

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Direktorat Litbang, secara umum indeks penegakan hukum KPK pada tahun 2015 menunjukkan penurunan nilai jika dibandingkan dengan tahun 2014. Penurunan nilai indeks hampir terjadi pada semua tahapan kegiatan penegakan hukum di KPK kecuali indikator Penyidikan yang menjadi

CAPAIAN PERSPEKTIF

PEMANGKU KEPENTINGAN

Perspektif pemangku kepentingan terdiri dari beberapa sasaran strategis. Adapun sasaran strategis, KPI dan capaian kinerja adalah sebagai berikut: Sasaran Stategis 1: Efektivitas dan Efisiensi Pemberantasan (Pencegahan dan Penindakan) Korupsi

Sebagaimana digambarkan dalam peta strategi KPK, efektivitas dan efisiensi pemberantasan (pencegahan dan penindakan) korupsi merupakan tujuan utama (ultimate goal) KPK dalam rencana strategisnya pada perspektif pemangku kepentingan. Tujuan utama ini juga selaras dengan amanat Pasal 4 Undang-Undang nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan KPK adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan korupsi.

Terdapat 2 (dua) Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran strategis ini dengan capaian di tahun 2015 sebagai berikut:

KPI 1: Indeks Penegakan Hukum (IPH) atau Law Enforcement Index

Indeks Penegakan Hukum (IPH) Tipikor dimaksudkan sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan strategi penegakan hukum di bidang Tipikor, dalam hal ini yang dilakukan oleh KPK. IPH Tipikor dihitung dengan mengukur rasio penyelesaian setiap tahapan dalam proses penegakan hukum tipikor, mulai dari tahap pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga

eksekusi putusan yang telah berkekuatan hukum Penuntutan mengalami kenaikan sebesar 3,33%.

Penurunan terbesar terjadi pada persentase Penyelidikan yang menjadi Penyidikan, yakni sebesar 4,47%. Perbandingan IPH antara tahun 2014 dan 2015 berikut angka perubahannya secara detail seperti tersaji pada tabel dan grafik di bawah ini. tetap. Semakin tinggi nilai IPH menunjukkan bahwa

strategi penegakan hukum tipikor di KPK berjalan semakin baik. Penggunaan Indikator ini selaras dengan indikator yang digunakan untuk mengukur strategi penegakan hukum dalam Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi/Stranas PPK (Peraturan Presiden nomor 55 Tahun 2012. IPH juga digunakan sebagai salah satu indikator Penegakan Hukum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019 yang tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 02 Tahun 2015 .

Target nilai IPH belum ditentukan dalam Renstra KPK Tahun 2011-2015, Stranas PPK dan RPJMN 2015-2019. Meskipun demikian, KPK telah melakukan perhitungan IPH mulai dari tahun 2012 – 2015. Pada tahun 2014, dilakukan perbaikan formula perhitungan IPH dengan tidak menyertakan kasus/perkara yang bersifat carry over dari tahun sebelumnya. Dalam perbaikan tersebut juga dilakukan perubahan nama dua sub-komponen perhitungan yaitu conviction rate dan execution rate, untuk menghindari pemahaman IPH didalam RPJMN dengan indikator kinerja yang digunakan oleh KPK.

Indeks Penegakan Hukum (IPH) KPK tahun 2015 dihitung berdasarkan data Penindakan KPK selama periode tahun 2015. Data Penindakan KPK periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015 ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

DATA PENINDAKAN 2015

JUMLAH CARRY OVER TAHUN-TAHUN

SEBELUMNYA

TERJADI DI PERIODE TAHUN BERJALAN

Kasus Penyelidikan 144 87

SPRINLID - 87

LKTPK - 23

Penyidikan Lengkap - 62

SPRINDIK 49 57

Putusan Inkracht - 37

Tuntutan 33 62

Eksekusi - 38

NILAI AKHIR INDEK PENEGAKAN HUKUM SUB INDIKATOR

NILAI BOBOT PENILAIAN AKHIR

%Penyelesaian Laporan Tipikor 100% 10,00% 10%

% Penyelidikan yang menjadi Penyidikan 26,43% 20,00% 5,28%

% Penyidikan yang menjadi Tuntutan 58,49% 30,00% 17,54%

% Conviction Rate 38,94% 30,00% 11,68%

% Execution Rate 102,70% 10,00% 10,27%

(20)

KPI 2: Tingkat Keberhasilan Pemberantasan Korupsi oleh KPK

Tingkat Keberhasilan Pemberantasan Korupsi oleh KPK adalah ukuran dalam bentuk. Indeks ini merupakan rata-rata kumulatif capaian indikator pada 5 (lima) Sasaran Strategis pada perspektif pemangku kepentingan. Semakin tinggi nilai tingkat keberhasilan, menunjukkan bahwa semakin baik kinerja KPK secara keseluruhan pada perspektif pemangku kepentingan.

TABEL 5.

INDEK PENEGAKAN HUKUM 2014-2015

GAMBAR 9.

PERKEMBANGAN INDEKS PENEGAKAN HUKUM TAHUN 2012 - 2015

Kemungkinan penyebab utama penurunan IPH tahun 2015 adalah faktor eksternal yaitu adanya gugatan praperadilan tersangka korupsi yang dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dikabulkannya gugatan praperadilan tersebut kemudian memunculkan banyak gugatan praperadilan lainnya oleh para tersangka sehingga menambah beban kerja Kedeputian Penindakan. Dengan jumlah personil yang terbatas dan bertambahnya beban kerja untuk menyelesaikan gugatan praperadilan mengurangi kinerja penyelesaian kasus korupsi utamanya. Akibatnya IPH sebagai salah satu ukuran kinerja penegakan hukum tipikor menurun. KPK telah melakukan upaya terkait permasalahan tersebut yaitu dengan menambah personil sehingga meningkatkan kualitas penanganan perkara dalam rangka memenangkan gugatan praperadilan dan penegakan hukum tipikor.

INDEK PENEGAKAN HUKUM (SUB INDIKATOR)

TAHUN

2014 2015 PERUBAHAN

% Penyelesaian Laporan Tipikor (bobot 10%) 10,26% 10% 0,26

% Penyelidikan yang menjadi Penyidikan (bobot 20%)

9,75% 5,28% 4,47

% Penyidikan yang menjadi Tuntutan (bobot 30%) 14,21% 17,54% 3,33 % Conviction Rate (bobot 30%) 15,58% 11,68% 3,9 % Execution Rate (bobot 10%) 12,00% 10,27% 1,73

Nilai IPH 61,80% 54,79% 7,01

2012 2013 2014 2015

0 1 2 3 4 5 6 7 8

GAMBAR 10.

SALAH SATU KEGIATAN PRAPERADILAN

Target Renstra Target

Realisasi

8 8 8 8

5,5 6,2

6,8

(21)

Sasaran Strategis 2: Penanganan Grand

Corruption dan Penguatan APGAKUM

Sementara penguatan APGAKUM adalah kegiatan/ program kerja di lingkungan KPK yang dilakukan melalui koordinasi dan supervisi. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Penanganan Grand Corruption dan Penguatan APGAKUM terdiri atas dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagaimana tampak pada tabel berikut ini. Adapun penjelasaan capaian atas kedua indikator tersebut adalah sebagai berikut:

KPI 1: # Kasus (Pokok Kasus) Grand Corruption KPI # Kasus (Pokok Kasus) Grand Corruption dihitung dari jumlah kasus solid Grand Corruption yang dapat dilanjutkan ke tahap Penyidikan atau dilimpahkan ke APGAKUM lain.

Pada tahun 2015, capaian atas KPI ini adalah sebesar 100% yang dihasilkan dari pemenuhan target sebesar 6 (enam) kasus Grand Corruption. Adapun 6 (enam) kasus Solid Grand Corruption yang berhasil ditingkatkan ke tahap Penyidikan, yaitu:

1. Dugaan TPK atas transaksi keuangan mencurigakan yang melibatkan Perwira Tinggi Kepolisian Republik Indonesia yang diduga dilakukan oleh BUDI GUNAWAN dkk;

TABEL 6.

CAPAIAN SASARAN STRATEGIS

TINGKAT KEBERHASILAN PEMBERANTASAN KORUPSI OLEH KPK TAHUN 2015

2. Dugaan TPK atas transaksi keuangan mencurigakan yang melibatkan Perwira Tinggi Kepolisian Republik Indonesia yang diduga dilakukan oleh SYAHTRIA SITEPU dkk;

3. Dugaan TPK berupa pemberian uang/barang dari Gubernur Sumatera Utara kepada Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Medan dalam rangka memenangkan perkara persidangan yang diduga dilakukan oleh M. YAGARI BHASKARA GUNTUR;

4. Dugaan TPK berupa pemberian uang/barang dari Gubernur Sumatera Utara kepada Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Medan dalam rangka memenangkan perkara persidangan yang diduga dilakukan oleh TRIPENI IRINTO PUTRO, DARMAWAN GINTING, AMIR FAUZI;

5. Dugaan TPK berupa pemberian uang/barang dari Gubernur Sumatera Utara kepada Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Medan dalam rangka memenangkan perkara persidangan yang diduga dilakukan oleh SYAMSIR YUSFAN;

6. Dugaan TPK berupa Penerimaan dan atau pemberian uang/barang/sesuatu yang dilakukan oleh Gubernur Sumatera Utara TA. 2013 – 2015 yang diduga dilakukan oleh GATOT PUJO NUGROHO.

Pada tahun 2015 target atas indeks pada KPI Tingkat Keberhasilan Pemberantasan Korupsi oleh KPK adalah sebesar 9. Berdasarkan perhitungan seperti pada tabel di atas, realisasi atas KPI ini adalah sebesar 9,62 dengan capaian kinerja sebesar 106,9%. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, perbandingan realisasi atas KPI ini mengalami penurunan seperti pada gambar di bawah ini. Kondisi detail capaian setiap sasaran strategis yang menghasilkan capaian indeks ini seperti penjelasan di bawah.

GAMBAR 11.

PERKEMBANGAN TINGKAT KEBERHASILAN PEMBERANTASAN KORUPSI OLEH KPK TAHUN 2012 - 2015

SASARAN STRATEGIS CAPAIAN

Penanganan GrandCorruption dan Penguatan APGAKUM 81,8%

Meningkatnya Kinerja pada Sektor Strategis (termasuk APGAKUM) 126,6% Terwujudnya Pelembagaan Sistem Integritas Nasional (SIN) secara Formal 74,7%

Terbangunnya Pemahaman Pemilih terhadap Integritas 98%

Terbangunnya Fraud Control sebagai Sistem Pemberantasan Korupsi yang Terintegrasi 100%

RATA-RATA 96,2%

2012 2013 2014 2015

0 3 6 9 12 15

Target Renstra Target

Realisasi

8 8,5

9 9

11,9

13,9

13,1

9,6

8

(22)

dengan perkara TPK yang disupervisi KPK kepada APGAKUM lain (Kejaksaan). Selama tahun 2015, sejumlah 9,45% (14 perkara dari target 148 perkara) perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan supervisi telah diputus oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri dengan menyatakan terdakwa bersalah. Daftar 14 perkara yang disupervisi KPK tersebut dapat adalah sebagai berikut:

1. Dugaan TPK dan TPPU atas nama terdakwa RITHA SAHARA selaku bendahara pengeluaran kepala daerah Provinsi Sulawesi Tengah tahun anggaran 2007 s.d. 2011.

Posisi sebelum disupervisi : Penuntutan.

Posisi setelah disupervisi : Berdasarkan putusan hakim pada pengadilan TPK pada Pengadilan Negeri Palu nomor: 39/PIDSUS/TIPIKOR/2014/ PN.PL tanggal 9 januari 2015 dengan amar putusan pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun dan denda Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) subsidair 4 (empat) bulan kurungan serta membayar uang pengganti sebesar Rp.3.601.914.973,10 (tiga milyar enam ratus satu juta sembilan ratus empat belas ribu sembilan ratus tujuh puluh tiga rupiah sepuluh sen).

2. Dugaan TPK Dugaan TPK penyalahgunaan dana APBD Kab Aceh Tenggara TA 2004-2006 atas nama tersangka MHD. YUSUF, SE (Selaku Pemegang Kas Bupati Kab. Aceh Tenggara). Posisi sebelum Supervisi: Tahap Persidangan. Posisi setelah di Supervisi: Putusan PN Tipikor pada PN Banda Aceh Nomor:50/Pid.Sus/ TPK/2014/PN Bna tanggal 17 Maret 2015 dengan amar antara lain Pidana Penjara kepada terdakwa MHD. YUSUF, SE selama 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan dan denda sejumlah Rp 200.000.000,-.

3. Dugaan TPK penyalahgunaan dana APBD Kab Aceh Tenggara TA 2004-2006 atas nama terdakwa Drs. MARTHIN DESKY, MM (Selaku Sekda Kab AcehTenggara).

Posisi sebelum Supervisi: Tahap Persidangan. Posisi setelah di Supervisi: Putusan PN Tipikor pada PN Banda Aceh Nomor:51/Pid.Sus/ TPK/2014/PN Bna tanggal 17 Maret 2015 dengan amar antara lain Pidana Penjara kepada terdakwa Drs. MARTHIN DESKY, MM selama 2 (dua) tahun dan denda sejumlah Rp 200.000.000,-.

Berdasarkan diagram pada gambar 12, sejak tahun 2012 sampai dengan 2015 realisasi penanganan kasus Solid Grand Corruption selalu melebihi target yang ditetapkan.

Adapun program dan kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian target yang ditetapkan (Renstra KPK 2011-2015) dalam membangun kasus solid (case building), antara lain sebagai berikut: 1. Pulbaket (pengumpulan bahan dan keterangan)

atau pra-lidik;

2. Penelaahan terhadap hasil Pulbaket untuk menghasilkan kasus potensial;

3. Pendalaman terhadap kasus potensial untuk menghasilkan kasus solid, yang bisa ditingkatkan ke tahap Penyidikan apabila memiliki sedikitnya dua alat bukti.

Kasus solid yang terdiri atas 6 (enam) kasus grand corruption dan 44,5 (empat puluh empat koma lima) kasus non grand corruption dihasilkan dari proses penanganan kasus/perkara TPK di KPK sebagai berikut:

1. Pada tahap Pulbaket (Pengumpulan Bahan dan Keterangan) atau Pra-Lid, kasus siap Lidik yang berasal dari Dit. Dumas, Gratifikasi, LHKPN, dan PINDA, dan dari proaktif investigasi (Dit. Penyelidikan) akan ditelaah untuk menghasilkan Kasus Potensial;

4. Dugaan TPK pengembangan distribusi air minum, pekerjaan Konstruksi jaringan air bersih/ air minum di Kec. Manggis, Kec. Karangasem, Kec. Kubu, Kec Abang Kabupaten Karangasem APBD TA 2009 dan TA 2010 atas nama tersangka I WAYAN ARNAWA.

Posisi sebelum Supervisi: Tahap Persidangan. Hasil Supervisi: Putusan PN Tipikor pada PN Denpasar Nomor 22/Pid-Sus-Tpk/PN. DPS tanggal 5 Maret 2015, dengan amar antara lain Pidana Penjara kepada terdakwa I WAYAN ARNAWA selama 2 (dua) tahun.

5. Dugaan TPK di bagian pemerintahan Sekretariat Kota Tanjung Pinang tentang pembebasan lahan untuk pembangunan USB sekolah terpadu melalui APBD Tahun 2009 yang dilakukan oleh Tersangka atas nama DRS. H. DEDDY CHANDRA, MM oleh penyidik Polres Tanjung Pinang.

Posisi sebelum Supervisi: Perkara masih ditingkat Penyidikan terkendala pemenuhan petunjuk Jaksa Penuntut Umum (P-19) atas penyerahan berkas tahap- 1 dari Penyidik, Kegiatan Supervisi dilakukan dalam bentuk Supervisi terpadu.

Posisi setelah di Supervisi: Putusan Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Tinggi Pekanbaru, vonis bersalah dengan hukuman pidana penjara 4 tahun dan pidana denda dua ratus juta rupiah dan menghukum terdakwa membayar uang pengganti sebesar Rp.1.218.741.450,- (Surat Kajari Tanjung Pinang Nomor: R-67/N.10.10/ Ft.1/06/2015 tanggal 22 Juni 2015).

6. Dugaan TPK di bagian pemerintahan Sekretariat Kota Tanjung Pinang tentang pembebasan lahan untuk pembangunan USB sekolah terpadu melalui APBD Tahun 2009 yang dilakukan oleh Tersangka atas nama GUSTIAN BAYU, S.STP oleh Penyidik Polres Tanjung Pinang.

Posisi sebelum Supervisi: Belum ada penetapan tersangka atas nama GUSTIAN BAYU sebagai pihak yang turut bertanggungjawab sebagai pelaku tindak pidana korupsi.

Posisi setelah di Supervisi: Putusan Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Tanjung Pinang, vonis bersalah dengan hukuman pidana penjara 4 tahun dan pidana denda sebesar seratus juta rupiah, (Surat Kajari Tanjung Pinang Nomor: R-67/N.10.10/Ft.1/06/2015 tanggal 22 Juni 2015).

2. Pada tahap Penyelidikan, berdasarkan Sprin. Lidik, Kasus Potensial dilakukan penyelidikan untuk menghasilkan Kasus Solid agar dapat ditingkatkan ke tahap Penyidikan (dengan LK TPK dan Surat Pelimpahan);

3. Pada tahap Penyidikan, terhadap Kasus Solid dilakukan penyidikan berdasarkan Sprin.Dik. Apabila penyidikan telah lengkap, maka perkara tersebut bisa dilimpahkan ke tahap Penuntutan (P-21);

4. Pada tahap Penuntutan, dibuat Surat Dakwaan dan Surat Tuntutan untuk selanjutnya dilakukan penuntutan melalui pelimpahan berkas perkara ke Pengadilan Negeri Tipikor;

5. Apabila telah ada putusan inkracht (berkekuatan hukum tetap), maka akan dilakukan eksekusi. Eksekusi yang dilakukan terhadap Terdakwa dapat berupa pidana badan (penjara), denda, uang pengganti, dan lain-lain.

Secara detail data perkara tipikor yang ditangani KPK dapat dilihat pada Lampiran 7.

KPI 2: % Conviction Rate Kasus yang Disupervisi

KPI % Conviction Rate Kasus yang Disupervisi diperoleh dengan membandingkan antara putusan PN Tipikor yang menyatakan terdakwa bersalah GAMBAR 12.

DIAGRAM PERBANDINGAN KASUS GRAND CORRUPTION

TAHUN 2012 - 2015

2012 2013 2014 2015

Gambar

GAMBAR 4. ROAD MAP KPK
GAMBAR 5.PETA STRATEGI KPK 2011-2015
TABEL 2.SASARAN STRATEGIS, KPI DAN TARGETTerbangunnya Pemahaman Pemilih
GAMBAR 7.KOMPOSISI PIC MANAJEMEN KINERJA KPK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji patogenisitas diketahui bahwa Fusarium Isolat D dan Fusarium Isolat E bersifat patogenik terhadap tanaman cabai merah, sedangkan yang lainnya bersifat non-patogenik..

Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini mengkaji; 1) makna dan ruang lingkup penelitian pendidikan, khususnya bidang teknologi pembelajaran, 2) etika dalam penelitian

(4) Tiap-tiap orang yang kepadanya suatu salinan perintah larangan disampaikan oleh mana-mana pegawai polis hendaklah segera menyerahkan tiap-tiap penerbitan larangan yang ada

dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang.. digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi

Dalam menerapkan bandwidth besar sesuai dengan standar sistem transmisi yang ada maka input bit data serial. single frequency perlu

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesejahteraan karyawan adalah sejumlah imbalan balas jasa pelengkap ataupun

RANCANGAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTIVITY MODEL PADA PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) DELI SERDANG. Sukaria Sinulingga, M.Eng)

Kekurangan itu mulai tertutupi sejak adanya Abdi Desa Ehipassiko yang mengabdi di Pulau Muna dan Konawe, I Ketut Sujarwo, yang rutin memberikan bimbingan belajar, ceramah