• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) mengukur kemampuan

permodalan bank untuk menutup kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat- surat berharga. Bank Indonesia menetapkan nilai CAR minimum bagi setiap bank sebesar 8 %.

Nilai rasio CAR di setiap triwulan, baik pada tahun 2006 maupun tahun 2007, terus mengalami penurunan. Nilai CAR tertinggi pada tahun 2006 diperoleh pada triwulan I sebesar 25,11 persen dan terendah pada triwulan IV sebesar 22,09 persen. Sedangkan pada tahun 2007 nilai CAR tertinggi diperoleh pada Triwulan I sebesar 24,87 persen dan terendah pada triwulan IV sebesar 19,22 persen. Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Central Asia tahun 2006 sampai tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Capital Adequacy Ratio Bank Central Asia 2006 2009

Periode

Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam persen 2006 2007 2008 2009 Maret 25,11 24,87 19,83 17,38 Juni 23,78 22,04 16.71 16,49 September 23,86 20,68 16,03 16,26 Desember 22,09 19,22 15,78 15,33 Rata-rata 23,7 21,7 17,1 16,4 Rata-rataIndustri Perbankan 21,27 19,3 16,8 17,5 Sumber : Laporan Keuangan Bank Central Asia tahun 2006-2009 Nilai CAR pada akhir triwulan tahun 2007 mengalami

penurunan sebesar 2,87 persen dari 22,09 persen pada triwulan akhir tahun 2006 menjadi 19,22 persen pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena kenaikan modal lebih kecil daripada persentase kenaikan ATMR. Nilai ATMR meningkat sebesar 31,5 persen dari Rp. 73.559.501 juta pada triwulan akhir 2006 menjadi Rp. 96.705.929 juta pada triwulan akhir 2007. Sedangkan modal meningkat sebesar 14,3 persen dari Rp. 16.251.834 juta pada triwulan akhir 2006 menjadi Rp. 18.590.263 juta pada triwulan akhir 2007.

Nilai rasio CAR di setiap triwulan, baik pada tahun 2008 maupun tahun 2009, terus mengalami penurunan. Nilai CAR tertinggi pada tahun 2008 diperoleh pada triwulan I sebesar 19,83 persen dan terendah pada triwulan IV sebesar 15,78 persen. Sedangkan pada tahun 2009 nilai CAR tertinggi diperoleh pada Triwulan I sebesar

17,38 persen dan terendah pada triwulan IV sebesar 15,33 persen. Nilai CAR pada akhir triwulan tahun 2008 mengalami

penurunan sebesar 0,45 persen dari 15,78 persen pada triwulan akhir tahun 2008 menjadi 15,33 persen pada tahun 2009. Hal ini disebabkan karena kenaikan modal lebih kecil daripada persentase kenaikan ATMR. Nilai ATMR meningkat sebesar 12,6 persen dari Rp. 132.276.897 juta pada triwulan akhir 2008 menjadi Rp. 148.967.979 juta pada triwulan akhir 2009. Sedangkan modal meningkat sebesar 9,3 persen dari Rp. 20.876.066 juta pada triwulan akhir 2008 menjadi Rp. 22.832.586 juta pada triwulan akhir 2009.

Pada tahun 2006 sampai 2009 rata-rata Nilai CAR BCA yaitu 23,7 persen, 21,7 persen, 27,1 persen dan 16,4 persen. Sedangkan rata-rata nilai CAR Industri Perbankan Indonesia 2006 sampai 2009 adalah 21,7 persen, 19,3 persen, 16,8 persen dan 17,5 persen. Secara keseluruhan rata-rata nilai CAR BCA yaitu 19,7 persen lebih besar dibandingkan rata-rata nilai CAR Industri Perbankan Indonesia yaitu 18,7 persen.

4.2.2 Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) merupakan suatu metode pengukuran kinerja perusahaan yang menghitung laba ekonomis sebenarnya yang telah berhasil diciptakan oleh suatu perusahaan. Dengan mengetahui nilai EVA, perusahaan dapat melihat suatu gambaran mengenai peningkatan atau penurunan nilai laba ekonomis perusahaan pada periode tertentu. Nilai EVA yang berhasil dicapai perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Economic Value Added Bank Central Asia 2006 2009 Periode Economic Value Added (EVA) dalam rupiah

2006 2007 2008 2009 Maret 1.946.567 2.073.113 123.885 2.525.767 Juni 4.911.849 4.760.408 2.953.494 6.172.544 September 7.936.721 7.500.334 6.172.243 9.978.539 Desember 10.868.174 10.219.313 9.583.210 13.659.633 Rata-rata 6.415.828 6.138.292 4.708.208 8.084.120 Sumber : Laporan Keuangan dan data saham Bank Central Asia (diolah)

Secara Umum pada tahun 2006, nilai EVA yang dicapai perusahaan terus mengalami peningkatan. Pada triwulan I tahun 2006, nilai EVA yang tercipta berada pada posisi yang positif yaitu sebesar Rp. 1.946.567 (dalam jutaan). Pada triwulan selanjutnya pada tahun 2006 nilai EVA terus mengalami penigkatan, Nilai EVA tertinggi pada tahun 2006 dicapai pada kuartal IV sebesar Rp.10.868.174 (dalam jutaan). Hal ini dikarenakan nilai laba bersih dan biaya bunga perusahaan terus mengalami peningkatan.

Memasuki tahun 2007, nilai EVA yang diciptakan perusahaan terus mengalami perkembangan. Pada triwulan I, nilai EVA yang tercipta adalah Rp. 2.073.113 (dalam jutaan). Pada triwulan II tahun 2007 selanjutnya nilai EVA terus mengalami peningkatan sebesar 129,6 persen dibandingkan kuartal I. Kemudian pada triwulan III mengalami peningkatan sebesar 57,5 persen dibandingkan kuartal II. Pada kuartal IV nilai EVA mengalami peningkatan sebesar 36,3 persen dari Rp. 7.500.334 (dalam jutaan) pada kuartal III menjadi Rp. 10.219.313 (dalam jutaan) pada kuartal IV. Peningkatan ini dikarenakan laba bersih dan biaya bunganya meningkat, sehingga akan mempengaruhi terhadap peningkatan nilai NOPAT-nya pada kuartal III sebesar Rp. 8.420. 514 (dalam jutaan) meningkat menjadi Rp.11.237.328 (dalam jutaan). Hal ini menandakan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan tambahan kekayaan bagi investornya.

Pada tahun 2008, nilai EVA yang diciptakan perusahaan terus mengalami peningkatan. Pada triwulan I, nilai EVA yang tercipta adalah Rp. 123.885 (dalam jutaan). Pada triwulan II tahun 2008 selanjutnya nilai EVA terus mengalami peningkatan sebesar Rp. 2.953.494 (dalam jutaan). Kemudian pada triwulan III mengalami peningkatan sebesar 109 persen dibandingkan kuartal II. Pada kuartal IV nilai EVA mengalami peningkatan sebesar 55,2 persen dari Rp. 6.172.243 (dalam jutaan) pada kuartal III menjadi Rp. 9.583.210 (dalam jutaan) pada kuartal IV. Peningkatan ini dikarenakan laba bersih dan biaya bunganya meningkat, sehingga akan mempengaruhi terhadap peningkatan nilai NOPAT-nya

pada kuartal III sebesar Rp. 9.087.223 (dalam jutaan) meningkat menjadi Rp.12.720.972 (dalam jutaan).

Memasuki triwulan I tahun 2009, nilai EVA yang tercipta adalah Rp. 2.525.767 (dalam jutaan). Pada triwulan II tahun 2009 selanjutnya nilai EVA terus mengalami peningkatan sebesar 144,3 persen dibandingkan kuartal I. Kemudian pada triwulan III mengalami peningkatan sebesar 61,7 persen dibandingkan kuartal II. Pada kuartal IV nilai EVA mengalami peningkatan sebesar 36,9 persen dari Rp. 9.978.539 (dalam jutaan) pada kuartal III menjadi Rp. 13.659.633 (dalam jutaan) pada kuartal IV. Peningkatan ini dikarenakan laba bersih dan biaya bunganya meningkat, sehingga akan mempengaruhi terhadap peningkatan nilai NOPAT-nya pada kuartal III sebesar Rp. 11.112.526 (dalam jutaan) meningkat menjadi Rp.14.838.670 (dalam jutaan). Hal ini menandakan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan tambahan kekayaan bagi investornya.

Gambar 2. Rata-rata Nilai EVA tahun 2006-2009

Dari periode penelitian (2006 sampai 2009), secara umum Nilai EVA terbesar terjadi pada tahun 2009, dengan rata-rata nilai EVA sebesar Rp. 8.084.120 (dalam jutaan). Sementara untuk nilai EVA terkecil terjadi pada tahun 2008, dengan rata-rata nilai EVA sebesar Rp. 4.708.208 (dalam jutaan).

4.2.3 Market Value Added (MVA)

Market Value Added (MVA) menunjukkan kinerja pasar dari suatu perusahaan. Metode pengukuran ini dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan atas modal yang dimiliki investor

2006 2007 2008 2009 rata-rata 6,415,828 6,138,292 4,708,208 8,084,120 - 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 (dalam J u taan )

Dokumen terkait