• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Status Gizi

2.3.3. Penilaian Status Gizi

2.3.3.2. Cara Kuantitatif

1. Cara Biokimia

Cara biokimia dapat digunakan untuk mendeteksi subklinis yang semakin penting dalam era global preventif. Secara teoritis, keadaan defisiensi subklinis dapat diidentifikasikan melalui pengukuran kadar zat gizi/ metabolit dalam suatu bahan biopsi (Yuniastuti, 2008).

2. Cara Antropometri

Penghitungan secara antropometri adalah penilaian status gizi dengan menggunakan ukuran ukuran tubuh (Koski, 2004). pengukuran antropometri dilakukan dengan menggunakan dengan dua dimensi yaitu pengaturan pertumbuhan dan komposisi tubuh (Yuniastuti, 2008).

Pada anak kita membutuhkan untuk menentukan status gizi anak karena pada fase pertumbuhan dan komposisi tubuh berbeda dengan orang dewasa dan pada hal ini kita menggunakan kurva The Centers for Disaese Control and

Prevention (CDC). 2000 (Koski, 2004).. Dengan terlebih dahulu menghitung BMI dari anak dengan menggunakan rumus

Lalu di sesuaikan untuk diplot pada kurva CDC growth chart

The Centers for Disaese Control and Prevention (CDC). 2000 adalah suatu chart yang merupakan revisi dari The National Center for Health

Statistic(NCHS).yang telah digunakan mulai dari tahun 1977. Selain karena

NCHS sudah digunakan sejak waktu yang lama namun alasan untuk merevisi NCHS juga untuk memperbaiki isi dan cakupannya, misalnya :

1. Chart NCHS mulai menunjukkan hasil yang rancu saat digunakan pada remaja yang sudah memasuki masa pubertas. Sehingga didesain lebih signifikan lagi pada CDC untuk menunjukkan hasil yang lebih akurat.

2. Chart NCHS tidak dapat mempredikisi status gizi dengan baik dan saat kita gunakan untuk remaja masa pubertas kita tidak dapat memperkirakan keadaan tersebut dengan membawanya untuk dibandingkaan dengan baik tidaknya status endokrin seseorang.

3. Rentang usia yang digunakan dalam NCHS terlalu sempit, maka rentang dilebarkan pada CDC 2000 mulai dari umur 2 tahun sampai umur 20 tahun, agar remaja akhir dapat tetap diperhatikan kesehatannya berdasarkan perkembangan fisiologi tubuh yang sesuai menurut pediatri.

4. Pada CDC ditambahkan rentang persentil untuk mengatakan seseorang at risk Chart CDC 2000 dibuat untuk menentukan status kesehatan dan riset untuk mengetahui status dari bayi, anak dan remaja (CDC, 2002). Chart CDC 2000 terdiri dari chart yang digunakan untuk bayi, chart yang digunakan untuk anak yang berusia kurang dari 36 bulan dan chart yang dapat digunakan untuk anak sampai remaja yakni dengan usia 2 sampai 20 tahun (CDC, 2002).

The Centers for Disaese Control and Prevention (CDC). 2000 merupakan

tidak hanya dibandingakan antara berat badan dan tinggi badan namun juga mengikutsertakan umur dan jenis kelamin yang dapat digunakan pada anak berumur 2 sampai 20 tahun (Koski, 2004).

Chart yang digunakan untuk anak dan remaja yang berusia 2 sampai 20 tahun ini merupakan chart yang akan menunjukkan hubungan antara BMI dengan umur yang akan ditunjukkan dalam kurva. Dari kurva ini akan digunakan untuk menentukan apakah anak dalam posisi yang risiko dengan kelebihan berat badan sehingga dokter dapat menentukan apa yang harus dia lakukan untuk pasien tersebut (CDC, 2002).Selain itu chart pertumbuhan ini juga digunakan untuk memperkirakan bagaimana keadaan nutrisi anak saat itu dan juga dapat mempertimbangakan apa yang diperlukan agar anak mencapai pertumbuhan yang adekuat. Selain itu keberadaan chart ini juga dapat membantu untuk mempertimbangkan bagaimana keadaan endokrin anak ke depannya (MMWR, 2010).

Gambar 2.5. Growth Chart CDC Sumber : CDC, 2002

Setiap BMI yang sudah di plot pada CDC mempunyai indikasi tersendiri yang akan menentukan jenis persentil yang ditunjukkan.

BMI for Age Cutoffs

≥ 95th

percentile Overweight

85th percentile – 95th percentile Risk of overweight 5th percentile - ≤85th

percentile Normal

≤5th

percentile Underweight

Tabel 2.3. BMI berdasarkan umur Sumber : CDC, 2002

Hal ini nantinya akan membantu kita untuk menentukan apakah anak tersebut dalam kondisi kurus (underweight)., normal (normal weight)., risiko berat

badan berlebih (at risk of overweight)., berat badan berlebih (overweight). yang mana pada orang dewasa sudah disebut sebagai obesitas berdasarkan hasil perhitungan BMI yang kita bandingkan dengan umur berdasarkan dengan CDC (Koski, 2004).

2. 4. Hubungan status Gizi dengan Onset Menars

Dalam dasawarsa terakhir ini usia menars telah bergeser ke usia lebih muda (Whincup, 2005).

Tabel 2. 4. Age of menars in contemporary British Teenagers Sumber : Whincup, 2005

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Whincup status gizi perlu diperhatikan karena status gizi yang kurang dapat mengakibatkan menstruasi lebih lambat dari yang seharusnya (Lusiana, 2007).

Semakin baiknya makanan yang dimakan dan nutrisi yang penuh akan mempengaruhi akan mempengaruhi BMI. BMI akan menginisiasi awal yang akan membawa remaja ke dalam fase pubertasnya dan akan mempengaruhi percepatan dari onset menars ( Wu, 2005).

Remaja yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi dari masa sebelum pubertas (prapubertas). dibandingkan dengan remaja kurang gizi. Remaja kurang gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama , karena itu menars (umur pertama kali mendapatkan menstruasi). juga tertunda (Riyadi, 2003).

Partisipasi dari orangtua juga sangat diperlukan untuk mendukung pemilihan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak mereka. Karena pada remaja yang pemilihan makanan dilakukan secara tidak baik akan mempengaruhinya dan biasa membawa anak pada posisi obesitas, didapati bahwa anak dengan kelebihan berat badan akan mengalami menars lebih cepat.(Gaudineau, 2010).

Remaja yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami maturasi yang lebih cepat daripada remaja yang memiliki berat badan normal maupun kurang sehingga keadaan onset menars pun lebih cepat (Anderson, 2003).

Obesitas yang dapat kita ketahui dengan melakukan skrining BMI remaja dan akan kita lanjutkan dengan memplot pada kurva NCHES 1997 yakni hasil BMI diatas >95% atau 85 sampai 95 percentil yang merupakan indikasi dikatakan sebangai obesitas. obesitas pada remaja yang merupakan salah satu masalah besar di Amerika akan mempengaruhi kenaikan dari kadar lemak tubuh yang juga akan mempengaruhi onset menars dari seseorang (Dilley, 2005).

Berdasarkan WHO, 2003 terdapat perbedaan yang bermakna antara onset menars pada kelompok remaja pedesaan dan perkotaan atau dikondisikan sebagai remaja kaya atau miskin di daerah tertentu, didapatkan ini berkaitan dengan perbedaan dari status sosial remaja yang berdampak pada kesehatannya yakni status gizi remaja.

Remaja yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami maturasi yang lebih cepat daripada remaja yang memiliki berat badan normal maupun kurang sehingga keadaan onset menars pun lebih cepat (Anderson, 2003).

Berdasarkan Pediatrics Facts, Dilley 2005 menyatakan tinggi dan berat badan remaja dan persentasi dari lemak tubuh akan mempengaruhi onset menars. Hal ini dihubungkan oleh dipengaruhinya kematangan seksual yakni ovulasi dari remaja tersebut.

Percepatan dari onset menars remaja juga didapati dari tahun ke tahun. Hal ini diketahui melalui penelitian yang terus dilakukan mulai dari tahun 1940 sampai tahun 2008 yang dilakukan di enam negara, yakni : Negara Swedia, Norwegia, Finlandia, Denmark, United Kingdom, Amerika Serikat. Didapati juga bahwa onset menars remaja dari masing - masing remaja di negara tersebut juga

berbeda sehingga dipikirkan bahwa hal ini berhubungan dengan status gizi dari remaja (Pisarka, 2010).

Dari penelitian Cohort of British woman, cooper et al juga mendapatkan bahwa status gizi remaja sangat berpengaruh yakni remaja yang mempunyai berat badan lebih tinggi saat kelahiran lebih lama menars dan yang lebih mempengaruhi adalah berat badan saat remaja dalam masa pubertas. Semakin tinggi berat badan saat masa pubertas akan semakin cepat juga onset dari pubertas dan sebaliknya (Adair, 2005).

Berdasarkan Mounir, 2010 didapati bahwa berat badan yang diperiksa dengan status gizi mempengaruhi umur mendapatkan menstruasi pertama.

Tabel 2. 5. Hubungan status gizi dengan onset menars Sumber : Mounir, 2007

BAB 3

Dokumen terkait