• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.3 Hasil Analisis Data

Tabel 5.3 Hubungan Berat Badan Lahir dengan Onset Menars Berat Badan Lahir Responden Menars Responden Jumlah Chi square P value Belum Sudah Normal Rendah 12 14 25 9 19 41 4,671 *0,031 Total 26 34 60

*Uji analisa Chi Square

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.3 dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan uji chi square untuk mengetahui apakah Hipotesis ditolak atau diterima. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai chi square = 4,671, dengan nilai p = 0,031. Karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara berat badan lahir responden dengan onset menars responden” diterima.

Tabel 5.4 Hubungan Pendapatan dengan Onset Menars

Pendapatan orangtua Menars Responden Jumlah Chi square P value Belum Sudah Di atas UMR Di bawah UMR 7 19 11 23 19 42 0,207 *0,649 Total 26 34 60

*Uji analisa Chi Square

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.4 dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan uji chi square untuk mengetahui apakah Hipotesis ditolak

atau diterima. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai chi square = 0,207, dengan nilai p = 0,649. Karena nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (p<0,05) maka Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara Pendapatan Orangtua responden dengan onset menars responden” ditolak.

Tabel 5.5 Hubungan Onset Menars Ibu dengan Onset Menars Onset Menars Ibu Menars Responden Jumlah Chi square P value Belum Sudah Lambat Normal 10 16 5 29 19 41 4,434 0,035 Total 26 34 60

*Uji analisa Chi Square

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.5 dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan uji chi square untuk mengetahui apakah Hipotesis ditolak atau diterima. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai chi square = 4,434, dengan nilai p = 0,035. Karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara onset menars ibu dengan onset menars responden” diterima.

Tabel 5.6 Hubungan Status Gizi dengan Onset Menars

Status Gizi Menars Responden Jumlah Chi square P value

Belum Sudah Normal Underweight 9 17 22 12 31 29 5,342 *0,021 Total 26 34 60

*Uji analisa Chi Square

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.6 dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan uji chi square untuk mengetahui apakah Hipotesis ditolak atau diterima. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai chi square = 5,342, dengan nilai p = 0,021. Karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka

Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara status gizi dengan onset menars responden” diterima.

Tabel 5.7. Analisa Multivariat berdasarkan karakteristik responden

Faktor P value Odds Ratio

Menars Ibu 0.055 0.249

Berat Badan Lahir 0.048 3.432

Status Gizi 0.014 4.618

Dengan menggunakan analisa multivariate regresi, berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel diatas didapati bahwa faktor yang paling mempengaruhi onset menars adalah status gizi yang memiliki p value 0.014. Karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara status gizi dengan onset menars responden” diterima. Nilai OR (Odds Ratio) dari status gizi adalah 4.618, maka dalam hal itu artinya bahwa responden yang memiliki berat badan normal 4.618 kali lebih cepat mengalami menars dibandingkan dengan responden yang memiliki berat badan kurang.

5.2.1 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Pintu Pohan Meranti tahun 2013, diperoleh data yang diperlukan. Untuk itu, selanjutnya dilakukan pembahasan dengan rincian sebagai berikut.

5.2.1.1 Proporsi stutus gizi pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan seperti yang tercantum dalam table 5.1, dapat diketahui bahwa tidak terdapat responden dengan status gizi kategori Overweight (≥95th

percentile), status gizi responden dalam kisaran Normal (5th to < 85th percentile) terdapat 31 orang (51,7%) dan Underweight (< 5th percentile) yakni 29 orang (48,3%).

Menurut Suharjo, 2003 faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi pada dasarnya ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri

genetik, asupan makanan, dan faktor infeksi. Faktor eksternal terdiri dari faktor pertanian, faktor ekonomi, faktor sosial budaya, dan pengetahuan gizi. Selain itu banyak mempengaruhi keadaan status gizi. Faktor teknologi juga mempengaruhi status gizi remaja.

Namun pada remaja usia 10 – 16 tahun, mereka hidup dengan cara peer sehingga saat teman teman mereka ingin memiliki berat badan yang lebih kurus mereka pun menginginkan hal yang sama. Selain itu, mereka terbiasa memiliki menggambarkan diri mereka lebih buruk daripada kondisi yang sebenarnya, sehingga mereka selalu ingin menurunkan berat badan walaupun kondisi mereka tidaklah overweight ataupun obesitas. Hal ini mempengaruhi status gizi mereka.

5.2.1.2 Proporsi onset menars pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan seperti yang tercantum dalam table 5.1, dapat diketahui bahwa onset menars responden terbanyak adalah onset menars normal (10-14 tahun) pada 34 orang (56,7%) , responden yang belum mengalami menars yakni 26 orang (43,4%), dan tidak terdapat onset menars cepat (<10 tahun).

5.2.1.3 Hubungan antara berat badan lahir dengan onset menars pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.3 diketahui bahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir responden dengan onset menars responden. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki berat badan lahir normal memiliki onset menars normal atau lebih cepat dibandingkan dengan responden yang lahir dengan berat badan lahir di bawah normal.

Menurut American Journal of Epidemiology, 2008 didapati bahwa remaja yang memiliki berat badan di bawah normal akan lebih lama menars yakni 15 sampai 21 tahun dibandingkan dengan remaja yang memiliki berat badan lahir normal. Pengukuran akan lebih baik jika ditambahkan dengan data tinggi lahir dan berat plasenta. Namun penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa yang paling berhubungan adalah onset menars dengan perkembangan tinggi badan dan berat badan anak pada usia 2 tahun sampai 8 tahun.

Hal ini diakibatkan bahwa adanya berat badan lahir yang lebih tinggi dan pertambahan berat badan akan mempengaruhi kadar leptin, insulin like growth factors dan hormone steroid. Hal itulah yang akan mengakibatkan seseorang dapat memiliki menars yang lebih cepat.

5.2.1.4 Hubungan antara pendapatan orangtua dengan onset menars pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan.

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.4 diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara pendapatan orangtua responden dengan onset menars responden. Hal ini berarti bahwa pendapatan orangtua responden tidak mempengaruhi onset menars dari responden.

Hal ini cukup mengejutkan, karena dalam penelitian ini didapati bahwa responden dengan pendapatan orangtua dibawah Upah Minimum Regional (UMR) memiliki onset menars yang lebih cepat dibandingkan dengan responden yang memiliki orangtua dengan pendapatan diatas UMR.

Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Terry at al, 2009 yang meniliti hal tersebut diatas dengan metode cross sectional dengan analisis chi square didapati nilai p = 0,01 yang berarti seharusnya onset menars anak sangat dipengaruhi oleh sosial ekonomi (pendapatan) orangtuanya karena akan berpengaruh dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi anak yang akan mempengaruhi status gizinya dan pasti berpengaruh pada onset menars anak tersebut.

Pada umumnya berdasarkan henningsen, 2011, pendapatan orangtua sangat mempengaruhi makanan yang dikonsumsi anak, karena seharusnya semakin baik pekerjaan dan pendapatan orangtua berarti orangtua lebih mampu untuk memilihkan makanan yang tepat untuk dikonsumsi anaknya agar status gizinya tetap dalam kondisi baik

5.2.1.5 Hubungan antara onset menars ibu dengan onset menars pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan.

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.5 diketahui bahwa terdapat hubungan antara onset menars ibu responden dengan onset menars responden. Hal ini berarti bahwa ibu responden yang memiliki onset menars normal juga memiliki anak dengan onset menars normal (lebih cepat) dibandingkan dengan anak dari orangtua responden yang memiliki onset menars lambat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Terry et al, 2009 yang meniliti hal tersebut diatas dengan metode cross sectional dengan analisis chi square didapati nilai p = 0,018, hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat Antara onset menars ibu dan anaknya. Selain itu dari hasil penelitian tersebut juga didapati bahwa onset menars anak lebih cepat lima bulan dibandingkan dengan onset menars ibu.

5.2.1.6 Hubungan antara status gizi dengan onset menars pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan.

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.6 diketahui bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan onset menars responden. Hal ini berarti bahwa semakin baik status gizi dari responden maka semakin cepat juga onset menars nya dibandingkan dengan responden yang status gizinya tidak baik.

Penelitian ini didukung oleh Karapanou, 2010, hal ini disebabakan karena ada hubungan dari lemak tubuh dengan siklus menstruasi. Seperti misalnya hormon estrogen. Estrogen di sintesis di ovarium, di adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak dan susunan saraf pusat. Tingginya kadar estrogen di dalam tubuh mengakibatkan cepatnya onset menars karena akan menahan keluarnya hormone GnRH.

Semakin baiknya nutrisi makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi status gizi. Status gizi akan menginisiasi awal yang akan membawa remaja ke dalam fase pubertasnya dan akan mempengaruhi percepatan dari onset menars ( Wu, 2005).

Remaja yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi dari masa sebelum pubertas (prapubertas). dibandingkan dengan remaja kurang gizi. Remaja kurang gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama , karena itu onset menars juga tertunda (Riyadi, 2003).

Menurut hasil analisi multivarian, status gizi adalah faktor yang paling berhubungan. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.7 didapati bahwa yang paling mempengaruhi onset menars adalah status gizi yang memiliki p value 0.014. yang artinya terdapat hubungan antara status gizi dengan onset menars responden. Nilai OR (Odds Ratio) dari faktor status gizi adalah 4.618, maka dalam hal itu artinya bahwa responden yang memiliki berat badan normal 4.618 kali lebih cepat mengalami menars dibandingkan dengan responden yang memiliki berat badan kurang.

Hal ini didukung oleh WHO, 2010 yang menyatakan bahwa anak dengan status gizi kurang akan mengalami keterlambatan menars karena terjadi supresi pada axis reproduksi sehingga mengalami perlambatan dari haid.

BAB 6

Dokumen terkait