• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Onset Menars Pada Siswi Usia 11- 14 Tahun di SMP Negeri 1 Pintu Pohan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Responden Terhadap Onset Menars Pada Siswi Usia 11- 14 Tahun di SMP Negeri 1 Pintu Pohan Tahun 2013"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIKRESPONDEN DENGAN

ONSET MENARSPADA SISWI USIA 11- 14 TAHUN

DI SMP NEGERI 1PINTU POHAN TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

MARIA M. A. MARGURA SILITONGA

100100109

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIKRESPONDEN DENGAN

ONSET MENARSPADA SISWI USIA 11- 14 TAHUN

DI SMP NEGERI 1PINTU POHAN TAHUN 2013

Oleh :

MARIA M. A. MARGURA SILITONGA

100100109

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Status Gizi dengan Onset Menars pada Siswi Usia 11- 14 Tahun di Smp Negeri 1 Pintu Pohan Tahun 2013

Nama : Maria M. A. Margura Silitonga NIM : 100100109

Pembimbing Penguji I

(Prof. dr. Bistok Saing, Sp.A(K)) (dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc, CM-FM)

NIP. NIP.

Penguji II

(dr. Sry Sofyani, Sp.A(K)) NIP.

Medan, Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Masa pertumbuhan remaja disebut dengan pubertas yang menggambarkan fase peralihan dari masa kanak kanak ke masa remaja yang ditandai dengan menars. Menars dapat dipengaruhi oleh banyak hal seperti tingkat pengetahuan gizi, status gizi, menars ibu, sosioekonomi, berat badan lahir, aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara status gizi, menars ibu, berat badan lahir, pendapatan orangtua dengan onset menars pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan.

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross sectional terhadap 60 orang siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan yang berusia 11 – 14 tahun. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Kemudian dilakukan wawancara dan pemeriksaan antropometri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 siswi, terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi, menars ibu, berat badan lahir, pendapatan orangtua dengan onset menars pada remaja, namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan orangtua dan onset menars.

Onset menars remaja di SMP Negeri 1 Pintu Pohan hampir setengah dari responden belum mengalami menars dan memiliki status gizi rendah, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain yang menyebabkan hal tersebut.

(5)

ABSTRACT

Adolescent growth period called puberty that describes the phase transition from childhood to adolescence that marked by menarche . Menarche can be affected by many factors such as the level of nutritional knowledge , nutritional status , socioeconomic, maternal menarche , birth weight , physical activity , use of medication and ect .

The goal of this research is to find out the relationship between nutritional status , maternal menarche , birth weight , parental income with the onset of menarche in girls at SMP Negeri 1 Pintu Pohan .

This study is an analytical study of the cross-sectional design of the 60 students in SMP Negeri 1 Pintu Pohan aged 11- 14 years. The sampling method is done by consecutive sampling technique . Then do the interview and anthropometric examination .

The results showed that from 60 sampels , there is a significant association between nutritional status , maternal menarche , birth weight , parental income with the onset of menarche in adolescents , but there is no significant relationship between parental income and the onset of menarche .

Onset of menarche adolescents in SMP Negeri 1 Pintu Pohan almost half of the respondents had not experienced menarche and have low nutritional status, more research needs to be conducted to determine other factors that cause it.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian karya tulis ilmiah menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena seiring dengan berjalannya penelitiaan ini, penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga. Saya menyadari penulisan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH, sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof.dr.Bistok Saing, Sp.A (K), selaku dosen pembimbing yang dengan

sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penelitian ini.

3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc, CM-FM dan dr.Sry Sofyani Sp.A (K) selaku

dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan penelitian ini.

4. Ayahanda tercinta, Ir. Hotniasi Silitonga dan ibunda terkasih, ST Serly

Masdiana Saragih, SST yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, semangat dan doa yang luar biasa kepada penulis.

5. Adikku yang tersayang, Naomi HTMS, Nidia NEMS dan Olo Hotbasana

MSMS yang selalu memberi semangat dan doa yang luar biasa.

6. Bapak Makkin Marbun, Spd yang yang telah begitu baik mendampingi dan

(7)

7. Seluruh guru dan siswi SMP Negeri 1 Pintu Pohan yang telah bekerja sama

dengan peneliti dengan sangat baik.

8. Teman seperjuangan di FK USU, Yose Rizal Sinaga, Fezy Ezia Dwi Sister,

Jane, Grace, Fitri, dan Marisa atas doa, bantuan dan semangat yang luar biasa selama pengerjaan KTI..

9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

10. Teman sekelompok bimbingan KTI, Parastika Wisesa Dabungke yang

menjadi teman diskusi selama pengerjaan KTI.

11. Semua pihak yang telah mendukung, membantu dan mendoakan penulis

dalam menyelesaikan penelitian ini.

Untuk seluruh dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih. Hanya Tuhan YME yang mampu memberikan balasan terbaik kepada orang-orang tersebut. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan laporan hasil penelitian ini.

Medan, Desember 2013

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ………... i

ABSTRAK....………... ii

ABTRACT...………... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR SINGKATAN... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 6

2.1 Remaja dan Perkembangannya ... 6

2.2. Onset Menarche ... 11

2.2.1. Definisi Menarche... ... 11

2.2.2. Menarche ... 11

2.2.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi menarche ... 12

2.3. Status Gizi ... 18

2.3.1 Defenisi ... 18

2.3.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi ... 18

2.3.3. Penilaian status gizi ... 19

2.3.2. Cara kualitatif ... 20

2.3.3. Cara kuantitatif ... 21

2.4. Hubungan status gizi dengan onset menarche ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 27

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 32

4.1. Jenis Penelitian ... 32

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 38

5.1. Hasil Penelitian ... 38

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 38

5.1.2 Deskripsi Karakterikstik Responden ... 39

5.1.3 Hasil Analisis Data ... 41

5.2. Pembahasan ... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

6.1. Kesimpulan ... 49

6.2. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 2.2 2.3 2.4

Fase perkembangan Growh Spurt berdasarkan tahap remaja Kematangan sex ditandai dengan Sex Maturity Rating (SMR) BMI berdasarkan umur

Age of menarche in contemporary British Teenagers

7 9 23 24 2.5 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7

Hubungan status gizi dengan onset menarche

Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden siswi SMP Negeri 1 Pintu Pohan

Distribusi onset menars responden berdasarkan usia Hubungan Berat Badan Lahir dengan Onset Menars Hubungan Pendapatan dengan Onset Menars Hubungan Onset Menars Ibu dengan Onset Menars Hubungan Onset Menars Ibu dengan Onset Menars Faktor yang paling berhubungan dalam penelitian

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kejadian maturitas pada anak laki - laki 10

2.2 2.3 2.4 2.5 3.1

Kejadian maturitas pada anak perempuan

Stimulasi dan inhibisi dari efektor sekresi pulsatil GnRH Pengaruh keberadaan ayah menetap di rumah

Growth Chart CDC

Kerangka Konsep Penelitian

(12)

DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu

BMI : Body Mass Index

CDC : The Centers for Disaese Control and Prevention CNS : Central Nervous Center

FSH : Follicle Stimulating Hormon GnRH : Gonadotropin Realising Hormon

LH : Luteinizing Hormon

MPASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu NCHES : The National Center for Health Statistic SMP : Sekolah Menegah Pertama

SMR : Sex Maturity Rating

SPSS : Statistical Package and Service Solution UMR : Upah Minimum Regional

(13)

Daftar lampiran

Lampiran 1 Daftar riwayat hidup 56

Lampiran 2 Daftar pertanyaan wawancara 57

Lampiran 3 Kurva pertumbuhan cdc 2000 58

Lampiran 4 Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

59

Lampiran 5 Lembar persetujuan 60

Lampiran 6ethical clearance 61

Lampiran 7 Data Induk 62

(14)

ABSTRAK

Masa pertumbuhan remaja disebut dengan pubertas yang menggambarkan fase peralihan dari masa kanak kanak ke masa remaja yang ditandai dengan menars. Menars dapat dipengaruhi oleh banyak hal seperti tingkat pengetahuan gizi, status gizi, menars ibu, sosioekonomi, berat badan lahir, aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara status gizi, menars ibu, berat badan lahir, pendapatan orangtua dengan onset menars pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan.

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross sectional terhadap 60 orang siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan yang berusia 11 – 14 tahun. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Kemudian dilakukan wawancara dan pemeriksaan antropometri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 siswi, terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi, menars ibu, berat badan lahir, pendapatan orangtua dengan onset menars pada remaja, namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan orangtua dan onset menars.

Onset menars remaja di SMP Negeri 1 Pintu Pohan hampir setengah dari responden belum mengalami menars dan memiliki status gizi rendah, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain yang menyebabkan hal tersebut.

(15)

ABSTRACT

Adolescent growth period called puberty that describes the phase transition from childhood to adolescence that marked by menarche . Menarche can be affected by many factors such as the level of nutritional knowledge , nutritional status , socioeconomic, maternal menarche , birth weight , physical activity , use of medication and ect .

The goal of this research is to find out the relationship between nutritional status , maternal menarche , birth weight , parental income with the onset of menarche in girls at SMP Negeri 1 Pintu Pohan .

This study is an analytical study of the cross-sectional design of the 60 students in SMP Negeri 1 Pintu Pohan aged 11- 14 years. The sampling method is done by consecutive sampling technique . Then do the interview and anthropometric examination .

The results showed that from 60 sampels , there is a significant association between nutritional status , maternal menarche , birth weight , parental income with the onset of menarche in adolescents , but there is no significant relationship between parental income and the onset of menarche .

Onset of menarche adolescents in SMP Negeri 1 Pintu Pohan almost half of the respondents had not experienced menarche and have low nutritional status, more research needs to be conducted to determine other factors that cause it.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak – anak menuju masa dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial (WHO, 2010).

Seseorang akan dikatakan sebagai remaja diawali pada usia 11 – 12 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun (Kaplan, 2008). Usia remaja menurut WHO adalah umur 10 – 19 tahun (WHO, 2012).

Di Indonesia menurut BKKBN batasan usia remaja 10 – 24 tahun (Situmorang, 2003) batasan usia remaja adalah umur 10 -19 tahun dan belum kawin (Depkes, 2010). Menurut Dinas Kesehatan RI, tahap perkembangan pada remaja dibagi atas 3 tahapan yakni : remaja awal (10- 14 tahun), remaja tengah (15 – 16 tahun) dan remaja akhir ( 17 – 19 tahun) (BKKBN, 2010).

Masa remaja ditandai dengan perubahan – perubahan fisik, yang berdampak terhadap perubahan psikologis. Tanda tanda perubahan fisik pada masa remaja terjadi dalam konteks pubertas yakni kematangan organ organ seks

dan kemampuan reproduktif yang bertumbuh dengan cepat yang disebut dengan “growth spurt” (Mar’at, 2008).

Masa pertumbuhan ini disebut dengan pubertas yang menggambarkan fase peralihan dari masa kanak kanak ke masa remaja (Jacoeb, 2009). Pubertas (puberty) ialah suatu periode ketika kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan – perubahan yang terjadi pada ciri – ciri seks primer dan ciri – ciri seks sekunder. Pada anak perempuan , ciri - ciri seks primer ditandai dengan menars (Mar’at, 2008). Menars adalah pendarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita yang biasanya rata rata terjadi pada umur 11 – 13 tahun (Hanafiah, 2009).

(17)

pubertas prekoks merupakan gejala tersering dari kelainan hypothalamus. (Ganong, 2008) Dan terdapat juga yang disebut dengan menars tarda yakni menars yang baru datang setelah berumur 14 tahun (Jacoeb, 2009).

Dalam dasawarsa terakhir ini usia menars telah bergeser ke usia lebih muda. Didapati bahwa remaja yang lahir pada tahun 1950 – 7 memiliki usia menars pada 13 tahun, kemudian menjadi 13, 3 tahun pada kelahiran 1954 – 9, menjadi 13,4 tahun pada kelahiran 1962. Namun kemudian makin cepat pada tahun kelahiran 1960 – 5 menjadi 13,3 tahun, semakin cepat 1982 – 6 menjadi 13,1 dan pada kelahiran 1990 – seterusnya semakin cepat sampai 12 tahun dan diperkirakan akan semakin cepat lagi (Whincup, 2005).

Walaupun masih sedikit penilitian yang meneliti secara langsung dan mempunyai sampel yang cukup untuk membuktikan mengapa menars terjadi pada usia lebih muda, namun penelitian menunjukkan bahwa efek yang paling potensial mempengaruhi perkembangan adalah efek sosial, ekonomi dan faktor nutrisi (Wu, 2005).

Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata – rata 12,5 tahun (Ganong,2003). Sedangkan di Norwegia usia menars adalah 13,3 tahun, hal ini menggambarkan bahwa faktor –

faktor yang berhubungan denga kesehatan sehingga memungkinkan terjadinya kematangan (maturation) yang lebih cepat pada masa remaja dan akan berdampak

pada usia menars. (Lusiana, 2007).

Berdasarkan WHO, 2003 terdapat perbedaan yang bermakna antara onset menars pada kelompok remaja pedesaan dan perkotaan atau dikondisikan sebagai remaja kaya atau miskin di daerah tertentu, didapatkan ini berkaitan dengan perbedaan dari status sosial remaja yang berdampak pada kesehatannya yakni status gizi remaja.

Remaja yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami maturasi yang lebih cepat daripada remaja yang memiliki berat badan normal maupun kurang sehingga keadaan onset menars pun lebih cepat (Anderson, 2003).

(18)

sampai tahun 2008 yang dilakukan di enam negara, yakni : Negara Swedia, Norwegia, Finlandia, Denmark, United Kingdom, Amerika Serikat. Didapati juga bahwa onset menars remaja dari masing - masing remaja di negara tersebut juga berbeda sehingga dipikirkan bahwa hal ini berhubungan dengan status gizi dari remaja (Hacker, 2010).

Dari penelitian Cohort of British woman, dalam Adair, 2005 juga mendapatkan bahwa status gizi remaja sangat berpengaruh yakni remaja yang mempunyai berat badan lebih tinggi saat kelahiran lebih lama menars dan yang lebih mempengaruhi adalah berat badan saat remaja dalam masa pubertas. Semakin tinggi berat badan saat masa pubertas akan semakin cepat juga onset dari pubertas dan sebaliknya.

Berdasarkan riset nondemograpi terlalu cepat atau terlalu lambatnya onset menarche seseorang dapat mengakibatkan banyak hal seperti kanker dan biasanya hal ini berhubungan dengan kanker payudara (American Cancer Society, 2012). Remaja yang memiliki onset menars lebih cepat memiliki resiko empat kali lebih besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan remaja yang memiliki onset menarche normal ataupun lambat (Handerson, 2013).

Hal ini dikarenakan hormone reproductive yang terlalu banyak terpapar

dengan estrogen pada wanita akan meningkatkan proliferasi sel, sehingga meningkatkan kerusakan DNA yang akhirnya menginisiasi kanker (American

Cancer Society, 2012).

Selain itu hal ini juga dapat meningkatkan resiko mendapatkan diabetes pada seseorang. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa cepatnya onset menars seseorang juga dapat meningkatkan resiko stress psikososial seperti depresi, gangguan makan, inisiasi seksual yang cepat dan tidak baiknya relasi remaja tersebut dengan orangtuanya (Sieccan, 2013).

(19)

penulis merasa tertarik dan perlu untuk meneliti hubungan antara status gizi dengan onset menars.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimana hubungan karakteristik responden dengan onset menars ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui apakah terdapat hubungan status gizi (BB/TB) dengan onset menars pada siswi usia 11- 14 tahun di SMP Negeri 1 Pintu Pohan

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan usia, berat badan

lahir, pendapatan orangtua, onset menars ibu dan status gizi pada siswi usia 11-

14 tahun di SMP Negeri 1 Pintu Pohan

2. Proporsi onset menars responden pada siswi usia 11- 14 tahun di SMP Negeri 1

Pintu Pohan

3. Mengetahui hubungan karakteristik responden berdasarkan usia, berat badan

lahir, pendapatan orangtua, onset menars ibu dan status gizi dengan onset menars pada siswi usia 11- 14 tahun di SMP Negeri 1 Pintu Pohan

4. Mengetahui karakteristik responden yang paling berhubungan dengan onset

menars

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan siswi SMP N 1 Pintu Pohanbahwa semakin baik

(20)

2. Sebagai masukan bagi sekolah SMP N 1 Pintu Pohan untuk melakukan

pemantauan dari status gizi siswa/i nya.

3. Sebagai masukan bagi sekolah SMP N 1 Pintu Pohan untuk mencanangkan

program program yang akan membantu untuk menjaga status gizi tetap baik. 4. Untuk menambah pengetahuan masyarakat terlebih siswi SMP N 1 pintu pohan

agar juga semakin waspada memelihara status gizi nya dan apabila mengalami percepatan maupun perlambatan dari onset menarche sehingga dapat waspada akan hal yang akan dihadapi.

5. Menjadi dasar penelitian lanjutan atau penelitian sejenis.

6. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam penerapan ilmu

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remajadan Perkembangannya

Remaja berasal dari bahasa latin yakni “adolescere” yang artinya tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan remaja. Remaja merupakan periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa anak – anak dan masa dewasa (Mar’at, 2008). Remaja didefenisikan juga sebagai periode pertumbuhan, yang merupakan perubahan biologi yang akan mengantarkan anak menjadi seorang dewasa (Marcell, 2007). Usia remaja menurut WHO adalah umur 12 sampai 24 tahun (Jacoeb, 2002).

Sedangkan menurut Monks, Knoers dan Handitono membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu :

1. Masa pra remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun) 2. Masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun) 3. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun) 4. Masa remaja akhir ( 18-21 tahun)

Di Indonesia batasan usia remaja adalah umur 10 -19 tahun dan belum

kawin (Depkes, 2010). Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012, tahap perkembangan pada remaja dibagi atas 3 tahapan yakni :

1. Remaja awal (10- 14 tahun) 2. Remaja tengah (15 – 16 tahun) 3. Remaja akhir ( 17 – 19 tahun)

Remaja adalah suatu fase kehidupan yang akan terjadi perkembangan yakni secara fisik, fisiologis dan sosial (WHO, 2010).Secara kronologis, perkembangan pada remaja yang dimulai pada umur 12 – 13 tahun sampai umur 20 tahun. Perkembangan fisik ditandai dengan perubahan perubahan fisik yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan – perubahan psikologi(Mar’at, 2008).

(22)

dengan pesat terutama pada masa remaja. Perubahan pada anak – anak lebih cepat pada perempuan dibandingkan dengan laki – laki. Pada laki laki diantara 18 tahun dan pada perempuan pada usia 12 tahun (Mar’at, 2008).

Hal yang paling terlihat adalah percepatan pertumbuhan. Hal ini akan ada pada fase growth spurt pada anak – anak yang sedang berkembang yang nantinya onset, durasi dan selesainya bervariasi (Adair, 2005).

Pada perempuan Growth spurt dimulai sejak usia 11 sampai 14 tahun dan akan selesai secara sempurna 1 sampai 2 tahun setelah perempuan tersebut mengalami menars. Sedangkan pada laki – laki akan ada pertumbuhan yang linear mulai dari usia remaja menengah yakni 15 sampai 17 tahun (Garajalo, 2005).

Menurut interpretasi Hazard tentang pemeriksaan pertumbuhan (Hazard of Interpretation of growth measurement). pertumbuhan itu tidaklah linear sebagai contoh anak – anak yang fase growth spurt nya pada musim dingin akan mengalami pengurangan pertumbuhan pada musim semi (Garajalo, 2005).

Fase perkembangan Growh Spurt berdasarkan tahap remaja

Variabel Remaja Awal (usia 10 – 13 tahun).

Remaja Tengah (usia 14 – 16 tahun).

Remaja Akhir (usia 17 keatas).

Biologis Onset pubertas dan seks sekunder dimulai dengan pertumbuhan yang cepat

Pertumbuhan tinggi dan berat badan sehingga mulai terjadi perubahan komposisi tubuh dan perubahan bentuk tubuh.

(23)

Psikologis /emosional

Berpikir konkret, mulai berusaha untuk menerima perubahan dirinya, egosentris, perasaan yang tidak terkontrol, sering berpikir “apakah saya normal?”

Mulai berpikir secara abstrak, sering berpikir pada hal – hal yang tidak kelihatan, mulai ada perkembangan dari perspektif.

Mulai berpikir formal operasional, mulai focus kepada relasinya kepada orang lain (hubungan sosial)., lebih menghargai.

Sosio- kultural

Mulai ingin independen di depan orangtuanya, membuat kelompok yang sesama jenis, mulai idealistic untuk memilih apa yang diinginkan.

Mulai merasa kalau hubungannya dengan orangtua dan teman-temannya, mulai ingin merasakan kegiatan seksual, dan mulai berani untuk mengambil risiko.

Mulai mengambil nilai – nilai yang diberikan oleh orangtua, lebih ingin dekat dengan lawan jenis dibandingkan dengan sesama jenis, mulai memikirkan risiko dari tindakan yang diambil, mulai memikirkan karir.

Tabel 2.1. Fase perkembangan Growh Spurt berdasarkan tahap remaja Sumber : Garajalo, 2005

Secara garis besarnya perubahan – perubahan yang berhubungan dengan perubahan – perubahan fisik dan perubahan perubahan yang berkaitan dengan perkembangan karakteristik seksual. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan – perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer dan seks sekunder (Mar’at, 2008).

Ciri – ciri seks primer menunjukkan organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Pada anak – anak perempuan, perubahan ciri – ciri seks primer ditandai dengan periode menstruasi yang disebut dengan menars, yaitu menstruasi pertama kali yang dialami oleh wanita (Mar’at, 2008).

Sementara itu adalah perubahan ciri – ciri seks sekunder merupakan tanda – tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan reproduksi, namun yang merupakan tanda – tanda yang akan membedakan laki – laki dan wanita

(Mar’at, 2008).

Kematangan sex ditandai dengan Sex Maturity Rating (SMR). SMR 1 Perkembangan

payudara

Elevasi papilla

Perkembangan genitalia Tidak ada rambut pada pubis

(24)

payudara namun belum mengelap

Perkembangan genitalia Mulai tumbuh rambut lurus pada pubis dan sampai disepanjang daerah labia.

SMR 3 Perkembangan payudara

Pembesaran payudara, papila tidak terlalu menonjol

Perkembangan genitalia Rambut pubis semakin banyak, semakin gelap, dan mulai membentuk daerah segitiga seperti wanita umumnya namun tipis.

SMR 4 Perkembangan payudara

Pembesaran payudara dan penonjolan papila dan areola yang menjadi lebih gelap.

Perkembangan genitalia Rambut pubis lebih tebal, menjadi keriting dan lebih terdistribusi.

SMR 5 Perkembangan payudara

Payudara mulai kelihatan seperti orang dewasa, papila yang sudah menonjol dengan

baik, areola tepat disekitar papila.

Perkembangan genitalia Rambut pubis semakin banyak, sudah seperti

wanita dewasa umumnya dan dapat

menyebar sampai ke daerah pertengahan paha.

Tabel 2. 2. Kematangan sex ditandai dengan Sex Maturity Rating (SMR). Sumber : Garajalo, 2005

Perubahan yang dialami dalam fase ini sangat banyak, seperti misalnya

dalam tinggi dan berat. Adapun faktor penyebab laki – laki rata – rata lebih tinggi dari perempuan adalah karena laki laki memulai percepatan pertumbuhan mereka

2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan anak perempuan (Mar’at, 2008).

(25)

sementara perempuan melambat, maka perempuan pada akhirnya lebih pendek dibandingkan rata – rata laki – laki (Mar’at, 2008).

Seiring pertambahan tinggi dan berat badan, perubahan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi tubuh. Dalam perubahan struktur kerangka terjadi percepatan perubahan otot, sehingga mengakibatkan terjadi pengurangan jumlah lemak di dalam tubuh (Mar’at, 2008).

Hubungan perkembangan dari berat badan dan tinggi badan dengan perkembangan maturasi seksual adalah sebagai berikut :

Gambar 2. 1. Kejadian maturitas pada anak laki – laki Sumber : Marcell, 2007

Gambar 2.2. kejadian maturitas pada anak perempuan. Sumber : Marcell, 2007

2.2. OnsetMenars 2.2.1. Defenisi Menars

(26)

Pada menstruasi normal, onset menars biasanya terjadi pada rentang usia 10–16 tahun dan pada umur rata – rata 12,5 tahun. Menars akan terjadi saat remaja dalam fase kematangan SMR 3 – 4, biasanya terjadi pada 1 – 3 tahun setelah memasuki masa pubertas (Garajalo, 2005).

2.2.2. Menars

Secara normal proses dari menars dipengaruhi oleh sistem downregulation, oleh sekresi Gonadotropin Realising Hormon (GnRH).. Axis ini diinhibisi oleh Central Nervous Center (CNS).. Onset menars, dikeluarkan oleh pulsasi GnRH, sehingga mengeluarkan hormone Luteinizing Hormon (LH). dan Follicle Stimulating Hormon (FSH).. Pulsasi ini akan muncul perrtama kali saat tidur sehingga dan akan mengalami kenaikan dari frekuensi dan amplitudonya saat siang hari.(Zimmerman, 2005).

Estradiol kiss-1 neuron

mTOR

Glutamate Noradrenalin

GABA GnRH neuron

Endogenous opiates

Other factors e.g. IGF 1, leptin

TGF-a neuregulin glutamat

astrogial cell

Pulsatile GnRH secretion

pubertas

Gambar 2.3. Stimulasi dan inhibisi dari efektor sekresi pulsatil GnRH. Sumber : Karapanou, 2010

(27)

Namun menars bukan hanya dipengaruhi oleh hormone yang diregulasi di uterus dan ovarium tetapi juga akan dipengaruhi oleh kecepatan metabolism tubuh, toleransi glukosa, makanan, mood dan banyak hal (French, S.A, 2006).

Menars tersebut dibagi menjadi 3 yakni menars normal, menars

precocious yakni terlalu cepat yakni dibawah umur 10 tahun yang dapat

diakibatkan oleh banyak hal seperti tumor pada ovarium, kelenjar adrenal, otak, adanya reye syndrome atau penyakit genetic dan penggunaan obat – obatan. Yang terakhir adalah menars delayed atau terlambat yang terjadi di atas 16 tahun apabila ciri seks sekunder positif atau 14 tahun apabila ciri seks sekunder tidak ada yang dapat diakibatkan oleh kegiatan fisik yang terlalu berat, penyakit kronik seperi cystic fibrosis atau sickle cell dan kelainan genetik seperti Turner’s syndrome (Needlman, 2007).

2.2.3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi onset menars

Faktor – faktor yang mempengaruhi onset menars adalah: 1. Tingkat pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan (Suhardjo, 1996

dikutip dari Lusiana, 2007).

Pemahaman diketahui dengan banyak hal, dari penelitian yang dilakukan

oleh Lusiana, 2007 tentang pengetahuan gizi yaitu mengenai karbohidrat dan lemak, kekurangan vitamin dalam tubuh, dampak kurang gizi terhadap remaja dan protein nabati, didapati bahwa pada anak yang pengetahuan gizinya baik akan lebih cepat menars dibandingkan dengan remaja yang pengetahuan gizi nya rendah.

2. Konsumsi vitamin B12, besi dan kalsium

(28)

Perbedaan antara remaja yang terbiasa dengan pola vegetarian juga sangat berrpengaruh dengan onset menars (Bagga, 2000).

3. Sosioekonomi

Faktor sosioekonomi yang dimaksudkan termasuk jumlah dari anggota keluarga, pendapatan keluarga, level pendidikan keluarga (Karapanou, 2010). Remaja yang memiliki tingkat ekonomi yang baik memiliki onset menars yang lebih cepat dibandingkan remaja yang memiliki tingkat ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan bahwa remaja yang memiliki tingkat ekonomi tinggi memiliki akses untuk perbaikan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan remaja tingkat ekonomi rendah (Lusiana, 2007).

Remaja yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih besar memiliki onset menars yang lebih lambat. Selain itu remaja yang tidak tinggal dengan ayah biologis misalnya dengan ayah tiri dan saudara laki – laki tiri memiliki onset menars yang lebih cepat. Sedangkan remaja yang tinggal dengan saudara perempuan yang lebih tua darinya mengalami onset menars yang lebih lama dibandingkan dengan remaja seusianya. Hal ini disebabkan oleh stress lingkungan keluarga dan gangguan marental mood (Karapanou, 2010).

4. Psikologis

Keadaan psikologis remaja yang dinilai dengan penilaian remaja terhadap tubuhnya apakah baik atau buruk dan respon remaja terhadap keadaan tubuhnya. Hal ini akan berpengaruh pada faktor stress dari remaja yang disebut sebagai experimental health (Gaudineau, 2010).

5. Faktor Lingkungan

(29)

Ketinggian tempat tinggal akan mempengaruhi seorang anak akan mendapatkan menars. Setiap kenaikan 100 m dari permukaan laut akan memberikan tiga bulan keterlambatan untuk waktu menars seseorang. Hal ini dikarenakan oleh keadaan nutrisi yang diharuskan untuk seseorang yang tinggal didataran tinggi akan membutuhkan energi yang lebih banyak sehingga simpanan lemak tubuh untuk proporsi tubuh yang baik susah dicapai (Karapanou, 2010).

Keadaan kimiawi lingkungan yang disebut dengan kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). dapat mempengaruhi onset pubertas dan tentunya onset menars (Karapanou, 2010).

Kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). merupakan suatu bahan yang memiliki sesuatu struktur yang sama dengan estrogen sehingga dapat menduduki reseptor estrogen sehingga hal ini akan mengganggu steroidogenesis. Selain itu kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). juga akan mempengaruhi pubertas melalui jalur Central Nervous System dengan menurunkan sirkulasi LH dan prolaktin. Hal yang paling membahayakan adalah saat kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). mempengaruhi sistem endokrin, karena hal ini dapat mengakibatkan terjadi gangguan diferensiasi sex dan memacu hormon – hormon penyebab kanker

(Karapanou, 2010).

6. Father absence and present

(30)

Gambar 2.4. Pengaruh keberadaan ayah menetap di rumah Sumber : Maestripieri, 2004

7. Usia menars ibu

Rata – rata onset menars ibu adalah 13 -14 tahun. Variasi umur rata-rata onset menars merupakan interaksi genetik dan lingkungan. Sehingga ibu yang memilik onset menars lebih cepat dibandingkan ibu lain memiliki remaja yang juga lebih cepat onset menarsnya (Lusiana, 2007).

8. Status gizi

Pada remaja yang termasuk gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama, karena itu menars (umur pertama kali menstruasi) juga akan tertunda (Lusiana, 2007). Status gizi itupun dipengaruhi oleh nutrisi yang masuk ke dalam tubuh anak (Padez, 2003).

Parameter yang digunakan adalah berat badan dan Body Mass Index (BMI). dan tinggi badan. Misalnya : tingginya level lemak subcutaneous dan BMI pada masaprapubertal (5 - 9 tahun). akan mengasosiasikan kenaikan onset menars menjadi dibawah 11 tahun. Onset menars berbanding terbalik dengan lingkar paha

dan lingkar lengan namun onset menars berbanding lurus dengan lingkar pinggul (Karapanou, 2010).

9. Kadar Leptin di dalam darah

Tingginya kadar leptin di dalam darah lebih ditandai dengan lemak pada gluteofemoral dibandingkan dengan lemak pada tubuh bagian atas, lemak pada bagian ini akan dianggap oleh hipotalamus sebagai gambaran distribusi lemak semasa pubertas (Karapanou, 2010).

10. Birth weight ( Berat Badan Lahir).

(31)

menars (Barasi, 2007). Berat badan lahir akan mempengaruhi 5 – 10 bulan dari tertunda maupun terlalu cepatnya onset pubertas dan onset menars (Karapanou, 2010). Berat badan lahir

11. Kecepatan pertambahan berat badan bayi

Kecepatan pertambahan berat badan bayi mulai dari baru lahir sampai berumur 2 bulan dan mulai dari 2 bulan sampai 9 bulan , akan mempengaruhi onset pubertas dan onset menars dari remaja. Karena kecepatan pertambahan berat badan bayi pada saat itu akan mempengaruhi besar jaringan lemak yang akan ada di tubuh anak mulai dari berumur 10 tahun, sehingga semakin besar pertambahan akan semakin cepat onset menars seorang anak. Namun hal ini tidak berlaku pada anak yang memiliki kecepatan pertambahan berat badan yang tinggi saat berumur 9 sampai 19 bulan (Ellison, 1981 dikutip dari Karapanou, 2010).

12. Aktivitas fisik

Didapati bahwa remaja yang memiliki aktifitas fisik sekitar 2 jam perhari diklasifikasikan sebagai remaja yang memiliki aktivitas fisik tinggi. Remaja tersebut memiliki onset menars yang lebih terlambat dibandingkan dengan remaja

yang tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Hal ini disebabkan oleh dikirimnya impuls negatif dari hipotalamus yang mengatur keluarnya GnRH

pulsatil oleh karena aktivitas fisik yang berlebihan (Chavarro, 2004).

Aktifitas fisik yang dilakukan secara regular oleh para remaja seperti permainan voli, badminton dan berenang akan membuat keterlambatan sekresi dari hormone sehingga memperlambat maturitas tubuh dan akhirnya memperlambat onset menars (Bagga, 2000).

13. Status kesehatan

(32)

Remaja yang memiliki penyakit seperti penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner atau setidaknya memiliki orang tua yang memiliki riwayat demikian akan lebih cepat menars dan ternyata yang didapati adalah bahwa hal tersebut terjadi karena secara genetik akan mengkontribusi kenaikan sel adiposa dalam tubuh seseorang tersebut.

Remaja akan lebih cepat pada remaja yang tidak memiliki gangguan dari kenaikan gula darah dan tidak intoleransi insulin (Karapanou, 2010).

14. Pengguna obat – obatan

Remaja pengguna obat – obatan seperti tobacco, cannabis, alcohol akan lebih cepat onset menarsnya dibandingkan dengan remaja yang tidak menggunakan obat – obatan tersebut (Gaudineau, 2010).

2.3 Status Gizi

2.3.1. Defenisi Status Gizi

Status Gizi adalah suatu penilaian konsumsi pangan berdasarkan data

kuantitatif maupun data kualitatif yang diperoleh dengan cara survei (Yuniastuti, 2008).

2.3.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi

Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi mencakup faktor – faktor yang mempengaruhi menars (Lusiana, 2007).

Faktor – faktor lain adalah : 1. Riwayat Konsumsi Makanan

(33)

Susu Ibu).. Gangguan saat pemberian makanan pada anak dan kelainan makan (Dilley, 2005).

2. Riwayat perkembangan anak

Anak mengalami perlambatan dalam fase perkembangannya yang disesuaikan dengan perkembangan anak dalam fase yang seharusnya. Misalnya apakah anak tersebut mulai mengalami pertumbuhan gigi, bicara, berjalan dan perkembangan lain dalam usia yang seharusnya (Dilley, 2005).

3. Riwayat Kelahiran

Riwayat kelahiran yang dimaksud misalnya, anak lahir dengan kurang bulan, anak yang punya komplikasi saat proses kelahiran dan masalah lain akan lebih jelek status gizinya jika dibandingkan dengan anak – anak yang lahir dengan waktu yang cukup bulan (Dilley, 2005).

Penyakit – penyakit yang diderita ibu saat hamil yang mengakibatkan ibu harus mengkonsumsi obat – obatan tertentu. Misalnya pada ibu hamil yang terinfeksi Streptococcus B hemoliticus sehingga membuat ibu hamil harus mengkonsumsi antibotik (Dilley, 2005).

4. Aktifitas di luar sekolah

Aktifitas di luar sekolah diusahakan adalah kegiatan yang mendukung kesehatan anak dan mendukung anak dalam perkembangannya. Harus

diseimbangkan antara aktifitas dalam olahraga, seni dan lain sebagainya dan harus disesuaikan antara waktu istirahat dan waktu yang akan diisi dengan kegiatan (Dilley, 2005).

5. Imunisasi

Imunisasi sepatutnya diberikan karena akan mempengaruhi dari status gizi anak. Seperti pemberian imunisasi mumps, rubella (MMRs)., DTaPs. Polio, Varivax, Hepatitis B (Dilley, 2005).

(34)

Penyakit yang sedang diderita sekarang dalam kurun waktu tertentu, misalnya sedang diare dan sudah dialami dalam 1 minggu, demam dalam 4 hari terakhir dan lain – lain (Dilley, 2005).

Penyakit juga dapat diketahui dengan memeriksa kadar gula darah anak, keadaan pendengaran, ada tidaknya faktor risiko hyperlipidemia, tuberculosis, dan lain – lain (Dilley, 2005).

2.3.3. Penilaian Status Gizi

Penilaian gizi lengkap akan menintegrasikan suatu kordinasi kombinasi evaluasi medis subyektif dan pengukuran objektif atas riwayat medis dan gizi seperti makanan terdahulu dan sekarang, pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan pengukuran antropometrik dan penilaian pertumbuhan, parameter biokimiawi dan metabolic, antisipasi perjalanan medis yang dijalani dan efek pengobatan (Leleiko, 2006). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan banyak cara :

2.3.3.1. Cara Kualitatif

Cara kualitatif kita lakukan agar kita dapat mengetahui frekuensi makan dan mengetahui cara memperoleh pangan.

1. Metode recall 24 jam

Metode ini digunakan untuk mengetahui estimasi jumlah pangan dan minuman yang dikonsumsi oleh seseorangselama 24 jam yang lalu atau sehari sebelum wawancara dilakukan (Yuniastuti, 2008).

2. Food records

Responden akan mencatat semua pangan dan minuman yang dikonsumsi selama satu minggu (Yuniastuti, 2008).

(35)

Metode penimbangan mengukur secara langsung berat setiap jenis pangan yang dikonsumsi oleh seseorang pada hari melakukan wawancara (Yuniastuti, 2008).

4. Food frequency questionare

Metode ini digunakan untuk mengetahui pola konsumsi pangan dari seseorang yakni mengetahui daftar jenis pangan yang dimakan dan frekuensi orang tersebut mengkonsumsi makanannya (Yuniastuti, 2008).

5. Dietary history

Metode yang dikenal dengan metode riwayat pangan ini adalah untuk mengetahui pola inti pangan sehari – hari yang meliputi tiga komponen dasar, yaitu wawancara mendalam tentang pola makan sehari-hari (termasuk recall 24 jam)., checklist frekuensi pangan, dan pencatatan dua – tiga hari, yang dimaksud sebagai teknik cross-cheecking (pemeriksaan silang). (Yuniastuti, 2008).

2.3.3.2. Cara Kuantitatif

1. Cara Biokimia

Cara biokimia dapat digunakan untuk mendeteksi subklinis yang semakin penting dalam era global preventif. Secara teoritis, keadaan defisiensi subklinis

dapat diidentifikasikan melalui pengukuran kadar zat gizi/ metabolit dalam suatu bahan biopsi (Yuniastuti, 2008).

2. Cara Antropometri

Penghitungan secara antropometri adalah penilaian status gizi dengan menggunakan ukuran ukuran tubuh (Koski, 2004). pengukuran antropometri dilakukan dengan menggunakan dengan dua dimensi yaitu pengaturan pertumbuhan dan komposisi tubuh (Yuniastuti, 2008).

(36)

Prevention (CDC). 2000 (Koski, 2004).. Dengan terlebih dahulu menghitung BMI dari anak dengan menggunakan rumus

Lalu di sesuaikan untuk diplot pada kurva CDC growth chart

The Centers for Disaese Control and Prevention (CDC). 2000 adalah suatu chart yang merupakan revisi dari The National Center for Health

Statistic(NCHS).yang telah digunakan mulai dari tahun 1977. Selain karena

NCHS sudah digunakan sejak waktu yang lama namun alasan untuk merevisi NCHS juga untuk memperbaiki isi dan cakupannya, misalnya :

1. Chart NCHS mulai menunjukkan hasil yang rancu saat digunakan pada

remaja yang sudah memasuki masa pubertas. Sehingga didesain lebih signifikan lagi pada CDC untuk menunjukkan hasil yang lebih akurat.

2. Chart NCHS tidak dapat mempredikisi status gizi dengan baik dan saat kita

gunakan untuk remaja masa pubertas kita tidak dapat memperkirakan keadaan tersebut dengan membawanya untuk dibandingkaan dengan baik tidaknya status endokrin seseorang.

3. Rentang usia yang digunakan dalam NCHS terlalu sempit, maka rentang

dilebarkan pada CDC 2000 mulai dari umur 2 tahun sampai umur 20 tahun, agar remaja akhir dapat tetap diperhatikan kesehatannya berdasarkan perkembangan fisiologi tubuh yang sesuai menurut pediatri.

4. Pada CDC ditambahkan rentang persentil untuk mengatakan seseorang at risk

Chart CDC 2000 dibuat untuk menentukan status kesehatan dan riset untuk mengetahui status dari bayi, anak dan remaja (CDC, 2002). Chart CDC 2000 terdiri dari chart yang digunakan untuk bayi, chart yang digunakan untuk anak yang berusia kurang dari 36 bulan dan chart yang dapat digunakan untuk anak sampai remaja yakni dengan usia 2 sampai 20 tahun (CDC, 2002).

The Centers for Disaese Control and Prevention (CDC). 2000 merupakan

(37)

tidak hanya dibandingakan antara berat badan dan tinggi badan namun juga mengikutsertakan umur dan jenis kelamin yang dapat digunakan pada anak berumur 2 sampai 20 tahun (Koski, 2004).

(38)
[image:38.595.142.450.127.468.2]

Gambar 2.5. Growth Chart CDC Sumber : CDC, 2002

Setiap BMI yang sudah di plot pada CDC mempunyai indikasi tersendiri yang akan menentukan jenis persentil yang ditunjukkan.

BMI for Age Cutoffs

≥ 95th

percentile Overweight

85th percentile – 95th percentile Risk of overweight

5th percentile - ≤85th percentile Normal

≤5th

percentile Underweight

Tabel 2.3. BMI berdasarkan umur Sumber : CDC, 2002

[image:38.595.110.518.569.679.2]
(39)

badan berlebih (at risk of overweight)., berat badan berlebih (overweight). yang mana pada orang dewasa sudah disebut sebagai obesitas berdasarkan hasil perhitungan BMI yang kita bandingkan dengan umur berdasarkan dengan CDC (Koski, 2004).

2. 4. Hubungan status Gizi dengan Onset Menars

[image:39.595.122.382.285.429.2]

Dalam dasawarsa terakhir ini usia menars telah bergeser ke usia lebih muda (Whincup, 2005).

Tabel 2. 4. Age of menars in contemporary British Teenagers Sumber : Whincup, 2005

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Whincup status gizi perlu diperhatikan karena status gizi yang kurang dapat mengakibatkan menstruasi lebih lambat dari yang seharusnya (Lusiana, 2007).

Semakin baiknya makanan yang dimakan dan nutrisi yang penuh akan mempengaruhi akan mempengaruhi BMI. BMI akan menginisiasi awal yang akan membawa remaja ke dalam fase pubertasnya dan akan mempengaruhi percepatan dari onset menars ( Wu, 2005).

(40)

Partisipasi dari orangtua juga sangat diperlukan untuk mendukung pemilihan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak mereka. Karena pada remaja yang pemilihan makanan dilakukan secara tidak baik akan mempengaruhinya dan biasa membawa anak pada posisi obesitas, didapati bahwa anak dengan kelebihan berat badan akan mengalami menars lebih cepat.(Gaudineau, 2010).

Remaja yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami maturasi yang lebih cepat daripada remaja yang memiliki berat badan normal maupun kurang sehingga keadaan onset menars pun lebih cepat (Anderson, 2003).

Obesitas yang dapat kita ketahui dengan melakukan skrining BMI remaja dan akan kita lanjutkan dengan memplot pada kurva NCHES 1997 yakni hasil BMI diatas >95% atau 85 sampai 95 percentil yang merupakan indikasi dikatakan sebangai obesitas. obesitas pada remaja yang merupakan salah satu masalah besar di Amerika akan mempengaruhi kenaikan dari kadar lemak tubuh yang juga akan mempengaruhi onset menars dari seseorang (Dilley, 2005).

Berdasarkan WHO, 2003 terdapat perbedaan yang bermakna antara onset menars pada kelompok remaja pedesaan dan perkotaan atau dikondisikan sebagai remaja kaya atau miskin di daerah tertentu, didapatkan ini berkaitan dengan perbedaan dari status sosial remaja yang berdampak pada kesehatannya yakni

status gizi remaja.

Remaja yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami maturasi

yang lebih cepat daripada remaja yang memiliki berat badan normal maupun kurang sehingga keadaan onset menars pun lebih cepat (Anderson, 2003).

Berdasarkan Pediatrics Facts, Dilley 2005 menyatakan tinggi dan berat badan remaja dan persentasi dari lemak tubuh akan mempengaruhi onset menars. Hal ini dihubungkan oleh dipengaruhinya kematangan seksual yakni ovulasi dari remaja tersebut.

(41)

berbeda sehingga dipikirkan bahwa hal ini berhubungan dengan status gizi dari remaja (Pisarka, 2010).

Dari penelitian Cohort of British woman, cooper et al juga mendapatkan bahwa status gizi remaja sangat berpengaruh yakni remaja yang mempunyai berat badan lebih tinggi saat kelahiran lebih lama menars dan yang lebih mempengaruhi adalah berat badan saat remaja dalam masa pubertas. Semakin tinggi berat badan saat masa pubertas akan semakin cepat juga onset dari pubertas dan sebaliknya (Adair, 2005).

[image:41.595.139.528.338.578.2]

Berdasarkan Mounir, 2010 didapati bahwa berat badan yang diperiksa dengan status gizi mempengaruhi umur mendapatkan menstruasi pertama.

(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini terdiri dari beberapa karakteristik responden yaitu status gizi, onset menars ibu responden, berat badan lahir dan pendapatan orangtua.

Variabel Independen Variabel Dependen

Dalam penelitian ini, variabel independen (variable bebas) penelitian ini adalah status gizi, onset menars ibu sampel, berat badan lahir, tingkat pendapatan orangtua dan variable dependennya adalah onset menars sampel yakni cepat, normal, dan lambat.

3.2Definisi Operasional

Onset Menars Status Gizi

Onset Menars Ibu responden

(43)

3.2.1 Status Gizi

Defenisi Suatu penilaian konsumsi pangan berdasarkan data data kuantitatif

yang akan dilakukan dengan metode antropometri

Cara Ukur Penilaian status gizi dilakukan dengan pengukuran langsung pada

sampel untuk mengetahui antropometri tubuhnya adalah dengan menggunakan ukuran ukuran tubuh yakni tinggi badan dan berat badan, dilanjutkan dengan pemeriksaan BMI dari tubuh dengan rumus

Selanjutnya BMI akan diplotkan ke growth chart The Centers for Disaese Control and Prevention (CDC) 2000 untuk mengetahui status gizi sampel.

Alat Ukur Berat Badan akan diukur menggunakan alat , dengan spesifikasi :

Jenis : Timbangan badan Injak

Tipe : Manual

Merk dagang : GEA

Jenis : Mechanical Personal Scale

Model : BR9015B

Tahun kaliberasi : 2013

Satuan : Kg

Kapasitas : 120 kg

Batas Toleransi keakuratan : 0 – 60 kg 1.2 digits

>60 kg 2 digits

Untuk mendapatkan hasil pengukuran berat badan yang lebih akurat, proses pengukuran yang akan dilakukan dalam penelitian dilakukan oleh penulis sendiri dan dilihat kembali oleh satu orang lain yang membantu proses pengukuran. Sehingga kesalahan dalam pengukuran dapat diminimalisasi.

(44)

Jenis : Pengukur Tinggi Badan Tarik

Tipe : Manual

Merk dagang : OneMed

Jenis : Stature Meter

Model : NO.26SM

Satuan : cm

Kapasitas : 200 cm

Untuk mendapatkan hasil pengukuran tinggi badan yang lebih akurat, proses pengukuran yang akan dilakukan dalam penelitian dilakukan oleh penulis sendiri dan dilihat kembali oleh satu orang lain yang membantu proses pengukuran.Sehingga kesalahan dalam pengukuran dapat diminimalisasi.

Hasil Ukur Setiap BMI yang sudah di plot pada growth chart CDC 2000

mempunyai indikasi tersendiri yang akan menentukan jenis persentil yang ditunjukkan. Hal ini nantinya akan membantu kita untuk menentukan status gizi sampel, yakni :

BMI for Age Cuttofs

≥95th

percentile Overweight

85th to <95th percentile Risk of Overweight

5th to < 85th percentile Normal

[image:44.595.241.511.112.260.2]

< 5th percentile Underweight

Tabel 3.1. BMI for Age Cuttoff Sumber : CDC, 2002

Skala Kategori

3.2.2. Onset Menars

Defenisi Usia saat terjadi pendarahan pertama dari uterus pada seorang

wanita.

Cara Ukur Wawancara lansung dengan sampel

(45)

untuk memastikan keakuratan dari hasil wawancara. Alat Ukur Usia sampel saat menars pertama

Hasil Ukur Data onset menars yang telah didapatkan melalui wawancara

sampel kemudian dicocokkan dengan data rata – rata onset menars yang didapati dari sampel, yakni:

1. Menars cepat : < 10 tahun 2. Normal : 10 – 14 tahun 3. Menars lambat : > 14 tahun

Skala Kategori

3.2.3. Onset Menars ibu sampel

Defenisi Usia saat terjadi pendarahan pertama dari uterus pada ibu sampel

Cara Ukur Wawancara lansung dengan sampel

Dimana pertanyaan wawancara akan dibiarkan ditangan sampel selama 1 hari sehingga mendapatkan informasi lebih akurat dari orang tuanya.

Alat Ukur Usia ibu sampel saat menars pertama Hasil Ukur Data onset menars ibu, yakni:

1. Menars cepat : < 10 tahun 2. Normal : 10 – 14 tahun 3. Menars lambat : > 14 tahun

Skala Kategori

3.2.4. Berat Badan Lahir

Defenisi Berat Badan lahir sampel

Cara Ukur Wawancara lansung dengan sampel

Dimana pertanyaan wawancara akan dibiarkan ditangan sampel selama 1 hari sehingga mendapatkan informasi lebih akurat dari orang tuanya.

Alat Ukur Berat badan sampel dalam ukuran (gram)

Hasil Ukur Berat badan sampel saat lahir 1. BB Normal : ≥ 2500 gram

2. BB Kurang : < 2500 gram

Skala Kategori

(46)

Defenisi Besar pendapatan orangtua sampel

Cara Ukur Wawancara lansung dengan sampel

Dimana pertanyaan wawancara akan dibiarkan ditangan sampel selama 1 hari sehingga mendapatkan informasi lebih akurat dari orang tuanya.

Alat Ukur Pendapatan orang tua

Hasil Ukur Pendapatan orangtua yang dikelompokkan berdasarkan Upah

Minimum Regional (UMR) 2013 1. ≥Rp. 1.305.000

2. <Rp. 1.305.000

Skala Nominal

3.3 Hipotesis

(47)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4. 1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional) yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada saat penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui hubungan status gizi (TB/BB) dengan onset menars pada siswi usia 11–14 tahun di SMP Negeri 1 Pintu Pohan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Pintu Pohan , Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.

Berdasarkan survei pendahuluan beberapa alasan pemilihan lokasi, yakni : 1. Dilihat dari murid perempuan yang ada di SMP Negeri 1 Pintu Pohan

mempunyai latar belakang status ekonomi yang bervariasi yang mana akan mempengaruhi gaya hidup dan pemilihan konsumsi pangan mereka sehingga dapat menggambarkan status gizi yang berbeda.

2. Mayoritas siswi SMP Negeri 1 Pintu Pohan juga berada dalam latar

belakang orangtua yang memiliki pendidikan yang berbeda – beda sehingga gaya hidup dan pemilihan makanan juga berbeda sehingga dapat menggambarkan status gizi yang berbeda.

3. Mayoritas siswi SMP Negeri 1 Pintu Pohan memiliki BMI yang berbeda –

beda sehingga akan lebih menggambarkan perbedaan onset menars dari

masing – masing variasi BMI tersebut.

4.2.2 Waktu Penelitian

(48)

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah semua siswi yang berusia 11 – 14 tahun yang bersekolah di SMP Negeri 1 Pintu Pohan dengan jumlah

Kelas 7 : 37 orang Kelas 8 : 26 orang Kelas 9 : 38 orang

Sehingga keseluruhan populasi berjumlah 101 siswi.

4.3.2 Sampel

Penarikan sampel penelitian sering dilakukan dalam suatu penelitian oleh beberapa alasan seperti jumlah populasi yang sangat besar sehingga semua populasi tidak mungkin diperiksan karena memakai waktu yang lama, adanya homogenitas atau sifat kesamaan dalam populasi, dan ketelitian terhadap pengukuran sampel akan lebih baik dibandingkan populasi. Alasan lain berupa lebih murah, lebih cepat, lebih akurat lebih spesifik dan mewakili populasi. (Wahyuni, 2007)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah consecutive sampling,yakni semua subyek secara berurutan sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, S, 2008) sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

• Siswi usia 11 – 14 tahun

• Terdaftar secara administratif sebagai siswi SMP Negeri 1 Pintu Pohan

• Bersedia menjadi subjek penelitian 2. Kriteria Ekslusi

• Mempunyai penyakit diabetes mellitus 1 maupun 2

• Siswi yang merokok

• Mengkonsumsi alkohol

• Ibu responden lupa onset menarsnya

(49)

Rumus besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

=

N. Z

2

1 ×

2

.

( 1

−�

)

(N

1 )d

2

+ Z

2

1 ×

2

.

( 1

−�

)

Keterangan (Wahyuni, 2007) :

n = Besar sampel minimum

N. Z21

2 = Nilai distribusi baku ( table Z) pada � tertentu � = Harga proporsi di populasi ( 0,5 )

d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir ( 10% = 0,1)

n = Jumlah populasi

Besar sampel adalah :

=

101 (1,96)

2

× 0,5 ( 1

0,5)

(101

1 )(0,1)

2

+ (1,96)

2

× 0,5 ( 1

0,5)

=

101 (3,8416) × 0,25

100 (0,01) + (3,8416)(0,25)

=

99,164

1,9604

n

= 51 orang

(50)

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan penilaian status gizi yang dilakukan dengan pengukuran langsung pada sampel untuk mengetahui antropometri tubuhnya adalah dengan menggunakan ukuran ukuran tubuh yakni tinggi badan dan berat badan, metode pengukuran berat badan dan tinggi badan menggunakan timbangan badan injak jenis manual dengan merk dagang GEA dan pengukur tinggi badan tarik (Stature Meter)atau Microtoisedengan merk dagang OneMed. Hasil pengukuran yang didapatkan kemudian akan dihitung BMI nya dengan rumus penghitungan BMI dan setelah itu akan diplotkan dengan kurva pertumbuhan The

Centers for Disaese Control and Prevention (CDC) 2000 (CDC Growth Chart

)untuk menentukan status gizi sampel dengan identifikasi sebagai berikut :

BMI for Age Cuttofs

≥95th

percentile Overweight

85th to <95th percentile Risk of Overweight

5th to < 85th percentile Normal

[image:50.595.111.517.415.529.2]

< 5th percentile Underweight

Tabel 4.1. BMI for Age Cuttoff Sumber : CDC, 2002

Kemudian untuk data primer onset menars diperoleh dengan melakukan

wawancara tentang onset menars dari sampel. Wawancara akan dilakukan secara langsung kepada sampel untuk menanyakan onset menars dari masing masing sampel. Data yang akan didapatkan dapat berupa tanggal dari onset menars dari sampel atau hanya berupa umur sampel pada onset menarsnya. Setelah itu akan dikelompokkan berdasarkan onset menars, menjadi :

4. Menars cepat : < 10 tahun

(51)

6. Menars lambat : > 14 tahun

Setelah itu akan dilakukan wawancara onset menars ibu sampel, berat badan lahir sampel dan tingkat pendapatan orangtua.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder akan diperoleh dari sekolah yakni SMP Negeri 1 Pintu Pohan untuk mengetahui data – data umum dari siswi yang berumur 11 – 14 tahun.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara :

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai

petunjuk. 2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam program komputer SPSS.

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

(52)

4.5.2 Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan analisis, yakni :

1. Analisis data Univariat

Analisis data dilakukan untuk mengertahui distribusi frekuensi dan presentasi tiap variabel yang akan diteliti yaitu status gizi, onset menars ibu sampel, berat badan lahir sampel dan tingkat pendapatan orangtua (Hastono, 2001)

2. Analisi Data Bivariat

Analisis data dilakukan dengan uji statistic menggunakan chi-square, untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel

independen dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Apabila p value < 0.05, maka Ho

gagal ditolak (Hastono, 2001).

3. Analisis Data Multivariat

Untuk menganalisis variabel independen yang paling kuat hubungannya dengan variabel dependen digunakan regresi logistic karena bentuk variabel

(53)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

SMP Negeri 1 Pintu Pohan terletak di Kecamatan Pintu Pohan Meranti, kota Porsea, Kabupaten Toba Samosir. SMP Negeri 1 Pintu Pohan dibangun di ata tanah yang memiliki luas 9000 m2. Sekolah ini mulai diberikan izin untuk melaksanakan proses belajar - mengajar pada tahun 1991. Pada tahun 1992,

Komite Kepala Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara, dengan Kepala Sekolah pertama adalah Bapak Saut Sirait.

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Pintu Pohan Dolok Sebelah Utara : Berbatasan dengan Pintu Pohan Meranti Sebelah Timur : Berbatasan dengan Ambar Halim Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Pintu Pohan Pasar

Saat ini kepala sekolah yang memimpin di SMP Negeri 1 Pintu Pohan adalah Bapak Makkin Marbun, Spd. Dengan jumlah guru 11 orang dan pegawai tata usaha 2 orang.

Adapun kecamatan yang menjadi wilayah kerja SMP Negeri 1 Pintu Pohan Meranti yang mana merupakan asal dari murid – murid yang bersekolah yaitu :

(54)
[image:54.595.90.531.214.644.2]

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden siswi SMP Negeri 1 Pintu Pohan (N=60 orang)

Karateristik Frekuensi Persentase (%)

Usia 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun 7 15 30 8 11,7 25 50 13,3

Berat Badan Lahir BB Normal ( ≥ 2500 gram) BB Kurang (< 2500 gram)

37 23

61.5 38.3

Status Gizi

Overweight (≥95th percentile) Normal(5th to < 85th percentile) Underweight (< 5th percentile)

0 31 29 0 51,7 48.3

Onset Menars Ibu responden Menars cepat (< 10 tahun) Normal (10 – 14 tahun) Menars lambat (> 14 tahun)

0 45 15 0 75 25

Tingkat pendapatan orangtua

≥ Rp. 1.305.000

< Rp. 1.305.000

18 42

30 70

(55)

11 tahun adalah 7 orang (11,7%), 12 tahun adalah 15 orang (25%), 13 tahun adalah 30 orang (50%), dan 14 tahun adalah 8 orang (13,3%).

Mayoritas responden lahir dengan berat badan normal (( ≥ 2500 gram) yakni 37 orang (61,5%) dan responden yang memiliki berat badan lahir kurang (<2500 gram) adalah 23 orang (38,3%).

Responden dengan status gizi respondendalam kisaran Normal (5th to < 85th percentile) terdapat 31 orang (51,7%) dan Underweight (< 5th percentile) yakni 29 orang (48,3%).

Tidak terdapat onset menars ibu dari responden yang cepat (<10 tahun) dan yang terbanyak adalah Normal (10 – 14 tahun) yakni 45 orang (75%) sedangkan yang lambat terdapat 15 orang (25%).

Tingkat pendapatan orangtua pada responden kebanyakan adalah kurang dari UMR (Upah Minimum regional)< Rp. 1.305.000 yakni 42 orang (70%) dan ≥

[image:55.595.100.527.646.753.2]

Rp. 1.305.000 terdapat 18 orang (30%)

Tabel 5.2. Proporsi onset menars responden pada siswi usia 11- 14 tahun di SMP

Negeri 1 Pintu Pohan

Onset Menars Responden Menars cepat (< 10 tahun) Normal / sudah (10 – 14 tahun) Menars lambat ( > 14 tahun) Belum menars

0 34

0 26

0 56,7

(56)

Onset menars responden sendiri adalah yang belum mengalami menars yakni 26 orang (43,4%), onset menars normal (10-14 tahun) pada 34 orang (56,7%) dan tidak terdapat onset menars cepat (<10 tahun).

[image:56.595.107.549.278.407.2]

5.1.3 Hasil Analisis Data

Tabel 5.3 Hubungan Berat Badan Lahir dengan Onset Menars

Berat Badan Lahir Responden Menars Responden Jumlah Chi square P value

Belum Sudah

Normal Rendah 12 14 25 9 19 41

4,671 *0,031

Total 26 34 60

*Uji analisa Chi Square

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.3 dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan uji chi square untuk mengetahui apakah Hipotesis ditolak atau diterima. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai chi square = 4,671, dengan nilai p = 0,031. Karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara berat badan lahir responden dengan onset menars responden” diterima.

Tabel 5.4 Hubungan Pendapatan dengan Onset Menars

Pendapatan orangtua Menars Responden Jumlah Chi square P value

Belum Sudah

Di atas UMR Di bawah UMR

7 19 11 23 19 42

0,207 *0,649

Total 26 34 60

*Uji analisa Chi Square

[image:56.595.108.538.566.695.2]
(57)
[image:57.595.107.530.238.345.2]

atau diterima. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai chi square = 0,207, dengan nilai p = 0,649. Karena nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (p<0,05) maka Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara Pendapatan Orangtua responden dengan onset menars responden” ditolak.

Tabel 5.5 Hubungan Onset Menars Ibu dengan Onset Menars

Onset Menars Ibu Menars Responden Jumlah Chi square P value

Belum Sudah

Lambat Normal 10 16 5 29 19 41

4,434 0,035

Total 26 34 60

*Uji analisa Chi Square

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.5 dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan uji chi square untuk mengetahui apakah Hipotesis ditolak atau diterima. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai chi square = 4,434, dengan nilai p = 0,035. Karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara onset menars ibu dengan onset menars responden” diterima.

Tabel 5.6 Hubungan Status Gizi dengan Onset Menars

Status Gizi Menars Responden Jumlah Chi square P value

Belum Sudah

Normal Underweight 9 17 22 12 31 29

5,342 *0,021

Total 26 34 60

*Uji analisa Chi Square

[image:57.595.109.531.525.634.2]
(58)
[image:58.595.109.516.197.285.2]

Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara status gizi dengan onset menars responden” diterima.

Tabel 5.7. Analisa Multivariat berdasarkan karakteristik responden

Faktor P value Odds Ratio

Menars Ibu 0.055 0.249

Berat Badan Lahir 0.048 3.432

Status Gizi 0.014 4.618

Dengan menggunakan analisa multivariate regresi, berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel diatas didapati bahwa faktor yang paling mempengaruhi onset menars adalah status gizi yang memiliki p value 0.014. Karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka Hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara status gizi dengan onset menars responden” diterima. Nilai OR

(Odds Ratio) dari status gizi adalah 4.618, maka dalam hal itu artinya bahwa responden yang memiliki berat badan normal 4.618 kali lebih cepat mengalami

menars dibandingkan dengan responden yang memiliki berat badan kurang.

5.2.1 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Pintu Pohan Meranti tahun 2013, diperoleh data yang diperlukan. Untuk itu, selanjutnya dilakukan pembahasan dengan rincian sebagai berikut.

5.2.1.1 Proporsi stutus gizi pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan seperti yang tercantum dalam table 5.1, dapat

diketahui bahwa tidak terdapat responden dengan status gizi kategori Overweight (≥95th percentile), status gizi responden dalam kisaran Normal (5th to < 85th percentile) terdapat 31 orang (51,7%) dan Underweight (< 5th percentile) yakni 29 orang (48,3%).

(59)

genetik, asupan makanan, dan faktor infeksi. Faktor eksternal terdiri dari faktor pertanian, faktor ekonomi, faktor sosial budaya, dan pengetahuan gizi. Selain itu banyak mempengaruhi keadaan status gizi. Faktor teknologi juga mempengaruhi status gizi remaja.

Namun pada remaja usia 10 – 16 tahun, mereka hidup dengan cara peer sehingga saat teman teman mereka ingin memiliki berat badan yang lebih kurus mereka pun menginginkan hal yang sama. Selain itu, mereka terbiasa memiliki menggambarkan diri mereka lebih buruk daripada kondisi yang sebenarnya, sehingga mereka selalu ingin menurunkan berat badan walaupun kondisi mereka tidaklah overweight ataupun obesitas. Hal ini mempengaruhi status gizi mereka.

5.2.1.2 Proporsi onset menars pada siswi di SMP Negeri 1 Pintu Pohan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan seperti yang tercantum dalam table 5.1,

dapat diketahui bahwa onset menars responden terbanyak adalah onset menars normal (10-14 tahun) pada 34 orang (56,7%) , responden yang belum mengalami

menars yakni 26 orang (43,4%), dan tidak terdapat onset menars cepat (<10 tahun).

5.2.1.3

Gambar

Tabel 2.1. Fase perkembangan Growh Spurt berdasarkan tahap remaja
Tabel 2. 2. Kematangan sex ditandai dengan Sex Maturity Rating (SMR).
Gambar 2. 1. Kejadian maturitas pada anak laki – laki
Gambar 2.3. Stimulasi dan inhibisi dari efektor sekresi pulsatil GnRH.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1 2 independen indeks massa tubuh dependen Usia Menarche hubungan antara berat badan dan tinngi badan yang menunjukkan

Satu penelitian menyatakan bahwa remaja putri yang mengalami menarche dini cenderung memiliki berat badan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putri yang belum

Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa pada kelompok kasus terdapat responden dengan berat badan lahir normal tetapi mengalami gizi kurang, Hal ini dikarenakan

Hubungan antara Status Gizi dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri di SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Hubungan antara Status Gizi dengan Usia Menarche pada siswa Sekolah

Hasil penelitian ini menunjukan dari30 responden sebanyak 27 siswi (90%) yang mengalami menarche pada usia normal dengan status gizi baik dan 3 siswi (10%) mengalami

Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa pada kelompok kasus terdapat responden dengan berat badan lahir normal tetapi mengalami gizi kurang, Hal ini dikarenakan

Hasil penelitian ini menunjukan dari30 responden sebanyak 27 siswi (90%) yang mengalami menarche pada usia normal dengan status gizi baik dan 3 siswi (10%) mengalami

Balita yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi terendah mempunyai risiko 1,7 kali lebih besar untuk mengalami kejadian pendek dan kejadian berat badan kurang,