• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Membangkitkan Pengharapan

Dalam dokumen publikasi e-konsel (Halaman 133-137)

Jika sudah memahami perbedaan pengharapan semu dan pengharapan sejati, kini dukunglah konseli untuk bisa menumbuhkan pengharapan sejati dalam dirinya.

1. Bantulah sesama untuk bertumbuh dalam hubungan mereka dengan Kristus. Yesus Kristus adalah pengharapan kita (1 Timotius 1:1) dan pengharapan sejati ada pada Dia. Oleh sebab itu, untuk memiliki pengharapan yang sejati diperlukan

134

hubungan yang mesra dengan- Nya. Untuk itulah konselor perlu memastikan bahwa konseli juga memiliki hubungan yang mesra dengan Kristus.

2. Ajarlah orang untuk berpikir secara Alkitabiah.

Berpikirlah secara alkitabiah tentang situasi tertentu.

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa Alkitab juga membicarakan

masalah-masalah tertentu yang tidak kita duga. Misalnya saja Mazmur

3:1-6; 4:1-8; Amsal 3:13-16; 19:23 dan Pengkhotbah 5:12 adalah

ayat-ayat yang menyangkut soal tidur. Mengetahui bahwa Tuhan memberikan perintah-perintah tertentu tentang keadaan kita masing-masing

merupakan pengharapan yang luar biasa.

Berpikirlah secara alkitabiah tentang sifat Tuhan.

Konsep yang keliru tentang Tuhan seringkali menjadi penghalang untuk berpengharapan. Tumbuhkan pengharapan konseli dengan meluruskan konsep mereka yang keliru tentang Tuhan. Mungkin konseli memandang Tuhan sebagai penegak hukum yang disiplin sehingga tidak ada harapan jika kita masih berada dalam dosa. Atau bisa juga konseli memandang Tuhan sebagai pemaaf sehingga dosa merajalela dalam hidupnya dan akibatnya dia tidak lagi berpengharapan.

Berpikirlah secara alkitabiah tentang berbagai kemungkinan akan

munculnya sesuatu yang baik.

Konselor harus dapat menolong konseli untuk melihat sisi positif dari permasalahan yang dihadapi. Konselor perlu meyakinkan konseli bahwa setiap permasalahan, penderitaan ataupun kesengsaraan yang dihadapi konseli akan membawa kebaikan baginya seperti yang dikatakan di

Yakobus 1:2-4.

Berpikirlah secara alkitabiah tentang pelbagai sumber daya ilahi.

Menganggap diri sendiri tidak dapat menangani setiap permasalahan yang timbul merupakan salah satu penyebab seseorang tidak memiliki pengharapan. Anggapan ini perlu dihilangkan karena Allah telah mengaruniakan kepada kita keyakinan diri untuk menghadapi berbagai

permasalahan (Roma 8:37; 2Korintus 9:8 dan Filipi 4:13)

Berpikirlah secara alkitabiah tentang sifat dan penyebab masalah.

Banyak orang yang beranggapan bahwa masalah yang mereka hadapi adalah bersifat kejiwaan sehingga untuk menyelesaikan masalah tersebut mereka melakukan tindakan-tindakan yang tidak alkitabiah, misalnya:

1. mereka melangkahi Kristus dan Alkitab dan memandang obat- obatan serta gagasan psikologi sekuler sebagai pemecahannya,

2. mereka menganggap Kristus datang untuk membereskan semua masalah kejiwaan mereka,

3. mereka putus asa dan kehilangan harapan, dan

4. mereka menjadi kecil hati karena menganggap jalan keluar dari permasalahan mereka adalah dengan menolong diri mereka sendiri atau melalui pertolongan orang lain.

Orang-orang yang demikian sudah pasti kehilangan pengharapan karena menganggap tidak akan terjadi perubahan. Orang Kristen seharusnya tidak memiliki sifat seperti ini karena justru di saat seperti ini seharusnya kita mulai menyadari bahwa pada dasarnya permasalahan mereka adalah masalah rohani. di saat seperti inilah pengharapan

135

kepada Kristus mulai mekar. Dengan hidup di dalam Kristus, Yesus memampukan kita menghadapi semua permasalahan yang muncul.

Berpikirlah secara alkitabiah mengenai apa yang dikatakan konseli.

Pemilihan kata adalah salah satu unsur penting dalam konseling. Oleh sebab itu, sewaktu melakukan konseling alkitabiah, penting bagi konselor untuk memilih kata-kata yang dapat membantu konseli untuk berpikiran jernih dan alkitabiah saat mengutarakan permasalahannya. Kata "dosa, takut, maut, dusta, cemas, kepahitan atau kepedihan, dan menginginkan" adalah kata-kata yang sering digunakan dalam Alkitab dan kata-kata seperti ini dapat membantu konseli untuk memusatkan pikirannya pada Alkitab. Konseli mungkin menggunakan kata-kata yang tidak alkitabiah untuk menggambarkan permasalahannya. Kata-kata yang dapat memadamkan pengharapan konseli ini misalnya:

"Saya tidak dapat." Kata-kata ini bisa berarti "saya tidak mau", "saya tidak memahami sumber daya-sumber daya yang saya miliki dalam Kristus", atau "saya tidak tahu cara mengerjakan semua yang diperintahkan Alkitab kepada saya". Jika kata-kata "saya tidak dapat" ini diucapkan berulang kali, konselor perlu benar-benar memahami apa maksud dari ungkapan tersebut. Misalnya, jika kata-kata itu memang menunjukkan bahwa konseli merasa tidak mampu atau merasa tidak memiliki kecakapan praktis atau ketrampilan untuk mempraktikkan ajaran Alkitab, konselor perlu membantunya untuk mendapatkan ketrampilan dalam menerapkan ajaran Alkitab tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. "Istri saya membuat saya marah." Menurut Alkitab, pernyataan ini bersifat semu karena sebenarnya justru si suamilah yang tidak bisa menolong dirinya sendiri untuk tidak marah dan memberikan respon positif terhadap istrinya. Jika si suami tersebut adalah seorang Kristen, ia perlu belajar untuk memberi tanggapan yang benar meskipun istrinya memancing dia untuk marah.

"Saya telah mencoba semua cara, namun tidak berhasil." Kata-kata ini bisa saja menunjukkan bahwa konseli telah putus asa karena usaha-usahanya dalam berbagai cara tidak berhasil. Untuk itu, amatlah penting bagi konselor untuk menanyakan apakah konseli sudah benar-benar mengusahakan semua cara termasuk yang belum pernah dicobanya. Bisa jadi kegagalan ini disebabkan oleh karena konseli hanya mengusahakan cara-cara yang menyenangkan dirinya saja, tidak alkitabiah, dan pemilihan waktu yang tidak realistis. Kegagalan ini bisa juga terjadi karena alasan-alasan yang keliru meskipun tindakan mereka adalah tepat.

Apabila pernyataan-pernyataan ini sering dilontarkan oleh konseli, konselor perlu menolong konseli untuk menjernihkan semua alasan dalam bahasanya yang tidak alkitabiah ini dan memberikan pengharapan dengan memperbaiki kesalahpahaman mereka.

Berikan contoh-contoh dari Tuhan kepada konseli.

Contoh pengharapan dari diri kita sendiri. Konselor perlu meyakinkan

konseli bahwa dalam situasi sesulit apa pun juga kita harus tetap percaya bahwa Tuhan mampu berbuat jauh lebih banyak dan melebihi apa yang

136

19:26). Sikap konselor yang menaruh pengharapan dengan berdasarkan

Alkitab akan mengilhami konseli untuk juga berpengharapan penuh. Berikan pujian kepada konseli untuk mau mencari nasihat, bisa dengan

menggunakan kata-kata Paulus di Filipi 1:6.

Berilah contoh pengharapan yang dimiliki orang lain. Konselor bisa

menunjukkan kepada konseli bahwa apa yang dialami bisa juga terjadi

pada orang lain (1 Korintus 10:23). Konselor bisa menggunakan

contoh-contoh dalam Alkitab, misalnya saja para jemaat yang disurati Paulus.

Sumber:

Judul buku: Pengantar Konseling Alkitabiah

Penulis : John F. MacArthur, Jr dan Wayne A. Mack Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 2002 Halaman : 215 - 232

137

Dalam dokumen publikasi e-konsel (Halaman 133-137)