• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.6. Alat-Alat Kerja Bangunan Yang di Paka

2.6.1. Cara Merawat Peralatan Bangunan

Bagi semua pekerja bangunan, satu hal yang sangat penting untuk menjaga alat-alat bangunan yang mereka pakai ketika bekerja. Karena alat-alat tersebutlah yang membantu mereka ketika bekerja. Alat-alat yang sering di pakai seperti sendok semen, ember ( untuk mengangkat semen), skope, maupun cangkul adalah alat-alat yang wajib dibersihkan ketika baru selesai di pergunakan. Setelah selesai bekerja setiap harinya, para pekerja akan membersihkan sisa-sisa semen yang terdapat pada alat-alat tersebut agar dapat dipergunakan keesokan harinya. Yang membersihkan pun bersama-sama, baik kenek maupun tukang.

Untuk alat seperti gergaji, ketam, gunting besi, gergaji besi dan alat-alat yang materialnya menggunakan besi atau aluminium sebelum dan selesai di pergunakan harus di minyaki dengan minyak terlebih dahulu, untuk menjaga keawetan barang tersebut. Ada yang menggunakan oli kotor untuk perawatan alat- alat seperti gunting besi, dan alat-alat lain seperti gergaji, ketam, dan alat-alat besi lainnya diminyaki dengan minyak makan. Barang-barang yang menggunakan listrik seperti gerinda potong, ketam listrik, bor dan sebagainya mereka rawat dengan menempatkannya di tempat yang kering, jangan basah ataupun lembab karena bisa membuat barang menjadi rusak. Perawatan pada barang-barang ini

tidak memiliki waktu yang rutin. Jika saat di pakai, akan di rawat dengan baik, tetapi jika para tukang lagi tidak mendapatkan job(pekerjaan), biasanya mereka akan meluangkan waktunya untuk membuka kembali pekakas-pekakas mereka dan membersihkannya.

Untuk peyimpanan alat-alat tersebut, para tukang menyimpannya dalam lemari,di dalam peti, atau meletakkannya secara khusus dalam gudang tersendiri. Ada pengklasifikasian dari peletakan alat-alat tersebut. Beda tukang beda caranya. Dari tiga tukang yang saya wawancarai yaitu Wak Paino, Wak Paito, dan lek Bagus memiiki perbedaan cara dalam merawat dan menyimpan alat-alat mereka. Wak Paito menyimpan alat-alatnya di dalam peti. Di dalam peti tersebut, Wak Paito membuat skat-skat dengan papan untuk menempatkan barang-barangnya sendiri. Di tutup peti tersebut Wak Paito manfaaatkan juga untuk membuat ruang dengan di topang kawat-kawat yang Wak Paito buat sendiri agar bisa menyimpan alat-alat yang lainnya. Alat-alat yang Wak Paito letakkan di tutup peti yaitu kapak dan gergaji kayu. Selanjutnya dalam ruang-ruang yang sudah Wak Paito sekat- sekat tadi, ia akan menempatkan alat-alat tersebut berdasarkan klasifikasiannya. Untuk alat-alat yang menggunakan listrik seperti bor, ketam listrik, mesin potong keramik atau yang biasa di sebut gerinda potong akan diletakkan di satu tempat yang sama. Selanjutnya seperti palu, pahat, linggis, kakaktua, gunting besi,gergaji besi akan diletakkan di satu tempat yang sama. Kemudian untuk sendok semen, sendok licin, raskam kayu, raskam pelastik, kuas akan diletakkan di tempat yang sama. Lot, selang timbang air, waterpas, meteran akan ditempatkan di tempat yang sama. Dan untuk alat-alat yang besar bentuknya seperti skope, ember, beko

akan diletakkan Wak Paito di luar peti, yaitu di gudangnya Wak Paito. Wak Paito suka membersihkan alat-alatnya agar tetap menjaga keawetan barang yang ia miliki. Terkadang ada alat-alat yang sudah berkarat, dikarenakan sudah lama tidak kelihatan, dan ketika nemu sudah bekarat. Agar alat bisa dipakai lagi, Wak Paito rajin meminyaki alat-alatnya.

Berbeda dengan cara Wak Paito, Wak Paino menempatkan alat-alat yang berbau listrik di dalam lemari. Ia lebih menghargai alat-alat listriknya karena lebih mahal harganya. Alat-alat listrik yang ia susun di dalam lemari seperti, bor, ketam mesin, gergaji mesin dan gerenda potong. Untuk alat-alat yang lainnya, ia masukkan ke dalam goni saja. Untuk perawatannya, ketika bekerja Wak Paino terbiasa meninggalkan barang-barangnya di rumah yang ia kerjai. Agar tidak capek bolak balek membawa pulang ke rumah alat-alat itu.

Ritual rutin yang Wak Paino lakukan setiap malam takbiran adalah mengumpulkan semua alat-alat bangunan yang ia punya untuk ia bersihkan di malam itu. Alat-alat yang masih di tempat kerja, akan ia bawa pulang semua untuk ia bersihkan. Ketika malam takbiran orang-orang mempunyai kesibukannya masing-masing, tak terkecuali oleh Wak Paino. Pada malam itu ia akan mengumpulkan semua alat yang ia punya untuk ia bersihkan seperti di cuci kembali, di gosoki, dan di minyaki, tanpa terkecuali. Menurut Wak Paino ini adalah tradisi tiap tahun yang dilakukan Wak Paino untuk menghargai alat-alat yang ia punya. Menurutnya, karena alat-alat inilah Wak Paino bisa mencari makan untuk keluarga, sehingga walaupun ia hanya benda mati perlu juga untuk di

hargai. Menyambut hari suci, barang-barangnya pun harus bersih juga, agar hati senang, kata Wak Paino.

Sedangkan lek Bagus menyimpan alat-alat bangunannya ke dalam gudang di samping rumahnya. Di dalam gudang tersebut saya melihat ada beko, skope, cangkul,raskam martil, besi-besi, pipa-pipa dan sebagainya. Untul alat-alat listrik, dan alat-alat kecil lainnya seperti gergaji besi, waterpas, tang, kakatua, dan sebagainya ia simpan di dalam rumah dengan memasukkan alat-alat tersebut ke dalam goni. Ada dua goni yang dibedakan pengklasifikasiannya. Goni pertama berisi alat-alat listrik seperti bor, ketam mesin, dan manual, sedangkan goni kedua berisi alat-alat yang lainnya. Sama seperti pendapat tukang yang lainnya, alat-alat listrik tidak boleh ditempatkan di sembarang tempat, harus terhindar dari basah dan terpaan hujan.

Para tukang mengizinkan pekerjanya untuk mempergunakan alat-alat yang ia punya. Cuma mereka memiliki sensitifitas yang lebih tinggi terhadap barang-barang tertentu. Seperti alat-alat listrik yaitu bor, gergaji mesin, mesin ketam, dan pemotong granit atau yang disebut dengan manual. Ketika barang- barang tersebut akan di pinjamkan mereka lebih selektif untuk melihat siapa yang akan memakainya. Mereka akan mengizinkan jika orang yang meminjam adalah tukang terdekat mereka, yang mereka sudah kenal dekat, atau pekerja mereka yang mereka awasi langsung penggunaannya. Kadang untuk membuat penolakan secara halus ketika barang-barang kesayangan mereka di pinjam orang, maka mereka akan mengatakan sedang di pake kerja atau tinggal di tempat kerja. Orang-orang akan percaya karena mereka tau bahwa pemborong memiliki banyak

kerjaan yang ia pegang. Mereka melakukan itu karena mereka ingin meminimalisir kerusakan atau perlakukan dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Di samping itu juga, karena barang-barang itu harganya cukup mahal, maka mereka lebih menaruh perhatian yang lebih besar terhadap alat-alat tersebut di banding dengan alat-alat yang lainnya.

Untuk perawatan alat-alat yang lainnya, jika rusak mereka akan perbaiki atau menggantinya. Seperti misalnya, raskam kayu yang rusak, mereka bisa membuatnya sendiri untuk yang baru, tetapi jika bor sudah rusak, atau gergaji besi sudah tumpul maka alat itu tidak bisa diperbaiki, harus di ganti dengan yang baru. Untuk alat-alat yang biasa di lakukan seperti sendok semen, ia di ganti setiap dua kali pengerjaan rumah, dan skope dapat dipakai untuk 3 kali pengerjaan rumah. Karena walaupun rajin-rajin dibersihkan, tetapi karena setiap harinya terkena semen, maka barang-barang tersebut cepat habis. Cepat habis disini maksudnya adalah barang tersebut sudah tidak layak pakai lagi. Tetapi dari alat-alat yang sering di pegang oleh tukang seperti sendok semen dan sendok licin ternyata mereka memiliki perasaan yang berbeda jika memakai alat yang mereka sukai. Kenapa alat tersebut mereka sukai, adalah karena mereka sudah terbiasa memegang alat tersebut, ketika dipakai enak ditangan. Walaupun alat-alat tersebut sama bentukya, misalnya dari 5 sendok semen yang di punya, ada 1 sendok semen yang menjadi kesukaan pekerja. Ketika memakai sendok yang lain, rasanya berbeda di tangan. Bisa jadi sendok yang tangan itu membuat bangunan menjadi kurang rapi karena bentuknya yang kurang pas atau perasaan pengguna yang kurang enak memakainya sehingga mempengaruhi ke pekerjaannya.

Dokumen terkait