• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simbol dan Makna dari Tahapan Proses Pembangunan Sebuah Rumah Saya mendapatkan informasi dari informan-informan saya bahwa dalam

menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat.Yang pertama adalah saat peletakan batu pertama dalam pembangunan sebuah rumah. Kalau sifatnya rumah pribadi, jika pemilik rumah beragama Kristen, maka mereka akan memanggil pendeta untuk mendoakan pembangunan ini hingga selesai. Tujuan rumah tersebut di doakan pada tahap awal adalah agar rumah ini nanti nya memberikan kedamaian bagi yang menempati, memberikan keberkahan pada pemilik rumah, dan mendoakan agar semua pekerja sehat-sehat selalu sampai proses pengerjaan selesai. Kalau ia beragam Islam, biasanya di doai secara ramai-ramai oleh pemilik rumah dan pekerja. Setelah di doakan ada acara makan bersama, berupa nasi atau bubur. Bubur yang di hidangkan adalah bubur merah putih, yang bagi masyarakat Jawa melambangkan keselamatan untuk penghuni dan pekerjanya. Diharapkan pekerja dan pemilik rumah sehat-sehat terus, panjang umur, dan bagi pekerja selamat-selamat terus sampai selesai pengerjaan rumah. Makan bersama bisa dilakukan setelah di doakan atau menunggu jam makan siang. Biasanya pemilik rumah akan memanggil para tetangga maupun saudaranya untuk datang makan bersama. Di tempat yang akan dijadikan bangunan tersebut, mereka akan menggelar tikar di bawah panasnya matahari dan makan bersama. Kalau pemilik rumah beragama Kristen, maka makanan untuk pekerja diberikan nasi kotak, untuk menghindari rasa keengganan diantara kedua pihak.

Kemudian tahap kedua adalah pada saat penaikan rabung. Pada saat naik rabung inilah ada beberapa simbol dan makna yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat zaman sekarang. Naik rabung artinya adalah pada saat pemasangan kap, yaitu kayu-kayu dinaikkan untuk rangka atap ataupun baja

ringan. Nah saat tahap ini, ketika pemasangan “atap satu”, ada ritual yang dilakukan oleh pemilik rumah. Mereka akan meletakkan kain berwarna merah dan putih diikatkan di kap tersebut sebagai simbol pertanda rumah baru. Kain merah putih ini diibaratkan seperti anak bayi yang baru lahiran. Anak bayi lahir melalui pecah ketuban dulu yang berwarna putih dan keluarnya beserta darah dari ibunya. Nah seperti itu jugalah rumah yang sedang dibangun tersebut. Rumah itu diibaratkan bayi yang baru lahir masih bersih dan suci. Putih menandakan kesucian, dan merah menandakan keberanian. Selain kain berwarna merah putih, pemilik rumah juga membawa kelapa yang sudah bertunas, pisang,tebu, padi ataupun jagung. Kalau tidak ada padi bisa digantikan dengan jagung. Sebelum diikatkan di atas rabung, maka pemilik rumah biasanya akan memanggil ustadz atau pendeta atau bisa juga tidak memanggil mereka untuk mendoakan rumah dan pekerjanya sehat-sehat dan aman selalu. Setelah selesai di doakan, baru buah-buah ini diikatkan di atas rabung. Ini juga sebagai simbol bagi pendirian sebuah rumah, yang masing-masing buah tersebut memiliki maknanya secara tersendiri. Seperti buah kelapa, yang pohonnya cukup kuat, tinggi menjulang, dan kokoh. Semoga harapannya seperti itu jugalah bangunan rumah ini, kokoh dan kuat untuk ditempati bertahun-tahun lamanya. Pisang ditandakan dengan keteduhan. Pohon pisang yang memiliki daun yang teduh, dapat dipakai sebagai payung ketika hujan. Seperti itu jugalah harapan pada rumah tersebut. Semoga nantinya rumah tersebut memberikan keteduhan, dingin, sehingga nyaman untuk ditinggali. Kemudian tebu yang rasanya manis mengibaratkan bahwa harapannya rumah yang akan ditinggali nanti seperti rasanya tebu yang manis. Semoga hubungan

keluarga yang menempati rumah tersebut tetap harmonis, bahagia, dan tidak terjadi pertengkaran yang membuat pahit. Kemudian padi atau jagung merupakan salah satu bahan sandang mangan terkhusunya masyarakat Indonesia. Padi dan jagung diibaratkan semoga pemilik rumah nantinya tidak kekuarangan dalam hal sandang pangan, dalam mencari rezeki untuk keluarga. Kemudian setelah selesai di doai dan diletakkan di atas rabung, buah-buah itu sudah boleh untuk di makan. Tergantung pekerja dan pemilik rumah, mau memakannya atau tidak.

Setelah ritual tersebut dilaksanakan, pemilik rumah dan pekerja akan makan bersama kembali. Ada sebagian masyarakat yang setelah mendoakan rumahnya pada saat pemasangan kap, ia melanjutkan untuk mengantarkan nasi urap ke tetangga-tetangga di sekitar rumah dan saudaranya. Tetapi ada juga masyarakat yang tidak melakukan hal tersebut, pokoknya setelah makan bersama sudah selesai. Tujuan pemilik rumah mengantarkan makanan berupa nasi urap ke rumah tetangga adalah sebagai bentuk syukur kepada Tuhan dan meminta doa kepada tetangga agar proses pengerjaan rumahnya berjalan dengan lancar, yang menempati nanti nya sehat-sehat dan panjang umur.

Dan tahapan terakhir yang dilakukan pemilik rumah dengan pekerja adalah paulak tukang. Ini seperti mengucap syukur kepada Tuhan dan mengucapkan terima kasih ke para tukang akhirnya selesai juga rumah yang telah dikerjakan. Setelah penyerahan kunci dari tukang ke pemilik rumah, yang artinya pemilik rumah sudah bisa menempati rumah tersebut, selanjutnya dilakukanlah acara syukuran sambil makan-makan. Ada masyarakat yang melakukan ritual ini, dan ada yang tidak. Setelah itu ada juga masyarakat yang mau memberikan kenang-

kenangan berupa barang ke para tukang sebagai bentuk terima kasih. Ketiga fase itu lah yang perlu bagi pemilik rumah untuk tetap didoakan. Kalau pemilik rumah orang yang berpunya, biasanya ada acara pengguntingan pita, setelah itu mengadakan syukuran rumah baru. Semua tetangga, saudara, dan pekerja pun di undang untuk merayakan berdiri nya rumah baru mereka. Pekerja juga suka dengan apa yang dilakukan oleh pemilik rumah, karena mereka didoakan ketika akan bekerja, sehingga kesadaran untuk menjaga keselamatan bekerja pun ada.

Dokumen terkait