• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skema 1. Sistem Peradilan di Indonesia 43

F. Cara Penyelesaian Harta Bersama

Putusnya perkawinan melalui cerai talak, cerai gugat dan kematian salah satu pihak, maka salah satu akibat dari putusnya perkawinan itu adalah harta bersama suami istri.

Kewenangan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan harta bersama dijelaskan dalam Pasal 88 Kompilasi Hukum Islam( KHI )yang berbunyi : Apabila

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

terjadi perselisihan antara suami istri tentang harta bersama, maka penyelesaian perselisihan itu diajukan kepada pengadilan.

Ada 2 (dua) alternatif penyelesaian harta bersama yang diajukan oleh pihak suami atau istri, yaitu :

1. Masalah atau sengketa bersama diselesaikan setelah terjadi perceraian antara pasangan suami istri.

2. Tatkala proses penyelesaian perceraian berjalan di Pengadilan Agama, sekaligus diselesaikan masalah harta bersama.

Alternatif pertama merupakan penyelesaian tersendiri atau terpisah, khusus penyelesaian terhadap harta bersama. Alternatif kedua disebut gabungan atau kumulasi. Penyelesaian harta bersama dapat dilaksanakan bersama dengan proses perceraian baik cerai talak atau cerai gugat, dan dapat juga dilaksanakan bersamaan gugatan masalah hadhanah, waris dan hal-hal lain.

Adapun yang dimaksud kumulasi ialah gabungan beberapa gugatan hak (kumulasi obyektif) atau gabungan beberapa pihak (kumulasi subyektif) yang mempunyai akibat hukum yang sama, dalam satu proses perkara.48

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Hakim dan Panitera serta Panitera Pengganti Pengadilan Agama Medan bahwa pelaksanaan penyelesaian harta bersama dilakukan dengan dua cara tersebut di atas yaitu secara terpisah dan secara kumulasi. Aparat Pengadilan Agama Medan menganjurkan kepada para pihak untuk

48

A.Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pengadilan Agama, Cet. I (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996), hlm.43

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

melakukan gugatan terpisah, karena lebih efisien dari segi waktu proses persidangan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan secara kumulasi berdasarkan kepentingan para pihak.

Sementara hasil wawancara penulis dengan Notaris mengenai cara pelaksanaan penyelesaian harta bersama berpendapat bahwa bila ditinjau dari keefisienan waktu persidangan maka lebih tepat dilaksanakan setelah terjadinya perceraian dan apabila ditinjau dari segi dana atau biaya yang dipergunakan maka pada umumnya masyarakat lebih cenderung melakukan bersamaan dengan proses perceraian. Namun demikian cara yang dilakukan harus memperhatikan kepentingan dan kondisi para pihak yakni suami dan istri.49

Menurut acara perdata, kumulasi obyektif diperkenankan asal berkaitan langsung yang merupakan satu rangkaian kesatuan (biasanya kausaliteit). Mereka yang mengerti beracara selalu akan mempergunakan dimana mungkin kumulasi obyektif itu, hal mana menghemat waktu, biaya dan sekaligus tuntas semua.50

Dari segi yuridis, kedua alternatif tersebut dapat ditempuh sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 66 ayat 5 dan Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Peradilan Agama Nomor 7 Tahun 1989 :

49 Pada beberapa kasus perceraian ,sering kali terjadi sang suami menggugat seorang isteri, tetapi ia ( penggugat) tidak mau hadir di persidangan sehingga tidak dapat di ucapkan ikrar talak kepada isteri dihadapan sidang Pengadilan Agama dalam hal ini sang suami (penggugat) biasanya memberikan kuasa kepada pengacara untuk mengucapkan ikrar talak apabila hal tersebut terjadi maka pengacaranya dapat membuat akta kuasa otentik denga cara menuliskan kata Basmallah di awal akta tersebut dengan dihadiri oleh dua orang saksi islam di Pengadilan Agama. Wawancara dengan Syahril Sofian Notaris , Medan 17 Juni 2009

50

Raihan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta, .Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.66.

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

Pasal 66 ayat 5 :

Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama-sama dengan permohonan cerai talak ataupun sesudah ikrar talak diucapkan.

Pasal 86 ayat 1 :

Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap.

Adapun praktek alternatif pertama adalah jika suami istri telah bercerai melalui prosedur cerai talak, maupun cerai gugat maka salah satu pihak bekas istri ataupun bekas suami mengajukan gugatan harta bersama secara terpisah. Pada alternatif kedua dalam prakteknya, ketika proses permohonan cerai talak diajukan oleh suami sekaligus diajukan gugatan rekonvensi (gugat balik) menuntut pembagian harta bersama. Demikian juga halnya ketika proses gugatan cerai diajukan oleh istri, sekaligus menuntut pembagian harta bersama yang diperoleh selama dalam perkawinan atau pihak suami selaku tergugat mengajukan gugatan balik (gugat rekonversi) menuntut pembagian harta bersama. Praktek alternatif kedua tersebut lazim disebut gugat kumulasi (gugat gabungan).

Dari segi filosofinya, adanya persengketaan harta bersama tatkala kondisi rumah tangga terjadi perselisihan atau percekcokan yang mengarah terjadinya perceraian.

Apabila suami berkehendak untuk menceraikan istrinya melalui prosedur cerai talak, maka cenderung seorang istri mengajukan gugatan rekonvensi (gugat

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

balik) menuntut pembagian harta bersama bahkan hak-hak lainnya sesuai dengan hukum.

Begitu juga sebaliknya istri yang sudah bertekad untuk bercerai dari suaminya, mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama sekaligus mengajukan gugat harta bersama menuntut pembagian harta bersama yang diperoleh selama ikatan perkawinan yang telah dikuasai oleh pihak suami atau sebaliknya suami yang mengajukan gugatan rekonvensi (gugat balik) harta bersama yang dikuasai istri.

Oleh karena itu pada umumnya dalam suatu proses perceraian timbul ketegangan-ketegangan sebagai ekses dari konflik rumah tangga yang melatarbelakangi gugatan cerai, maka keinginan sekaligus tuntas disamping cerainya juga tentang pembagian harta bersama. Dari aspek psikologis, jika hanya perceraian saja yang diselesaikan, maka akan timbul kesulitan yang berkepanjangan karena pihak yang menguasai harta bersama akan memanfaatkan peluang menurut keinginannya, mengesampingkan sifat adil dan jujur.

Melalui proses yang demikian lebih singkat prosedur yang ditempuh dan lebih efektif serta efisien, daripada diselesaikan di kemudian hari setelah terjadinya perceraian.

Adapun munculnya gugatan harta bersama setelah salah satu pihak suami istri meninggal dunia. Ketika dipersengketakan masalah harta warisan yang berasal dari

ijbari maka didalamnya dipersoalkan tentang harta peninggalan

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

Pasal 54 Undang-undang Pengadilan Agama Medan adalah hukum acara perdata yang berlaku dalam Peradilan Agama Nomor 7 Tahun 1989 berbunyi : Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan lingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-undang ini.

Sehubungan dengan hukum acara yang dipergunakan pada Pengadilan Agama ini, maka tahapan-tahapan perkara dalam pemeriksaan sebagaimana hukum acara perdata yaitu :

1. Tahap sidang pertama, yang terdiri dari : pembukaan sidang pertama, yakni hakim membuka sidang, menanya identitas para pihak, pembacaan surat gugatan atau permohonan serta anjuran damai.

2. Tahap jawab menjawab yaitu replik dan deplik dari masing-masing pihak 3. Tahap pembuktian, dimana dalam hal pembuktian ini semua alat bukti

diperlihatkan atau diajukan serta disampaikan kepada Ketua Majelis Hakim.

4. Tahap penyusunan konklusi yaitu kesimpulan-kesimpulan dari sidang-sidang yang telah berlangsung menurut para pihak dan bersifat membantu hakim dalam menentukan keputusannya

5. Musyawarah majelis hakim, hal ini dilakukan secara rahasia, tertutup untuk umum dan hasil musyawarah ini ditandatangani oleh hakim tanpa panitera sidang dan dilampirkan dalam berita acara sidang.

6. Pengucapan keputusan, pengucapan ini dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum, walaupun sebelumnya mungkin sidang-sidang dilaksanakan tertutup.51

Dengan adanya tahapan-tahapan di atas, apabila suatu persoalan masuk dan diajukan pada Pengadilan Agama, maka yang pertama dilakukan di persidangan setelah dibacakannya gugatan atau permohonan dari pihak yang bersangkutan, adalah anjuran untuk melakukan perdamaian. Bila para pihak tetap pada pendiriannya untuk

51

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

melanjutkan perkara ini maka Pengadilan Agama pun meneruskan jalannya persidangan dengan tahap-tahap sebagaimana tersebut di atas.

Dalam hal ini Roihan A.Rasyid mengatakan :

Kalau terjadi perdamaian maka buatkanlah akta perdamaian di muka pengadilan dan kekuatannya sama dengan putusan, terhadap perkara yang sudah terjadi perdamaian tidak boleh lagi diajukan perkara kecuali tentang hal-hal baru di luar itu. Akta perdamaian tidak berlaku banding sebab akta perdamaian bukan keputusan pengadilan. Bila tidak terjadi perdamaian, hal itu harus dicantumkan dalam Berita Acara Sidang, sidang akan dilanjutkan.52

No

Untuk mengetahui jumlah kasus harta bersama di Pengadilan Agama Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Jumlah Kasus Harta Bersama

Tahun Kasus 1 2005 2 2 2006 1 3 2007 2 4 2008 4 5 2009 6

Sumber data : Kantor Pengadilan Agama Medan Tahun 2009 (diolah)

Adapun pelaksanaan penyelesaian terhadap harta bersama ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6. Cara Pelaksanaan Penyelesaian Harta Bersama

No Tahun Bentuk Gugatan

Kumulasi Terpisah

52

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

1 2005 - 2

2 2006 - 1

3 2007 1 1

4 2008 1 3

5 2009 2 4

Sumber data : Kantor Pengadilan Agama Medan Tahun 2009 (diolah)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan penyelesaian harta bersama dilakukan dengan kumulasi dan terpisah. Adapun yang kumulasi merupakan gabungan perceraian dengan harta bersama baik cerai talak maupun cerai gugat dan yang lebih banyak dilakukan adalah dengan cara terpisah.

Adapun dari 7 (tujuh) putusan yang menjadi sampel penelitian, 4 (empat) putusan yang proses pelaksanaannya melalui cara terpisah dengan register No. 133/Pdt.G/2005/PA-Mdn ; No.171/Pdt.G/2006/PA-Mdn ; No.291/Pdt.G/2006/PA-Mdn ; dan No.55/Pdt.G/2007/PA-No.291/Pdt.G/2006/PA-Mdn antara Connie Sardiella V Leonard Mangatur Hasibuan.

Pelaksanaan secara kumulasi harta bersama dengan hadhanah, cerai talak dan cerai gugat terlihat dalam 3 (tiga) putusan Pengadilan Agama Medan dengan register No. : 219/Pdt.G/2006/PA-Mdn ; No.357/Pdt.G/2008/PA-Mdn ; dan No.203/Pdt.G/ 2007/PA-Mdn.antara Connie Sardiella v Leonard Mangatur Hasibuan

Dari sekian banyak kasus yang berkaitan dengan sengketa harta bersama, apakah melalui gugatan terpisah dan melalui gugatan kumulasi akan dideskripsikan

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

contoh kasus yang dijadikan sampel. Untuk lebih jelasnya kasus gugatan harta bersama secara terpisah di Pengadilan Agama Medan antara Connie Sardiella V suaminya Leonard Mangatur Hasiholan pada Register Perkara No. 171/Pdt.G.2006/ PA-Mdn.

Duduk perkara adalah seorang wanita bernama Connie Sardiella (selaku Penggugat), umur 32 tahun, tinggal Jalan Meranti No. 2 Kel Sekip, Kecamatan Medan Petisah Kota Medan mengajukan cerai talak terhadap suaminya Leonard Mangatur Hasiholan umur 39 tahun, tinggal di Kompleks Perumahan Sidosermo Indah x No. 32, RT/RW : 03/06, Kel Sidosermo Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya (selaku Tergugat). Penggugat menyatakan mantan suami (Tergugat) yang sudah bercerai di Pengadilan Agama Medan berdasarkan akta cerai No.81/AC/2006/PA-Mdn tanggal 19 Mei 2006 belum menyelesaikan tentang harta bersama dalam rumah tangga mereka, baik benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Penggugat telah melakukan upaya musyawarah dalam penyelesaian harta bersama dimaksud, namun pihak Tergugat tidak bersedia.

Dalam hal ini, Penggugat memandang sikap Tergugat bertentangan dengan hukum yang berlaku. Oleh karena itu melalui petitum gugatannya, Penggugat memohon kepada Pengadilan Agama Medan agar dapat menetapkan harta yang menjadi objek sengketa dapat ditetapkan sebagai harta bersama antara Penggugat dan Tergugat dan menentukan pembagian harta bersama tersebut ½ (seperdua) untuk bagian Penggugat.

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

Pengadilan Agama Medan setelah melakukan pemeriksaan dalam persidangan melalui tahap-tahap pemeriksaan sesuai dengan ketentuan hukum acara, maka pada tahap akhir menjatuhkan putusan dalam konvensi yang pada pokoknya mengabulkan gugatan Penggugat dan menetapkan bahwa ½ (seperdua) harta yang disebut dalam amar putusan menjadi bagian Penggugat dan selebihnya menjadi bagian Tergugat.

Adapun contoh kasus kumulasi perceraian dan pembagian harta bersama : Putusan Pengadilan Agama Medan No. 357/Pdt.G/2008/PA.Mdn antara Conie Sardiella (selaku Penggugat) tinggal di Jalan Meranti Nomor 2 Kelurahan Sekip Kecamatan Medan Petisah Kota Medan mengajukan cerai talak terhadap suaminya Leonard Mangatur Hasiholan tinggal di Kompleks Perumahan Sidosermo Indah X No.32, RT/RW 03/06, Kelurahan Sidosermo Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya (selaku Tergugat).

Duduk perkara dalam gugatan Penggugat (istri) pada pokoknya Penggugat bermohon agar dapat diberi izin untuk mengikrarkan talak raj’i dengan alasan sudah tidak ada lagi kecocokan dan terjadi perselisihan serta pertengkaran terus menerus juga bermohon penyelesaian terhadap harta bersama yang diperoleh antara Penggugat dengan Tergugat selama masa perkawinan. Dalam jawaban Tergugat, pada prinsipnya Tergugat menyetujui perceraian dan pembagian harta bersama.

Pertimbangan hukum : Majelis Hakim Pengadilan Agama Medan yang memeriksa dan mengadili perkara aquo menyatakan bahwa gugatan cerai digabung dengan harta bersama adalah hal yang dibenarkan berdasarkan Pasal 86 ayat (1)

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

Undang-Undang Peradilan Agama Nomor 7 Tahun 1989 yang berbunyi : Gugatan soal penguasaan anak, nafkah istri dan harta bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan tetap.

Kaedah hukum : Kaedah hukum yang dirujuk dalam pertimbangan hukum di atas adalah ketentuan Kompilasi Hukum Islam Pasal 97 : “Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama, sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan Pasal 149 huruf a dan b.

Putusan hukum : Dalam konvesi : 2. Dalam eksepsi, menolak eksepsi Termohon

3. Mengabulkan permohonan Termohon untuk sebagian

4. Memberi izin kepada Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak satu raj’i atas diri Termohon di hadapan sidang Pengadilan Agama.

5. Menetapkan setengah dari harta bersama menjadi bagian Pemohon dan setengah sisanya menjadi bagian Termohon

Dalam rekonvensi ;

1. Mengabulkan gugatan rekonvensi Penggugat untuk sebagian

2. Menetapkan kewajiban Tergugat Rekonvensi kepada Penggugat Rekonvensi 3. Menetapkan hutang Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi merupakan

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

4. Menetapkan harta bersama Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi adalah harta bersama dikurangi hutang bersama Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi

Berdasarkan putusan dalam perkara ini dapat diketahui bahwa gugatan dilaksanakan secara kumulasi antara cerai talak dan pembagian harta bersama.

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

BAB III

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN PUTUSAN