• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN PUTUSAN TERHADAP PENYELESAIAN HARTA BERSAMA

A. Peranan Hakim di Pengadilan Agama

Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 31 berbunyi : Hakim adalah pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam Undang-undang. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 Pasal 11 menyatakan :

1. Hakim adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman

2. Syarat dan tata cara pengangkatan, pemberhentian serta pelaksanaan tugas hakim ditetapkan dalam Undang-undang ini

Pasal-pasal tersebut di atas menjelaskan bahwa peradilan tidak akan dapat berjalan tanpa adanya Hakim. Mengingat beratnya tanggung jawab seorang Hakim, justru itulah dituntut persyaratan tertentu apabila ingin menjadi Hakim.

Pasal 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 berbunyi :

1. Untuk dapat diangkat menjadi Hakim pada Pengadilan Agama, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Warga Negara Indonesia b. Beragama Islam

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

c. Bertaqwa kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

d. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massa atau bukan seseorang yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam “Gerakan Kontra Revolusi G 30 S/PKI” atau organisasi terlarang yang lain.

e. Pegawai Negeri

f. Sarjana Syari’ah atau sarjana hukum yang menguasai hukum Islam g. Berumur serendah-rendahnya 25 (dua puluh lima) tahun

h. Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela

2. Untuk dapat diangkat menjadi Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan Agama diperlukan pengalaman sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun sebagai Hakim Pengadilan Agama

Menurut Undang-undang ini persyaratan menjadi Hakim Pengadilan Agama berbeda dengan persyaratan menjadi Hakim Pengadilan Agama, hal ini dijelaskan pada Pasal 14. Adapun Hakim-Hakim yang bertugas di Pengadilan Agama Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Apabila dilihat dari latar belakang pendidikan para Hakim yang bertugas di Pengadilan Agama Medan maka dapat dikatakan sudah memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan pada Pasal 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989.

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

Pasal 32 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 berbunyi : Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.

Tugas hakim dalam acara perdata, menurut sistem HIR dan RBG Hakim mempunyai peran aktif memimpin acara dari awal sampai akhir pemeriksaan perkara. Hakim berwenang untuk memberikan petunjuk kepada pihak yang mengajukan gugatan ke pengadilan (Pasal 119 HIR, 143 RBG) dengan maksud agar perkara yang diajukan itu menjadi jelas duduk persoalannya dan mengendalikan hakim memeriksa perkara yang bersangkutan. Lebih dari itu, hakim berwenang untuk mencatat segala apa yang dikemukakan oleh pencari keadilan apabila yang bersangkutan itu tidak dapat menulis (Pasal 120 HIR, 144 RBG).53

Kewenangan Hakim membantu pihak pencari keadilan tidaklah berarti bahwa Hakim itu memihak atau berat sebelah, melainkan Hakim hanya menunjukkan jalan yang patut ditempuh menurut Undang-undang, sehingga orang yang buta hukum dan tidak bisa menulis tidak dirugikan atau tidak menjadi perkosaan hak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Menurut sistem HIR dan RBG Hakim adalah aktif, tak hanya aktif mencari kebenaran yang sesungguhnya atas perkara yang ditanganinya, tetapi juga harus aktif menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.54

53

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung, .Citra Aditya Bakti, 2000), hlm.19

54

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

Dalam menyesuaikan peraturan hukum dengan peristiwa konkrit atau kenyataan (werkelijkheid) dalam masyarakat bukanlah merupakan hal mudah, karena hal itu melibatkan ketiga nilai dari hukum itu. Maka dari itu dalam praktek tidak selalu mudah untuk mengusahakan antara ketiga nilai tersebut. Keadaan yang demikian ini akan memberikan pengaruh tersendiri terhadap efektivitas bekerjanya hukum dalam masyarakat.55

Dalam melakukan penegakan hukum, Hakim berperan dalam mengatasi perkara yang dihadapinya. Sebagaimana kita ketahui secara sosiologis setiap penegak hukum termasuk Hakim mempunyak kedudukan dan peranan untuk berbuat atau tidak berbuat dan setiap orang secara pribadi dapat melakukan tindakan yang baik dan yang buruk, dalam rangka kedudukan dan peranan Hakim tersebut tidak mustahil kadangkala antara kedudukan dan peranan akan melahirkan suatu konflik yang bermacam-macam terhadap kedudukannya Hakim dituntut berkualitas dan memiliki pengetahuan yang luas, selain daripada itu secara ekonomi Hakim harus mampu membatasi diri, kemudian bisa pula peranan penegak hukum atau Hakim tersebut akan melahirkan kepentingan-kepentingan tertentu dan kepentingan-kepentingan tersebut boleh jadi akan mempengaruhi Hakim dalam menegakkan hukum, selain daripada itu Hakim juga mempunyai keluarga dan berinteraksi dengan masyarakat, oleh karenanya lingkungan juga akan mempengaruhi peranan Hakim tersebut, untuk

55

Syafruddin Kalo, Teori dan Penemuan Hukum, (Medan, SPS Ilmu Hukum USU, 2004), hlm.52 sampai dengan 53.

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

itu dapatlah dikatakan pengaruh penegak hukum terutama terhadap Hakim bisa berasal dari dirinya sendiri dan bisa juga dari lingkungannya.

Sebagaimana diketahui Undang-undang itu tidak selamanya sempurna dan tidak mungkin Undang-undang itu dapat mengatur segala kebutuhan hukum dalam masyarakat secara tuntas. Adakalanya Undang-undang itu tidak lengkap dan adakalanya Undang-undang itu tidak ada atau tidak sempurna. Keadaan ini tentunya menyulitkan bagi Hakim untuk mengadili perkara yang dihadapinya. Namun dalam menjalankan fungsinya untuk menegakkan keadilan maka Hakim tentunya tidak dapat membiarkan perkara tersebut terbengkalai atau tidak diselesaikan sama sekali.

Dalam hal ini Hakim harus dapat berperan untuk menemukan hukum agar tercipta ketertiban masyarakat dan merupakan upaya penegakan hukum untuk menjamin adanya kepastian hukum.

Uraian di atas menegaskan betapa beratnya fungsi atau tugas Hakim sebagai penegak hukum dan penemu hukum tidak terkecuali Hakim Pengadilan Agama. Memperhatikan pengertian mujtahid yaitu suatu yang sungguh-sungguh untuk melahirkan suatu keputusan hukum, maka sebenarnya seorang hakim dalam praktek peradilannya juga tetap berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memeriksa suatu perkara sekaligus untuk melahirkan putusan hukum. Dengan memperhatikan pengertian ini maka seorang hakim dapat juga disebut mujtahid, bukan sebagai mujtahid mutlak minimal mujtahid mazhab.56

56

Hasballah Thaib, Hukum Islam di Indonesia, (Medan, SPS Ilmu Hukum USU, 2005), HLM.30

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.