• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertimbangan Putusan Hakim Dalam Menyelesaikan Sengketa Harta Bersama Bersama

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN PUTUSAN TERHADAP PENYELESAIAN HARTA BERSAMA

C. Pertimbangan Putusan Hakim Dalam Menyelesaikan Sengketa Harta Bersama Bersama

harta harus ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya secara hakiki atau secara hukum berdasarkan putusan Pengadilan Agama. Sementara itu, Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam (KHI) lebih khusus menjelaskan posisi harta bersama bila suami istri cerai hidup. Pada pasal ini ditegaskan bahwa masing-masing pihak berhak mendapat seperdua dari harta bersama, kecuali diatur lain dalam perjanjian perkawinan.

Di dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang Pembagian Harta Bersama yaitu surat An-Nisa ayat (3) dijelaskan : “Bagi laki-laki mendapat sebagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi wanita mendapat sebagian dari apa yang mereka usahakan”.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam penyelesaian terhadap harta bersama berdasarkan Nash Al-Qur’an, Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Kompilasi Hukum Islam.

C. Pertimbangan Putusan Hakim Dalam Menyelesaikan Sengketa Harta Bersama

Setiap putusan Hakim memiliki kekuatan hukum yang harus ditaati oleh semua pihak karena selain putusan itu memenuhi aspek formal yang disebut

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

prosedural justice, juga didasarkan pada prinsip utamanya yaitu aturan-aturan atau norma-norma yang ada dan benar-benar mengikuti prinsip hukum yang dikenal sebagai legal justice (putusan hakim harus merupakan putusan yang memenuhi ketentuan formalitas dan mempunyai persyaratan legitimasi).61

Dalam konteks penegakan hukum dan keadilan, peran Hakim perlu mendapat perhatian yang lebih luas untuk mendapatkan kualitas putusan yang menggambarkan nilai-nilai moral yang tinggi disamping putusan-putusan berdasarkan ketentuan

Pedoman bagi seorang Hakim dalam mengambil sebuah keputusan pada sebuah perkara pidana maupun perdata tentunya berdasarkan pada Legal Justice dengan menempatkan hukum sebagai hukum (law is law). Prinsip filosofis ini sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Pasal 5 ayat (1) yang menggariskan :

“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”. Masyarakat dibingungkan dengan adanya putusan Hakim yang saling berbeda dengan putusan Hakim di tingkat pertama dengan putusan Hakim di tingkat banding dan kasasi untuk sebuah perkara yang sama dan yang sama-sama didasarkan kepada legal justice dengan procedural justice yang mempunyai aspek legitimasi. Melihat kepada putusan-putusan yang sangat berbeda padahal didasarkan pada pertimbangan hukum atas peristiwa yang sama melalui procedural justice yang sama pula menimbulkan penilaian bahwa aspek moralitas yang menggambarkan nilai-nilai keadilan dengan didasarkan pada kebijaksanaan dan kearifan Hakim dalam mengambil putusan sebagai aparat negara dalam melaksanakan tugasnya masih tidak sama.

61

Gayus Lumbuun, Menerobos Goa Hantu Peradilan Indonesia, (Jakarta, Business Information Service, 2004), hlm.132

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

norma dan prinsip hukum yang dapat menimbulkan rasa keadilan masyarakat dengan mengingat hukum adalah nilai-nilai keadilan yang hidup di masyarakat.62

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga terjadi karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum ini menjadi kenyataan. Dalam menegakkan hukum harus ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan yaitu : Kepastian hukum (rechtsicherheit), kemanfaatan (zweckmassigkeit) dan keadilan (gerechttigkeit). Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan setiap orang mengharapkan dapat ditetapkan hukum dalam hal terjadinya peristiwa konkrit dengan harapan untuk mendapatkan kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.

Dengan demikian maka moralitas dalam sebuah putusan Hakim merupakan dasar yang penting untuk menempatkan putusan itu sebagai sebuah kewibawaan hukum di tengah-tengah masyarakat, sehingga peran dan kedudukan Hakim dapat berada di tempat yang layak, karena hukum adalah apa yang dilakukan Hakim di pengadilan yang dapat dilihat dari putusan Hakim tersebut.

63

1. Apakah alat bukti yang diajukan penggugat dan tergugat memenuhi syarat formil dan materil

Dapat dikatakan pertimbangan hukum merupakan jiwa dan intisari putusan. Pertimbangan berisi analisis, argumentasi, pendapat atau kesimpulan hukum dari Hakim yang memeriksa perkara. Dalam pertimbangan dikemukakan analisis yang jelas berdasarkan Undang-undang Pembuktian :

2. Alat bukti pihak mana yang mencapai batas minimal pembuktian

62

Ibid, hlm.133 63

Sudikno Mertokusumo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung, Perseroan Terbatas.Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 2.

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

3. Dalil gugat apa saja dan dalil bantahan apa saja yang terbukti 4. Sejauhmana nilai kekuatan pembuktian yang dimiliki para pihak.64

Selanjutnya diikuti analisis hukum apa yang diterapkan menyelesaikan perkara tersebut. Bertitik tolak dari analisis itu pertimbangan melakukan argumentasi yang objektif dan rasional, pihak mana yang mampu membuktiakn dalil gugat atau dalil bantahan sesuai dengan ketentuan hukum yang diterapkan.

Dari hasil argumentasi itulah Hakim menjelaskan pendapatnya apa saja yang terbukti dan yang tidak, dirumuskan menjadi kesimpulan hukum sebagai dasar landasan penyelesaian perkara yang akan dituangkan dalam diktum putusan.

Sebagaimana diuraikan sebelumnya penerapan hukum terhadap harta bersama berdasarkan nash-nash Al-Qur’an, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia serta Kompilasi Hukum Islam. Dengan pelaksanaan pasal-pasal khusus mengatur harta bersama di atas penyelesaian kasus harta bersama dapat diselesaikan.

Untuk melihat apa yang menjadi pertimbangan putusan Hakim Pengadilan Agama Medan dalam menentukan pembagian harta bersama yang ada, penelitian dilakukan terhadap sejumlah putusan Pengadilan Agama yang dijadikan sampel penelitian. Disamping itu dilakukan juga wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan.

Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang Hakim Pengadilan Agama Medan mengatakan bahwa dalam menyelesaikan kasus harta bersama para

64

M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, (Jakarta, .Sinar Grafika, 2005), hlm. 809

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

Hakim di Pengadilan Agama ini merujuk kepada nash-nash Al-Qur’an, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Kompilasi Hukum Islam sebagai hukum terapan dan hukum positif di Pengadilan Agama.

Untuk melihat lebih lanjut bagaimana pertimbangan Hakim dalam menetapkan putusan harta bersama maka berikut ini ada contoh Putusan Pengadilan Agama Medan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

1. Putusan Pengadilan Agama Medan dengan Register Nomor : 219/Pdt.G/2006/PA-Mdn antara Ismed Manday V Anizar.

Duduk perkaranya adalah seorang wanita bernama Anizar binti Zainul SM tinggal di Jalan Denai Gang. Bersama Nomor 28, Kelurahan Tegal Sari I Kecamatan Medan Area, Kota Medan selaku Penggugat mengajukan gugatan biaya hadhanah nafkah anak serta gugatan harta bersama ke Pengadilan Agama Medan terhadap mantan suaminya bernama Ismed Manday Bin ali Ibrahim tinggal di Jalan A.R. Hakim Nomor 112 C, Kelurahan Suka Ramai I, Kecamatan Medan Area Kota Medan selaku Tergugat.

Dalam posita gugatan Penggugat menyatakan mantan istri Tergugat yang sudah bercerai di Pengadilan Agama Bangkinah berdasarkan akta cerai No.49/AC/1998/PA.BKN tanggal 9 Mei 1998. Selama dalam ikatan perkawinan Penggugat dan Tergugat telah memperoleh 2 (dua) orang anak (anak angkat) dalam pemeliharaan Tergugat dan mempunyai harta bersama berupa benda

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

bergerak dan tidak bergerak. Setelah perceraian, Penggugat telah melakukan upaya musyawarah secara kekeluargaan dalam penyelesaian harta bersama dimaksud, namun pihak Tergugat tidak bersedia. Dalam hal biaya hadhanah dan nafkah kedua orang anak selama ini ditanggung Tergugat sebesar Rp.800.000,- setiap bulan. Dalam hal ini Penggugat memandang sikap Tergugat bertentangan dengan Kompilasi Hukum Islam Pasal 97, Pasal 105 huruf c dan Pasal 156 huruf d, bahwa janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak memperoleh seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ada ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah menurut kemampuannya sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat mengurus diri sendiri. Oleh karena itu melalui petitum gugatnya Penggugat memohon kepada Pengadilan Agama Medan agar dapat menetapkan harta yang menjadi objek sengketa ditetapkan sebagai harta bersama antara Penggugat dan Tergugat dan menentukan pembagiannya seperdua untuk bagian Penggugat dan seperdua lagi untuk Tergugat.

Pengadilan Agama Medan setelah melakukan pemeriksaan dalam persidangan melalui tahap-tahap pemeriksaan sesuai dengan ketentuan hukum acara maka pada tahap akhir menjatuhkan putusan dalam konvensi yang ada. Pada pokoknya mengabulkan gugatan Penggugat dan menetapkan bahwa seperdua harta yang disebutkan menjadi bagian Penggugat dan selebihnya menjadi bagian Tergugat.

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

Menetapkan bahwa gugatan Penggugat biaya hadhanah dan nafkah anak-anak Penggugat dan Tergugat tidak dapat diterima dengan alasan kedua anak tersebut adalah anak angkat, dalam hal ini Penggugat menyatakan sanggup mengurus dan membiayai hidup kedua anak tersebut.

Dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Medan merujuk kepada Kompilasi Hukum Islam Pasal 97, terhadap putusan Pengadilan Agama Medan Tergugat dapat menerimanya dan demikian juga Penggugat dapat menerima pembagian harta bersama dan penolakan Terguat atas biaya hadhanah dan nafkah dua orang anak.

2. Putusan Pengadilan Agama Medan dengan Register No.357/Pdt.G/2008/PA-Mdn, yakni antara Connie Sardiella binti H.Asri Sardin melawan Leonard Mangatur Hasiholan bin Asanri Panjaitan tinggal di Jalan Meranti Nomor 2 Kelurahan Sekip, Kecamatan Medan Petisah Kota Medan (selaku Penggugat) melawan Leonard Mangatur Hasiholan bin Asanri Panjaitan tinggal di Komplek Perumahan Sidosermo Indah Surabaya (selaku Tergugat) yang ditujukan kepada Pengadilan Agama Medan.

Kasus posisi :

a. Dalam gugatan Penggugat (istri) pada pokoknya Penggugat bermohon agar diberi izin agar mengikrarkan talak satu raj’i dengan alasan sudah tidak ada kecocokan dan terjadi perselisihan serta pertengkaran yang terus menerus, juga sekaligus bermohon penyelesaian terhadap harta bersama yang diperoleh antara Penggugat dan Tergugat selama masa perkawinan.

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

b. Dalam jawaban Tergugat, Tergugat menyetujui perceraian namun harus menerima hak-hak seorang suami yang akan diceraikan oleh seorang istri sebagaimana tercantum dalam Pasal 149 Kompilasi Huku m Islam (KHI) huruf (a, b) dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Pasal 8 ayat 1, dan pembagian harta bersama.

Pertimbangan Hukum :

Majelis Hakim Pengadilan Agama Medan yang memeriksa dan mengadili perkara aquo menyatakan bahwa gugatan cerai dihubungkan dengan harta bersama adalah hal yang dibenarkan berdasarkan Pasal 86 ayat (1) Undang-undang Peradilan Agama Nomor 7 Tahun 1989 yang berbunyi : Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum.

Kaedah Hukum

Kaedah hukum yang dirujuk dalam pertimbangan hukum di atas adalah ketentuan Kompilasi Hukum Islam Pasal 98 : “Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan”, ditambah dengan Pasal 149 huruf a dan b Kompilasi Hukum Islam.

Putusan Hakim : Dalam Konvensi

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

c. Mengabulkan permohonan Termohon untuk sebagian

d. Memberi izin kepada Pemohon/Penggugat untuk mengucapkan talak satu raj/i atas diri Termohon dihadapan sidang Pengadilan Agama

e. Menetapkan setengah dari harta bersama menjadi bagian Penggugat dan setengah sisanya menjadi bagian Tergugat/Termohon

Dalam Rekonvensi

a. Mengabulkan gugatan Rekonvensi Penggugat Rekonvensi untuk sebagian b. Menetapkan kewajiban Tergugat Rekonvensi kepada Penggugat Rekonvensi c. Menetapkan hutang Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi

merupakan hutang bersama Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi. d. Menetapkan harta bersama Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi

adalah harta bersama dikurangi hutang bersama Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi, dan setelah itu dibagi seperdua untuk Penggugat Rekonvensi dan sisanya untuk Tergugat Rekonvensi.

Berdasarkan putusan dalam perkara ini dapat diketahui dasar pertimbangan majelis Hakim dalam memutus pembagian harta bersama setelah memeriksa berdasarkan hukum acara yang berlaku maka merujuk kepada Kompilasi Hukum Islam Pasal 97 dan Pasal 149 huruf (a) dan (b).

Ismy Syafriani Nasution : Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam, 2009.

BAB IV

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP ANAK DAN HARTA