• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 3. Catatan Lapangan dan Hasil Wawancara

HASIL WAWANCARA MENDALAM

PARTISIPASI LEMABAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) PENDIDIKAN DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI DINAS PENDIDIKAN

PEMUDA DAN OLAHRAGA (DIKPORA) DIY

Nara Sumber: Yuliardi (kordinator program LSM Titian Foundation) Tempat: Hotel Batik

Tanggal: 14 Januari 2015 Pukul: 13.00 WIB

1. Apa saja program LSM Anda?

L“M Titia Fou datio erupaka L“M ya g bergerak pada bida g pe ge ba ga te aga

pengajar, terutama guru. Kami memiliki enam program utama: Pengembangan dan pelatihan kepribadian guru, ICT, pemberian beasiswa, pengadaan tempat belajar, dan pelatihan

i terpreu ership ti gkat “MA/“MK.

2. Adakah upaya untuk mempengaruhi kebijakan dan terlibat dalam proses perencanaan kebijakan di DIkpora?

Selama ini kami baru satu kali mendapat undangan resmi dari Dikpora DIY, itu pada saat Rentra tahun 2012. Kami (Titian Foundatian) diminta untuk mengirimkan delegasi dari lembga, guna ikut serta dalam pembahasan Renstra. Keterlibatan kami dalam Renstra tersebut hanya sampai pada penyampain aspirasi, atau pendapat.

Kami memang sering berhubungan dengan Dikpora, namun tidak pada acara resmi. Kami lebih sering berdialog secara non-formal. Biasanya langsung dengan kepala dinas. Terhadap dinas, kami biasanya hanya berdialog dan audiensi biasa, menyampaikan pendapat dan ide-ide kami, kami tidak tahu apakah ide kaami nanti akan direspon atau tidak.

Saat ini kami sedang menjalin kerjasama dengan Dikpora, terkait pelatihan guru. 3. Faktor apa yang menjadi pendukung adanya kerja sama dengan Dikpora?

Kami menghormati Dikpora. Dikpora, kami gandeng sebagai mitra. Walaupun sebenarnya tanpa mitrapun kami bisa tetap berjalan, namun akan lebih baik jika kita punya mitra kerja. 4. Kendala apa yang menghambat kerja sama dengan dinas?

Seperti pada umumnya, prosedur birokrasi yang ruwet dan bertele-tele yang menjadi kendala. 5. Bagaimana pandangan LSM Anda terhadap Dikpora?

Sejauh ini Dikpora DIY cukup terbuka dengan pihak-pihak eksternal dinas. Mereka member

HASIL WAWANCARA MENDALAM

PARTISIPASI LEMABAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) PENDIDIKAN DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI DINAS PENDIDIKAN

PEMUDA DAN OLAHRAGA (DIKPORA) DIY

Nara Sumber: Suroyo, Kebid. Perencanaan dan Standarisasi Dikpora DIY Tempat: Ruang Kerja Kabid. Perencanaan dan Standarisasi Dikpora DIY Tanggal: 5 Januari 2015

Waktu: 09.00 WIB

1. Bagaimana mekanisme perumusan kebijakan pendidikan di Dikpora?

Pada dasarnya, kerangka berpikir kita berlandaskan pada teori-toeri yang ada secara umum. Namun pada kenyataannya, dalam praktiknya kita tidak bisa sepenuhnya sesuai dengan hal tersebut. Dalam kenyataanya proses pembentukan sangat fleksibel dan variatif. Kita menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Langkah-langkah teoritis tetap kita perhatikan, namun Itu kan hanya langkah-langkah teori, kalo dalam praktiknya harus menyesuaikan situasi dan kondisi.

2. Siapa saja yang terlibat dalam perumusan? a. Pemunculan isu

Kalau dalam tahap ini kita melibatkan semua pihak masyarakat yang mau berpartisipasi. Dalam pemunculan isu ini, kita sangat fleksibel dan terbuka untuk siapa saja. Kalo misalkan LSM mau memberikan masukan, ya silakan. Caranya bisa secara langsung bertemu dengan Kepala Dinas, atau melallui telfon juga bisa.

b. Agenda kebijakan LSM tidak terlibat c. Konsultasi LSM tidak terlibat d. Keputusan LSM tidak terlibat e. Implementasi

Dalam hal ini LSM bisa dilibat bisa tidak. Tergantung kebutuhan. Kalaupun melibatkan LSM, tidak semua LSM bisa ikut terlibat. Hanya LSM yang mempunyai peran strategis saja yang kita libatkan. Untuk menentukan peran strategis ini kita lihat LSM itu berdasarkan fungsinya.

3. Apakah melibatkan LSM pendidikan dalam perumusan kebijakan?

Ya, melibatkan semua pihak yang ingin berpartisipasi, termasuk LSM. Namun porsi mereka hanya pada tahap pemunculan isu. Selebehnya, itu kita (eksekituf) yang menentukan.

4. Kenapa LSM dilibatkan?

Kita sebagai eksekutif tidak bisa berjalan sendiri. Program kita sebagai instansi tidak bisa berjalan sendiri, program kita sebenarnya berorientasi pada masyarakat, jadi tidak mungkin kalau hanya dibuat oleh internal instansi. Kiita juga harus memperhatikan pemikiran mereka, supaya sesuai apa yang diupayakan oleh instansi dengan apa yang dinginkan oleh masyarakat. Jadi memang penting untuk mendengarkan mereka. Bisa dibilang bahwa LSM itukan penyambung lidah masyarakat.

5. Namun kenapa LSM hanya diberikan porsi sedikit (hanya dalam tahap pemunculan isu?

Dalam hal ini harus kita lihat, tujuan LSM itu mau apa? Tujuan LSM kan, harapan mereka terpenuhi. Jadi yang terpentingkan, adalah harapan mereka terpenuhi. Kalau LSM mau ikut bekerja, bisa mereka mangajukan proposal kegiatan ke DIkpora. Kalau programnya bagus, nanti kita beri bantuan. Alasan kenapa LSM tidak dilebatkan secara lebih, itu biar tidak ribet nantinya. Selain itu, ini kan ranah eksekutif, sebagai pelaksana, selain itu juga terkait tanggung jawan kita sebagai eksekutif.

6. Apa yang menjadi kendala dalam menjalin kerja sama dengan LSM?

Kendala yang kita alami biasanya terkait dengan vsis dan misi. Jadi kita belum satu pendapat soal visi atau misi. Tapi itu tidak mejadi masalah serius, selama komunikasi bisa berlangsung dengan baik.

7. Bagaimana sebenarnya pandangan Dinas terhadap LSM?

Kalau untuk kita, LSM itu sebagai mitra dan partner kerja. Kalau soal akur tidaknya kita dengan LSM itu tergantung kordinasinya, bagaimana memposisikan sikap masing-masing. Kalau masing pihak saling bersikukuh terhadap sikap masing-masing, tentu saja hal ini tidak akan menemukan solusi. Jadi harus memiliki pemikiran yang konstruktif, jadi tidak bisa hanya mengandalkan internal. Kalau sampai saat ini, kami nyaman-nyaman saja dengan LSM. Mereka kita anggap sebagai mitra yang sejajar.

PARTISIPASI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) PENDIDIKAN DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN

OLAHRAGA (DIKPORA) DIY

Nara Sumber: Yuli (Sekjen Sarang Lidi)

Tempat: Sekretariat Sarang Lidi Tanggal: 5 Februari 2015 Pukul: 18.00 WIB

1. Apa saja program kerja LSM Anda?

Sarang Lidi dibentuk dari keprihatinan atas mahalnya biaya pendidikan dan banyaknya penyelewengan dana pendidikan di tingkat sekolah. Sarang Lidi dibentuk awalnya untuk membongkar tindak penyelewengan dan sekolah dan mengawasi dana anggaran sekolah. Namun selain pengawasan terhadap sekolah kami juga melakukan advokasi terhadap siswa yang tidak mampu. Kami juga mengawasi kebijakan yang dibentuk terkait pendidikan, baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional.

2. Apa yang menjadi fokus gerak LSM Anda?

Kami sebenarnya fokus untuk mengawasi sekolah-sekolah yang ada di DIY, khusunya dalam penggunaan dana sekolah. Namun karena pendidikan itu sangat kompleks maka kami tidak bisa hanya bergerak di situ saja. Oleh karena itu kamu juga melakukan advokasi, karena masih banyak di luar sana anak-anak yang membutuhkan bantuan. Selain itu, karena pendidikan juga diatur oleh sebuah system dan tidak lepas dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, maka kami juga ikut mengawasi pemerintah, agar tidak membuat kebijakan yang merugikan rakyat kecil.

3. Adakah upaya untuk mempengaruhi kebijakan dan terlibat dalam proses perencanaan kebijakan di Dikpora?

Tentu saja ada. Terkait hal tersebut, biasanya kami langsung berdialog dengan kepala dinas, atau yang bersangkutan. Selain itu, kami juga memprekarsai peraturan tentang pendanaan pendidikan di Yogyakarta, itu Sarang Lidi yang prakarsai. Selain itu, kalau soal advokasi dan pengawasan, itu sudah tugas Sarang Lidi. Kalau ada yang tidak bener sedikit saja, Sarang Lidi akan langsung angkat bicara.

4. Kendala apa yang dialami untuk menjalin kerja sama/ kemitraan dengan dinas?

Kendala utama sebenarnya adalah kendala yang cukup klise. Yaitu maslah komunikasi dan birokrasi. Kalau untuk Sarang Lidi, rasa-rasanya tak mungkin dikontak oleh dinas. Biasanya Sarang Lidi yang mengontak mereka (Dikpora), hal tersebut menjadi salah satu kendala utama. Untuk birokrasinya, juga masih agak bertele-tele.

5. Faktor apa yang menjadi pendukung adanya kerja sama antara LSM dan dinas?

Kita membantu untuk mengawasi apa yang terjadi di lapangan. Kalau saja kepala daerah atau pemimpinya seperti Pak Ahok, mungkin sangat senang dengan adanya kami. Jadi merasa terbantu dalam mengawasi. Dikpora kan tidak bisa mengawasi semuanya sendirian, jadi ya kami bantu.

6. Bagaimana pandangan LSM terhadap Dikpora?

Sebenarnya Dikpora sudah bagus dalam membuka diri. Namun jika ada urusan untuk pembahasan kebijakan atau program, Sarang Lidi yang selalu mengkritik mereka ini tidak mungkin akan diundang, hal tersebut sangat kami sayangkan.

LAMPIRAN 3.

Halaman depan kantor Dikpora DIY

Ruang kerja Kabag Perencanaan dan Standarisasi Dikpora DIY

CATATAN LAPANGAN

Tanggal 5 Januari 2015:

Bertemu dengan Kepala Bidang Bagian Perencaan dan Standarisasi. Wawancara dimulai pukul 09.00 dan berakhir pada jam 10.00 WIB. Wawancara berlangsung di ruangan Kabid. Perencaan dan Standarisasi. Setalah selesai wawancara dengan Kabid. Perencaan dan Standarisasi, saya langsung mencoba menemui Kepala Dikpora, namun beliau masih dalam tugas dinas. Oleh karena itu, untuk saya melakukan konfirmasi melalui telpon.

Tanggal 14 Januari 2015:

Saya bertemu dengan kordinator program LSM Titian Foundation di Hotel Batik. Saya tidak langsung ke Kantor Titian Foundation dikarenakan yang Titian Foundation sedanga ada pelatihan di hotel tersebut. Wawancara dengan Yuliardi, selaku kordinator program Titian Foundation berlangsung selama 30 menit.

Tanggal 5 Februari 2015:

Saya bertemu dengan Yuli, selaku kordinator LSM Sarang Lidi. Kesulitan yang dialami adalah ketika mencari alamat secretariat Sarang Lidi, yang tempatnya cukup tersembunyi. Sampai saat ini, sekretariat Sarang Lidi masih menjadi satu dengan kediaman Yuli. Wawancara dengan kordinatir Sarang Lidi berlangsung sekitar 45 menit.

LAMPIRAN 4.

Dokumen terkait