• Tidak ada hasil yang ditemukan

Civil Society

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Lokasi Dikpora DIY

1. Mekanisme dan Pola Perumusan Kebijakan di Dikpora DIY

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahragan (Dikpora) DIY, memiliki mekanisme kebijakan yang fleksibel. Secara teoritis, pola perumusan kebijakan masih berpijak pada teori dan aturan yang ada, namun dalam praktiknya mekanisme yang dilakukan bersifat fleksibel. Fleksibelnya

mekanisme perumusan ini disebabkan agar tercipta keefisienan waktu, terutama dalam penyusunan kebijakan teknis. Hal ini dijelaskan dan diungkapkan oleh SRY, Kepala Bidang Perencanaan dan Standarisasi:

“Pada dasarnya, kerangka berpikir kita berlandaskan pada teori -toeri yang ada secara umum. Namun pada kenyataannya, dalam praktiknya kita tidak bisa sepenuhnya sesuai dengan hal tersebut. Dalam kenyataanya proses pembentukan sangat fleksibel dan variatif. Kita menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Langkah-langkah teoritis tetap kita perhatikan, namun Itu kan hanya langkah-langkah teori, kalo dalam praktiknya harus menyesuaikan situasi dan kondisi.” (8/1/2015)

Sampai saat ini, Dikpora memberi kesempatan berbagai pihak untuk berpartisipasi. Namun, masyarakat dilibatkan hanya dalam tahap pemunculan isu, penjaringan aspirasi, dan pembahasan agenda.

“Kalau dalam tahap ini kita melibatkan semua pihak masyarakat yang mau berpartisipasi. Dalam pemunculan isu ini, kita sangat fleksibel dan terbuka untuk siapa saja.” (8/1/2015)

Dalam tahap penyampaian aspirasi ini juga cukup fleksibel, dinas sendiri memang menyediakan forum tersendiri untuk menyampaikan aspirasi. Namun jika ingin menyampaikan secara langsung kepada kepala dinas, hal tersebut tidak jadi masalah. Bahkan penyampaian aspirasi ini dapat melalui telepon langsung kepada kepala dinas. Hal ini diungkapkan oleh SRY:

“Caranya bisa secara langsung bertemu dengan Kepala Dinas, atau melalui telepon juga bisa.” (8/1/2015)

Hal ini pun dibenarkan oleh Kepala Dinas sendiri, Baskoro Aji:

“Kalau memang ada sesuatu yang ingin disampaikan silakan saja. Bisa langsung menemui saya di kantor, atau melalui telepon. Saya terbuka untuk hal tersebut.” (8/1/2015)

Dalam perumusan kebijakan di Dikpora DIY terdapat dua forum: internal dan ekternal. Kedua forum tersebut digunakan sebagai wadah dan ruang diskusi ketika akan membentuk sebuah kebijakan.

Forum Internal

Forum internal merupakan forum yang dikhususkan untuk pembahasan isu oleh pihak dinas sendiri. Forum ini diadakan dengan mengundang berbagai pihak dari struktur pemerintahan yang berkepentingan. Forum internal ini bisa diadakan sebelum atau sesudah forum ekternal.

Sebuah isu kebijakan biasanya akan dibahas dalam forum internal terlebih dahulu, sebelum nantinya dibahas dalam forum eksternal. Forum internal dimaksudkan untuk mematangkan sebuah isu strategis yang nantinya akan disikapi oleh dinas, dan akan ke arah mana nantinya isu tersebut akan dibawa.

Forum Eksternal

Forum eksternal merupakan forum yang diadakan oleh dinas untuk menjaring aspirasi dari masyarakat atau pihak yang berkepentingan dari luar struktur pemerintahan. Dalam forum ini, dinas akan meminta pendapat dari berbagai pihak untuk menanggapi isu yang dilemparkan oleh dinas sendiri, atau pembahasan isu yang dibawa oleh para peserta forum. Dalam forum ini, pihak Dikpora, atau eksekutif lainnya berperan sebagai fasilitator.

Jika digambarkan penjaringan dan pembahasan isu di Dikpora adalah sebagai berikut:

Gambar: I . IV

a. Partisipasi LSM dalam Perumusan Kebijakan di Dikpora

Dalam proses perumusan kebijakan di Dikpora, lembaga swadaya masyarakat (LSM) pendidikan juga diberikan kesempatan. Seperti yang diungkapkan oleh SRY:

“Kalo misalkan LSM mau memberikan masukan, ya silakan.” (8/1/2015)

Namun porsi partisipasi LSM ini hanya pada penyampaian isu, tidak lebih. Alasan kenapa LSM hanya bisa pada tahap penyampaian isu. Hal ini terkait soal tanggung jawab. Pada tahap penggodokan isu, hingga nanti sampai pada implementasi, menurut SRY adalah kewenangan dan tanggung jawab eksekutif:

“Ya, melibatkan semua pihak yang ingin berpartisipasi, termasuk LSM. Namun porsi mereka hanya pada tahap pemunculan isu. Selebihnya, itu kita (eksekituf) yang menentukan.” (8/1/2015)

Dengan adanya pembatasan ini, maka dengan kata lain, LSM hanya diberikan porsi dalam tahap awal, yakni pada tahap indentifikasi masalah/pandangan umum terhadap suatu isu.

Forum Internal Forum

Ekternal Follow Up

Penjaringan aspirasi, dan isu strategis dari

b. Keaktifan LSM dalam Memberikan Pendapat

Dalam sebuah partisipasi, tentu saja diharapkan sebuah partisipasi aktif. Selama ini LSM pendidikan di DIY melakukan perannya dengan aktif, meski tidak semua LSM. Ada beberapa LSM yang bisa dibilang aktif dalam penyampaian pendapat serta memberikan usulan ke Dikpora DIY. Menurut keterangan yang diberikan oleh Kabid. Perencanaan dan Standarisas, ada beberapa LSM yang aktif dan paling sering berhubungan dengan dinas, yakni: LSM Titian Foundation dan LSM Sarang Lidi.

“LSM yang cukup aktif ada beberapa, Titian Foundation dan Sarang Lidi. Kedua LSM ini cukup sering mengontak Dikpora.” (8/1/2015)

Hal yang sama juga disampaikan dari pihak Titian Fouudation. Menurut kordinator program Titian, Y, mereka justru yang sering mengontak dinas, daripada dikontak oleh dinas.

“Kalau sampai saat ini, lebih banyak kita yag mendatangi dinas, dengan inisiatif sendiri. Bahkan sampai saat ini kalau diundang secara resmi Titian Foundation baru satu kali.” (14/1/2015)

Hal yang serupa juga dirasakan oleh pihak Sarang Lidi. Menurut pengakuan YU, selaku Sekjend Sarang Lidi:

“Kalau untuk Sarang Lidi, rasa-rasanya tak mungkin dikontak oleh dinas. Biasanya Sarang Lidi yang mengontak mereka (Dikpora).” (6/3/2015).

a. Komunikasi Antara LSM dan Dikpora

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam menjalin sebuah hubungan kerjasama. Jika menurut keterangan yang diberikan oleh

Kabid Perencaan dan Standarisas, SRY, selama ini Dikpora selalu menjaga komunikasi dengan semua pihak.

“Dalam menjalin kerjasama, kan yang penting komunikasi. Nah ini yang selalu kami (Dikpora) perhatikan. Dikpora mencoba menjaga komunikasi dengan semua pihak termasuk LSM.” (8/1/2015)

Menurut LSM Sarang Lidi, ruang untuk berkomunikasi dengan Dikpora memang sangat terbuka, dan tidak kaku. Namun yang menjadi perhatian LSM Sarang Lidi, adalah bahwa Dikpora tidak terlalu aktif dalam berkomunikasi dengan LSM yang bergerak dalam ranah advokasi dan pengawasan. Hal ini disampaikan oleh Sekjend Sarang Lidi:

“Sebenarnya Dikpora sudah bagus dalam membuka diri. Namun jika ada urusan untuk pembahasan kebijakan atau program, Sarang Lidi yang selalu mengkritik mereka ini tidak mungkin akan diundang. Justru Sarang Lidi yang harus aktif memantau mereka (Dikpora).” (6/3/2015)

Hal yang berbeda dirasakan oleh LSM Titian Foundation. Bagi mereka yang saat ini telah menjalin kemitraan dengan Dikpora, dalam bidang pengembangan guru merasa bahwa komunikasi dengan Dikpora lancar dan tidak bermasalah.

b. Bentuk Partisipasi LSM Pendidikan di Dikpora

Partisipasi LSM di Dikpora terbagi dalam dua bentuk: vertikal dan horizontal. Bentuk partisipasi vertikal, dapat dilihat dari bentuk kerjasama antara dikpora dan Titian Foundation. Dalam hal ini, Titian Foundation ikut berpartisispasi dalam program pelatihan guru yang diadakan oleh Dikpora. Di mana, Titian Foundation ditunjuk sebagai pelaksana program. Hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk partisipasi vertikal, sebagaimana dijelaskan oleh

Effendi (2002), di mana jika LSM terlibat dalam suatu program pihak lain, dan mempunyai posisi sebagai bahawan, pengikut atau klien, maka dikatakan sebagai partisipasi vertikal.

Sedangkan bentuk partisipasi horizontal, dapat dilihat dari hubungan antara LSM Sarang Lidi dengan Dikpora. Hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk partisipasi horizontal non-fisik, karena Sarang Lidi berperan sebagai teman berdiskusi bagi Dikpora. Dikpora dan Sarang Lidi tidak memiliki hubungan yang terikat kontrak. Sarang Lidi ikut berpartisipasi aktif dalam setiap diskusi guna menetapkan langkah atau kebijakan yang akan diambil oleh Dikpora.

Dokumen terkait