• Tidak ada hasil yang ditemukan

CATATAN PINGGIR :

Dalam dokumen KONVERGENSI WAHYU DAN ALAM SEMESTA (Halaman 48-56)

Pa

g

e

4

9

1. Lihat penafsiran ayat ini dalam "At-Tafsir Al-Kabir" karya Fakhruddin Ar-Razi, 13/32.

2. Sangat banyak buku-buku dan kajian-kajian yang mengulas unsur-unsur akidah dan iman; keberadaanya sebagai kaidah untuk langkah dasar pemikiran seorang muslim, dan kaidah bagi pandangan dan konsepsi terhadap alam semesta, kehidupan dan manusia. Beberapa kajian dan buku terkemuka yang disediakan untuk menjelaskan persoalan ini adalah kitab "Risalah at-

Tauhid"; Muhammad Abduh, "Wahyu al-Muhammadi";

Muhammad Rasyid Ridha, "Nizham al-Islam al-‘Aqaidi"; Syekh Muhammad al-Mubarak, Al-‘Aqaid"; Ustadz Hasan al-Banna. "’Aqidah al-Muslim"; Syekh al-Ghazali,"Qashash al-Iman”; Syekh al-Jasar, "Al-‘Adalah al-Ijtimai’yah"; Sayyid Quthb, "At-Tashawwur al-Islami li al-Wuju”’; Dr. Hasan Lihyawi dan karya-karya lainnya. 3. Ide konvergensi dua bacaan yang dimaksud adalah bacaan

wahyu dan bacaan alam semesta. Istilah ini terdapat pada al- Harits al-Muhasibi dengan bentuk yang masih global dalam bukunya; "Al-‘Aql wa Fahm Al-Qur`an", dimana ia (semoga Allah merahmatinya) memberikan indikasi bahwa pemahaman Al- Quran memerlukan sesuatu yang dibutuhkan untuk memahami alam semesta, sebagaiman Fakhrurrazi telah menyusun tafsirnya yang besar "Mafatih al-Ghaib" sebagai titik tolak dari pemikiran ini, padahal ia sendiri tidak mampu untuk itu. Ia dengan kontinyu terus membentuk tafsirnya yang mencakup ilmu dan bidang- bidang alam semesta yang berhubungan dengan astronomi, perbintangan, jiwa, ruh, ilmu-ilmu naqli, ‘aqli dan thabi’ah serta lainnya yang ada dalam satu pemikiran, seakan-akan ia ingin selalu meyakinkan penolakannya terhadap semua pengetahuan yang menghantarkan manusia kepada Al-Quran, meng- instinbath, memahaminya dan mungkin hal tersebut dapat

Pa

g

e

5

0

dilakukan di banyak tempat dalam tafsirnya, khususnya dalam mukaddimah. Bahkan ia telah melampauinya sampai ke batas pembagian seluruh ilmu dan pengetahuan yang dinisbatkan kepada Al-Quran dalam tiga bagian; ilmu yang dijabarkan dari Al- Quran, ilmu yang dapat dipahami dan ditafsirkan, dan ilmu yang disandarkan kepadanya dengan berbagai bentuk. Kembali merujuk tafsir "at-Tanwir" karya Ibnu ‘Asyur.

Demikanlah makna ini dikuatkan oleh banyak ulama dan mufassir, tetapi sebagian dari pengkaji yang paling utama adalah mereka yang telah mengkristalisasikan pemikiran ini pada masa kita dan berusaha menyodorkannya dengan bentuk konsep yang memiliki beberapa tahapan yang berujung pada penggabungan (konvergensi) dua bacaan yaitu Al-Ustadz Muhammad Abu Al- Qasim Haj Muhammad, dimana ia telah menyusun dalam tiga kitabnya; "Al-‘Alamiyah Ats-Tsaniyah" dicetak pada tahun 1979 M di Dar al-Masirah, Beirut, "Al-Azmah Al-Fikriyah fi Waqi’ Al-‘Arabi Ar-Rahin", dan "Manhajiyyah Al-Quran Al-Ma’rifiyah".

Tanpa memandang perbedaan-perbedaan dalam sebagian penjelasan konvergensi dua bacaan; wahyu dan alam semesta dipandang sebagai titik tolak dasar bagi pemikiran Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang digalakan dalam setiap strategi dan aktifitas Al-Ma’had Al-‘Alami li al-Fikr al-Islami/The International Institute of Islamic Thought (IIIT).

Konvergensi dua bacaan adalah pedoman yang jelas pada masa- masa awal dan sumber kekuatan yang berperan dalam mengikat nash dan realita dengan cara yang menjadikan mereka dapat memahami nash dengan pemahaman yang selamat, meyakinkan mereka membangun peradaban kokoh yang mereka wujudkan dengan "syuhud al-hadhari" di dunia sebelum kemunculan ilmu-

Pa

g

e

5

1

ilmu perantara (al-‘Ulum al-Wasithah) yang telah mengalihkan kepada suatu penghalang antara akal muslim dan nash wahyu. Konvergensi dua bacaan bagi kaum Salafusshalih merupakan pedoman interaktif antara akal yang diberi petunjuk dan nash yang terjaga serta realitas perubahan yang tercipta dari pemahaman terhadap tanzil dan keterikatannya dengan realitas, pemberian petunjuk jalan kehidupan dengan nilai dasar yang menyelamatkan peradaban Islam. Metode konvergensi dua bacaan ini tidak dapat ditanggalkan kecuali setelah munculnya pengetahuan-pengetahuan perantara (al-‘Ulum al-Wasithah) atau nash-nash sejenis yang mengacaukan akal muslim dari nash qur’ani atau dari alam semesta dengan persoalan-persoalannya. Maka hal itu kemudian mengakibatkan suatu pertentangan antar nash dan realita dan pemahaman masing-masing keduanya dengan pemahaman khusus yang terpisah dan kontradiktif.

4. Lihat penafsiran ayat ini dalam "Tafsir Al-Kabir" karya Fakhruddin Ar-Razi, halaman 13-32.

5. Ada perbedaan besar dalam beberapa penekanan Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang berdasar pada konvergensi dua bacaan, dimana wahyu diposisikan sebagai sumber asasi pengetahuan yang terbaca dengan alam semesta dan dari alam semesta itu tercipta sunnatullah dan aturan-aturan untuk membentu pemahaman wahyu. Dalam skup dua bacaan dan konvergensi pada keduanya, dibangunlah Islamisasi Ilmu Pengetahuan dengan kaedah-kaedahnya. Hal ini berbeda dengan pemahaman al-I’jaz al-‘Ilmi, dimana Islamisasi Ilmu Pengetahuan merupakan persoalan metodologis yang berangkat dari Al-Quran al-Karim dengan orientasi keilmuan dan pengetahuan, berangkat dari sebuah kapasitas dan jangkauan yang ada. Sedangkan al-i’jaz al-‘ilmi terhimpun dalam usaha-usaha parsial penafsiran dan

Pa

g

e

5

2

penakwilan, kemudian masuk kedalam skup orientasi perpaduan antara Al-Quran dan usaha-usaha yang menghasilkan salah satu jenis sandaran ilmiah untuk menjelaskan kebenaran yang terdapat dalam Al-Quran.

Kekuatan ini sekalipun mengandung beberapa faedah, hanya saja ini merupakan kekuatan yang berangkat dari ilmu dengan arah Al-Quran, dan bukan berangkat dari Al-Quran dengan orientasi ilmu untuk berusaha menyelamatkan dan mengeluarkannya dari lingkaran istilab al-wadh’ sebagaimana aktifitas-aktfitas kajian dalam skup al-i’jaz al-‘ilmi tidak mengambil bentuk secara metodologis, akan tetapi persoalan- persoalan pemurnian yang dilakukan manusia dalam skupnya dengan aktifitas pemurnian yang berdekatan, dan dengan cara analogi persoalan-persolan ilmiah dengan memposisikan ayat- ayat qurani sebagai "sesuatu" dan orientasi metodologi yang dibangun atas Islamisasi Ilmu Pengetahuan adalah "sesuatu yang lain". Karenanya, kami berusaha meyakinkan perbedaan besar antara orientasi Islamisasi Ilmu Pengetahuan metodologis dengan orientasi al-i’jaz al-‘ilmi murni yang hampir tujuan- tujuannya teringkas dengan titik tolak dari sebagian spesialisasi ilmiah untuk menetapkan ketiadaan kontradiksi ungkapan- ungkapan islami dan ayat-ayat yang berkaitan serta penyingkapan-penyingkapan ilmiah. Itu dalam kondisi terbaik, yang mungkin dapat menyusun tahapan dalam skup usaha- usaha penakwilan dan penafsiran modern yang mencakup banyak prediksi.

Pa

g

e

5

3

6. Hadits "asyadd an-naas ‘adzaaban yaum al-qiyamah..." diriwayatkan oleh an-Nasai dalam sunan-nya pada kitab "al-iman wa syarhuhu" bab dzikir asyadd an-naas ‘adzaaban, hal 53-56. 7. Hadits "Laula qaumuka haditsu ‘ahdin bil kuffaar.." diriwayatkan

oleh an-Nasai dalam sunan-nya, kitab az-Zakah bab Bina al- Ka’bah (2900) dari hadits ‘Aisyah dengan lafadz: "Laula haditstu

‘ahdi qaumika bil kufri lanaqadhtul bait fabanaituhu ‘ala asaas

Ibrahim ‘alaihissalam wa ja’altuhu lahu khalafan.." .

8. Merujuk pada risalah kami "Islamiyyah al-Ma’rifah baina al-Ams wa al-Yaum" (Islamisasi Ilmu pengetahuan: Antara Kemarin dan Sekarang) untuk menelaaah pengertian aslamah al-ma’rifah lebih lanjut.

9. Sebenarnya pemahaman putaran sejarah denga pemahaman yang berdasarkan pada pemutaran (ta’aqub) dan pengulangan (tikrar) akan menghantarkan stagnasi pemikiran yang statis. Dapat dilihat bahwa persitiwa yang berulang-ulang dalam sebuah skup putaran memungkinkan untuk mengajukan solusi yang berulang-ulang juga tanpa melihat fase produktifitas solusi tersebut dan metodenya. Sedangkan pemikiran yang berada diatas pandangan terhadap sejarah, dimana ia berperan sebagai resultan dan perubahan-perubahan cara, maka hal itu menghadapkan akal manusia pada tantangan-tantangan terus menerus yang mengharuskannya mengajukan solusi baru dan kembali total kepada nash mutlak yaitu Al-Quran al-Karim. Bagi kaum muslim untuk memberi paparan-paparan tentang pemikirian-pemikiran resultan dan korelasi yang terus menerus dengan Al-Quran, karena hanya muslimlah yang dapat menjabarkannya dengan solusi baru secara kontinyu.

Pa

g

e

5

4

Allhamdulillahi Rabbil ‘Alamin

Kairo, 24 Shafar 1419 H/19 Juni 1998 M

Profil Shaifurrokhman Mahfudz

Lahir di Cirebon, dari pasangan H. Mahfudz Syarika dan Hj. Runiyati Satri. Pendidikan menengah diselesaikannya di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Pesantren Darussalam Ciamis. Sebelumnya, sempat 'mondok' di Tebu Ireng dan Pesantren Pacul Gowang Jombang. Setelah lulus dari Faculty of Islamic Law and Jurisprudence Al-Azhar University Cairo tahun 1999, ia lebih memilih menjadi entrepreneur dengan bekerja sebagai Marketing Executive di TRISNA Group; perusahaan yang bergerak di bidang chemical & fertilizer industry

Pa

g

e

5

5

sampai tahun 2001. Tidak lama kemudian, di tahun yang sama, bersama keluarga ia mendirikan restoran Lesehan Seafood ”MIMI CHOICE” di Cirebon.

Jenjang akademik ia lanjutkan di program Master of Human Science in Sociology and Anthropology di International Islamic University Malaysia (IIUM) selama satu tahun. Baru pada akhir 2006, gelar Master of Sharia (M.Sh) bidang Islamic Political Science dapat diraihnya dari Academy of Islamic Studies University of Malaya, Kuala Lumpur.

Selama tinggal di Malaysia, ia berkesempatan mengajarkan ilmu-ilmu syariah pada Institute Technology of Ibnu Sina, Kuala Lumpur. Sejak 2002, ia juga dipercaya menjadi dosen tetap di Muhammadiyah Islamic College, Singapura; sebuah perguruan tinggi Islam pertama yang resmi di negeri itu.

Kembali dari Kuala Lumpur pada awal 2007, ia segera bergabung dalam pengembangan dakwah ekonomi syariah bersama Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec (Chairman Tazkia Group) dan telah menghasilkan beberapa karya yang cukup fenomenal, diantaranya Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad Saw (8 jilid) dan Ensiklopedia Peradaban Islam (10 jilid). Sampai hari ini, ia masih mengemban amanah sebagai Senior Advisor PT. Tazkia Investindo Utama, Ketua Dewan Syariah PT Tauba Zakka Atkia dan Secretary

General Andalusia Islamic Centre, Sentul City Bogor serta Senior

Lecturer di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia Bogor yang mengampu mata kuliah Fiqh Muamalah dan Fundamental Ekonomi Islam serta telah meraih sertifikasi dosen ekonomi syariah sejak tahun 2010.

Saat ini ia tengah berusaha menyelesaikan program doktoral (Ph.D) bidang Islamic Banking & Finance di University College of Insaniah,

Pa

g

e

5

6

Malaysia disamping aktifitas hariannya sebagai Chairman Madani Sharia Consulting (MSC) dan Executive Director Al-Mahfudz Foundation sekaligus Pengasuh Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Al-Mahfudz Cirebon. @

Dalam dokumen KONVERGENSI WAHYU DAN ALAM SEMESTA (Halaman 48-56)

Dokumen terkait