• Tidak ada hasil yang ditemukan

Caving/Shale Problem

KENDALA TEKNIS DAN NON-TEKNIS

8.1 KENDALA-KENDALA TEKNIS

8.1.2 Caving/Shale Problem

Pengertian

Pengeboran menembus lapisan shale mempunyai permasalahan tersendiri. Menjaga agar shale stabil, tidak runtuh atau logsor merupakan suatu masalah, tidak terdapat suatu cara pasti yang dapat diterapkan untuk semua keadaan. Untuk mengurangi masalah ini maka biasanya pengeboran dilaksanakan dengan menerapkan drilling practice yang baik dan penggunaan mud practice yang tepat. Karena runtuhan atau longsornya shale maka akibat seterusnya yang dapat timbul antara lain:

• lubang bor membesar

• masalah pembersihan lubang bor • pipa bor terjepit

• bridges dan fill up

• kebutuhan lumpur bertambah • penyemenan yang kurang sempurna • kesulitan dalam pelaksanaan logging • dan lain-lainya

Jenis-Jenis Shale

Shale biasanya merupakan lapisan yang diendapkan pada cekungan marine, terdiri terutama dari lumpur, silt, dan clay, dalam bentuknya yang lunak biasanya disebut clay. Semakin dalam maka tekanan dan temperatur akan semakin tinggi sehingga endapan ini (clay) akan mengalami perubahan bentuk dan disebut sebagai shale. Selanjutnya, perubahan bentuk karena proses metamorfosa disebut slate, phylite, atau mica schist.

Bila shale mengandung banyak pasir disebut arenaceous shale sedangkan yang mengandung banyak material organik disebut carbonaceous shale. Shale mengandung berbagai jenis mineral lempung yang sebagian berhidrasi tinggi. Shale yang mengandung banyak mineral montmorilonite akan berhidrasi tinggi yaitu akan menyerap air dalam kapasitas yang besar. Biasanya shale terdapat dalam formasi yang relatif tidak dalam.

• Pressure shale

Shale merupakan batuan endapan yang biasanya terdapat di daerah yang luas, adakalanya terdapat pula kontak dengan endapan pasir. Dengan semakin tebal lapisan di atasnya karena proses pengendapan terus berlangsung maka tekanan overburden akan semakin besar. Pada proses compaction atau pemadatan ini cairan-cairan yang berada di dalam lapisan shale akan tertekan keluar dan masuk ke dalam batuan yang porous (permeabel) dan tidak kompresibel misalnya batupasir. Akibatnya cairan terperangkap dan tertekan di dalam pasir dan tekanan dapat mencapai tekanan yang relatif tinggi bahkan dapat menyamai tekanan overburden itu sendiri.

Selanjutnya pada waktu lapisan tersebut dilakukan pengeboran bisa terjadi situasi dimana tekanan hidrostatis lumpur lebih kecil daripada tekanan formasi. Perbedaan tekanan ini dapat mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor pada waktu pengeboran sedang berlangsung.

Cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menaikan tekanan pada dasar lubang bor, dalam hal ini menaikan berat lumpur. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar lubang bor tetap terisi penuh pada waktu mencabut dan memasukkan stang bor, serta mengurangi kemungkinan swabbing dengan jalan menurunkan viskositas dan gel strength.

• Mud Making Shale

Jenis lain adalah shale yang sangat sensitif terhadap air atau lumpur. Jenis ini dapat berupa shale bentonit yang bisa menghisap air (hidrasi).

Cara menghadapi shale jenis ini adalah pengeboran dengan memakai cairan pengeboran yang tidak berpengaruh atau bereaksi dengan shale. Jenis-jenis lumpur yang dipakai dalam hal ini antara lain lime mud, gyp mud, calcium chloride mud, salt mud, dan yang banyak dipakai saat ini adalah lignosulfonate mud serta oil mud. Namun demikian jenis-jenis lumpur ini pun tidak seluruhnya mampu mengatasi masalah shale ini. Sehingga yang dapat diusahakan adalah agar shale ini tidak terhidrasi atau bereaksi dengan lumpur ataupun air fitrasi, salah satu cara bisa dipakai lumpur dengan air filtrasi yang sangat rendah.

Hal lain yang berpengaruh dalam menghadapi shale ini antara lain: - Keasaman diusahakan konstan pada pH sekitar 8,5 – 9,5

- Densitas atau berat lumpur cukup untuk menahan dinding lubang bor - Air filtrasi diusahakan rendah

• Stressed shale

Shale jenis ini tidak banyak bereaksi atau terhidrasi dengan air tetapi mudah runtuh. Problem ini akan makin besar bila lapisan miring dan ditambah lagi bila menjadi basah oleh air atau lumpur.

Sebab-Sebab dan Cara Penanganan Shale Problem

• Sebab dan Gejala

Penyebab masalah shale ini dapat dikelompokkan dari segi lumpur maupun dari segi drilling practice atau mekanis.

Beberapa penyebab dari kelompok mekanis antara lain:

- Erosi karena kecepatan lumpur di annulus yang telalu tinggi - Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor

- Adanya penekanan (pressure surge) atau penyedotan (swabbing) pada waktu mencabut dan memasukkan stang bor/mata bor

- Adanya tekanan dari dalam formasi

- Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa pembesaran lubang bor dan masalah shale berkaitan dengan dua masalah pokok, yaitu tekanan formasi dan kepekaan terhadap lumpur atau air filtrasi.

Gejala-gejala yang sering tampak bila sedang menghadapi masalah shale antara lain: - Tekanan (beban) pompa naik

- Serbuk bor (cutting) bertambah banyak - Lumpur menjadi kental

- Air filtrasi bertambah

- Bridges dan fill up, adanya endapan cutting di dalam lubang bor - Torsi bertambah besar

- Bit baling

• Penanganan

Usaha-usaha untuk menanggulangi masalah shale antara lain: - Penggunaan lumpur yang baik:

- Densitas lumpur yang cukup untuk menahan tekanan formasi - Keasaman lumpur yang sesuai (pH sekitar 8,5 – 9,5)

- Filtrasi rendah

- Mengurangi kecepatan aliran lumpur di annulus

- Pipa bor diusahakan betul-betul dalam keadaan tegang - Mengurangi/menghindari kemiringan lubang bor

- Mengindari swabbing atau pressure surge pada saat mencabut dan memasukkan stang bor atau mata bor

Hilangnya Lumpur Pengeboran (Lost Circulation / Water Lost)

• Pengertian

Hilangnya lumpur pengeboran merupakan proses masuknya lumpur ke dalam formasi. Hilangnya lumpur ini merupakan problem lama di dalam pengeboran, banyak terjadi dimana-mana serta pada kedalaman yang berbeda-beda. Hilangnya lumpur ini dapat terjadi bila tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan formasi.

• Sebab-Sebab

Ditinjau dari segi formasi maka hilangnya lumpur dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

- Coarseley permeable formation

Contoh dari jenis formasi ini adalah pasir dan gravel. Namun tidak semua jenis formasi ini menyerap lumpur, formasi ini dapat menyerap lumpur dimana tekanan hidrostatis lumpur harus lebih besar daripada tekanan formasi. Selain itu ada pengertian bahwa lumpur mampu masuk ke dalam formasi bila diameter lubang atau pori-pori sedikitnya tiga kali lebih besar terhadap diameter butiran atau partikel padat dari Lumpur.

- Cavernous formation

Hilangnya lumpur ke dalam reef, gravel, atau pun formasi yang mengandung banyak gua-gua sudah dapat diduga sebelumnya. Gua-gua ini banyak terdapat pada formasi batu kapur (limestone dan dolomite).

- Fissure, fractures, faults

Ini merupakan celah-selah dan retakan di dalam formasi. Bila terjadinya hilangnya lumpur tidak pada formasi permeabel atau batukapur, biasanya ini terjadi karena celah-celah dan retakan tersebut. Fractures dapat bersifat alamiah karena proses-proses geologi tetapi juga dapat terjadi karena sebab-sebab mekanis selama pengeboran (induced fractures). Fractures ini dapat disebabkan antara lain:

o Penekanan (pressure surge) pada waktu masuknya stang bor / mata bor

o Kenaikan tekanan karena drilling practice yang tidak benar, misalnya tekanan pompa terlalu tinggi, lumpur terlalu kental, gel strength terlalu besar. Dapat juga karena perlakuan yang kurang sesuai misalnya menjalankan pompa secara mengejutkan, dan lain sebagainya.

Hilangnya lumpur bor tidak hanya dipengaruhi oleh faktor formasi saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh sifat lumpur dan juga operasional pengeboran yang akan dijelaskan sebagai berikut:

- Squeeze effect

Saat menurunkan rangkaian stang bor terlalu cepat dan ditambah lumpur yang kental maka lumpur yang berada di bawah mata bor akan terlambat naik ke annulus di atas mata bor. Hal ini menyebabkan lumpur di bawah mata bor tertekan ke formasi karena kondisi antara rangkaian stang bor dengan lubang seperti sebuah piston. Peristiwa ini dikenal sebagai squeeze effect. Akibat dari squeeze effect dapat menyebabkan formasi pecah dan lumpur masuk ke formasi.

- Berat jenis lumpur yang tinggi

Karena berat jenis lumpur yang digunakan tinggi maka tekanan hidrostatis lumpur akan menjadi besar. Bila menemui lapisan yang tekanan rekahannya kecil maka formasi akan terjadi rekahan-rekahan dan akibatnya adalah sama seperti yang diuraikan di atas.

- Viskositas lumpur yang tinggi

Bila viskositas lumpur tinggi maka tekanan sirkulasi lumpur di annulus akan cukup tinggi yang mengakibatkan formasi pecah bila formasi tidak kuat.

Gel strength sangat penting di waktu tidak ada sirkulasi yaitu akan menahan cutting supaya tidak turun ke dasar lubang. Dalam kondisi ini material pembuat lumpur diusahakan tidak menumpuk di dasar lubang. Apabila gel strength tinggi maka untuk memulai sirkulasi yang sempat terhenti akan diperlukan tenaga pompa yang cukup besar. Bila formasi tidak sanggup menahan tekanan pompa yang besar ini maka formasi akan pecah.

- Pemompaan yang mengejutkan

Pemompaan lumpur yang mengejutkan akan menyebabkan formasi pecah jika formasi tidak kuat. Akibatnya adalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada waktu mata bor menembus formasi ini maka lumpur akan mengisi gua, celah, dan rekahan yang ada.

• Tindakan Pencegahan

Pengalaman menunjukkan bahwa sekitar 50% dari hilangnya lumpur pengeboran terjadi karena induced fracture. Dalam hal ini hilangnya lumpur dapat terjadi dimana-mana tidak terlalu terpengaruh oleh jenis formasi. Dengan demikian pencegahan akan lebih murah daripada mengatasi hilangnya lumpur pengeboran bila sudah terjadi. Beberapa hal yang perlu diingat untuk pencegahan antara lain:

- Berat lumpur

Berat Lumpur perlu dijaga agar tetap minimum sekedar mampu mengimbangi tekanan formasi. Serbuk bor (cutting) yang berada di annulus juga mengakibatkan penambahan berat lumpur. Sehingga pembersihan lubang bor memegang peranan yang penting.

- Viscosity dan gel strength

Gel strength juga dijaga agar tetap kecil, gel strength yang besar memerlukan tenaga yang besar pula untuk menyirkulasikan gel tersebut, tenaga yang besar ini akan dapat mengakibatkan pecahnya formasi. Disarankan agar rotary table dan spindle digerakkan terlebih dulu sebelum menjalankan pompa, disamping itu dalam menjalankan pompa tidak dilakukan dengan mengejutkan (perlahan-lahan dalam membuka kran/katup).

- Pada waktu menurunkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya pressure surge untuk mencegah pecahnya formasi, juga pada waktu mencabut atau menaikkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya swabbing.

- Harus dipergunakan lumpur pengeboran yang baik dan stabil. Hal ini dapat mengurangi negative mud seperti caving dan sloughing bridging.

• Cara Mengatasi Hilangnya Lumpur Pengeboran

Cara mengatasi hilangnya lumpur pengeboran ini sangat berbeda satu dari yang lain, tergatung dari sebab-sebab, sifat formasi, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengatasi hilangnya lumpur pengeboran:

- Bahan penyumbat

Dalam mengatasi hilangnya lumpur pengeboran dipergunakan bahan penyumbat antara lain:

o Granular material sepeti nut shells, nut plug, dan tuff plug o Fibrous material seperti leather floc, fiber seal, dan chip seal o Flakes seperti mica dan cellophare

o Kombinasi jenis bahan-bahan tersebut di atas. Demikian pula ukurannya dapat dicampur dari yang halus (fine), medium, serta yang kasar (coarse)

o Heat expanded material seperti expandedperlite

o Bahan-bahan khusus seperti high filter loss slurry, bentonite diesel oil slurry, atau bentonite diesel oil cemen slurry

- Seepage losses

Adalah bila hilangnya lumpur pengeboran dalam jumlah yang relatif kecil yaitu kurang dari 15 bbl/jam, usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah:

ƒ Mengurangi berat lumpur pengeboran, tekanan pompa, dan periode menunggu ƒ Dapat dicoba menambahkan bahan penyumbat dengan cara:

- Menyiapkan bahan penyumbat dengan lumpur khusus untuk membawa bahan-bahan tersebut sekitar 200 bbl.

- Bahan penyumbat akan lebih baik apabila terdiri dari bermacam-macam jenis serta ukuran dengan konsentrasi sekitar 25-35 lbs/bbl lumpur. Apabila hilangnya lumpur pengeboran makin besar maka jumlah serta ukuran bahan penyumbat harus diperbesar.

- Bahan penyumbat dipompakan ke dalam lubang bor, pada saat bahan penyumbat sampai pada dasar mata bor maka pengeboran dapat dimulai lagi. Dengan demikian sirkulasi lumpur bor akan kembali normal (seimbang), apabila sirkulasi masih belum normal maka penyumbatan dengan batchmethod ini dapat diulang hingga berhasil.

- Complete loss of returns

Adakalanya lumpur pengeboran tidak keluar kembali dari lubang bor tetapi lubang bor tetap penuh. Hal yang dapat diusahakan antara lain dengan memakai highfilterloss slurry atau soft plug.

- Lumpur tidak sampai ke permukaan

Keadaan ini sangat berbahaya karena akan terjadi pengurangan tekanan hidrostatis lumpur pengeboran yang selanjutnya dapat terjadi wellkick. Usaha yang harus segera dilakukan adalah mengisi lubang annulus dengan air yang jumlahnya harus diperhitungkan atau lubang bor disumbat terlebih dahulu dengan bahan penyumbat sebelum pengeboran dilanjutkan.

- Blind drilling

Adakalanya pengeboran menembus formasi dengan tekanan yang sangat rendah bahkan di bawah tekanan hidrostatis air. Usaha yang dapat dilakukan antara lain pengeboran dengan lumpur yang sangat ringan misalnya aeratedmud atau mistdrilling sampai mencapai formasi yang cukup keras untuk kemudian dipasang casing dan disemen.

Stang Bor Terjepit

• Pengertian

Dalam kenyataannya operasi pengeboran tidak selalu berjalan lancar. Seringkali stang bor terjepit, benda-benda asing terjatuh, atau benda yang tertinggal di dalam lubang bor (stang bor patah), semua benda ini disebut dengan fish. Hal ini dapat menggangu kelancaran operasi pengeboran, peralatan-peralatan tersebut harus dikeluarkan dulu dari lubang bor sebelum operasi pengeboran dapat dilanjutkan. Operasi pembersihan lubang bor ini sering disebut sebagai pemancingan. Sedangkan peralatan khusus yang dipakai dalam operasi pemancingan ini disebut sebagai alat pancing. Selanjutnya jenis serta ukuran dan bentuk benda yang harus dipancing sangat belainan dan ini memerlukan prosedur serta peralatan yang berbeda pula.

• Jenis dan Sebab Jepitan

Ada 3 sebab utama dari terjepitnya rangkaian stang bor, yaitu: - Caving soughing

Akibat pengeboran menembus formasi yang tidak stabil dan mudah runtuh terutama shale, gejala yang tampak pada problem ini antara lain:

• tekanan pompa naik

• ada sangkutan (drag, bridges) • torsi naik

• bit balling

• lumpur: viskositas naik, air fitrasi naik, gel strength naik

Sebagai cara pencegahan terhadap masalah ini adalah pemakaian mudpractice serta drilling partice yang baik. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain sirkulasi yang intensif (turnkan water loss,pelumasan), kemudian perendaman (spotting ) dengan minyak atau oil soluble surfactant.

- Key seat

Key seat atau lubang kunci ini dapat terjadi pada lubang bor miring. Hal ini terjadi karena gesekan rangkaian stang bor dengan dinding lubang bor bagian atas dan membentuk semacam lubang kunci jika lubang bor dilihat dari atas. Biasanya jepitan terjadi waktu mencabut stang bor. Untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan menghindari belokan tajam (dog leg). Pada sumur miring belokan yang disarankan maksimum 3/100 ft.

- Defferential pressure sticking Jepitan jenis ini terjadi apabila: • formasi porous dan permeabel

• lumpur terlalu berat sehingga tekanan hidrostatis lumpur melebihi tekanan formasi • lumpur kurang stabil (water loss tinggi, mud cake tebal)

Dalam hal ini tidak tampak adanya gejala sebelum jepitan. Jepitan jenis ini dapat terjadi pada sumur bor miring maupun sumur bor tegak. Sebagai tindakan pencegahan antara lain:

• mengurangi berat lumpur dan air filtrasi, pelumasan, dapat dipakai oil emulsion mud, oil invert emulsion mud atau oil base mud

• memakai stabilizer dan spiral grooved drill collar pada rangkaian bor • Jenis dan Sebab Jepitan

Ada bermacam-macam jenis fish yang terdapat di dalam lubang bor. Jenis, ukuran, dan bentuknya dapat bermacam-macam tergantung dari situasi serta penyebab adanya fish tersebut. Secara umum jenis fish ini dapat dikelompokan sebagai berikut:

ƒ Stang bor terjepit ƒ Stang bor lepas / patah

ƒ Pipa selubung (casing) terjepit, pecah, atau lepas ƒ Kabel swab atau kabel loging putus

ƒ Peralatan-peralatan kecil atau benda-benda asing lainnya yang jatuh ke dalam lubang bor

Jenis, ukuran, dan bentuk fish serta situasi dan kondisi lubang bor banyak menentukan cara pemancingan serta alat yang diperlukan.

• Pengenalan Masalah

Sebelum mulai operasi pembersihan lubang bor dari fish yang tertinggal maka harus menentukan dulu perincian serta cirri-ciri dari fish tersebut, dimana fish berada, dan sebab-sebab mengapa fish berada di situ.

Sebagai contoh pada stang bor terjepit. Sebelum atau dalam proses pembebasannya perlu diketahui ukuran stang bor, ukuran lubang bor, tempat jepitan, sebab stang bor terjepit, dan seterusnya. Contoh lainnya pada stang bor yang patah dan tertinggal di dalam lubang bor. Maka perlu diketahui ukuran stang bor dan ukuran lubang bor, berapa stang bor yang tertinggal, dimana, bagaimana bentuk patahan, apakah lubang bor miring, dan lain sebagainya. Dengan dasar pengetahuan tersebut dapat ditentukan langkah atau cara pemancingan serta peralatan yang diperlukan.

• Jenis-Jenis Operasi dalam Pemancingan - Sirkulasi

Sirkulasi merupakan cara yang sering diterapkan untuk membebaskan stang bor yang terjepit, yaitu dengan cara :

• Sirkulasi intensif dan diberi pelumas pada lumpur bor, bila stang terjepit karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay

• bila jepitan karena perbedaan tekanan (differential pressure sticking) berat lumpur dapat dikurangi.

- Perendaman

Bila pipa terjepit maka perlu dicari tempat jepitan, biasanya jepitan terjadi karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay. Bila demikian dapat dipompakan cairan perendaman pada lokasi tempat jepitan. Sambil direndam, pipa dicoba

digerakan naik turun atau diputar. Waktu perendaman dapat singkat atau sampai beberapa jam. Sebagai cairan perendam dapat dipakai minyak, oil base mud, invert oil emulsion mud, asam klorida (HCl), atau yang popular saat ini adalah oil soluble surfactant (misalnya pipe lax) yang dilarutkan dalam diesel oil, dengan jumlah rata-rata satu galon surfactant untuk tiap barrel minyak. Dalam hal ini perlu diperhatikan agar cairan perendam benar-benar berada di daerah jepitan.

- Pengeboran kurung (wash over)

Bila stang bor yang tertinggal di dalam lubang bor karena patah atau dipotong dalam keadaan terjepit, maka jepitan harus dibersihkan dulu sebelum pipa dapat diangkat. Pembersihan sekeliling pipa ini dapat dilakukan dengan pengeboran sekelilingnya.

- Sidetrack dan Abandon

Adakalanya stang bor yang terjepit tidak dapat dibebaskan. Terpaksa lubang bor disumbat dengan semen (plug back) dan kemudian pengeboran dilanjutkan ke samping (sidetrack). Kemungkinan lain adalah sumur disumbat/ditutup lalu ditinggalkan.

• Alat Pancing

Alat pancing secara keseluruan dapat dikelompokkan dalam alat pancing itu sendiri dan alat-alat pembantu untuk melaksanakan operasi pemancingan, termasuk juga alat keselamatan agar rangkaian stang bor pemancignan itu sendiri tidak terjepit.

- Alat pancing pipa: • dari luar: - die collar - overshot • dari dalam: - taper tap - pipe spear

- Alat pancing benda-benda kecil : • junk basket

• fishing magnet - Alat pancing kabel:

• cable spear - Alat pemukul:

• bumper sub

• jar: mechanical rotary jar, hydraulic jar, surface jar. - Alat pemotong pipa: internal cutter dan external cutter - Alat penyelamat: safety joint

- Lain-lain: milling shoe dan casing roller

• Rangkaian Alat Pancing

Untuk pemancingan benda–benda dimana ada kemungkinan tidak dapat terlepas terutama untuk stang bor, maka disarankan agar dalam rangkaian alat pancing tersebut dipasang :

- Safety joint, sebagai pengaman di atas alat pancing

- Jar/bumper sub, untuk memukul dan membantu melapaskan jepitan - Drill collar, sebagai pemberat

- Jar accelerator, diperlukan bila jepitan tidak dalam

Semburan Liar (Blow Out)

Untuk menjelaskan arti semburan liar/blow out terlebih dahulu akan diperkenalkan istilah kick yaitu masuknya fluida formasi (air, gas, atau minyak ) ke dalam lubang sumur. Hal ini dikarenakan lumpur pengeboran tidak dapat mengontrol tekanan formasi yang disebabkan karena turunnya tekanan hidrostatis lumpur pengeboran dan naiknya tekanan formasi. Lumpur pengeboran memberikan tekanan hidrostatik kepada formasi yang akan semakin besar sejalan dengan pertambahan kedalaman. Bila tekanan hidrostatis lebih kecil dari tekanan formasi terjadilah kick. Fluida formasi yang sudah masuk ke dalam lubang sumur ini mempunyai tekanan yang besar sehingga fluida ini mengalir ke permukaan. Kalau tidak dapat dikontrol dengan cepat maka akan terjadi semburan fluida formasi tersebut ke permukaan, hal inilah yang disebut dengan blow out. Bila yang menyembur adalah minyak dan atau gas maka akan sangat berbahaya sekali terutama jika terdapat sepercik api yang akan menyebabkan kebakaran. Apabila blow out berupa air maka masih dapat diusahakan untuk menutup peralatan-peralatan pencegah semburan liar.

Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatis lumpur adalah berat jenis lumpur dan ketinggian kolom lumpur. Apabila terdapat salah satu atau keduanya yang rendah maka akan menyebabkan turunya tekanan hidrostatis lumpur.

- Berat jenis lumpur turun

Bercampurnya fluida formasi dengan lumpur bor akan menyebabkan berat jenis lumpur turun, hal ini dapat ditinjau dari beberapa sebab, yaitu:

• Swab effect

Terjadi apabila pencabutan rangkaian stang bor terlalu cepat maka antara rangkaian stang bor dan dinding lubang bor akan mirip seperti halnya piston dan silinder. Ruang di bawah bit yang ditinggalkan oleh rangkaian pengeboran menjadi vakum dan fluida formasi akan tersedot (terhisap ke dalam lubang bor). Ditambah

Dokumen terkait