• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAPAN PENGEBORAN AIR

OPERASI PENGEBORAN

7.2 TAHAPAN PENGEBORAN AIR

Untuk pengeboran air perlu beberapa tahapan diantaranya adalah pengeboran awal (pilot hole), pengujian geofisika well logging (dibahas pada bab berikutnya), pembesaran lubang (reaming), konstruksi sumur, pembersihan sumur (development) dan pengujian (pumping test).

7.2.1 Pengeboran Awal (Pilot hole)

Pembuatan pilot hole dimaksudkan untuk mengetahui litologi secara rinci. Pilot hole dilakukan dengan mata bor misalnya dengan mata bor jenis tricone diameter 6” sampai kedalaman melebihi kedalaman konstruksi sumur yang direncanakan. Kelebihan kedalaman ini dimaksudkan agar sisa kedalaman tersebut dapat berfungsi sebagai kantong kotoran yang tidak terangkat.

7.2.2 Pembesaran Lubang Bor (Reaming)

Tujuan pembesaran lubang bor adalah untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hal :

ƒ peletakan pipa dan saringan (konstruksi)

ƒ peletakan pipa pengantar saat pengisian gravel dan grouting cement ƒ peletakan pipa piezometer (kalau ada)

ƒ peletakan pipa pelindung sementara (temporary casing)

7.2.3 Konstruksi Sumur

Berdasarkan pada rencana konstruksi sumur dan hasil pengukuran penampang lubang bor maka konstruksi sumur harus dilakukan secepat mungkin setelah dilakukan pembesaran lubang bor (reaming) dan pembersihan sumur (spulling). Hal ini untuk menghindari terjadinya runtuhan dinding lubang bor yang dapat menyumbat lubang dan menjepit stang bor sehingga mengganggu pekerjaan berikutnya.

Setelah konstruksi sumur selesai tahapan berikutnya adalah pengisian gravel (gravel packing) dengan mengisikan gravel (kerikil) yang berukuran 2-5 mm ke dalam ruang antara dinding lubang bor dengan dinding pipa dan dinding saringan melalui pipa penghantar 1,5” dari dasar sumur sampai kedalaman yang direncanakan. Bersamaan dengan pengerjaan pengisian gravel dilakukan pemompaan lumpur (spulling) dari pompa melalui ruang pipa konstruksi. Pekerjaan ini harus diusahakan agar lumpur keluar melalui dinding pipa konstruksi dan dinding lubang bor tempat beradanya gravel dengan menutup ruangan di dalam pipa konstruksi. Spulling ini bertujuan untuk membuat gradasi gravel yang dimasukkan sehingga gravel tersusun dengan baik dan padat.

Tahap selanjutnya adalah melakukan grouting cement, yaitu dengan cara memasukkan adonan semen ke atas permukaan gravel (ruang antara dinding pipa konstruksi dengan dinding lubang bor) melalui pipa penghantar 1,5”, selanjutnya pipa 1,5” dicabut satu persatu sampai semen mencapai permukaan. Pekerjaan grouting cement dilakukan dengan maksud untuk:

ƒ Menyekat air yang tidak dikehendaki (agar air permukaan tidak masuk ke dalam sumur).

ƒ Mengikat pipa konstruksi dengan dinding lubang bor agar kondisi pipa konstruksi kokoh dan tidak meluncur turun.

7.2.4 Pembersihan Sumur (Development)

Pembersihan sumur dilakukan melalui beberapa tahapan seperti: 1. Pengocokan mekanis (surging)

Pengocokan mekanis dilakukan dengan menaik-turunkan stang bor atau pipa di antara stang bor atau pipa penghantar yang dipasang alat plunger, biasanya posisi

terletak di dalam pipa jambang. Pengocokan mekanis dilakukan berkali-kali sampai kondisi air agak jernih.

Maksud dilakukan pengocokan mekanis ini adalah untuk :

ƒ mengeluarkan kotoran yang ada di dalam sumur (saat ditekan)

ƒ menghisap air dari akifer ke dalam sumur sehingga kondisi lumpur yang kental menjadi encer (saat ditarik) dan kotoran-kotoran yang menempel dalam saringan terbawa ke dalam sumur

ƒ membantu proses pemadatan dan gradasi gravel (saat ditarik)

2. Penyemprotan air bertekanan tinggi (water jetting)

Setelah proses pengocokan mekanis diselesaikan kemudian dimasukkan STTP (Sodium Tripoly Phosphat) ke dalam sumur dan dibiarkan antara 12-24 jam Tujuannya untuk melarutkan lumpur dan lempung yang masih tersisa dalam sumur. Setelah ini baru dilakukan pekerjaan water jetting yaitu penyemprotan air bersih bertekanan tinggi ke dalam sumur yang diarahkan tepat pada saringan terpasang melalui pipa penghantar dan alat penyemprot jetting tool. Penyemprotan dilakukan secara bertahap dari saringan ke saringan yang lainnya dan perlu dilakukan berkali-kali. Pekerjaan ini diakhiri dengan spulling yaitu meletakkan alat penyemprot di dasar konstruksi sumur sehingga kotoran-kotoran yang keluar dari saringan yang masih mengendap di dasar sumur dapat terangkat keluar. Pekerjaan ini dihentikan setelah air yang keluar dari sumur benar-benar bersih.

Maksud dilakukannya pekerjaan water jetting adalah:

ƒ Membantu proses gradasi dari gravel sehingga gravel dapat tersebar merata dan semakin padat.

ƒ Memperbesar dan membuka lubang saringan yang masih tersumbat.

ƒ Membersihkan kotoran-kotoran yang masih tersisa di dalam sumur, saringan, maupun gravel sehingga diharapkan efisiensi sumur semakin meningkat.

3. Pengurasan sumur (over pumping)

Over pumping adalah melakukan pemompaan dengan debit maksimal dari pompa penguji yang digunakan. Tujuan over pumping adalah untuk:

ƒ Membersihklan kotoran-kotoran yang tersisa di dalam sumur

ƒ Menentukan debit pompa pada saat uji pemompaan bertahap dari debit terkecil sampai debit terbesar

ƒ Memperkirakan letak pompa yang aman pada saat uji pemompaan

Biasanya pada saat dilakukan pekerjaan over pumping masih ada sedikit kotoran yang keluar terutama pada saat-saat awal pemompaan. Over pumping dihentikan setelah kondisi air yang keluar dinilai benar-benar bersih.

4. Pengujian sumur (pumping test)

Uji pemompaan yang biasa dilakukan pada sumur bor air adalah :

ƒ Uji pemompaan bertahap (step draw down test)

Uji pemompaan bertahap dilakukan untuk menentukan nilai-nilai karakteristik sumur Pelaksanaannya adalah memompa air dengan debit terkecil sampai penurunannya konstan, kemudian dilanjutkan dengan debit berikut yang lebih besar sampai penurunannya konstan, demikian seterusnya sampai debit terbesar dan penurunannya konstan.

Parameter-parameter yang perlu diperhatikan pada saat uji pemompaan tersebut adalah :

ƒ kapasitas pompa (pk) ƒ letak pompa (m)

ƒ posisi mulut sumur (planes) dari muka tanah (m)

ƒ muka air tanah sebelum dipompa/SWL (Static Water Level) ƒ besarnya debit pemompaan (l/dt)

ƒ muka air tanah setelah dipompa/DWL (dynamic Water Level) pada interval waktu-waktu yang telah ditentukan (m).

ƒ pengambilan sampel air sebelum dan sesudah pemompaan

ƒ pengukuran sifat fisik air sebelum dipompa (warna, rasa, pH, dan bau) ƒ pengamatan muka air pada sumur-sumur pengamat.

Pemompaan dilakukan sesuai dengan jumlah tahap yang telah direncanakan serta waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai melakukan uji pemompaan bertahap dilakukan uji kambuh sampai muka airnya kembali ke posisi awal (SWL) dengan menghitung waktu yang dibutuhkan.

ƒ Uji pemompaan menerus (long term test)

Uji pemompaan menerus dilakukan dengan menggunakan debit terbesar pada uji pemompaan bertahap. Tujuan dilakukan uji pemompaan menerus adalah untuk menentukan karakteristik akifer. Hal-hal yang harus diperhatikan sama seperti pada uji pemompaan bertahap, yang berbeda hanya debit pemimpaan. Pada uji pemompaan menerus debit yang digunakan konstan dan waktu pengamatan umumnya jauh lebih lama dari pengamatan uji pemompaan bertahap.

Dokumen terkait