• Tidak ada hasil yang ditemukan

CDM dalam mendukung tercapainya tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.

BAB III. IMPLEMENTASI PERJANJIAN PROTOKOL KYOTO DI INDONESIA Bab ini akan membahas bagaimana implementasi Perjanjian Protokol

IMPLEMENTASI PERJANJIAN PROTOKOL KYOTO DI INDONESIA

3.2 CDM dalam mendukung tercapainya tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.

Untuk memungkinkan tercapainya tujuan CDM, maka proyek-proyek CDM di harapkan dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal, lingkungan dan sosial- ekonomi. Sebagai jaminan adanya dampak positif proyek CDM bagi masyarakat lokal maka diharuskan adanya partisipasi dari masyarakat disekitar proyek CDM. Partisipasi masyarakat yang merupakan proses publik yang menjadi salah satu syarat CDM ini harus dilakukan sejak tahap awal perencanaan kegiatan CDM hingga proses monitoringnya, beberapa sektor-sektor dalam CDM, yaitu sektor energi, sektor transportasi, sektor

industri, sektor komersial dan rumah tangga, sektor persampahan, sektor kehutanan.67 Dalam melaksanakan proyek CDM harus memiliki tahapan yang harus ditempuh agar kegiatan bersangkutan dapat diterima beberapa tahapan itu yaitu68

1. Indentifikasi proyek- melakukan identifikasi apakah rencana kegiatan tersebut memiliki potensi untuk menurunkan emisi GRK.

:

2. Desain Proyek- pengumpulan informasi yang diperukan dalam menyiapkan dokumen rancangan proyek (Project design document, PDD).

3. Dokumen rancangan Proyek (Project deign document, PDD)- mengenai deskripsi obyek, batasan proyek, penetuan baseline dan informasi mengenai sumber pendanaan

4. Persetujuan oleh Otoritas CDM Nasional (DNA)

5. Validasi-seluruh informasi yang terdapat di dalam PDD, terutama penghitungan baseline di validasi oleh validator independen apakah proyek telah memenuhi persyaratan.

6. Registrasi-proyek CDM harus di daftarkan ke CDM executive board (EB). 7. Implementasi-tahapan dimana proyek CDM dijalankan

8. Pengawasan/monitoring-pemilik proyek bertanggung jawab atas pengawasan atau monitoring atas penurunan emisi GRK.

9. Verifikasi-pada tahap ini hasil pengawasan akan dikaji ulang,

10. Sertifikasi penurunan emisi-sertifikasi adalah jaminan tertulis oleh badan independen yang menyatakan proyek dalam periode teretentu teleh berhasil menurunkan emisi gas rumah kacasebagaimana yang telah di verifikasi. 11. Penerbitan penurunan emisi tersertifikasi/ certified Emssion Reduction (CER).

Dari tahapan ini dapat dilihat kegiatan-kegiatan dalam upaya penurunan emisi GRK telah ditentukan secara terperinci dalam perjanjian Perjanjian Protokol Kyoto, dalam perspektif negara berkembang keberhasilan CDM terletak pada sumbangan proyek

tersebut dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Untuk memastikan hal ini terjadi, siklus pengembangan proyek CDM yang berakhir dengan penerbitan sertifikat memberi kesempatan kepada pihak tuan rumah untuk memberikan laporan kepada badan pelaksana CDM (validasi, verifikasi dan Sertifikasi) tentang pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, dana yang disalurkan melalui proyek CDM dapat membantu negara berkembang mencapai beberapa tujuan pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan sebagai pilar pembangunan berkelanjutan. Seperti terlihat dalam gambar 3.1 tujuan sosial dapat berorientasi pada pengentasan kemiskinan, pengakuan jati diri dan pemberdayaan masyarakat. Sedang tujuan ekonominya dapat di orientasikan pada pertumbuhan, stabilitas, dan efisiensi. Sementara itu melalui implementasi proyek CDM diharapkan tercapai tujuan perbaikan lingkungan lokal seperti sanitasi lingkungan, industri yang lebih bersih dan rendah emisi, dan kelestarian sumber daya alam.

Gambar 3.2 Pilar-pilar Pembangunan Berkelanjutan Ekonomi

(pertumbuhan, stabilitas, efisiensi)

Sosial Lingkungan

Gambar 3.1. Pilar-pilar pembangunan berkelanjutan dengan tujuan-tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan (sumber: Munasinghe, 1993)69

Bagi kelestarian lingkungan pembangunan adalah sebuah produksi dan konsumsi di mana materi dan energi diolah dengan menggunakan faktor produksi seperti modal (Capital), mesin-mesin, tenaga kerja (labour atau human resouces) dan bahan baku (natural resorces), dalam hal penyediaan bahan baku dan proses produksinya kegiatan pembangunan dapat membawa dampak kepada lingkungan alam dan masyarakat sekitarnya dan berdampak pada pembangunan berkelanjutan itu sendiri. Oleh karena itu dalam pengembangan proyek CDM harus dipastikan bahwa implementasinya memperhatikan ketahanan lingkungan (environmental resilience), tidak menggangu

Kriteria Pembangunan berkelanjutan ini menjadi tiga komponen utama yang harus diperhatikan bahwa kegiatan proyek harus menunjang terjadinya pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), kegiatan itu juga harus meningkatkan kesejahteraan sosial (social walfare), dan memperhatikan kelestarian lingkungan (Environmental integrity). Bagi pertumbuhan ekonomi dana proyek CDM akan mendatangkan dana segar yang bebas utang. Dana ini akan berasal dari investor berdasarkan CER yang akan mereka peroleh Namun saat ini harga per ton karbon yang di tawarkan masih belum mencapai tingkat yang matang. Yang menjadi permasalahan pokok adalah bagaimana mendorong proyek CDM untuk tidak hanya memperhatikan aspek komersial berdasarkan cost benefit ratio saja. Untuk mencapai tingkat kesetaraan (equity) pendapatan. Partisipasi masyarakat harus didorong sehingga memungkinkan keterlibatan berbagai pihak yang lebih luas, kegiatan ini harus mampu mendistribusikan pinjaman atau manfaat ekonomi secara lebih adil dan merata.

kesehatan manusia dan lingkungannya serta menjaga kelestarian sumber daya alam sebagai bahan baku yang diolah. Penilaian dampak proyek terhadap lingkungan perlu dilakukan dengan kriteria dan standar yang ditetapkan pemerintah. Kegiatan proyek harus memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan di luar perlindungan terhadap iklim global. Misalnya kualitas dan kuantitas air yang semakin baik, keanekaragaman hayati yang semakin pulih, serta degradasi lahan yang semakin berkurang.

Bagi pilar kesejahteraan sosial pembangunan berkelanjutan harus bertumpu pada kapasitas manusia yang semakin baik. Pengembangan kapasitas dan kualitas sumberdaya manusia (SDM) secara terus menerus dapat dikaitkan dengan implementasi proyek- proyek nasional baik yang berskala kecil maupun besar. Dalam implementasi CDM kegiatan ini dapat dimanfaatkan masyarakat demi kesejahteraan mereka. Mayarakat yang semakin kritis, pintar dan sejahtera merupakan aset pembangunan di masa depan. Tersedianya lapangan pekerjaan, peningkatan kegiatan ekonomi dan pendapatan serta pengentasan kemisikinan. Sehingga terjadinya perbaikan kualitas hidup, layanan pendidikan, dan kesehatan.

Adapun manfaat tidak langsung yang dapat dipetik Indonesia dapat berupa Technology transfer (transfer teknologi), capacity building (kapasitas pembangunan), peningkatan kualitas lingkungan, serta peningkatan daya saing. CDM adalah peluang investasi modal asing, jadi tidak ada kewajiban bagi Indonesia untuk mengikuti. Kewajiban Indonesia dalam hal ini bukan dalam konteks CDM tetapi kewajiban sebagai peratifikasi UNFCCC yaitu berkewajiban memberikan laporan nasional secara periodik tentang hasil inventarisasi gas rumah kaca (sektor energi dan non-energi), serta upaya

sebagai negara non-annex I (negara berkembang), Indonesia belum diwajibkan untuk menurunkan emisi gas rumah kacanya, dan berhak untuk mendapatkan bantuan dana untuk capacity building dan technology transfer dalam rangka menekan dampak negatif perubahan iklim.

Di Indonesia pelaksanaan CDM saat ini sedang berjalan untuk mendukung keefektifannya diperlukan partisipasi masyarakat yang luas serta pemahaman tentang kegiatan CDM, perbandingannya dengan negara-negara berkembang lainnya seperti India dan Cina saat ini sedang memanfaatkan program CDM untuk mendukung tujuan berkelanjutannya, Cina sudah menerapkan CDM di negaranya saat ini Cina mencapai tingkat 51% dalam memanfaatkan program ini dan mendapatkan banyak keuntungan secara ekonomi tentunya, India berada pada tingkat 15%, sedangkan Indonesia 2% jauh berada diantara keduannya70

Di Indonesia sebagian wilayah sudah menerapkan CDM dan sebagiannya lagi sedang dalam tahap proses. Beberapa deaerah yang sudah menerapkan CDM yaitu: PT.

, saat ini hampir keseluruhan masyarakat Indonesia belum memahami pospek CDM di Indonesia, hanya beberapa kalangan yang dapat mengetahui banyaknya keuntungan yang dapat dihasilkan seperti industri CPO (Cruem Palm Oil) yang sangat berpotensi dalam proyek-proyek CDM, pada industri skala kecil dapat dilakukan pembundelan atau penggabungan proyek-proyek emisi kecil untuk di ikut sertakan dalam mekanisme CDM, namun saat ini Indonesia belum mampu menjalankan mekanisme ini sampai kedaerah-daerah yang memilik banyak lahan industri.

70

Rawa Sari Jakarta (komposan pupuk), PT. SP di Bojang (pengelolaan sampah), PT.Bio Gas di Jawa barat, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) di Jawa Tengah, dan beberapa perusahaan CPO di Jawa sedang dalam tahap proses, sedangkan di Sumatera Utara PT.Inalum (aluminium), PT. Multi mas Bakti, sudah menerapkan CDM.71 Keenam dokumen proyek lain yang diterima, masing-masing dua dari PT Indocement Tunggal Prakarsa untuk bahan baku alternatif dan bahan bakar alternatif, proyek kompor tenaga matahari (solar cooker) dari PT Petromat Agrotech, pembangkit listrik berbahan bakar biomassa limbah kelapa sawit dari PT Multi Nabati Asahan dan PT Murini Samsam, serta penyerapan metan dari PT Indotirta Suaka and Mitsui & Co di Jakarta,72 dan Tempat Pengelolaan Sampah Akhir (TPA) Batu Layang Pontianak oleh PT Gikoko Kogyo Indonesia.73

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya meskipun menguntungkan para pengembang proyek dan lingkungan, namun berbagai resiko dan hambatan harus diperhitungkan oleh lembaga keuangan swasta untuk berpartisipasi dalam proyek CDM. Beberapa hambatan yang dalam mengimplementasikan CDM dapat menghambat kelancaran tujuan utama dari perjanjian ini, beberapa hambatan yaitu: Pertama, Tanggung jawab dan kerjasama antar sektor dan pihak yang terkait masih lemah. Kedua, keberadaan CDM dan arti pentingnya masih belum dipahami maayarakat secara luas.

Dokumen terkait