• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cengkeh ( Cinnamomum burmanii ) Kandungan kimia

Dalam dokumen BUDIDAYA TANAMAN OBAT DAN REMPAH (Halaman 189-196)

TANAMAN OBAT DAN REMPAH

TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) 1.Sirih (Piper betle L.)

2. Cengkeh ( Cinnamomum burmanii ) Kandungan kimia

Senyawa utama yang bersifat anti bakteri dalam minyak cengkeh adalah eugenol. Kadar eugenol dalam bunga cengkeh yaitu 71-87% (Nurdjannah, 1991). Bunga cengkeh selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol,

asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan gom

(http://www.pdfbe.com/17/17ffbe0f242a9df1-download.pdf.

Ayoola (2008) menyatakan bahwa senyawa yang terkandung dalam minyak cengkeh

antara lain eugenol, caryophyllene, eugenol acetate dan alpha-humelene, dan eugenol

merupakan senyawa terbanyak. Lawless (1995) menyatakan bahwa ada tiga jenis minyak

cengkeh : (1) minyak kuncup cengkeh diperoleh dari kuncup bunga dari S.aromaticum

mengandung 60-90% eugenol, eugenyl acetate, caryo-phyllene dan unsur lainnya dalam

jumlah sedikit; (2) minyak daun cengkeh diperoleh dari daun S.aromaticum, mengandung

82-88% eugenol dengan sedikit atau tidak ada sama sekali eugeyl acetate dan unsur lainnya

sedikit sekali; (3) minyak batang cengkeh diperoleh dari ranting S.aromaticum, mengandung

Daun cengkeh mempunyai potensi alelopati untuk menghambat serta mempengaruhi perkecambahan jagung dilihat dari mutu fisiologis yang ditunjukkan oleh laju perkecambahan, panjang akar dan berat kering kecambah jagung. Semakin tua umur daun cengkeh, semakin tinggi potensi eugenol untuk menghambat proses perkecambahan benih jagung. Terdapat interaksi antara umur daun cengkeh dan waktu dekomposisi terhadap laju perkecambahan, panjang akar dan berat kering kecambah jagung. Daun cengkeh tua yang baru gugur dengan waktu dekomposisi 0 minggu memberikan penghambatan terbesar. (Tanor dan Sumayku, 2009).

Kegunaan cengkeh

Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Tiongkok dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aroma terapi dan juga untuk mengobati sakit gigi.

Minyak atsiri daun cengkeh juga berfungsi sebagai insektisida. Hasil penelitian

Hastutiningrum (2010) menunjukkan bahwa minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium

aromaticum L.) memiliki efek terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus dengan LC50 pada konsentrasi 54,145 ppm dan LC99 pada konsentrasi 129,052 ppm.

Selain itu minyak atsiri yang terkandung pada cengkeh memiliki daya antibakteri Ralstonia solanacearum seperti tersaji pada table 22

Tabel 22. Daya antibakteri minyak atsiri cengkeh, pala dan kayu manis terhadap Ralstonia

solanacearum

Jenis tanaman Bagian

tanaman

Lebar zona hambatan (mm) Konsentrasi minyak atsiri (%)

1 10 100

Cengkeh (Syzygium aromaticum) bunga 25 >40 >40

Kayu manis (Cinnamomum

zeylanicum)

daun 38 >4

0

>40

Pala (Myristica fragrans) biji 0 15 34

Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian

Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol,

digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunakan dalam campuran tradisional choji (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka.

Minyak cengkeh adalah ekstrak tanaman, mengandung eugenol, ketika diuji pada

beberapa jenis bakteri memiliki sifat antibakteri dan memperlihatkan penghambatan pada L. monocytogenes, Campylobacter jejuni, S.enteridis, E.coli dan S.aureus (Beuchat, 2000; Cressy et al., 2003; Smith-Palmer et al., 1998). Selanjutnya ditambahkan oleh Frosch et al., (2002) bahwa penelitian terbaru menunjukkan aktivitas antibakteri minyak cengkeh

dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen : A. actinomycetemcomitans, P.

intermedia, P.melaninogenica, P. gingivalis, C. gingivaiis and F. nucleatum. Juga mampu

menghambat pertumbuhan Candida albicans, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli,

dan Staphylococcus aureus. Dilaporkan oleh Smith et al., (1998 dan 2001) bahwa minyak

cengkeh efektif menghambat L. monocytogenes dan S. enteridis dalam TSB dan keju.

Minyak atsiri cengkeh memiliki daya anti bakteri yang kuat seperti minyak atsiri yang berasal dari kayu manis dan kencur. Zona hambatan anti bakteri sudah terlihat pada konsentrasi uji yang terendah (1%), daya antibakteri cengkeh masih jauh lebih besar dibandingkan control streptomisin konsentrasi paling tinggi (0.01%).

Khasiat dan Cara pemakaian

Khasiat cengkeh yaitu dapat mengobati penyakit kolera, menghitamkan alis mata, menambah denyut jantung dan campak.

1. Kolera dan menambah Denyut Jantung

Bahan : Bunga cengkeh yang sudah kering. Cara menggunakan: dikunyah disesap airnya, dilakukan setiap hari. Minyak cengkeh dapat memperkuat lendir usus dan lambung serta

menambah jumlah darah putih.

2. Campak

Bahan: 10 Biji bunga cengkeh dan gula batu. Cara membuat: bunga cengkeh direndam air masak semalam kemudian ditambah dengan gula batu dan diaduk sampai merata. Cara menggunakan : diminum sedikit demi sedikit

3. Menghitamkan alis mata

Bahan: 5-7 biji bunga cengkeh kering dan minyak kemiri. Cara membuat: bunga cengkeh dibakar sampai hangus, kemudian ditumbuk sampai halus dan ditambah

dengan minyak kemiri secukupnya. Cara menggunakan: dioleskan pada alis mata setiap sore hari.

3. Pala

Kandungan kimia

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, kandungan yang terdapat pada buah pala yaitu kadar air (83%), protein (0,28%), lemak (0,28%), pektin (6,87%), dan minyak pala (7-15%). Bila minyak pala tersebut diproses kimia lebih lanjut akan dihasilkan lemak/mentega (8,05%), 16 komponen terpenoid (73,91%), dan 8 komponen aromatic (18,04%). Komponen utama dari senyawa aromatik ini disebut miristin (Marzuki, 2007). Biji buah pala sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin, hars, zat samak, lemonena dan asam oleanolat. Arilus mengandung minyak atsiri, minyak lemak, zat samak, dan zat pati. Kulit buah mengandung minyak atsiri dan zat samak.

Minyak pala adalah sejenis minyak atsiri yang banyak digunakan untuk mengharumkan, melezatkan masakan dan juga bisa digunakan sebagai insektisida nabati. Minyak pala mengandung zat kimia seperti myristisin dan elmisin, yang bersifat racun dan narkotika. Untuk menghasilkan minyak pala biasanya dengan cara disuling dari biji pala berumur 3-4 bulan dengan rendamen minyaknya 6-17%. Biji pala yang tua redemennya lebih rendah 8-13% (Atmaja, 2008)

Komposisi oleoresin yang dihasilkan tergantung dari jenis bahan dan pelarut yang digunakan. Ekstraksi dengan pelarut non-polar akan menghasilkan oleoresin dengan kandungan lemak yang tinggi, terutama trimiristin. Pada ekstraksi dengan pelarut polar seperti etanol dan aseton, dihasilkan oleoresin dengan kandungan lemak rendah (Purseglove, 1981).

Oleoresin pala berwarna kuning pucat dan berbentuk seperti padatan pada suhu kamar, beraroma khas. Secara umum 2,72 kg oleoresin sebanding dengan 45,45 kg pala segar (Farrel, 1985). Mutu oleoresin pala dalam perdagangan dinilai dari banyaknya kandungan minyak atsiri dan lemak di dalamnya. Banyaknya kandungan minyak atsiri dan lemak sangat tergantung pada jenis pelarut yang digunakan.

Kegunaan Pala

1. Kulit batang dan daun

kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri

2. Fuli

Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri.

3. Biji pala

Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah- rempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya.

4. Daging buah pala

Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kristal daging buah pala.

Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik. Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging putih. Bijinya berkulit tipis agak keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus fuli berwarna merah padam. Isi bijinya putih, bila dikeringkan menjadi kecokelatan gelap dengan aroma khas (Nurjanah, 2007)

Minyak pala dan fuli digunakan sebagai penambah flavor pada produk-produk berbasis daging, pikel, saus, dan sup, serta untuk menetralkan bau yang tidak

menyenangkan dari rebusan kubis (Lewis dalam Librianto, 2004). Pada industri parfum,

minyak pala digunakan sebagai bahan pencampur minyak wangi dan penyegar ruangan. Sebagai obat, biji pala bersifat karminatif (peluruh angin), stomakik, stimulan, spasmolitik dan antiemetik (anti mual) ( Weil, 1966). Minyak pala juga digunakan dalam industri obat-obatan sebagai obat sakit perut, diare dan bronchitis. Sedangkan menurut Chevallier, (2001) pala berguna untuk mengurangi flatulensi, meningkatkan daya cerna, mengobati diare dan mual. Selain itu juga untuk desentri, maag, menghentikan muntah, mulas, perut kembung serta obat rematik.

Efek farmakologis dan Hasil Penelitian

Senyawa-senyawa kimia yang terkandung pada pala sangat bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya dapat membantu mengobati masuk angin, insomnia (gangguan susah tidur), bersifat stomakik untuk memperlancar pencernaan dan meningkatkan selera makan, karminatif untuk memperlancar buang angin, antiemetik untuk mengatasi rasa mual mau muntah, nyeri haid serta rematik (Sutomo, 2006).

Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik.

Senyawa aromatik myristicin, elimicin, dan safrole sebesar 2-18% yang terdapat

pada biji dan bunga pala bersifat merangsang halusinasi. Memakan maksimum 5 gram bubuk atau minyak pala mengakibatkan keracunan yang ditandai dengan muntah, kepala pusing dan mulut kering (Weiss,1997; Rudglev, 1998; Fras dan Binghamton, 1969;

Samiran, 2006), menurut Jukic et al. (2006), komponen myristisin dan elimisin mempunyai

efek intoksikasi.

Di beberapa negara Eropa, biji pala digunakan dalam dosis kecil sebagai bumbu masakan daging dan sup. Fulinya lebih disukai digunakan dalam penyedap masakan, acar, dan kecap. Menurut Rismunandar (1990), minyak atsiri dalam daging buah pala mengandung komponen myristicin dan monoterpen. Komponen myristicin dalam daging buah pala dapat menimbulkan rasa kantuk. Minyak pala sebagai bahan penyedap pada produk makanan dianjurkan memakai dosis sekitar 0,08%, karena dalam dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keracunan. Minyak ini memiliki kemampuan lain, yaitu dapat mematikan serangga (insektisidal), antijamur (fungisidal), dan antibakteri. Selain itu

evalusi terhadap karakteristik antioksidan dari biji pala telah diteliti oleh Jukic et al (2006)

dengan pembanding BHT, asam askorbat dan α-tokoferol. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa minyak atsiri biji pala mempunyai sifat antioksidan yang kuat. Aktivitas antioksidan tersebut disebabkan sinergisme di antara komponen-komponen minyak atsiri tersebut.

Biji buah pala sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena dan asam oleanolat. Senyawa-senyawa kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya dapat membantu mengobati masuk angin, disentri, diare, insomnia (gangguan susah tidur), bersifat stomakik untuk memperlancar pencernaan dan meningkatkan selera makan, karminatif untuk memperlancar buang angin, antiemetik untuk mengatasi rasa mual mau muntah, nyeri haid, rematik dan suara parau (sebagai obat luar). (Anonim, 2009).

5. Vanili

Kandungan kimia

Kandungan kimia vanili diantaranya adalah saponin dan polifenol. Mutu polong vanili kering ditentukan antara lain oleh kadar vanillin, kadar air, dan kadar abu Flavor dan aroma unik vanili berasal dari senyawa fenolik vanillin (98% dari total komponen flavor vanili) serta dari senyawa lainnya. Vanillin (4-hidroksi-3-metoksi benzaldehid) dengan

rumus kimia C8H8O3 dan berat molekul 152.14 merupakan komponen vanili. Polong vanili

mengandung dua glukosida utama yaitu glukovanilin dan glukovanilik alkohol. Akibat aktivitas enzim β-glukosidase maka glukovanilin akan terpecah menjadi glukosa dan vanillin.

Faktor yang menyebabkan vanili Indonesia sangat digemari oleh para konsumen luar negeri adalah karena kandungan senyawa vanilinnya cukup tinggi. Senyawa vanillin termasuk dalam kelompok flavor aldehid yang mempunyai peranan penting dalam pemberian karakteristik rasa dan aroma pada makanan.

Senyawa flavor dalam vanili (senyawa vanillin) terbentuk selama proses pengolahan polong vanili segar menjadi polong vanili kering. Pada polong vanili segar, senyawa vanillin masih terikat sebagai glukovanilin dan harus dibebaskan melalui reaksi enzimatis. Enzim hidrolitik yang dapat memecah glukovanilin menjadi vanillin adalah β-glukosidase. Reaksi enzimatis pembentukan senyawa vanillin berlangsung selama proses pengolahan vanili (Handayani, 2008)

Kegunaan Vanili

Kegunaan vanili sangat beragam yaitu sebagai bahan pembantu industri makanan

dan pewangi obat-obatan (flavour and fragrance ingredients). Industri makanan yang

banyak menggunakan vanili sebagai bahan bakunya adalah industri biskuit, gula-gula, susu, roti, dan industri es krim. Industri makanan menggunakan vanili sebagai penyedap atau penambah cita rasa.

Efek Farmakologis

Dalam industri farmasi, vanili digunakan sebagai antipiretik, pengharum makanan, parfum dan kosmetik, pembunuh bakteri dan untuk menutupi bau tidak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida.

Khasiat dan Cara Pemakaian

1. Pengharum (makanan, minuman, kosmetik)

Ekstrak buah vanili kering digunakan untuk pengharum makanan, minuman dan kosmetik.

2. Pusing

Potong-potong buah vanili kering 5 gram, seduh dengan segelas air panas. Dinginkan dan saring, diminum dua kali sehari.

6. Kayu Manis

Dalam dokumen BUDIDAYA TANAMAN OBAT DAN REMPAH (Halaman 189-196)

Dokumen terkait