• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jati Belanda ( Guazuma ulmifolia )

Dalam dokumen BUDIDAYA TANAMAN OBAT DAN REMPAH (Halaman 35-40)

B. Syarat Tumbuh

3. Jati Belanda ( Guazuma ulmifolia )

Klasifikasi tanaman Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Malvales Famili : Stercuiliaceae Genus : Guazuma

Species : Guazuma ulmifolia Lamk, var. tomantosa. K. Schum

Nama Daerah :

Jawa : jati londo atau jatos landi (JAwa Tengah) ; jati belanda (Banyuwangi) ; Sumatera : jati blanda (Melayu), bastard cedar (Inggis), ibixuma (Brazil), guácimo (Spanyol), bois d'orme (Prancis), guácimo baba (Cuba), hapayillo (Peru), tapaculo (Tamil)

A. Deskripsi

Tumbuhan ini berasal dari negara Amerika dan tumbuh subur di daerah tropis. Tumbuhan ini juga tumbuh secara liar di daerah tropis lainnya seperti Indonesia, khususnya di pulau Jawa dan Madura. Tumbuhan jenis pohon ini memiliki tinggi batang 10-22 meter. Tekstur batangnya keras, bulat, kasar, banyak alur, berkayu, bercabang, warna hijau keputih-putihan.

Jati belanda banyak tumbuh di hutan-hutan. Tumbuhan ini mempunyai daun tunggal berbentuk bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi, dan berujung runcing. Selain itu, daun jati belanda memiliki pangkal berlekuk, pertulangan menyirip, panjang 10-16 cm, lebar 3-6 cm, dan warnanya hijau. Bunganya tunggal, bulat di ketiak daun, dan berwarna kuning berbintik merah atau hijau muda. Jati belanda memiliki buah berbentuk kotak, bulat, keras dengan permukaan berduri, beruang lima, dan berwarna hitam. Bijinya kecil, keras, berdiameter ± 2 mm, berwarna kuning kecoklatan, berlendir, dan rasanya agak manis. Tumbuhan ini tertutup oleh rambut berbentuk seperti bintang dan mempunyai akar tunggang. Kulit jati belanda mengandung lemak, glukosa, dan lender (Tanaman Herbal Indonesia, 2007).

B. Syarat Tumbuh

Jati belanda merupakan salah satu jenis tanaman obat famili Sterculiaceae yang tumbuh dengan subur pada ketinggian 1-800 m di atas permukaan laut. Tanaman ini mampu tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur maupun liat di tempat-tempat terbuka (Syahid dkk, 2010).

C.Budidaya Penyiapan Lahan

Lahan untuk penanaman jati belanda sebaiknya diolah terlebih dahulu. Lahan atau tanah diolah sedalam 30-40 cm hingga gembur. Bila rencana penanaman ditujukan hanya sebagai pelengkap taman maka pengolahan tanah hanya dilakukan pada bidang atau tempat yang akan ditanami saja. Waktu pengolahan yang paling baik adalah pada akhir musim hujan. Meskipun demikian, di tempat yang sumber airnya memadai, pengolahan dapat dilakukan setiap waktu atau musim (Sulaksana dan Jayusman, 2005).

Setelah lahan diolah maka kegiatan selanjutnya adalah pembuatan lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Untuk tanaman jati belanda 5 m x 4 m. Setiap lubang tanam diisi pupuk organik (kotoran ternak, kompos) sebanyak

1-3 kg, tergantung kesuburan tanahnya. Selain pupuk kandang dapat digunakan pupuk fosfat sebanyak 100 gram/lubang tanam, dolomite 100 gram/lubang tanam, dan Furadan sebanyak 10 gram/lubang tanam (Sulaksana dan Jayusman, 2005).

Penggunaan komposisi media tanam berpnegaruh terhadap pertumbuhan vegetative jati belanda. Komposisi media tanah ditambah pupuk kandang sapi 1:1 (v/v) secara umum memberikan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, luas daun, bobot basah dan bobot kering tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan media tanah saja (Muriati, 2005).

Penyiapan Bibit

Pada dasarnya biji jati belanda dapat diperoleh langsung dari alam dengan cara memanen yang sudah matang. Namun, untuk memudahkan petani dalam membibitkan tanaman, biji dapat diperoleh langsung di balai penelitian atau instansi kehutanan terkait atau pekebun bibit swasta. Umumnya biji yang diperoleh melalui instansi atau pembibit sudah melalui proses seleksi dan perlakuan khusus sehingga bisa langsung disemai.

Penyemaian di bedengan umumnya diperuntukkan biji jati belanda. Bedeng persemaian diharapkan memberi lingkungan yang baik bagi bibit atau anakan jati belanda. Bedengan dibuat berbentuk persegi empat dengan ukuran 1 m x 3 m. Biji ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Untuk persemaian skala besar, bisa dibuat bedengan dengan ukuran yang lebih panjang dan lebih dari satu bedengan. Selama di persemaian bibit sebaiknya di pupuk dengan NPK 12 : 24 : 12. Pupuk untuk tanaman muda umumnya diberikan dalam bentuk cair dengan cara disemprot sebanyak 2 kali selama masa penyemaian. Penyiraman dilakukan sedikitnya 2 kali sehari.

Untuk jati belanda, bijinya dapat langsung ditebar (disemai) di lapangan. Pada dasarnya, perlakuan seperti ini meniadakan tahap penyemaian. Namun demikian, perlu dipahami bahwa penebaran benih langsung di lapangan memiliki tingkat keberhasilan tumbuh lebih kecil dibandingkan dengan penyemaian di polibeg atau bak semai (Sulaksana dan Jayusman, 2005).

Penanaman

Untuk bibit semai di bedengan maka perlu dilakukan pemindahan bibit atau anakan dari bedeng persemaian ke lahan penanaman dengan hati-hati. Caranya, bisa dengan mendongkel tanaman beserta tanah dan akarnya. Alat bantu yang digunakan adalah kored

atau pisau. Tanah didongkel pada jarak kurang lebih 10 cm dari tanaman atau jarak yang kira-kira tidak akan merusak tanaman. Setelah didongkel, bibit dicabut dengan hati-hati, lalu dipindahkan ke lahan atau ke lubang tanam yang telah disiapkan. Setelah ditimbuni, di sekitar pangkal batang bibit disiram air secukupnya.

Pemberian mulsa jerami atau serasah daun di sekeliling batang tanaman jati belanda yang baru dipindahtanamkan sangat dianjurkan. Keuntungan pemberian mulsa tersebut antara lain menekan pertumbuhan rumput liar, menjaga kelembapan tanah agar tetap stabil, mengurangi penguapan air dalam tanah, dan menjadi bahan organik penyubur tanah. Cara pemberian mulsa dengan menghamparkan jerami padi secara merata pada permukaan tanah di bawah tajuk tanaman setebal 3-5 cm.

Jika dalam 2-4 minggu ada tanaman yang mati maka segera dilakukan penyulaman dengan cara mencabut dan menggantinya dengan tanaman baru. Teknik penyulaman sama dengan penanaman bibit baru (Sulaksana dan Jayusman, 2005).

Pemeliharaan Pemupukan

Pemberian pupuk Urea dengan dosis 0.5 g/tanaman secara umum memberikan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik (Tabel 9). Hal ini ditunjukkan dengan diameter batang, jumlah daun, luas daun, bobot basah dan bobot kering tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk yang lain (Muriati, 2005).

Tabel 9. Bobot basah dan bobot kering akar, batang, dan daun bibit jati belanda pada 10 MSP

Perlakuan Media

Bobot Basah (g) Bobot Kering (g) Akar Batang Daun Akar Batang Daun Tanah Tanah+pukan (1:1) 14.3b 19.04a 10.42b 24.59a 17.27b 36.72a 3.94b 5.75a 2.74b 7.17a 4.99b 11.02a Urea (g/tanaman) 0 0.5 1 2 14.50bc 18.86ab 20.09a 13.23c 15.89b 26.42a 17.36b 10.36b 23.88bc 36.39a 29.74ab 17.96c 4.46ab 5.59a 5.74a 3.6b 4.38bc 7.37a 5.35ab 2.73c 7.12a 10.97a 7.18a 6.75a Interaksi tn tn tn tn tn tn

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 1% dan 5%.

Kalus dapat diinduksi dari eksplan daun jati belanda umur dua tahun yang berasal dari rumah kaca pada semua perlakuan yang diaplikasikan (Tabel 10.). Kalus remah

Tabel 10. Analisis kadar tanin pada beberapa perlakuan kalus in vitro

Perlakuan (mg/l) Kadar Tanin (%)

2,4-D (0,1 + 0,3 + 0,5)

2,4-D (0,1 + 0,3 + 0,5) + BA 0,1 2,4-D (0,1 + 0,3 + 0,5) + BA 0,3 Daun jati belanda

4,27 4,75 3,72 2,24 Sumber : Syahid, dkk (2010).

menghasilkan diameter terbesar, bobot basa terberat dan berpeluang untuk kadar tanin

yang tinggi (Syahid dkk,2010).

Kombinasi perlakuan 2,4-D 0,3 mg/l + Benzyl Adenin 0,1 mg/l merupakan perlakuan terbaik yang dapat menghasilkan struktur kalus yang lebih remah, warna putih kekuningan dan diameter terbesar yaitu 28,7 mm dengan indikasi kadar tanin lebih tinggi. Perlakuan tersebut juga menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat setelah kalus di sub kultur ke media yang sama (Syahid dkk, 2010).

Penyiangan

Waktu penyiangan dapat dilakukan secara kontinu sesuai dengan keadaan pertumbuhan rumput-rumput liar di lahan kebun jati belanda. Menskipun demikian, untuk menghemat biaya pemeliharaan, sebaiknya penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan dan penggemburan tanah (Sulaksana dan Jayusman, 2005).

Hama dan Penyakit

Secara umum hama dan penyakit yang bisa menyerang jati belanda adalah

penggerek batang (ulat dari kumbang Zeuzera coffeae menggerek batang dan cabang

tanaman), hama ulat (ulat dari kumbang Lecopholis Rorida menyerang bagian akar

tanaman), ulat pemakan daun (hama Hyblae puera dan Eutectona machaeralis memakan

daun hingga tanaman gundul), mati pucuk (damping off), Layu bakteri (Bakteri

Pseudomonas tectonae menyerang melalui akar yang terluka), karat daun (jamur Olivea tectonae dengan cara menyerang daun) dan jamur upas (jamur Corticium salmonicolor Berk.).

Memperlancar drainase dengan cara menggemburkan tanah di sekitar tanaman merupakan salah satu teknik mencegah serangan penyakit pada tanaman. Dengan cara

tersebut berarti tanaman dapat dicegah dari serangan penyakit busuk akar karena jamur. Pencegahan lain yang bisa dilakukan monitoring pertumbuhan tanaman secara rutin. Dengan demikian, jika terjadi serangan hama dan penyakit segera dapat diketahui dan dapat dilakukan penanggulangan secara cepat (Sulaksana dan Jayusman, 2005).

Panen dan Pasca Panen

Untuk tanaman jati belanda, pemanenan dapat dilakukan setelah mencapai ketinggian 4 meter. Pemanenan pada usia tersebut juga dimaksudkan agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu saat pemanenan salah satu bagiannya. Bagian yang dapat dipanen dari tanaman jati belanda adalah daun, kulit batang dan biji.

Perlakuan pasca panen memegang peranan penting jika dilihat dari aspek komersial karena akan memperpanjang daya simpan dan terbebas dari pencemaran. Hasil yang sudah tercemar atau terkontaminasi dengan bahan yang tidak sesuai dengan kandungan bahan aktif yang ada di dalam tanaman dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia. Untuk mencegah terjadinya pencemaran, perlu dilakukan usaha penanganan pascapanen sebagai berikut :

- Pemanenan dilakukan dalam waktu yang singkat

- Perlu dilakukan pencucian dan penyortiran setelah panen. Pengeringan harus

sampai pada kadar air maksimal 10%.

- Tempat penyimpanan harus tertutup dan kering.

- Pengemasan dan pengangkutan harus baik.

Dalam dokumen BUDIDAYA TANAMAN OBAT DAN REMPAH (Halaman 35-40)

Dokumen terkait