BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
B. Strategi Pesan
3. Cerdas dalam Akademis, Non Akademis dan Spiritual
Pencapaian terhadap visi pendidikan nasional tidaklah mudah dan dapat dijangkau dalam waktu sekejap, melainkan membutuhkan suatu proses yang panjang. Untuk tujuan tersebut, dapat dicapai antara lain melalui proses pendidikan di sekolah. Pendidikan dapat meliputi pendidikan akademik maupun nonakademik, sehingga pengembangan keempat macam kecerdasan dan karakteristik kompetitif dapat tercapai semuanya melalui pendidikan.
SD Al Firdaus Surakarta menerapkan strategi pendidikan yang digunakan dapat ditempuh dengan cara menginklusikan aspek-aspek dari tujuan yang ingin dicapai ke dalam kurikulum yang bersifat kokonsentris; artinya materi pendidikan yang diberikan dari TK sampai dengan Sekolah Menengahdengan muatan dan konsentasi berbasiskan agama Islam dan kompetensi internasional, hal ini untuk memberikan pesan kepada masyarakat bahwa SD Al Firdaus berupaya membentuk manusia yang mempunyai kemampuan akademik, kemampuan non akademik dan memiliki kecerdasan spiritual. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Sunaryo, selaku humas yang dalam wawancaranya menyatakan bahwa:
“Pesan yang ingin disampaikan itu lebih kepada proses pendidikan yang mengutamakan keseimbangan antara agama dan ilmu umum, antara akademis dan non akademis. Salah bahwa sebuah prestasi itu adalah ranking. Jadi patokannya bukan nilai, termasuk yang ingin ditegakkan atu dibangun reputasinya, bahwa inklusi itu tidak hanya middle to low, ketika anda mencari anak dengan nilai matematika UN tertinggi, anda bisa temukan kok di Al Firdaus. Jadi, kita mengatakan prestasi sekolah itu bukan prestasi rata-rata pencapaian UN, bagi kami. Tapi prestasi sekolah itu adalah ketika kita bisa mengoptimalkan kelebihan setiap anak menjadi sebuah prestasi.” (Anggi, wawancara 14 Februari 2017).
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa Al Firdaus berangkat dari kebutuhan masyarakat akan kualitas penyelenggaraan pendidikan islam yang bermutu baik, modern, dan professional tanpa sistem asrama atau pondok. Sistem pendidikan ini memberikan kesempatan orang tua untuk dapat mengasuh dan memantau anak-anaknya secara langsung tanpa harus kehilangan nilai-nilai keislaman di sekolah. SD Al Firdaus menjamin mutu pendidikan dengan memadukan nilai-nilai Islam dan sains dalam setiap sesi pembelajaran.
Keyakinan bahwa setiap anak pasti memiliki kelebihan atau bakat begitu pula kelemahan, dan dari keyakinan tersebut SD Al Firdaus ingin fokus terhadap kelebihan anak tersebut hingga mampu menorehkan prestasi yang nantinya bisa menjadi bekal hidupnya. Prestasi juga tidak melulu dalam hal akademis namun juga non akademis. Bakat yang dimiliki anak inilah yang akan dicari, diasah dan mampu bersaing dengan anak lainnya. Hal tersebut berlaku untuk semua murid SD Al Firdaus baik regular maupun ABK. Sehingga tercapailah pendidikan yang ramah anak, selain inklusi yang pastinya mengusung nilai non-diskriminatif tetapi juga
tidak memaksakan hasil belajar atau kemampuan belajar yang sama pada setiap muridnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Humas SD dan Yayasan Al Firdaus:
“Yang ingin disampaikan Al Firdaus is the best choice for their students. Pendidikan tanpa diskriminasi. Menggali potensi semua anak. Jadi anak yang IQ nya di bawah rata-rata ya kita terima, anak yang IQ nya tinggi kita terima, anak yang normal kita terima, anak yang autis down syndrome kita terima juga, kita proses sesuai dengan potensi kemampuan anak itu. Kita temukan potensi-potensi pada tiap anak” (Sunaryo, wawancara 6 Februari 2017)
“Pertama pesan yang ingin kita sampaikan adalah konsep pendidikan Al Firdaus, yaitu konsep pendidikan yang ramah anak dan inklusi, yang tidak diskriminatif, yang mengutamakan proses daripada hasil. Walaupun kita ingin hasilnya bagus dan baik, tapi kita mengutamakan proses jadi kualitas di proses.” (Imam, wawancara 15 Maret 2017).
Pendidikan di SD Al Fidaus dilakukan dengan beberapa program diantaranya, pengayaan materi, remidial, konseling, life skill, pull out, konferensi, shadow teacher atau guru pendamping khusus untuk anak didik berkebutuhan khusus dengan sistem penilaian melalui tiga aspek, kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui pembelajaran tematik. Kesemuanya dilakukan dengan internalisasi nilai-nilai keislaman.
Cerdas dalam Akademis, Non-Akademis dan Spiritual di SD Al Firdaus diimplementasikan ke dalam model pendidikan bagi normal dan anak berkebutuhan khusus dengan prinsip selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Sistem belajar pada sekolah inklusi tidak jauh berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya.Inklusi berarti bahwa sebagai guru bertanggung jawab untuk
mengupayakan bantuan dalam menjaring dan memberikan layanan pendidikan pada semua anak yang ada di masyarakat, keluarga, lembaga pendidikan, layanan kesehatan, pemimpin masyarakat dan lain sebagainya. Hasil wawancara tentang model pembelajaran yang dilakukan di SD Al Firdaus antara lain sebagai berikut:
“Metode itu ya ada banyak ya Mbak, mungkin guru yang lebih ngerti istilahnya ya mbak. Tapi cara umum yang bisa kita sampaikan itu, mm interaktif ya Mbak. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu, sumberbelajar, sehingga di situ kemampuan guru untuk melakukan variasi metode, apakah dengan cerita, apakah dengan bermain, apakah dengan proyek penugasan, apakah dengan karya ilmiah, karena di SD juga sudah dilatih untuk karya ilmiah. Apakah dengan sekolah lapangan outing class, itu beragam metode yang bisa dilakukan” (Anggi, wawancara 14 Februari 2017).
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan adalah metode interaktif, dimana guru menggunakan metode pemelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran di kelas, di mana masing-masing disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi anak, dimana pendekatannya akan berbeda antara anak yang normal dengan anak yang berkebutuhan khusus, hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan informan yang menyatakan bahwa:
“Metode yang digunakan adalah metode yang berbasis pada kebutuhan dan potensi anak, maka nanti kita sebut pendekatan student center, atau pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak, fokus pada individual anak, tidak pendekatan classical atau kelompok.Nah, jadi nanti menyusun rencana pembelajarannya individual, per anak.Nah metodenya itu tidak saklek pada satu metode, jadi bervariatif banget.Artinya metode yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.Jadi guru waktu ngajar itu peta kebutuhan anak harus tahu.Mana yang IQ nya tinggi berapa anak, yang rendah berapa anak, yang sedang berapa anak, yang khusus berapa anak. Jadi guru waktu melakukan metode itu akan beda-beda, variatif. Jadi
kalau kita bicara keefektifan metode itu semua efektif, semua
tergantung kebutuhan anak” (Imam, wawancara 15 Maret 2017).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Darmawan dan Sunaryo dalam kesempatan wawancaranya yang menyatakan bahwa :
“Metodenya itu yang jelas anak-anak itu diajarkan sesuai dengan kebutuhannya. Contoh anak autis sama anak normal, saya ngajar anak autis saya ngajarnya beda, materinya soalnya modifikasinya kurikulumnya diubah. Misal yang anak autis hanya 2 soal, yang normal 10 soa” (Darmawan, Kepala Sekolah)
“Metode pembelajarannya adalah metode pembelajaran yang menyenangkan, yang bervariasi, yang PAIKEM.Paikem itu adalah PembelajaranAktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan.Ini desainnya seperti itu. Hubungannya dengan anak-anak yang ABK, guru sudah bisa ada pemetaan, tidak mungkin anak reguler disamakan dengan anak yang ABK, dalam konteks isinya beda, tapi namanya inklusi adalah sekolah yang campur, jadi satu, ini lho yang membedakan.Jadi ABK dan reguler jadi satu dalam pembelajaran di kelas itu, cuman beda dalam isi muatan yang diberikan. Katakanlah ini anak mampunya makan satu piring, yang ABK cukup setengah piring, gitu kan, kalau kita paksakan semua sama, satu piring makan semua pokoknya sama, nah ini yang namanya terjadi pendzoliman terhadap anak. Ini tidak lagi memperhatikan kebutuhan pendidikan anak (Sunaryo, wawancara 6 Februari 2017).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut makadapat diketahui bahwa metode pembelajaran yang dilakukan di SD Al Firdaus sebagai sekolah inklusi menerapkan metode pembelajaran yang berbasis pada anak dengan metode PAIKEM yang melihat kondisi dan keammpuan anak.Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Tarmansyah (2007) yang menyatakan bahwa kurikulum dalam sekolah inklusi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak. Model atau pola pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran yang menarik
dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
Terkait pelayanan pendidikan siswa ABK di SD Al Firdaus, pola pembelajaranyang diberikan tersebut adalah adaptif, maka pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus merupakan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi siswa. Artinya, yang menyesuaikan adalah pembelajaran itu sendiri, baik bahan ajar, metode, alat atau media pembelajaran, dan lingkungan belajar, bukan siswa yang dipaksa mampu mengikuti satu standar nilai tertentu. Jadi, pembelajaran adaptif pada intinya adalah modifikasi aktivitas, metode, alat, atau lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan peluang dan memberikan kemudahan kepada anak dengan kebutuhan khusus sehingga dapat mengikuti program pembelajaran dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Prinsip utama dalam modifikasi adalah dengan melihat karakteristik serta kebutuhan peserta didik sehingga dapat ditemukan hasil modifikasi yang tepat. Penyesuaian aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi siswa dalam melakukan aktivitas tersebutakan membantu siswa untuk dapat menyelesaikan aktivitas tersebut. Ciri pembelajaran adaptif yaitu memperhatikan perbedaan individu siswa dan dapat mengakomodasi pengembangan potensi (Aisyah, 2015).