BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
D. Elemen Marketing Communication dan Implementasi
1. Kegiatan Iklan
Iklan merupakan media yang dipakai SD Al Firdaus untuk memperkenalkan sekolah inklusinya ke masyarakat. Kegiatan iklan ini menjadi salah satu strategi agar instansinya banyak dikenal dan akhirnya mendapatkan simpati masyarakat yaitu dengan pemasaran. Terkait dengan hal ini, menurut Muhaimin, dkk (2010:101) bahwa fungsi pemasaran dalam bidang jasa pendidikan diperlukan agar tercipta citra yang baik terhadap lembaga. Hal ini kemudian berdampak pada dalam rangka menarik calon siswa baru.
Media iklan menjadi salah satu elemen yang penting dalam melakukan pemasaran sekolah. Media iklan sebagai sarana komunikasi yang dipakai SD Al Firdaus untuk mengantarkan dan menyebarluaskan pesan kepada target pasar yang dituju. Iklan yang digunakan oleh SD Al Firdaus menggunakan media cetak, media luar ruang dan media elektronik. Hasil wawancara mengenai kegiatan promosi yang dilakukan oleh SD Al Firdaus sebagai sekolah inklusi antara lain adalah:
“Media cetak yang kami gunakan adalah Solopos, Suara Merdeka, Joglosemar, Radar Solo, Republika” (Imam, wawancara 15 Maret 2017).
Penggunaan iklan juga menggunakan media luar ruang, hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informan mengenai penggunaan media luar ruang yang digunakan oleh SD Al Firdaus yaitu :
“Spanduk, MMT, brosur, leaflet” (Darmawan, wawancara 9 Februari 2017).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Anggi bahwa iklan juga menggunakan media luar ruang, dalam wawancaranya yaitu sebagai berikut:
“Kalau yang standar sih biasanya sih ya dengan leaflet, dengan pamflet” (Anggi, wawancara 14 Februari 2017).
Hasil wawancara menunjukkan iklan juga menggunakan media luar ruang yaitu melalui leaflet, pamflet, MMT, brosur. Selain penggunaan media cetak, iklan dari SD Al Firdaus juga menggunakan media elektronik, hal ini terungkap dari beberapa hasil wawancara dengan responden yang menyatakan bahwa :
“Media elektronik ada RRI, PTPN, Solopos FM, RIA FM. Dulu setahun di Solopos FM, talkshow pendidikan tiap minggu sekali.” (Imam, wawancara 15 Maret 2017).
“Kalau radio itu ada Solopos FM, RIA FM, RRI yang untuk anak-anak berbakat, kemudian dulu pernah mengiklan di JPI FM” (Darmawan, wawancara 9 Februari 2017).
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa iklan yang dilakukan oleh SD Al Firdaus menggunakan media cetak dan media elektronik. Hal ini sesuai pernyatan dari Kotler (2005) bahwa jenis media iklan dalam bentuk fisik dibagi dalam dua kategori yaitu media iklan cetak dan media iklan elektronik. Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana penyampaian pesannya menggunakan kertas). Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam kata-kata,gambar foto dan sebagainya (contoh : surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet, poster. Sedangkan media elektronik adalah media yang proses bekerjanya berdasar pada prinsip elektronik dan eletromagnetis (contoh televisi, radio, internet). Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan Anggi selaku Ketua Pelaksana Yayasan Al Firdaus mengenai penggunaan iklan dengan penggunaan media cetak yaitu:
“Melalui media cetak yang pasti dari kompas.” (Anggi, wawancara 14 Februari 2017).
Selain penggunan media cetak dan media elektronik, iklan SD Al Firdaus sebagai sekolah inklusi juga menggunakan media sosial.Dengan memanfaatkan kanal media sosial seperti Twitter atau Facebook maka SD Al Firdaus menjadi relatif mudah melakukan promo atau menjangkau target pemasaran produknya. Berpromosi lewat jejaring sosial memiliki sejumlah keuntungan bagi SD Al Firdaus, antara lain lebih hemat biaya
dan efektif. Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan beberapa informan bahwa selain menggunakan media cetak, elektronik, maka SD Al Firdaus juga menggunakan media sosial yaitu Instagram, Facebook, website dan Whatsapp.
“Untuk sosial media, ya pakai Instagram, Facebook, website,
Whatsapp” (Darmawan, wawancara 9 Februari).
“Kami juga menggunakan Youtube, Facebook” (Sunaryo, wawancara 6 Februari 2017).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa iklan merupakan komunikasi satu arah yang dilakukan oleh SD Al Firdaus dalam memperkenalkan sekolah inklusinya ke masyarakat. Menurut Rhenald Kasali (1992) secara sederhana, iklan ialah sebuah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui media. Tujuan dari dilakukan kegiatan iklan menurut Phil Astrid S. Susanto yang dikutip oleh Soemanagara (2006:49) pertama, menyadarkan komunikan dan memberikan informasi tentang sebuah barang, jasa, atau gagasan. Kedua, menumbuhkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang, jasa ataupun ide yang disajikan derngan memberikan persepsi kepadanya. Ketiga, meyakinkan komunikan akan kebenaran tentang apa yang dianjurkan dalam iklan dan karenanya menggerakkannya untuk berusaha memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang dianjurkan. Namun kadang kala upaya untuk melakukan promosi atau iklan tidak selalu seiring dengan hasil yang ditemui di lapangan. Hal ini
juga sesuai dengan hasil wawancara dengan salah seorang wali murid yang menyatakan bahwa :
“Saya kan minta informasi terkait dengan PPDB, terus diberikan brosur oleh pihak sekolah” (Yeni, wawancara 20 Februari 2017).
Iklan di media cetak menjadi salah satu fokus utama dalam kegiatan periklanan. Periklanan yang dilaksanakan SD Al Firdaus pada media cetak telah menjangkau beberapa media cetak diantaranya surat kabar dan majalah lokal yang ada di Kota Surakarta. Iklan melalui media cetak yang dilakukan juga mampu mempengaruhi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SD Al Firdaus, hal ini terbukti dari hasil wawancara tentang darimana masyarakat mengetahui SD Al Firdaus sebagai sekolah yang berkualitas dan menjadi sekolah inklusi.
“Saya tahu dari Solopos dan juga dari spanduk” (Tutik,
wawancara 16 Februari 2017).
Kehadiran sosial media saat ini memang tak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap orang, tanpa mengenal batasan umur, siapapun dapat dengan mudah bersosialisasi dan merasakan manfaat yang terdapat di dalam sosial media.Salah satunya adalah mengetahui informasi tentang sekolah.Begitu pula SD Al Firdaus dalam mengiklankan sekolahnya juga menggunakan media sosial, dan hal ini terbukti bermanfaat dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan wali murid tentang pertama kali mengetahui SD Al Firdaus sebagai sekolah inklusi.
”Biasanya diinfokan di grup mulai pembukaan penerimaan siswa baru,atau di facebooknya” (Aniklinda, wawancara 2 Maret 2017)
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa periklanan yang yang dilakukan oleh SD Al Firdaus sebagai sekolah inklusi menggunakan periklanan melalui media cetak, media elektronik dan media sosial, hal ini tidak terlepas dari tujuan dari periklanan berdasarkan pernyataan dari Widyatama (2007) bahwa fungsi periklanan adalah : informing, adanya iklan membuat konsumen sadar (aware) akan
merek-merek baru, mendidik merek-mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek-merek,
serta menfasilitasi penciptaan citra merek yang positif, persuading, iklan
yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk
mencoba produk dan jasa yang diiklankan, reminding, iklan menjaga agar
merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen, adding value,
periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi
persepsi konsumen. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kotler (2006)
bahwa penyampaikan iklan adalah mengharapkan dampak tertentu, yaitu semua iklan yang dibuat oleh pengiklan memiliki tujuan tertentu yaitu berupa dampak tertentu di tengah khalayak. Dampak tertentu yang diharapkan oleh pengiklan dapat berupa pengaruh ekonomis maupun dampak sosial.Pengaruh ekonomis yang dimaksud adalah produknya laku dan bertambahnya penjualan, sedangkan dampak sosial adalah keuntungan non ekonomi yaitu terbangunnya citra baik berupa penerimaan sosial oleh masyarakat.