• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cita-cita Lesbian : Sebuah Dunia yang Lebih Ramah

BAB III LESBIAN DI KOTA MEDAN

4.6 Cita-cita Lesbian : Sebuah Dunia yang Lebih Ramah

Ketika penulis menanyakan perihal apa yang sebenarnya dicitacitakan oleh para informan ini, tidak ada di antara mereka yang langsung menyorot pernikahan sejenis di Indonesia. Ada pun beberapa yang kemudian menyebutkan hal tersebut, mereka mengaku bahwa itu adalah sesuatu yang masih sangat jauh. Bahkan Eva, Ika dan Tiwi, yang dalam kehidupan sehari-hari mereka selalu berdiskusi tentang isu-isu LGBTI, tapi mereka juga merasa bahwa pernikahan sejenis bukanlah goal utama dalam perjuangan pembebasan seksualitas. Kalau pun suatu saat Indonesia

akan melegalkan pernikahan sejenis, itu adalah sebuah hadiah tambahan atas perjuangan panjang mereka. Pada saat itu, siapapun akan bisa menikah dengan lawan jenis ataupun sesama jenisnya tanpa paksaan. Meski demikian, pilihan untuk tidak menikah juga tetap harus dihormati menurut mereka.

Apakah ini menandakan bahwa para informan ini tidak memiliki keinginan untuk menikah dengan pasangan lesbiannya? Tentu saja tidak. Ana dan pasangannya mengaku sudah mulai menabung sedikit dari hasil pekerjaan mereka untuk kemudian dipakai sebagai biaya keluar negeri dan menikah disana, di negara yang sudah melegalkan pernikahan sejenis. Meski angan-angan itu terkadang muluk bagi mereka, tapi mereka yakin suatu saat akan bisa mencapainya. Tiwi juga punya mimpi yang sama. Kelak jika sudah waktunya, ia ingin keluar negeri bersama pasangannya. Meski mereka tidak berorientasi untuk menikah, paling tidak disana mereka bisa hidup bersama tanpa tekanan seperti di Indonesia.

Dalam sebuah diskusi dan ngobrol santai bersama para informan, mereka bersama-sama mengambarkan sebuah lukisan dunia yang mereka bayangkan dan mereka impikan. Dalam gambar tersebut ada nama-nama mereka semua, nama pasangan mereka masing-masing, nama keluarga, teman dekat dan semua orang yang mereka kasihi. Tidak ketinggalan juga Ana menyebutkan nama pendetanya di gambar tersebut. Bagi yang beragama Muslim, mereka juga, yang meskipun awalnya ragu-ragu, tapi kemudian menuliskan nama pemimpin agama mereka di gambar itu. Tanpa terkecuali, ada juga yang menuliskan “pemerintah”, meski sebagian informan lain tidak setuju. Ada sedikit perdebatan pada saat itu karena

beberapa informan tidak sepakat jika dunia fantasi mereka itu masih dihuni oleh yang namanya pemerintah, apalagi dengan sistem pemerintahan seperti saat ini.

Begitu banyak nama-nama yang dituliskan secara acak di dalam gambar tersebut, dihiasi dengan gambar matahari, awan cerah, bayang-bayang langit dan sebagainya. Di atas gambar itu mereka menaruh lambang cinta berbentuk hati, dengan huruf yang besar dan paling tebal. Satu sama lain mereka bercerita tentang apa yang mereka pikirkan mengenai gambar tersebut. Satu persatu mulai berbicara. Banyak hal yang mereka bicarakan, banyak yang mereka inginkan. Akan tetapi mereka sepakat untuk tidak terlalu banyak menuntut kepada siapapun. Satu hal saja yang mereka minta : sebuah dunia yang lebih ramah terhadap siapapun, termasuk lesbian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sejauh penulis terlibat secara langsung dalam kehidupan lesbian di Kota Medan, juga secara khusus dalam keseharian para informan penelitian ini, penulis menyadari satu hal, yaitu bahwa menginterpretasi sebutan lesbi, belok atau lesbian dari sebuah berita di koran , artikel di majalah, atau cerita dari orang lain, sungguh berbeda jauh dan tidak sebanding dengan memaknai kehidupan lesbian dari sudut pandang mereka sendiri. Bermain, berbincang, berdebat, tertawa dan menangis bersama mereka memberikan satu pengalaman yang begitu mahal untuk penulis serta pemahaman mendalam bahwa kehidupan lesbian adalah kehidupan yang sungguh kompleks.

Orang-orang banyak mengeluh tentang kemiskinan, tentang putus cinta, tentang diskriminasi rasa tau suku atau jenis kelamin, tentang kebencian, tentang kurangnya kebersamaan, tentang spiritual dan tentang banyak hal. Lesbian, yang juga merasakan dan ikut mengeluh tentang hal-hal di atas, mereka kadang-kadang hampir lupa untuk mengeluhkan tentang diri mereka. Orang-orang sudah terlalu sibuk mengurusi masalahnya sendiri di dunia yang negara yang kacau balau ini, konon lagi berempati untuk merasakan dan memahami seksualitas mereka?

Kompleksnya kehidupan yang dialami informan sudah dituliskan dalam bab demi bab tulisan ini. Lesbian kerap mengalami berbagai diskriminasi, stigma, penolakan hingga kekerasan, baik kekerasan yang dilakukan oleh diri sendiri, keluarga, agama bahkan negara lewat peraturan perundang-undangan yang diskriminatif terhadap LGBTIQ secara umum dan lesbian secara khusus. Budaya

patriarki dan pandangan heteronormatif yang sangat melekat di dalam masyarakat sangat mempengaruhi konsep diri lesbian. Istilah-istilah yang muncul seperti lesbi, lines, belok/koleb dan lesbian merupakan variasi konsep dengan makna tersendiri yang dapat menunjukkan kepada kita bahwa jelas sekali hidup sebagai lesbian bukanlah sesuatu yang mudah dijalani, seperti dituliskan pada bab sebelumnya. patriarki dan heteronormatif tidak hanya menjadi tantangan eksternal bagi lesbian, namun juga menjadi perbedaan yang kadang-kadang sulit didiskusikan di internal kelompok lesbian itu sendiri.

Tulisan ini, adalah persembahan dari penulis untuk mereka yang tertindas : lesbian di Kota Medan dan dimanapun berada. Tulisan ini mestinya mampu menjadi cermin dialog bagi semua lesbian untuk bisa lebih memahami siapa dirinya, memahami sesama lesbian serta untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan besar seperti patriarki, heteronormativitas, kapitalisme serta politik anti demokrasi dan anti keberagaman yang akhir-akhir ini mulai gencar lagi di Indonesia.

Untuk peneliti muda yang konsentrasi dan tertarik pada isu seksualitas lesbian dan antropologi, penulis berharap ada semacam kajian sejarah/historis terhadap praktek-praktek hasrat sesama perempuan di Medan atau Sumatera Utara. Penamaannya di masa lampau mungkin saja berbeda seperti di Makassar, Jawa, Aceh dan lain-lain. Kajian tersebut bagi penulis sangatlah penting mengingat masih langkanya referensi mengenai hal tersebut. Selain itu, seperti yang sudah dijelaskan oleh penulis pada bab terakhir, bahwa ada lesbian yang menjalani hidup sekaligus sebagai seorang pekerja seks, yang karena alasan ekonomi dan

sebagainya harus bersedia melayani laki-laki. Ini juga penting untuk dikaji lebih mendalam untuk melihat kompleksitas hidup mereka yang pastinya jauh lebih memprihatinkan lagi.

Daftar Pustaka

Buku/Literatur :

Agustine, Sri R.R. “Rahasia Sunyi : Gerakan Lesbian di Indonesia”, Jurnal

Perempuan Edisi 58. Hal.61. Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan, 2008.

Agustine, Sri R.R. “Kemajuan dan Tantangan Gerakan LBT di Indonesia”. (Makalah disampaikan dalam LGBTI National Dialogue, diselenggarakan oleh UNDP, USAID dan Forum LGBTI Indonesia. Bali, 11-13 Oktober, 2012).

Benda, Harry Jindrich. Continuity and Change in Southeast Asia. New Haven: Yale University, 1972. Seperti dikutip oleh Boellstorff, Tom. The Gay Archipelago: Seksualitas dan Bangsa di Indonesia. (Inggris: Princeton University Press, 1969).

Blackwood, Evelyn. “Gender, Seksualitas dan Hasrat Queer”. Mendengar Suara

Lesbian Indonesia, eds. Sri Agustine dan Evi Lina Sutrisno. Jakarta : Ardhanary Institute, 2013.

Boellstorff, Tom. The Gay Archipelago: Seksualitas dan Bangsa di Indonesia. (Inggris: Princeton University Press, 1969).

Crooks, Robert dan Karla Baur. Our Sexuality(10th Edition). 2008, seperti dikutip oleh Hendri Yulius, “Mengartikan Kembali Kata Jender”, Majalah Bhinneka, Agustus, 2012.

Foucault, Michel. Seperti yang dikutip oleh Arif Saifudin Yudistira, “Menarik Benang Merah

Seks dan Politik”, Majalah Bhinneka Edisi 05. Hal.7-9.

Ga, Ester Mariani. “Lesbian dalam Penafsiran Agama”, Jurnal perempuan, Edisi

Gough, Jamie dan Mike Mcnair, Gay Liberation in the Eighties, Pluto Press Limited seperti dikutip oleh Linda Sudiono, “Melawan Hegemoni

Heteroseksisme”, Buletin Mahardhika, Maret 2011, hal. 5-12.

Institute, Ardhanary. All About Lesbian. Jakarta : Ardhanary Institute.

Institute, Ardhanary. Prinsip-prinsip Yogyakarta. Jakarta : Ardhanary Institute, 2007.

Katjasungkana, Nursyahbani. “Upaya Menghormati Perbedaan dan Merayakan

Keberagaman Seksualitas Manusia”, Hasrat Perempuan : Relasi Seksual Sesama

Perempuan dan Praktek Perempuan Transgender di Indonesia, eds. Prof. DR. Saskia E. Wieringa, DR. Evelyn Blackwood (Jakarta : Ardhanary Institute bekerjasama dengan HIVOS, 2009), hal. v-xx.

Komnas Perempuan. “Teror dan Kekerasan terhadap Perempuan : Hilangnya Kendali Negara”, Catatan KTP tahun 2010. Jakarta 2010. Hal. 22-23

Lewis, Oscar. Kisah Lima Keluarga, terj. Rochmulyati Hamzah. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1988.

Lips, Hillary. Sex and Gender : An Introduction, McGraw-Hill, 2008, hal. 5 seperti dikutip oleh Hendri Yulius, “Mengartikan Kembali Kata Jender”, Majalah Bhinneka, Agustus, 2012, hal. 21-25.

Lofland, John. PROTES. (Yogyakarta : Insist Press, 2003). Hal.37-44.

Manaf, Kamilia. “Lesbian Muda Bagian Penting dari Perjuangan Demokrasi”,

Jurnal Perempuan, Edisi 58. Hal. 134. Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan, 2008. Marching, Soe Tjen. “Gender”, Majalah Bhinneka, Agustus, 2012, hal. 1-2.

Mariani, Ester Ga, “Lesbian dalam Penafsiran Agama”, Jurnal perempuan, Edisi

58. Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan, 2008.

M., Ratri. “Lesbian dan Hak-Hak Sipil”, Jurnal perempuan Edisi 58. Jakarta :

Yayasan Jurnal Perempuan, 2008.

Oetomo, Dede. Memberi Suara pada yang Bisu. (Yogyakarta : Galang Press, 2001).

Murray, Alison J., “Biarkan Mereka Mereguk Kesenangan : Lesbian Kelas dan

Jakarta”, Hasrat Perempuan : Relasi Seksual Sesama Perempuan dan Praktek

Perempuan Transgender di Indonesia, eds. Prof. DR. Saskia E. Wieringa, DR. Evelyn Blackwood. Jakarta : Ardhanary Institute bekerjasama dengan HIVOS, 2009.

Muttaqin, Farid. “Homoseksual dalam Islam”, Majalah Bhinneka Edisi 05. Hal.

29-33.

Poerba, Chris. “Lesbian sebagai Subject in Optima Forma”. Mendengar Suara

Lesbian Indonesia, eds. Sri Agustine dan Evi Lina Sutrisno. Jakarta : Ardhanary Institute, 2013.

Raharjo, Yulfita. “Seksualitas Manusia dan Masalah Gender : Dekonstruksi

Sosial dan Reorientasi”, Seksualitas, kesehatan reproduksi, dan ketimpangan

gender : implementasi kesepakatan konferensi kependudukan Kairo bagi Indonesia , eds Agus Dwiyanto, Muhadjir Darwin (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1996), hal 260.

Ratih. “Sentul-Kantil, Butch-Femme dan Andro”, Kami Tidak Bisu, eds. Dewi

Nova Wahyuni dan Arwani. Jakarta : Institute Pelangi Perempuan, 2011.

Romli, Guntur Mohamad. “Hasrat dalam Relasi Sesama Perempuan di Indonesia :

Sebuah Tinjauan Kritis terhadap Buku Hasrat Perempuan”, Mendengar Suara

Lesbian Indonesia, eds. Sri Agustine dan Evi Lina Sutrisno. Jakarta : Penerbit Ardhanary Institute bekerjasama dengan HIVOS, 2013.

Septi, Dian. “Anna Rulling : Pelopor Perjuangan Lesbian”, Buletin Mahardhika,

Maret 2011.

Sitohang, Veryanto, Jenny Solin. Aliansi Sumut Bersatu : Lahir untuk Merawat Pluralisme (Medan : ASB, 2011), hal. 11-31.

Spradley, The Etnographic Interview, terj. Misbah Zulfa Elisabeth. (Yogyakarta : Penerbit Tiara Wacana, 1997).

Sudiono, Linda. “Melawan Hegemoni Heteroseksisme”, Buletin Mahardhika,

Sugianto, Lily. “Gender and Sexual Diversity”, (Makalah disampaikan dalam Training of

Trainer bagi pegiat HAM LGBT, Ardhanary Institute, Bogor, 11-13 Oktober, 2012).

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004). Seperti yang dikutip oleh Abdullah, Fauzi. Komunitas Musik Indie (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Kolektif Komunitas Musik Indie di Kota Medan). Skripsi S-1 Departemen Antropologi FISIP USU. (Medan : 2011). Tidak diterbitkan.

Susanto, Heru W. “Pemajuan HAM : Tantangan dan Pandangan ke depan untuk

Kelompok LGBT”, Mendengar Suara Lesbian Indonesia, eds. Sri Agustine dan

Evi Lina Sutrisno. Jakarta : Ardhanary Institute, 2013.

Suvianita, Khanis. Laporan Situasi HAM LGBTI Di Indonesia Tahun 2012. Pengabaian Hak Asasi Berbasis Orientasi Seksual dan Identitas Gender : Kami Tidak Diam. Jakarta : Forum LGBTIQ Indonesia dan Gaya Nusantara, 2013. Tong, Rosemarie. Feminist Thought. 2010: 72, seperti dikutip oleh Hendri Yulius, “Mengartikan Kembali Kata Jender”, Majalah Bhinneka, Agustus, 2012.

Umar, Sa’abah Marzuki. Perilaku Seks Menyimpang dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam. Jogjakarta : UII Press Jogjakarta, 2001.

Wahyudi, Dr. Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani, (Malang : UMM Press, 2005), hal.14

Widyawati, Vivi. “Sejarah Gerakan Pembebasan Homoseksual”, Buletin

Mahardhika, Maret 2011, hal. 13-22.

Wieringa, Saskia. “Globalisasi, Cinta, Kedekatan dan Pembungkaman di Kelas Pekerja Komunitas Butch/Femme di Jakarta”, 2005 seperti yang dikutip oleh

Wieringa, E. Saskia dan Blackwood, DR. Evelyn. “Gambaran Lesbianisme : Tantangan Kebisuan dalam Studi Seksualitas”, Hasrat Perempuan : Relasi Seksual Sesama Perempuan dan Praktek Perempuan Transgender di Indonesia, eds. Prof. DR. Saskia E. Wieringa, DR. Evelyn Blackwood (Jakarta : Ardhanary Institute bekerjasama dengan HIVOS, 2009)

Yudistira, Arif Saifudin. “Menarik Benang Merah Seks dan Politik”, Majalah

Bhinneka Edisi 05. Hal.7-9.

Yulita, Christina, et.al. Modul Sekolah Feminis #5 untuk Pemula. Jakarta : Komite Nasional Perempuan Mahardhika, 2013.

Yulius, Hendri. “Mengartikan Kembali Kata Jender”, Majalah Bhinneka, Agustus, 2012, hal. 21-25.

Zulkarnaen, Iskandar. “Perilaku Homoseksual di Pondok Pesantren”, (Tesis, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2006) seperti dikutip

oleh Soe Tjen Marching, “Praktek Homoseksual di Pondok Pesantren”, Majalah

Referensi dari internet :

“ABG Pasangan Lesbi Diarak Massa” http://www.posmetro-medan.com/?p=7795

(Diakses 10 Januari 2013)

Dari Peluncuran Buku Hasrat Perempuan : Membongkar Seksualitas Tunggal. Sumber : http://www.komnasperempuan.or.id/2009/06/dari-peluncuran-buku- hasrat-perempuan-membongkar-mitos-seksualitas-tunggal/

(Diakses 1 Mei 2013)

“Pernikahan dua wanita lesbian di Kabupaten Toba Samosir”

http://www.hariansumutpos.com/2011/11/18969/boru-hutahaean-nikahi-boru- sagala#axzz2JqLDTzbZ (Diakses 1 April 2013)

“Pasangan lesbian Aceh dipisah” http://www.seputar-

indonesia.com/edisicetak/content/view/444147/ (Diakses 1 April 2013) “Aceh Lesbian Marriage”

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/08/110825_acehlesbianma rriage.shtml (Diakses 1 April 2013)

“Kenal komunitas lesbi di facebook pelajar SMK kabur dari rumah”

http://jakarta.okezone.com/read/2012/11/11/340/716878/kenal-komunitas-lesbi- di-facebook-pelajar-smk-kabur-dari-rumah (Akses 1 April 2013)

“Diputusi pasangan lesbi tikami kepala pacarnya”

http://www.harianorbit.com/diputusi-pasangan-lesbi-tikami-kepala-pacarnya/

(Diakses 20 April 2013)

“Cemburu, Lesbi Silet Selingkuhan Pacar”

http://www.metrosiantar.com/2013/cemburu-lesbi-silet-selingkuhan-pacar/ (Akses 1 Mei 2013)

“Jual pasangan lesbinya, cewek tomboy dibui”

http://www.merdeka.com/peristiwa/jual-pasangan-lesbinya-cewek-tomboi-dibui- 20-bulan.html (Diakses 20 April 2013)

“Lebih dekat dengan kehidupan lesbian” http://www.hariansumutpos.com /Lebih

Dekat dengan Kehidupan Lesbian di Medan (1) _ Arsip Harian Sumut Pos _ 658.htm (Diakses 20 Maret 2013)

“Medan undercover” http://sevi-sevblog.blogspot.com/2011/06/medan-

“Komunitas LGBT kebablasan dalan mengartikan HAM”

http://www.starmedia.com/index.php komunitas lgbt kebablasan mengartikan ham.htm (Diakses 20 April 2013)

“Korban Kujianto ternyata 23 orang”

http://www.tempo.co/read/news/2012/03/01/058387372/Korban-Mujianto- Ternyata-23-Orang. (Diakses pada 1 Maret 2013)

“Very Idham Henyanshah” http://id.wikipedia.org/wiki/Very_Idham_Henyansyah

(Diakses 10 Januari 2013)

“Tolak Dede Oetomo sebagai calon komisioner Komnas HAM”

http://www.change.org/id/petisi/tolak-dede-oetomo-sebagai-calon-komisioner- komnas-ham (Diakses 10 Maret 2013)

“Kronologi pembubaran paksa diskusi Irshad Manji”

http://salihara.org/community/2012/05/05/kronologi-pembubaran-paksa-diskusi- irshad-manji (Diakses 10 Maret 2013)

“Gambaran Kesepian pada Gay di kota Medan”

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23222 (Diakses 10 April 2013) “Kecemburuan dalam Berpacaran Pada Gay Dewasa Dini”

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22185 (Diakses 10 April 2013) “Intimacy Dalam Pacaran Pada Gay”

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25142 (Diakses 10 April 2013) “GAY : Kekerasan Seksual Sesama Pasangan di Kota Medan (Studi Deskriptif Life History pada Enam Orang Gay di Kota

Medan)”http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30785 (Diakses 10 April 2013)

“KLINEFELTER SYNDROME”

http://learn.genetics.utah.edu/content/disorders/whataregd/klinefelter/

(Diakses 1 Mei 2013)

“Menentukan Gender: Interseksual BUKAN Penyakit”

http://viviwidyawati.wordpress.com/2012/05/28/menentukan-gender-interseksual- bukan-penyakit/

(Diakses 1 Mei 2013)

Gaya Nusantara, “Perjalanan Sejarah Waria, Gay dan Lesbian”, http://gn-

Keberagaman Seksual dalam Praduga dan Stigma.

http://gomat.tumblr.com/post/25082471743/lgbtiq-keberagaman-seksual-dalam- praduga-dan-stigma.

Etimologi Lesbian. http://www.pelangiperempuan.or.id/berita/etimologi-lesbian/

Sejarah Kota Medan. http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=13792

UU RI No.44/2008 tentang Pornografi.

http://www.hukumonline.com/pusatdata/download

UU RI No.24 Tahun 2013. Sumber :

http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt52e8ddc5597ff/node/lt52e8d d4cb6d80

Perda Provinsi Sumatera Selatan No. 13 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Maksiat di Provinsi Sumatera Selatan. Sumber :

http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/download.php?KPUU=16598

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194505031971 091

Dokumen terkait