• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

A. Pembahasan Data

1. Citra Diri Tokoh Utama Wanita Novel Ronggeng

Citra diri tokoh utama wanita dari novel Ronggeng terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek psikis.

a) Citra fisik

Citra diri tokoh utama novel ini terdapat dua tokoh utama wanita yaitu Sarinah dan Pursilah. Secara fisik digambarkan Sarinah sebagai wanita dewasa yang cantik, tubuhnya ramping, sedangkan Pursilah digambarkan sebagai wanita dewasa yang cantik, berkulit langsat, berambut legam, tubuh yang molek, dan mata yang indah.

1) Sarinah

Sarinah diceritakan sebagai gadis desa yang cantik. Sarinah anak seorang petani. Sarinah dinikahi oleh seorang priyayi yang bekerja sebagai sinder di sebuah perkebunan teh karena tertarik dengan kecantikan yang dimiliki sarinah, kecantikannya dapat terlihat seperti dalam kutipan berikut:

“Pikirannya hanya dipenuhi oleh bayang-bayang Sarinah, pengantinnyayang ayu seolah seorang ratu.”

(Ronggeng, 2007: 7).

Pikiran pengantin laki-laki tidak lepas dari bayang-bayang pengantinnya yang ayu. Dia merasa bangga karena bisa menikah dengan Sarinah ghadis desa yang cantik. Pikirannya hanya terpaku pada kecantikan Sarinah, tidak berfikir apakah Sarinah bahagia atau tidak dengan pernikahan ini.

“Seorang dukun pengantin terlebih dahulu telah berpuasa dan mengucapkan mantera sebelum merias wajahnya dan melilitkan pakaian pengantin pada ramping tubuhnya.”

(Ronggeng, 2007: 1).

Sebelum merias dukun pengantin bepuasa untuk menjadikan pengantin yang manglingi, terbukti Sarinah menjadi pengantin yang

manglingi, cantik bagikan seorang ratu. Gaun pengantin yang indah yang melekat di tubuh rampingnya menambah kecantikan Sarinah.

kecantikan Sarinah semakin terpancar dengan gaun pengantin yang indah dan polesan riasan dari dukun penganting yang terlebih dulu melaksanakan ritual agar pengantinnya semakin cantik.

“Ia perlu menggemasi pipi pengantinnya sebelum meremas telapak tangan yang halus itu dan menggandengnya keluar.”

(Ronggeng, 2007: 22).

Sarinah tidak hanya cantik dia juga memiliki kulit yang halus.

Pengantin laki-lakinya sangat bahagia dengan pernikahan ini. Dia sangat mengasihi, menyayangi dan mencintai Sarinah yang telah menjadi istrinya, tergambar dari kutipan diatas dia menggandeng Sarinah meskipun dia tak tau apakah Sarinah juga bahagia dengan pernikahan ini.

“Tubuhnya yang ramping amat elok terbalut sehelai rok berwarna lembut dengan jahitan halus.”

(Ronggeng, 2007: 32).

Tubuh Sarinah yang indah semakin indah dengan balutan rok yang berwarna lembut dengan jahitan lembut membuat dia semakin cantik dan anggun. Saat masih menjadi gadis desa Sarinah sudah terlihat cantik, apalagi sekarang setelah menikah dengan seorang sinder Sarinah tambah cantik dengan polesan dan pakaian yang bagus-bagus.

“Dalam balutan rok halus, bukan kebaya ala gadis desa dan rias wajah bersahaja, Sarinah tampak seakan perempuan kota, ayu dan lembut.”

(Ronggeng, 2007: 36).

Sekarang Sarinah bukanlah gadis desa yang lugu, dia telah menjelma sebagai perempuan kota yang ayu dan lembut apalagi dengan pakian yang indah pula. Pakaian Sarinah sekarang bagus-bagus, indah, dan mahal tidak seperti dulu sewaktu masih menjadi gadis desa.

Dari urain-urain diatas penulis menyimpulkan bahwa secara fisik Sarinah adalah perempuan yang cantik, terpancar dari wajah serta tubuhnya, selain itu juga terpancar dari suasana hati wanita. Bila suasana hati sedang sedih kecantikan itu bisa pudar begitu juga sebaliknya jika suasana hati sedang senang, damai dan tentram maka kecantikan dari dalam akan terpancar.

2) Pursilah

Pursilah adalah anak angkat seorang nyai yang berprofesi sebagai ronggeng yang cantik, memiliki tubuh yang indah, ternama dan dikagumi banyak orang, dapat terlihat seperti dalam kutipan berikut:

“Ia memberikan bayi itu pada Pursilah untuk dihembus dan dibisiki mantera, supaya kelak bayi itu akan secantik, dan seluwes Pursilah seorang ronggeng ternama di desa ini. (Ronggeng, 2007:

4).

Ada seorang ibu yang memberikan bayinya kepada Pursilah untuk dijampi-jampi agar kelak anak tersebut bisa menjadi seperti Pursilah, menjadi ronggeng ternama yang memiliki wajah cantik dan memiliki tarian yang luwes. Ibu itu percaya kalau bayinya dijampi-jampi oleh Pursilah kelak bayi itu kelak akan seperti Pursilah.

Pursilah memang seorang ronggeng yang ternama karena kecantikannya dan penampilannya yang menarik, di setiap penampilannya Pursilah selalu membuat penonton terpaku, terlihat dalam kutipan berikut:

“Tubuhnya yang sintal terbalut kain kemben, sedemikian ketat, mencetak garis tubuh dengan sempurna.”

(Ronggeng, 2007: 4).

Pursilah tidak hanya cantik, dia juga memiliki tubuh yang indah.

Disetiap penampilannya ia selalu menarik perhatian penonton tidak hanya dengan kecantikannya tetapi juga dengan pakaian yang ia kenakan, ia menggunakan pakaian yang seksi memperlihatkan tubuh indahnya untuk menarik perhatian para penonton. Tidak hanya berpenampilan menarik, cantik, dan berpakaian seksi Pursilah juga memiliki tarian yang indah untuk menarik perhatian para penonton.

Dalam setiap penampilannya Pursilah tidak lepas dari bantuan Nyai yang selalu membantu disetiap penampilan Pursilah. Nyai yang selalu membuat penampilan Pursilah menjadi pusat perhatian para penonton. Pursilah dibuat menjadi ronggeng yang dipuja-puja oleh para penonton. Berikut kutipannya:

“Seorang wanita tua yang biasa dipanggil nyai membantu Pursilah menyampirkan selendang pada bahunya yang terbuka, menampakkan kulit yang halus tanpa noda.”

(Ronggeng, 2007: 62).

Meskipun Pursilah bisa melakukannya sendiri tapi dalam setiap penampilannya dia tak lepas dari bantuan nyai. Karena nyai yang membuat Pursilah menjadi ronggeng yang cantik dan luwes.

Selain itu, nyai bukannya hanya membantu Pursilah dalam setiap penampilannya tetapi memang dia juga yang berperan langsung dalam jalan hidup pursilah, yang melatih menari, berhias dan berpaikan untuk menarik penonton, sehingga kini Pursilah bisa menjadi ronggeng ternama, berikut kutipannya:

“Wanita itu adalah sesepuh yang selalu berdiri kuat dibelakang penampilan Pursilah atau dialah yang berperan langsung menetukan jalan hidup Pursilah sehingga gadis malang itu dapat memanfaatkan kecantikan dan kepandaiannya menari dengan menjadi ronggeng ternama.”

(Ronggeng, 2007: 62).

Kecantikan Pursilah memang sudah terpancar sejak ia masih kecil. Pursilah memang tercipta sebagai yang cantik dan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki gadis seumuran dia. Tak hanya cantik dia juga memiliki tubuh yang indah. Jadi, nyai hanya memolesnya sekidik untuk memancarkan kecantikannya Pursilah agar lebih terpancar. Berikut kutipannya:

“Sejak masih seorang bocah keayuan Pursilah sudah sangat nyata, ia memiliki kulit kuning bak buah langsat, wajah berbentuk bujur sirih, sepasang mata jernih seperti air telaga, dagu yang n rambut runcing dan rambut yang selegam arang”

(Ronggeng, 2007: 62).

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa secara fisik Pursilah adalah perempuan yang cantik, berkulit kuling langsat, wajah seperti bujur sirih, mata yang jernih, dagu yang runcing dan rambut yang legam disertai dengan kepandaiannya dalam menari.

b) Citra Psikis 1) Sarinah

Aspek psikologis dan kejiwaan Sarinah dapat dilihat dari sikap serta kepribadiannya. Citra psikis Sarinah digambarkan melalui latar belakang kehidupannya yang berasal dari lingkungan pedesaan yang kehidupannya sederhana. Sejak masih kecil Sarinah terlihat pendiam, pengasih, baik hati dan selalu mematuhi perintah orang tuanya.

Sarinah tidak pernah membantah perintah dan kainginan orang tuanya meskipun betentangan dengan perasannya. Berikut kutipannya:

“Ia harus berpisah dengan orang yang paling dikasihi dan orang yang dikasihi itu pula yang telah menyerahkan dirinya terhadap seseorang yang tak pernah dikenalnya.”

(Ronggeng, 2007: 23).

Kutipan di atas merupakan salah satu contoh bentuk kepatuhan Sarinah pada kedua orang tuanya. Sarinah dijodohkan dengan laki-laki yang tak dikenal maupun dicintai oleh Sarinah. Meskipun dia tidak mencintai laki-laki itu dia tetap mau menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya meski hatinya tersiksa karena harus pergi dari rumah meninggalkan orang tuanya yang sangat dikasihinya dan menghapus kenangan indahnya bersama laki-laki yang dicintaiya. Dia tetap menunjukkan wajah behagia dihadapan orang tuanya meskipun hatinya tersiksa.

Secara psikis tokoh Sarinah digambarkan sebagai perempuan dewasa dan berperan sebagai istri dan seorang ibu yang berpikiran cerdas mengamati lingkungan tempat tinggalnya, pendiam tapi

menyelesaikan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan karena dia tidak menghendaki pernikahan ini jadi hari-harinya dihiasi dengan kediaman. Sarinah ingin hidup bahagia dengan kekasihnya tetapi semua hanya mimpi karena dia sudah menjadi istri dari orang yang dijidohkan oleh orang tuanya. Hal ini yang membuat hari-hari Sarinah dihiasi dengan diam. Sarinah tidak pernah menampakkan kesedihannya, dia hanya diam. Berikut kutipannya:

“Sikap diam sarinah tak mengusik pikirannya, wanita itu menyelesaikan segala urusan rumah tangga, termasuk erja sebagai ronggeng, ia memiliki kecintaannya terhadap bunga.”

(Ronggeng, 2007: 29).

Sarinah juga memiliki sikap baik hati, dia tak tega melihat orang lain susah, meskipun bantuannya itu tidak menghapus semua kesusahannya. Tetapi dia selalu memberi pada orang yang membutuhkan, selain pendiam dia juga memiliki sikap baik hati, Sarinah tidak tega kalau melihat orang susah, dia selalu berbagi dengan orang yang membutuhkan, berikut kutipannya:

“Sesaat langkah Sarinah terhenti tiba-tiba tanpak seorang pengemis menadahkan tangan meminta sedekah. Sarinah segera membuka dompet, mengulurkan dua keping logam bernilai lima rupiah bergambar Keluarga Berencana yang masih mengkilap.”

(Ronggeng, 2007: 31).

2) Pursilah

Aspek psikologis atau kejiwaan Pursilah dapat dilihat dari sikap serta kepribadiannya. Pursilah adalah gadis desa yang lugu, penurut dan pecemburu. Dia merasa cemburu jika ada seorang perempuan

yang dinikahi oleh seorang laki-laki dengan cara yang terhormat.

Berikut kutipannya:

“Sepasang mata itu menatap dalam nyala api cemburu. Mata milik seorang ronggeng. Pursilah!”

(Ronggeng, 2007: 36).

Kutipan di atas merupakan salah satu sikap cemburu Pursilah. Api cumburu Pursilah terpancar saat melihat pengantin wanita, pikiran dia kenapa bukan dia yang ada di samping pengantin laki-laki itu. Dia berfikir kenapa bukan dia yang dinikahi oleh laki-laki dengan cara yang terhormat, memang banyak laki-laki yang menginginkah Pursilah tetapi bukan sebagai seorang istri melainkan sebagai simpanan.

Setelah kecenburuannya terpancar tiba-tiba Pursilah menyesalkan nasibnya, kenapa dia harus menjadi seorang ronggeng bukan menjadi seorang wanita yang dinikahi oleh laki-laki secara terhormat. Dia menyesali nasibnya yang berprosesi sebagai ronggeng bukan sebagai wanita biasa yang dinikahi oleh laki-laki. Berikut kutipannya:

“Untuk sesekali dlam hidupnya tiba-tiba Pursilah menyesali nasibnya. Mengapa dirinya hrus menjadi sorang ronggeng? Bukan seorang Sarinah, kembang desa yang disunting secara terhormat oleh seorang priyayi?” (Ronggeng, 2007: 5).

Secara psikis tokoh Pursilah digambarkan sebagai perempuan dewasa yang bekerja sebagai ronggeng yang memiliki sikap penurut dan lugu, dia menuruti perintah nyainya dan karena lugu dan penurut dia mau dijadikan ronggeng. berikut kutipannya:

“Dan Pursilah, ia gadis desa, lug, dungu, dan penurut.”

(Ronggeng, 2007: 65).

Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa psikologis seseorang suatu sifat ataupun tingkah laku yang ada pada setiap orang dapat dibentuk dari pengaruh lingkungan tempat tinggalnya.

Lingkungan yang baik akan membuat psikologis seseorang tumbuh baik begitu juga sebaliknya. Psikologis seseorang juga dapat dibentuk oleh pengaruh didikan orang tua dan para tempat ia belajar.

2. Citra Sosial Tokoh Utama Wanita dalam Novel Ronggeng Karya Dewi