• Tidak ada hasil yang ditemukan

CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI

Citra Kawasan

CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI

Peneliti akan melakukan pembahasan berdasarkan kepada metode yang telah ditentukan sebelumnya yaitu metode observasi dan kuesioner yang didukung data sekunder berupa hasil tinjauan pustaka/teori. Pembahasan tersebut diharapkan dapat menggambarkan citra dari koridor Jalan Ahmad Yani Binjai beserta elemen pembentuknya.

4.1 Legibility

Dalam mengkaji legibility Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai, hal yang diperlukan adalah bagaimana peneliti menafsirkan bangunan terkait dengan konteks lingkungannya, sehingga dapat menguatkan karakter bangunan tersebut. Kejelasan bentuk koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dapat diidentifikasi berdasarkan teori Kevin Lynch (1960), yang menyatakan legibility diperkuat dengan adanya elemen perkotaan, yaitu edge, landmark, dan node. Dapat dilihat pada peta (gambar 4.1), terdapat edge yang membentang di sepanjang sisi Barat beriringan secara harmonis dengan bentuk koridor, node yang membagi bangunan ruko dan jalan (ruang publik) ke dalam tiga segmen yang hampir sama, serta landmark berskala besar yang menjadi jeda antar bangunan yang padat. Lokasi ketiga elemen tersebut juga merupakan lokasi akses keluar masuk yang dapat diinterpretasikan sebagai titik dimana pengamat mulai

membaca ruang kota sehingga tidak menimbulkan perasaan tersesat. Hal tersebut mendorong pemikiran dimana pengamat akan memasuki kawasan ruko dan ruang publik sebagai bagian internal (core) dan elemen perkotaannya menjadi bagian eksternal dari koridor Jalan Ahmad Yani. Maka dapat dikatakan, edge, node, dan landmark pada koridor Jalan Ahmad Yani sudah membingkai bangunan ruko di sekitarnya sehingga legibility koridor tersebut dapat dengan mudah dibaca, yaitu sebagai koridor yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik (Bangkatan).

Dalam menggambarkan hubungan legibility atau kejelasan Koridor Jalan Ahmad Yani secara keseluruhan, peneliti membuat suatu peta dimana peneliti berlaku sebagai pengamat yang memperlihatkan elemen-elemen perkotaan dan mengilustrasikan fisik dari pada Koridor Jalan Ahmad Yani (gambar 4.1).

Gambar 4.1 Peta Koridor Jalan Ahmad Yani dari Perspektif Peneliti

(Landmark: Skycross Pasar Selayang)

(Node: Simpang Tekun) (Node: Simpang Irian)

(Landmark: Kuil Sri Mariaman)

(Node: Simpang Pekong)

Jalan Sudirman

Jalan Irian

KETERANGAN:

Legibility berbagai elemen perkotaan di koridor Jalan Ahmad Yani secara keseluruhan menurut hasil kuesioner berikut (gambar 4.2) menunjukkan bahwa dengan melihat node (Simpang Irian, Simpang Tekun, Simpang Pekong Keling), dan landmark (Kuil dan Skycross) seseorang sudah merasa berada di dalam koridor Jalan Ahmad Yani. Hal ini terlihat dari responden yang memilih elemen tersebut sebagai penanda mereka dalam mengenali Jalan Ahmad Yani, yang rata-rata berjumlah 60% (lebih dari setengah populasi). Pada gambar 4.2 juga ditemukan bahwa elemen perkotaan yang paling melekat pada pemikiran masyarakat terletak pada elemen nodenya, yaitu simpang irian (79%). Peneliti berinterpretasi bahwa simpang Irian menghubungkan kedua jalan besar/utama yaitu Jalan Kapten Muslim dan Ahmad Yani, yang merupakan jalan satu arah sehingga banyak pengamat (terutama yang menggunakan kendaraan) menjadikan simpang tersebut sebagai titik awal perjalanan ketika memasuki jalan Ahmad Yani Binjai. Maka dengan keadaan tersebut, keberadaan simpang Irian mampu melekat dengan kuat pada pemikiran masyarakat karena banyak pengamat yang melewati simpang Irian untuk dapat memasuki Jalan Ahmad Yani.

Gambar 4.2 Kejelasan Elemen Perkotaan di Koridor Jalan Ahmad Yani

Pada hasil observasi dan penyebaran kuesioner tersebut (gambar 4.2), masih terdapat elemen yang memiliki legibility yang lemah, yaitu Sungai Mencirim Binjai. Peneliti berinterpretasi bahwa keberadaan sungai tersebut belum terasakan maksimal secara visual karena tertutup oleh bangunan ruko yang membelakanginya. Namun sungai masih dapat terlihat pada beberapa gang kecil yang menghubungkan sekitar sungai dengan Jalan Ahmad Yani sehingga masih ada masyarakat yang mengingat jalan Ahmad Yani ketika mengingat Sungai tersebut. Pengaruh dari masing-masing elemen perkotaan yang ada pada koridor Jalan Ahmad Yani tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Edge

Lynch (1960) menyatakan bahwa edge merupakan pembatas/penghubung antar daerah. Pada sisi Timur Koridor Jalan Ahmad Yani terdapat sungai dan beberapa jembatan yang memisahkan/menghubungkan Jalan Ahmad Yani dengan Jalan Imam Bonjol. Sungai ini juga pembatas antara dua kegiatan

0 20 40 60 80 Skycross Pasar Selayang

Kuil Sri Mariaman Simpang Pekong Keling Simpang Tekun Simpang Irian Sungai Mencirim

yang berbeda antara Jalan A.Yani (usaha jual beli kebutuhan rumah tangga) dengan Jalan Imam Bonjol (usaha perbengkelan). Setelah mengamati garis sungai pada peta (gambar 4.3), terlihat struktur koridor Jalan Ahmad Yani yang mengikuti sempadan sungai yang lurus memanjang sehingga membentuk karakter/citra koridor Jalan Ahmad Yani yang linear.

Gambar 4.3 Sungai dan Jembatan Mencirim sebagai Tepian Jalan Ahmad Yani

Legibility Sungai Mencirim terhadap koridor Jalan Ahmad Yani dapat dikatakan masih sangat lemah. Perletakannya sangat tertutup diapit oleh bangunan rumah tinggal yang padat di belakang bangunan ruko dan hanya bisa ditelusuri oleh pengamat dengan berjalan kaki memasuki gang kecil dimana kendaraan susah untuk keluar masuk. Sungai masih dapat terlihat dari jembatan yang menghubungkan Jalan Imam Bonjol dengan Jalan Ahmad Yani. Namun mengingat bentuknya yang sangat panjang mengikuti koridor Jalan Ahmad Yani sekitar ±1km (sumber: Google Earth 2015) namun memiliki lebar yang sempit, sehingga hanya sebagian kecil sungai saja yang dapat terlihat apabila mengamati dari jembatan (gambar 4.4).

Gambar 4.4 Ilustrasi Sungai Mencirim Binjai dari Perspektif Peneliti sebagai Pengamat

Lemahnya legibility Sungai Mencirim Binjai terhadap koridor Jalan Ahmad Yani didukung oleh hasil kuesioner pada gambar 4.2, dimana hanya 26% responden saja yang merasa dirinya berada pada koridor Jalan Ahmad Yani ketika melihat Sungai Mencirim. Maka dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa legibility Sungai Mencirim Binjai masih belum mampu memberikan kejelasan ruang kota dan pencitraan terhadap koridor Jalan Ahmad Yani (belum sesuai dengan teori Kevin Lynch yang mengatakan elemen edge mampu memperkuat legibility tempat tersebut, karena visual pengamat tetap lebih berpengaruh).

KETERANGAN:

Koridor Jalan Ahmad Yani

Gang Kecil penghubung sungai dengan Jalan Ahmad Yani

Gambar 4.5 Legibility Sungai Mencirim Binjai Berdasarkan Persepsi Masyarakat

Dalam menemukan legibility sungai Mencirim Binjai terhadap fisik koridor Jalan Ahmad Yani secara lebih mendetail, peneliti menganalisa bagian apa saja dari koridor Jalan Ahmad Yani yang diingat kuat oleh masyarakat ketika membaca Sungai Mencirim Binjai sebagai edge (gambar 4.5). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (halaman 33), bahwa salah satu elemen perkotaan yang membingkai Jalan Ahmad Yani adalah Sungai Mencirim

Dokumen terkait