KAJIAN CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI
SKRIPSI
OLEH
MEGAWATI
100406035
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KAJIAN CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
MEGAWATI
100406035
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Kajian Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai Nama Mahasiswa : Megawati
Nomor Pokok : 100406035
Departemen : Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. Beny O.Y. Marpaung, S.T., M.T.
Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,
Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
Telah diuji pada
Tanggal : 21 Januari 2015
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc.
Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Beny O.Y. Marpaung, S.T., M.T.
2. Dr. Hilma Tamiami F., S.T., M.Sc.
PERNYATAAN
KAJIAN CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 21 Januari 2015
ABSTRAK
Salah satu tempat unik di Kota Binjai adalah koridor Jalan Ahmad Yani, sebagai lokasi pusat kegiatan kuliner yang terdapat di sepanjang koridor jalan yang dikenal dengan sebutan "Pasar Kaget" atau "Bangkatan". Bangkatan merupakan identitas koridor Jalan Ahmad Yani karena memiliki nilai historis dan sudah melekat di dalam gambaran pemikiran masyarakat. Apabila dilihat dari arsitekturnya, kawasan koridor jalan Ahmad Yani ini juga didominasi oleh bangunan rumah toko yang berjejer di sepanjang jalan. Kedua elemen tersebut merupakan elemen yang paling mempengaruhi dalam proses pembentukan citra koridor Jalan Ahmad Yani. Penelitian ini dilaksanakan untuk menemukan citra koridor Jalan Ahmad Yani beserta elemen pembentuknya dengan metode observasi dan kuesioner dalam menggambarkan kondisi fisik dan non fisik yang membangun citra koridor Jalan Ahmad Yani. Dengan membuktikan adanya pencitraan yang kuat, memungkinkan untuk dibuatnya sebuah ruang yang didesain dengan lebih modern dengan fasilitas yang lebih baik sebagai tempat yang berkesan untuk dikunjungi/tempat wisata.
ABSTRACT
One of the unique places in Binjai City is Ahmad Yani Street corridor, was known as famous culinary destination located along the street corridor and called as ”Bangkatan”. Bangkatan can represent the identity of Ahmad Yani Street corridor because its historic value and a strong image in people’s mind. When seen from its architecture, Ahmad Yani Street corridor also dominated by commercial buildings. Both of Those elements are the most influence in the process of image forming. This research is conducted to find the image of Ahmad Yani Street corridor and its element by observation and questionnaires method in describing the physical dan non-physical condition that can form the image of Ahmad Yani Street corridor. If the research proves that Ahmad Yani Street Corridor has a strong image, then its possible to make it a better place as a meaningful tourist destination in Binjai.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana teknik
Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar –besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Beny O.Y. Marpaung, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu beliau dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
dan bimbingan dari awal hingga selesainya karya tulis ilmiah ini.
2. Dr. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Dr. Hilma Tamiami F., S.T., M.Sc, dan
Wahyuni Zahra, S.T., M.S., selaku dosen penguji yang telah membimbing dan
memberikan banyak masukan yang berharga kepada penulis dalam
penyempurnaan penulisan karya ilmiah ini.
3. Ir. N. Vinky Rahman, M.T. dan Ir. Rudolf Sitorus, M.L.A., selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi
dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.
4. Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc., selaku dosen koordinator, serta seluruf staf
pengajar Departemen Arsitektur atas bimbingan selama masa perkuliahan, tata
cara penulisan skripsi, serta memantau progress skripsi penulis.
5. Para masyarakat Kota Binjai yang mau diajak bekerja sama dalam mengisi
kuesioner sebagai data penelitian.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang terkasih, Ayahanda Ng A
dan Widya yang memberikan dukungan, kasih sayang, doa serta bimbingan
yang tak terbatas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Gabyola dan Steven, yang telah menemani penulis dalam melakukan
observasi di kawasan penelitian.
8. Teman – teman sekelompok dosen pembimbing, Sylvia, Wulan, dan Doni
sebagai teman senasib seperjuangan selama masa penelitian.
9. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara moril maupun materiil, yang
tidak bisa disebutkan satu persatu dalam proses penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi
ini dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata,
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 21 Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………... i
ABSTRACT ………. ii
KATA PENGANTAR ………. iii
DAFTAR ISI ……… v
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR GAMBAR ………... ix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Perumusan Masalah ……….. 2
1.3 Tujuan Penelitian ………... 2
1.4 Manfaat Penelitian ……….... 3
1.5 Kerangka Berpikir ………... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Citra Jalan ……… 5
2.2 Citra Jalan ………... 5
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ………... 15
3.2 Variabel Penelitian ……….... 16
3.3 Populasi/Sampel ………... 17
3.4 Metode Pengumpulan Data ………... 19
3.4.1 Data Primer ………... 19
3.4.2 Data Sekunder ………... 22
3.5 Kawasan Penelititan ……….. 23
3.6 Metode Analisa Data ……… 27
BAB IV. CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI 4.1 Legibility ………... 32
4.2 Identitas dan Susunan ………... 52
4.2.1 Susunan Massa Bangunan dalam Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani ………... 52
4.2.2 Nama Jalan dalam Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani ………... 55
4.3 Imagibility ………... 60
4.3.1 Urutan/Sequence Pergerakan di Koridor Jalan Ahmad Yani pada Siang Hari ………. 61
4.4 Desain ………... 73
4.4.1 Streetscape Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………. 73
4.4.2 Desain Fasade Bangunan di Jalan Ahmad Yani Binjai …… 75
4.4.3 Desain Bangkatan/Stand Pedagang Kaki Lima di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……….. 88
4.5 Keadaan Sosial dalam Membangun Citra ………. 91
4.5.1 Aktivitas ……… 91
4.5.2 Kebiasaan ……….. 92
4.5.3 Kebutuhan ………. 93
4.6 Kontrol dan Pertahanan ………... 97
4.6.1 Pihak yang Berwenang dalam Mengatur Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 97
4.6.2 Rencana Tata Ruang yang Melibatkan Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 100
4.7 Hasil Temuan Citra Koridor Jalan Ahmad Yani dan Elemen Pembentuknya ………... 104
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 111
5.2 Saran ……… 112
DAFTAR PUSTAKA ……….. 113
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
3.1 Keterangan Variabel Berdasarkan Teori ……… 16
3.2 Daftar Cek Poin Khusus yang Akan Diobservasi ……….. 20
3.3 Hasil Reduksi Data ………. 29
4.1 Hasil Kesimpulan Legibily dalam Membangun Citra Koridor Jalan
Ahmad Yani Binjai ……… 50
4.2 Hasil Kesimpulan Kajian Susunan dan Penamaan Jalan dalam
Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 58
4.3 Hasil Kesimpulan Kajian Imagibility dalam Membangun Citra
Koridor JalanAhmad Yani Binjai ……….. 72
4.4 Hasil Kesimpulan Kajian Desain dalam Membangun Citra Koridor
JalanAhmad Yani Binjai ……… 90
4.5 Hasil Kesimpulan Kajian Keadaan sosial dalam Membangun Citra
Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………. 96
4.6 Hasil Kesimpulan Kajian Kontrol dan Pertahanan dalam
Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 102
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1.1 Diagram Kerangka Berpikir ………... 4
2.1 Tipologi Elemen Solid dan Void Suatu Koridor Jalan……….... 8
2.2 Urutan/Sequence Townscape Berdasarkan Perspektif Gordon
Cullen……… 10
2.3 Contoh Gambar Streetscape CBD Kamm’s Corner, America ……… 11
2.4 Diagram Konsep Teori Identitas Suatu Tempat ………... 14
3.1 Peta Lokasi Kawasan Penelitian yaitu Jalan Ahmad Yani Binjai …... 25
3.2 Batas-Batas Site Kawasan Penelitian ……….. 26
3.3 Aktivitas Perdagangan di Kawasan Pertokoan di Sepanjang Jalan
Ahmad Yani pada Siang Hari ……….. 27
3.4 Aktivitas di Bangkatan/Pasar Kaget di Jalan Ahmad Yani pada
Malam Hari ……….. 27
3.5 Diagram Analisa Kualitatif dalam Menemukan Citra Koridor
Ahmad Yani Binjai ………... 31
4.1 Peta Koridor Jalan Ahmad Yani dari Perspektif Peneliti ……… 34
4.3 Sungai dan Jembatan Mencirim sebagai Tepian Jalan Ahmad Yani ... 37
4.4 Ilustrasi Sungai Mencirim Binjai dari Perspektif Peneliti sebagai
Pengamat ……… 38
4.5 Legibility Sungai Mencirim Binjai Berdasarkan Persepsi Mas-
yarakat………. 39
4.6 Kejelasan Elemen Edge Terhadap Bangunan Ruko dan Bangkatan di
Koridor Jalan Ahmad Yani ……… 40
4.7 Grafik Persepsi Masyarakat Terhadap Penanda/Petunjuk Arah di
Koridor Jalan Ahmad Yani ……… 41
4.8 Kuil Hindu Sri Mariaman Binjai ………... 42
4.9 Kejelasan Elemen Landmark (Kuil) Terhadap Bangunan Ruko dan
Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani ……….. 43
4.10 Skycross Pasar Selayang di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……… 44
4.11 Kejelasan Elemen Landmark (Skycross) Terhadap Bangunan Ruko
dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani ………... 45
4.12 Berbagai Persimpangan di Sekitar Koridor Jalan Ahmad Yani ……… 46
4.13 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Irian ……… 47
4.14 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Tekun ……….. 48
4.16 Ilustrasi Pola Ruang di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……… 52
4.17 Figure-Ground Plan di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……… 53
4.18 Persepsi Masyarakat Terhadap Identitas Koridor Jalan Ahmad Yani dilihat dari Nilai Sejarahnya ……….. 57
4.19 Urutan/Sequence Pergerakan di Titik yang Akan Diobservasi ………. 60
4.20 Urutan/Sequence Pergerakan di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai pada Siang Hari ……….. 61
4.21 Urutan/Sequence Pergerakan di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai pada Malam Hari ………... 64
4.22 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence A ……… 67
4.23 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence B ……… 68
4.24 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence C ……… 69
4.25 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence D ……… 69
4.26 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence E ……… 70
4.27 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence F ………. 71
4.28 Streetscape Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai pada Siang Hari ……... 74
4.29 Streetscape Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai pada Malam Hari ……. 74
4.30 Ilustrasi Potongan Jalan di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……….. 75
Jalan Ahmad Yani ……….. 76
4.32 Contoh Desain Fasade Bangunan Baru pada Koridor Jalan Ahmad
Yani yang Dibagi Ke dalam Tiga Segmen ……… 77
4.33 Ilustrasi Deretan Fasade Bangunan di Sepanjang Koridor Jalan
Ahmad Yani ……….. 78
4.34 Kemampuan Jarak Pandang Minimum Pengamat Terhadap
Bangunan ………... 79
4.35 Ilustrasi Jarak Pandang Pengamat Terhadap Bangunan di Koridor
Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 80
4.36 Unsur Harmonis di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………. 81
4.37 Kontras Antara Bangunan Lama dan Bangunan Baru di Koridor
Jalan Ahmad Yani ……….. 83
4.38 Material Pintu yang Mendukung Fungsi Ruko pada Koridor Jalan
Ahmad Yani ………... 84
4.39 Penggunaan Warna di Bangunan Ruko pada Koridor Jalan Ahmad
Yani ……… 85
4.40 Pewarnaan Terhadap Fasade Bangunan di Koridor Jalan Ahmad
Yani ……… 88
Jalan Ahmad Yani ……….. 87
4.42 Streetscape Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……….. 88
4.43 Desain Stand PKL di Bangkatan di Jalan Ahmad Yani ……… 89
4.44 Aktivitas Perdagangan di Jalan Ahmad Yani pada Siang Hari ………. 91
4.45 Aktivitas di Bangkatan/Jalan Ahmad Yani pada Malam Hari ……….. 92
4.46 Kebiasaan Makan di Luar Tergambarkan oleh Ramainya Bang-
katan/Jalan Ahmad Yani pada Malam Hari ………... 93
4.47 Citra Koridor Jalan Ahmad Yani yang Terbentuk Berdasarkan
Kebutuhan ……….. 94
4.48 Grafik Aktivitas dan Kebiasaan Masyarakat di Koridor Jalan Ahmad
Yani ……… 95
4.49 Bangkatan/Pasar Kaget di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ……….. 99
4.50 Grafik Pengaruh Perubahan di Koridor Jalan Ahmad Yani Terhadap
Ingatan Masyarakat ……… 99
4.51 Data Tata Guna Lahan di Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai ………... 100
ABSTRAK
Salah satu tempat unik di Kota Binjai adalah koridor Jalan Ahmad Yani, sebagai lokasi pusat kegiatan kuliner yang terdapat di sepanjang koridor jalan yang dikenal dengan sebutan "Pasar Kaget" atau "Bangkatan". Bangkatan merupakan identitas koridor Jalan Ahmad Yani karena memiliki nilai historis dan sudah melekat di dalam gambaran pemikiran masyarakat. Apabila dilihat dari arsitekturnya, kawasan koridor jalan Ahmad Yani ini juga didominasi oleh bangunan rumah toko yang berjejer di sepanjang jalan. Kedua elemen tersebut merupakan elemen yang paling mempengaruhi dalam proses pembentukan citra koridor Jalan Ahmad Yani. Penelitian ini dilaksanakan untuk menemukan citra koridor Jalan Ahmad Yani beserta elemen pembentuknya dengan metode observasi dan kuesioner dalam menggambarkan kondisi fisik dan non fisik yang membangun citra koridor Jalan Ahmad Yani. Dengan membuktikan adanya pencitraan yang kuat, memungkinkan untuk dibuatnya sebuah ruang yang didesain dengan lebih modern dengan fasilitas yang lebih baik sebagai tempat yang berkesan untuk dikunjungi/tempat wisata.
ABSTRACT
One of the unique places in Binjai City is Ahmad Yani Street corridor, was known as famous culinary destination located along the street corridor and called as ”Bangkatan”. Bangkatan can represent the identity of Ahmad Yani Street corridor because its historic value and a strong image in people’s mind. When seen from its architecture, Ahmad Yani Street corridor also dominated by commercial buildings. Both of Those elements are the most influence in the process of image forming. This research is conducted to find the image of Ahmad Yani Street corridor and its element by observation and questionnaires method in describing the physical dan non-physical condition that can form the image of Ahmad Yani Street corridor. If the research proves that Ahmad Yani Street Corridor has a strong image, then its possible to make it a better place as a meaningful tourist destination in Binjai.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Binjai merupakan salah satu kota yang terletak di wilayah Sumatera Utara.
Salah satu kawasan unik di Kota Binjai adalah kawasan Jalan Ahmad Yani. Kawasan
ini terdapat di sepanjang koridor jalan yang dikenal dengan sebutan "Pasar Kaget"
atau "Bangkatan". Bangkatan ini dijadikan sebagai pusat jajanan kuliner dan
merupakan salah satu kawasan yang paling ramai dikunjungi warga Kota Binjai.
Apabila dilihat dari arsitekturnya, kawasan koridor jalan Ahmad Yani ini juga
memiliki nilai historis. Nilai historis tersebut secara fisik dapat dilihat dari penamaan
tempat yang sudah lama ada di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dan memiliki makna
di dalam pemikiran masyarakat. Koridor Jalan Ahmad Yani juga didominasi oleh
bangunan-bangunan rumah toko di sepanjang jalan. Bangunan-bangunan tersebut
melengkapi gambaran Jalan Ahmad Yani sebagai koridor dengan fungsi
perdagangan.
Keberadaan Jalan Ahmad Yani Binjai jelas sudah melekat dalam
pemikiran/image baik masyarakat Binjai sendiri maupun masyarakat di luar kota
Binjai. Jane Jacobs (1961) mengatakan bahwa jalan merupakan bagian kota yang
paling utama. Ketika membayangkan suatu kota, hal yang pertama kali muncul dalam
menarik juga, dan begitu pula sebaliknya. Maka dengan meneliti citra koridor jalan
Ahmad Yani sebagai salah satu jalan utama di Binjai, akan ditemukan elemen-elemen
yang dapat memperkuat citra koridor Jalan Ahmad Yani yang akan menggambarkan
citra Kota Binjai sendiri, dan bahkan mungkin dapat berpotensi menjadi tempat
wisata. Hal tersebut menjadi latar belakang pentingnya penelitian citra di koridor
Jalan Ahmad Yani Binjai.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam mengkaji studi kasus ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai?
Apa saja elemen-elemen pembentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya studi mengenai koridor jalan Ahmad Yani adalah
sebagai berikut:
Menemukan citra tempat di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai.
Menemukan elemen-elemen pembentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari studi kasus ini adalah sebagai berikut:
Memberi sumbangan pemikiran pada ilmu perancangan kota mengenai
elemen-elemen penting yang terdapat pada koridor jalan Ahmad Yani yang
harus dipertahankan atau dikembangkan.
Dengan membuktikan adanya pencitraan yang kuat, memungkinkan untuk
dibuatnya sebuah ruang yang didesain dengan lebih modern dengan fasilitas
yang lebih baik sebagai tempat yang berkesan untuk dikunjungi/ tempat
1.5 Kerangka Berfikir
Penulis menggambarkan bagaimana proses penelitian dilaksanakan hingga
selesai di dalam suatu kerangka berfikir, di mulai dari latar belakang sampai
ditemukannya kesimpulan (gambar 1.1).
Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir LATAR BELAKANG
Keberadaan koridor Jalan Ahmad Yani Binjai sudah melekat dalam pemikiran masyarakatnya sendiri bahkan sampai masyarakat di luar kota sebagai salah satu kawasan unik di Kota Binjai.
Jalan merupakan bagian kota paling utama yang akan muncul pertama kali di pikiran ketika membayangkan suatu kota dan dapat mempengaruhi kualitas kota tersebut.
Citra koridor jalan Ahmad Yani dapat mewakilkan citra kota Binjai.
TUJUAN PENELITIAN
Menemukan citra tempat di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dan elemen-elemen
pembentuknya.
Metode penelitian: Mix Method Metode penelitian kualitatif:
observasi lapangan
Metode penelitian kuantitatif: kuesioner
Analisa:
Menggunakan analisa kualitatif; mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
Kesimpulan
Hasil dan Pembahasan
PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai? Apa saja elemen-elemen pembentuk citra koridor Jalan
Ahmad Yani Binjai?
TEORI
Lynch (1960) Roger Trancik
(1986)
Nicholas Fyfe (1998)
DATA
Video sepanjang Jalan A.Yani Sketsa peta mental
Streetscape, figure ground, dan peta tata guna lahan Jalan A.Yani Binjai
Gambar CAD 2D bangunan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam mengkaji teori yang berkaitan dengan citra jalan, tentunya tidak lepas
dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan
dengan citra kawasan adalah sebagai berikut.
2.1 Gambaran Citra Jalan
Lynch (1960) mengungkapkan bahwa citra publik terhadap suatu lingkungan
tercipta dari sekumpulan pandangan pengamat yang berbeda. Dengan melihat suatu
tempat akan mempunyai kesenangan tersendiri yang membuatnya ingin dijelajahi.
Setiap individu mengamati suatu tempat dengan berjalan melaluinya, bersinggungan
dengan alam sekitar, mengalami serangkaian peristiwa, sehingga memperoleh suatu
pengalaman. Maka dapat dikatakan bahwa citra suatu koridor merupakan hasil dari
proses interaksi dua arah antara pengamat dengan lingkungannya. Dengan mengacu
pada teori Lynch tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa citra koridor dapat
terbentuk ketika seseorang menjelajahi suatu kota sehingga memperoleh pengalaman
tertentu yang dapat menjadi makna/kesan akan tempat tersebut.
2.2 Citra Jalan
Janes Jacob (1961) mengungkapkan bahwa jalan merupakan daerah
tempat yang dapat menimbulkan kesenangan maupun kegelisahan. Para modernis
lebih memilih jalan yang merupakan ruang ‘untuk mencapai dari A ke B, dan
bukanlah tempat untuk ditinggali’, mengganti jalan ‘dari kehidupan dunia menjadi
sistem’. Bagi postmodernis, jalan merupakan tempat yang didesain untuk memelihara
dan menyempurnakan gaya hidup perkotaan yang baru, yang mengubah kembali
pernyataan bahwa jalan yang sebelumnya dianggap sebagai sistem menjadi
kehidupan dunia.
Peneliti berinterpretasi bahwa jalan dapat memiliki fungsi yang berbeda
tergantung kepada pemikiran penggunanya. Apabila pengguna merasa bahwa jalan
lebih berfungsi sebagai tempat untuk berpindah atau bergerak, maka jalan akan
dianggap sebagai jalur. Apabila pengguna merasa bahwa jalan merupakan satu
kesatuan yang dapat membentuk suatu gaya hidup, maka jalan akan dijadikan sebagai
suatu bagian kota yang penting yang memiliki fungsi dan aktivitas yang beragam,
bukan hanya sebagai jalur yang berfungsi sebagai tempat orang berpindah dari titik
awal sampai tempat tujuannya saja. Fungsi dan aktivitas yang beragam tersebut dapat
berupa fungsi komersil, fungsi estetika, dan lain sebagainya. Berdasarkan
fungsi-fungsi tersebut akan diperoleh pengalaman serta kesan yang berbeda-beda pada diri
seseorang mengenai citra jalan tersebut.
Lynch (1960) menyatakan 3 kualitas pencitraan yang dapat mempermudah
seseorang untuk mendapatkan gambaran mental yang kuat terhadap suatu kawasan,
1. Legibility (mudah dibaca)
Legibility merupakan kemampuan untuk memahami kejelasan bentuk ruang
perkotaan sehingga baik masyarakat dalam kota maupun luar kota
mendapatkan image tersendiri untuk kawasan tersebut. Legibility sangat
penting dalam dua hal, yaitu bentuk fisik dan pola aktivitas (kegunaan).
Apabila kedua hal tersebut saling berdukungan satu sama lainnya, maka
seseorang dapat dengan cepat memahami tempat tersebut. Legibility pada
skala yang lebih sempit dari kota yaitu kawasan, dapat dilihat dari berbagai
elemen seperti jalur-jalur kecil, node, edge dan landmark. Hal ini dapat
digambarkan melalui peta mental dari pengamat baik bentuk maupun
penyusunan pada ruang perkotaan. Menurut Bentley, terdapat 2 hal yang dapat
diperoleh dengan adanya legibility jalan yang kuat:
a. Untuk memberikan karakter jalan yang kuat, sehingga dapat dibedakan
oleh pengamat dengan jalan-jalan lainnya.
b. Untuk menunjukkan berbagai bagian yang penting pada jalan.
2. Struktur dan identitas
Menurut Roger Trancik (1986), struktur dan identitas merupakan pola
blok-blok perkotaan, bangunan, dan ruang yang jelas dan mudah untuk dikenali.
Struktur dapat menggambarkan susunan, hubungan, maupun pola pada ruang
perkotaan yang dapat dilihat melalui gambar figure ground (gambar 2.1).
Figure ground merupakan hubungan pola solid (massa bangunan) dan void
Gambar 2.1 Tipologi Elemen Solid dan Void suatu Koridor Jalan Sumber: Trancik (1986: 101)
Elemen solid merupakan elemen bangunan yang berfungsi sebagai
wadah kegiatan manusia. Terdapat beberapa tipe pada elemen solid, yaitu
sebagai monument/lembaga publik, blok yang mendominasi, susunan
bangunan yang tidak berulang dan memiliki bentuk khusus. Elemen void
mempunyai lima tipe yang berfungsi sebagai eksterior perkotaan, yaitu
sebagai ruang masuk, internal void, jaringan utama jalan dan lapangan, taman
publik dan kebun, serta sistem ruang terbuka linear yang biasanya
dihubungkan dengan perairan. Hubungan kedua elemen ini tercipta dari
dinding), dan jalur pergerakan yang menghasilkan suatu tipologi
figure-ground yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Identitas merupakan objek pengenal sehingga seseorang dapat
memahami gambaran perkotaan. Objek tersebut harus memiliki makna bagi
pengamat baik berdasarkan kegunaan maupun secara emosional. Makna dapat
diperoleh dari aspek sosial, sejarah, fungsional, ekonomi, ataupun individual.
Penamaan suatu tempat berdasarkan keadaan sekitarnya juga memperjelas
identitas tempat karena identitas dapat menjelaskan bentuk fisik dan posisi
dari objek tersebut.
3. Imagibility
Imagibility merupakan konsep dasar mengenai kemampuan pengamat untuk
menciptakan suatu kesan, bagaimana persepsi pengamat dalam pergerakan
dan bagaimana pengamat memperoleh pengalaman pada ruang perkotaan.
Ruang sekitar yang berurutan secara kompleks dan menyerupai pedesaan
diilustrasikan secara efektif oleh seniman townscape bernama Gordon Cullen. Beliau menggunakan gambar untuk memperoleh perasaan pada pergerakan
melalui ruang (gambar 2.2). Sebagai tambahan terhadap persepsi suatu tempat
dan citra ruang, beliau secara tidak langsung menunjukkan kondisi fisik dari
eksterior kota, hubungan antara objek dan pergerakan, juga dengan
Gambar 2.2 Urutan/ Sequence Townscape Berdasarkan Perspektif Gordon Cullen
Sumber: Trancik (1986: 122)
Dapat dilihat pada gambar 2.2, hasil karya beliau merupakan
demonstrasi yang sangat kuat terhadap kebutuhan untuk memahami dan
secara grafis menganalisa karakteristik individual dan urutan dari ruang publik
Jalan selalu memiliki daya tarik tertentu sebagai daerah pertemuan dan
demonstrasi, site dominasi dan pertahanan, tempat suka dan duka yang biasanya
selalu menjadi fokus dari desain perkotaan modern ataupun post-modern. Maka dari
itu, untuk menemukan kepentingan, kesenangan, dan tekanan dari suatu jalan,
Nicholas Fyfe (1998) di dalam bukunya yang berjudul Images of the Street membagi citra jalan ke dalam tiga fokus utama, yaitu:
1. Planning and design (Perencanaan dan desain)
Perencanaan dan desain membahas mengenai bagaimana citra jalan dapat
terbentuk dari pengaruh antara gagasan politik yang mendominasi, mengenai
persoalan perencanaan ekonomi dan politik daerah. Maka perencanaan dan
desain ini dapat berupa desain berbagai aspek suatu kota baik bangunannya
maupun eksteriornya yang mendukung dalam proses terbentuknya suatu citra.
Hal ini dapat dibaca melalui streetscape yang dapat menggambarkan kekuatan ide yang dominan dan praktek yang berlaku ataupun keistimewaan yang
dibuat oleh pendesain (gambar 2.3).
Gambar 2.3 Contoh Gambar Streetscape CBD Kamm’s Corner, Amerika
2. Social identity and social practices (Identitas dan praktek sosial)
Identitas dan praktek sosial menggambarkan materi kualitatif, untuk
mengetahui perbedaan sosial dari pengalaman masing-masing individu yang
berada di jalan, untuk mengetahui bagaimana indentitas sosial dapat terbentuk
dan terwakili dari gambaran yang diberikan. Hal ini bertujuan untuk memberi
gambaran bagaimana suatu ruang publik dapat diakses oleh seluruh
masyarakat dan membuktikan bagaimana jalan dapat menjadi aktif yang
dibentuk dan diperjuangkan oleh identitas sosialnya. Hal ini dapat terlihat
dengan mengobservasi berbagai aspek sebagai berikut:
a. Aspek sosial
Aspek sosial dapat ditemukan oleh pengamat pada lokasi-lokasi
bersantai/berinteraksi seperti lapangan, taman, teater. Dengan melewati
jalan-jalan tertentu untuk melalukan rutinitas tersebut, akan menunjukkan
bagaimana seseorang menjalani kehidupannya dan bagaimana hubungan,
kebiasaan, dan gambaran dapat terbentuk.
b. Aspek budaya
Aspek budaya digambarkan melalui pengalaman sehari-hari di jalan yang
difokuskan ke dalam kebiasaan masyarakatnya. Seperti dengan adanya
dua mall pada suatu jalan telah menciptakan budaya masyarakatnya yang
c. Aspek ekonomi
Aspek ekonomi digambarkan melalui kebutuhan masyarakatnya. Seperti
kebutuhan untuk makan menjadikan jalan sebagai ruang publik untuk
usaha kuliner.
3. Control and resistance (Kontrol dan pertahanan)
Kontrol dan pertahanan memfokuskan bagaimana kehidupan sosial di jalanan
dapat diatur berdasarkan peraturan, penertiban, dan pengawasan. Keduanya
secara langsung diatur oleh pihak yang berwenang, seperti polisi, dan secara
Citra
Jalan
legibility
identitas dan susunan
imagibility
perencanaan dan desain
Identitas dan Praktek Sosial
Kontrol dan Perlawanan
Citra
Kawasan
2.3 Konsep Teori Citra Suatu Koridor
Adapun konsep teori dari tinjauan/ kajian atas beberapa literatur yang
diperoleh sehingga dapat membantu dalam melakukan penelitian adalah sebagai
berikut (gambar 2.4).
Gambar 2.4 Diagram Konsep Teori Citra suatu Tempat Untuk literatur mengenai citra koridor, diperoleh dari teori:
a. Kevin Lynch (1960)
Lynch, Kevin, The Image of The City,The MIT Press, Cambridge, Massachussets, 1960
Untuk literatur mengenai citra jalan, diperoleh dari teori:
b. Kevin Lynch (1960)
Lynch, Kevin, The Image of The City,The MIT Press, Cambridge, Massachussets, 1960
c. Roger Trancik (1986) Trancik, Roger, Finding lost
space:Theories of Urban Design, John Wiley & Sons inc., New york, 1986 d. Nicholas R.Fyfe (1998)
Fyfe, Nicholas R, The Image of The Street,British Library, London & Newyork, 1998
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan
metode mix method, yaitu perpaduan dua metodologi antara lain metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran fenomena
yang diteliti secara apa adanya, namun lengkap dan rinci baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, karakteristik,
maupun aktivitas yang disajikan secara apa adanya. Peneliti melakukan penelitian
mengenai citra Jalan Ahmad Yani Binjai.
Adapun yang dideskripsikan dalam penelitian ini berkaitan dengan gambaran
fenomena citra koridor jalan tersebut baik secara fisik maupun non fisiknya.
Keinginan untuk menggambarkan fenomena citra tersebut menjadi latar belakang
peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Metode
kualitatif tersebut berupa observasi langsung ke lapangan. Metode kuantitatif
digunakan untuk memberikan fakta-fakta yang ada di lapangan yang diobservasi
3.2 Variabel Penelitian
Dalam menghasilkan variabel penelitian dan mengumpulkan data-data apa
saja yang diperlukan, peneliti melakukannya berdasarkan kajian teori/pustaka yang
telah dibahas pada bab sebelumnya mengenai teori Lynch (1960) mengenai kualitas
pencitraan dan teori Fyfe mengenai citra jalan (1998). Secara ringkas proses tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini (tabel 3.1).
Tabel 3.1
Tabel Keterangan Variabel Penelitian Berdasarkan Teori
Teori Interpretasi Variabel Data yang diperlukan
Metodologi
Lynch (1960) menyatakan 3 kualitas penci-traan yaitu le-gibility, iden-titas dan su-sunan, dan imagibility.
Dengan adanya kualitas
pencitraan yang jelas, maka citra yang dihasilkan akan semakin kuat.
legibility Identitas
dan susunan Imagibility
Gambaran
kuesioner
Sketsa peta mental Jalan A.Yani Binjai Peta
Teori Interpretasi Variabel Data yang diperlukan
Metodologi
Citra jalan Nicholas Fyfe (1998)
membagi citra jalan ke dalam 3 fokus utama;
Perencana-an dPerencana-an desain Identitas
dan
Citra jalan dapat di dilihat pada :
Perencanaan dan desain (fisik) Identitas
dan praktek sosial (non fisik) kontrol dan
perlawanan (hukum)
Desain Aktivitas Peraturan
Gambaran
peraturan yang berlaku di jalan Ahmad Yani. Data hasil
kuesioner
Menggam- Observasi Mencari
data peraturan yang berlaku di Jalan A.Yani Binjai dan membuat peta tata guna lahan.
Menyeba-kan kue-sioner Sumber: Hasil kajian pustaka
3.3 Populasi/Sampel
Peneliti menggunakan metode kualitatif (observasi) dan kuantitatif
(kuesioner) dalam proses pengumpulan datanya. Maka sumber data dari kedua
metode tersebut menggunakan random sampling (acak) yang dapat mewakili populasi. Sebagai dasar dalam menentukan jumlah sampel peneliti mengacu kepada
yang efektif menyertakan rekomendasi ukuran sampel, yaitu 30 s/d 60 atau dari 120
s/d 250. Peneliti juga mengacu kepada contoh pada jurnal yang topik penelitiannya
mirip dengan penelitian mengenai citra yang sampelnya berjumlah 80 sampel.
Berdasarkan acuan tersebut, penelitian ini akan mengambil sampel minimal sebanyak
80 sampel karena mengingat keterbatasan waktu penelitian. Dalam penyebaran
kuesioner, kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut:
1. Orang tersebut pengunjung/penghuni koridor Jalan Ahmad Yani.
2. Orang tersebut memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai Jalan Ahmad
Yani baik pagi, siang maupun malam hari.
Adapun observasi akan dilakukan pada 2 waktu, yaitu pagi/siang hari
(08.00-17.30 WIB) dan malam hari (pukul (08.00-17.30 WIB ke atas) dikarenakan terdapat dua
aktivitas yang sangat berbeda di koridor Jalan Ahmad Yani pada kedua waktu
tersebut. Pada pagi/siang hari, aktivitas yang tampak adalah aktivitas jual beli pada
ruko-ruko di sepanjang Jalan Ahmad Yani, sedangkan pada malam harinya berupa
3.4 Metoda Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan peneliti sendiri mengenai
Jalan Ahmad Yani Binjai yaitu hasil observasi dan hasil kuesioner. Kuesioner
meliputi pertanyaan-pertanyaan mengenai citra masyarakat tentang jalan Ahmad Yani
Binjai, yang dapat berupa gambaran pengalaman di Jalan Ahmad Yani Binjai dan
bagian mana saja dari jalan tersebut yang berkesan bagi mereka. Kuesioner ini
bertujuan untuk mendukung kebenaran pada metode kualitatif (observasi) dimana
peneliti berlaku sebagai pengamat melakukan perbandingan pada kedua metode
tersebut dalam mencapai kesimpulan. Metode kuesioner juga bertujuan untuk
melakukan pendekatan terhadap image publik terhadap Jalan Ahmad Yani Binjai
sehingga dapat berkembang menjadi masukan untuk desain perkotaan.
Observasi akan dilakukan pada dua waktu, yaitu pada siang hari dan pada
malam hari. Beberapa tahapan cara yang akan dilakukan peneliti untuk memperoleh
data hasil observasi di koridor Jalan Ahmad Yani adalah sebagai berikut.
Membuat daftar cek (checklist), yaitu daftar yang berisi catatan setiap faktor
secara sistematis agar peneliti tetap fokus kepada teori yang sudah dijadikan
sebagai acuan. Daftar cek ini biasanya dibuat sebelum observasi dan berupa
poin-poin khusus yang sudah disusun berdasarkan teori yaitu variabel
Tabel 3.2
Daftar Cek Poin Khusus yang Akan Diobservasi
Variabel Poin-Poin Khusus
Legibility Edge
Node Landmark
Identitas dan susunan Penamaan tempat Elemen solid dan void
Imagibility Titik pengamatan
Desain Struktur jalan yang dominan
Praktek sosial Aktivitas siang dan malam hari
Peraturan Fungsi bangunan
Sumber: Data diolah oleh peneliti (2015)
Membuat catatan anekdot (anecdotal record), yaitu catatan informal yang
digunakan pada waktu melakukan observasi. Catatan ini berisi fenomena atau
peristiwa yang terjadi saat observasi. Adapun fenomena atau peristiwa yang
akan diteliti merupakan poin-poin khusus yang sudah disusun pada tabel 3.2.
Mencatat dengan menggunakan alat (mechanical device), yaitu pencatatan
yang dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan alat, seperti
kamera untuk mengambil foto/video. Foto yang akan diambil pada koridor
Jalan Ahmad Yani merupakan foto yang dapat menjadi referensi peneliti
dalam membuat peta-peta dan arsitektur di koridor Jalan Ahmad Yani. Video
yang diambil akan digunakan sebagai gambaran urutan/sequence pergerakan
di koridor Jalan Ahmad Yani untuk memperoleh gambaran citra dari variabel
Adapun keluaran data yang akan diolah setelah peneliti setelah melakukan
observasi di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai adalah sebagai berikut:
Foto-foto di sepanjang Jalan A.Yani
Video perjalanan di sepanjang Jalan A.Yani Peta figure-ground Jalan A.Yani
Sketsa peta Jalan A.Yani Binjai Gambar Streetscape (autocad)
CAD 2D bangunan di Jalan Ahmad Yani Binjai. Peta tata guna lahan.
Selanjutnya dalam memperoleh data mengenai citra koridor Jalan Ahmad
Yani Binjai dengan metode kuantitatif (kuesioner), peneliti harus menyusun
pertanyaan terlebih dahulu. Peneliti mengacu kepada variabel penelitian yang
merupakan poin-poin penting dari teori. Pertanyaan kuesioner tersebut adalah
sebagai berikut:
Legibility
Untuk menghasilkan data yang lebih rinci mengenai elemen perkotaan
dalam membentuk citra koridor, maka khusus mengenai legibility,
pertanyaan akan dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu:
b. Objek apa saja yang menjadi petanda anda dalam mengenal jalan Ahmad Yani?
c. Ketika anda berada pada Jalan Ahmad Yani apa yang langsung muncul dalam ingatan anda?
Identitas
Apa yang paling anda ingat ketika melihat simpang berikut di Jalan
A.Yani?
Imagibility
Hal apa saja yang anda ingat di sepanjang perjalanan di Jalan A.Yani?
Desain
Apa yang paling mewakilkan warna pada bangunan Jalan A.Yani?
Aktivitas
Hal apa saja yang rutin/sering anda lakukan di Jalan Ahmad Yani?
Peraturan
Perubahan apa saja yang mempengaruhi ingatan anda di Jalan Ahmad
Yani?
3.1.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dihasilkan dari pendapat orang lain.
literatur yang berhubungan dengan objek studi yaitu mengenai kajian citra koridor
Jalan Ahmad Yani Binjai. Adapun teori yang digunakan adalah sebagai berikut.
Untuk literatur mengenai citra koridor, diperoleh dari teori:
Lynch, Kevin, The Image of The City,The MIT Press, Cambridge, Massachussets, 1960
Untuk literatur mengenai citra jalan, diperoleh dari teori:
a. Kevin Lynch (1960)
Lynch, Kevin, The Image of The City,The MIT Press, Cambridge, Massachussets, 1960
b. Roger Trancik (1986)
Trancik, Roger, Finding lost space:Theories of Urban Design, John Wiley & Sons inc., New york, 1986
c. Nicholas R.Fyfe (1998)
Fyfe, Nicholas R, The Image of The Street,British Library, London & Newyork, 1998
3.5 Kawasan Penelitian
Adapun yang menjadi kriteria peneliti dalam menentukan koridor yang akan
diobservasi adalah koridor yang memiliki sejumlah aktivitas yang menonjol, koridor
yang banyak dikunjungi ataupun dilewati masyarakat Binjai ataupun masyarakat luar
sudah dikenal dengan baik yang menandakan koridor tersebut merupakan jalan yang
sudah memiliki citra yang kuat. Maka hal tersebut merupakan latar belakang
ditentukannya koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan penelitian.
Kawasan penelitian berada pada Jalan Ahmad Yani di Kecamatan Binjai Kota
(gambar 3.1). Jalan ini memiliki panjang ±440 m ( 0,4 km) dan memiliki lebar 10m.
Dasar pertimbangan peneliti dalam pemilihan lokasi ini adalah dikarenakan terdapat
pusat jajanan kuliner terkenal, yaitu Bangkatan, yang sudah berdiri puluhan tahun
lamanya dan juga Jalan ini juga merupakan salah satu jalan utama di pusat kota yang
memiliki sejumlah aktivitas masyarakat. Adanya aktivitas yang unik dan juga
menjadi salah satu jalan utama yang dikenal dengan baik oleh masyarakat Binjai
maupun luar kota Binjai, tentunya dapat mendorong adanya suatu gambaran citra
koridor Jalan Ahmad Yani yang kuat sehingga dapat berpotensi menjadi citra Kota
(Jalan Ahmad Yani terletak di Kabupaten Binjai Kota, Sumatera Utara)
Gambar 3.1 Peta Lokasi Kawasan Penelitian yaitu Jalan Ahmad Yani Binjai
Adapun batas-batas site penelitan adalah Jalan Irian di sebelah utara, Jalan
Imam Bonjol di sebelah timur, Jalan K.H.Ahmad Dahlan di sebelah selatan, dan Jalan
Sudirman di sebelah Barat (gambar 3.2). Jalan Irian dan Jalan K.H.Ahmad Dahlan
akan dijadikan peneliti sebagai patokan darimana foto/video akan diambil ketika
melakukan observasi.
Gambar 3.2 Batas-Batas Site Kawasan Penelitian
Di jalan ini terdapat 2 macam aktivitas berdasarkan waktu kerjanya, yaitu
aktivitas pagi dan malam. Pada pagi sampai sore hari koridor Jl. Ahmad Yani ini
merupakan kawasan pertokoan/komersil (dapat dilihat pada gambar 3.3). Pada malam
hari, terdapat kegiatan kuliner yaitu Bangkatan/Pasar kaget (dapat dilihat pada
gambar 3.4).
Jalan Irian
Jalan Imam Bonjol
Gambar 3.3 Aktivitas Perdagangan di Kawasan pertokoan di Jalan Ahmad Yani Binjai pada Siang Hari
Gambar 3.4 Aktivitas Bangkatan/ Pasar Kaget di Sepanjang Jalan Ahmad Yani Binjai pada Malam Hari
3.6 Metoda Analisa Data
Dalam melakukan analisa citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai, peneliti
mengacu kepada sumber data kualitatif dan kuantitatif, yaitu hasil observasi lapangan
dan kuesioner. Hasil data yang diperoleh akan dievaluasi dengan menggunakan
analisa kualitatif dengan pendekatan kuantitatif. Analisa kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan cara bekerja, mengorganisasikan, dan memilah data menjadi
penting serta apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
pembaca. Pendekatan kuantitatif berupa analisa deskriptif dengan alat ukur statistik
yang bertujuan untuk menguji kebenaran pada metode kualitatif.
Adapun cara peneliti menganalisa dalam rangka menemukan elemen-elemen
pembentuk citra koridor Jalan Ahmad Yani yaitu sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data-data yang relevan dengan citra koridor Jalan Ahmad
Yani.
2. Data tersebut akan dibahas satu per satu pada Bab 4 sampai ditemukannya
elemen-elemen yang melatarbelakangi terbentuknya citra koridor Jalan
Ahmad Yani yang kemudian akan disusun secara sistematis sebagai hasil
temuan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisa data model Miles
dan Huberman (Pawito, 2008:104-106). Hal ini dikarenakan metode ini sangat sesuai
dengan tujuan peneliti yaitu menemukan citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dan
elemen pembentuknya (gambar 3.5). Pada tahap awal penelitian, peneliti
mengumpulkan data sesuai dengan metode yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu
metode observasi dan kuesioner. Kemudian peneliti melanjutkannya dengan analisa
data model Miles dan Huberman membagi analisa data kualitatif menjadi 3 tahapan,
1. Reduksi data
Pada tahap ini, peneliti mengedit, mengelompokkan, dan meringkas data di
lapangan (Koridor jalan Ahmad Yani Binjai). Kemudian peneliti menyusun
atau menyeleksi data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu
yang berhubungan dengan citra koridor Jalan Ahmad Yani Binjai (tabel 3.3).
Tabel 3.3 Tabel Hasil Reduksi Data
Teori Variabel Keluaran Data
Interpretasi Data yang Relevan
Legibility Peta Mental
Jalan A.Yani memiliki berbagai elemen perkotaan dan karakter koridor pertokoan linear yang menerus.
Barisan
ruko yang menerus di sepanjang Jalan Ahmad Yani.
Identitas dan susunan
Figure-Ground plan
Massa bangunan hampir semua sama membentuk suatu ruang koridor publik. Imagibility Urutan/
sequence pergerak-an
Hal yang selalu terlihat di sepanjang jalan A.Yani adalah barisan ruko dan Bangkatan.
Citra jalan Nicholas Fyfe (1998) membagi citra jalan ke dalam 3 Identitas
Desain Street-scape
Didominasi oleh gambaran desain ruko-ruko dan Bangkatan.
terletak di sepanjang jalan Ahmad Yani. Aktivitas Aktivitas/
Kebiasaan
Teori Variabel Keluaran Data
Interpretasi Data yang Relevan
Peraturan Peratur -an
Pemerintah yang me-ngatur pembangunan di koridor Jalan Ahmad Yani.
Peruntukan lahan
didominasi oleh fungsi perdagangan/komersil.
Sumber: Data diolah oleh peneliti (2015)
Dari hasil reduksi data, ditemukan dua data yang paling relevan. Data
tersebut merupakan elemen-elemen yang paling dominan dalam membentuk
citra koridor Jalan Ahmad Yani sehingga penelitian akan lebih memfokuskan
kepada kedua elemen tersebut, yaitu:
Barisan ruko yang menerus di sepanjang Jalan Ahmad Yani
Bangkatan sebagai lokasi jajanan kuliner yang terletak di sepanjang
jalan Ahmad Yani.
2. Display/Penyajian data hasil temuan
Data hasil observasi dan kuesioner yang terlalu banyak akan disusun secara
sistematis sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab
masalah yang diteliti. Pada tahap ini, data yang akan disajikan akan
merupakan data yang paling relevan dalam menemukan citra Koridor Jalan
Ahmad Yani yang selanjutnya akan disajikan ke dalam hasil temuan di Bab 4.
3. Penarikan serta pengujian kesimpulan
Setelah mendapatkan hasil reduksi dan penyajian data, maka peneliti
melakukan analisa lanjutan untuk menyimpulkan data. Pada tahap ini
kesimpulan yang diambil masih berupa kesimpulan sementara yang dapat
diuji kembali di lapangan (gambar 3.5).
Gambar 3.5 Diagram Tahapan Analisa Data Kualitatif dalam Menemukan Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai
Sumber: Pawito, (2008:104-106) Pengumpulan
data dengan metode observasi
dan kuesioner
Reduksi data yang relevan: Barisan ruko
dan Bangkatan
Hasil temuan
Penarikan/Pengujian kesimpulan mengenai
BAB IV
CITRA KORIDOR JALAN AHMAD YANI BINJAI
Peneliti akan melakukan pembahasan berdasarkan kepada metode yang telah
ditentukan sebelumnya yaitu metode observasi dan kuesioner yang didukung data
sekunder berupa hasil tinjauan pustaka/teori. Pembahasan tersebut diharapkan dapat
menggambarkan citra dari koridor Jalan Ahmad Yani Binjai beserta elemen
pembentuknya.
4.1 Legibility
Dalam mengkaji legibility Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai, hal yang
diperlukan adalah bagaimana peneliti menafsirkan bangunan terkait dengan konteks
lingkungannya, sehingga dapat menguatkan karakter bangunan tersebut. Kejelasan
bentuk koridor Jalan Ahmad Yani Binjai dapat diidentifikasi berdasarkan teori Kevin
Lynch (1960), yang menyatakan legibility diperkuat dengan adanya elemen
perkotaan, yaitu edge, landmark, dan node. Dapat dilihat pada peta (gambar 4.1),
terdapat edge yang membentang di sepanjang sisi Barat beriringan secara harmonis
dengan bentuk koridor, node yang membagi bangunan ruko dan jalan (ruang publik)
ke dalam tiga segmen yang hampir sama, serta landmark berskala besar yang menjadi
jeda antar bangunan yang padat. Lokasi ketiga elemen tersebut juga merupakan lokasi
membaca ruang kota sehingga tidak menimbulkan perasaan tersesat. Hal tersebut
mendorong pemikiran dimana pengamat akan memasuki kawasan ruko dan ruang
publik sebagai bagian internal (core) dan elemen perkotaannya menjadi bagian
eksternal dari koridor Jalan Ahmad Yani. Maka dapat dikatakan, edge, node, dan
landmark pada koridor Jalan Ahmad Yani sudah membingkai bangunan ruko di
sekitarnya sehingga legibility koridor tersebut dapat dengan mudah dibaca, yaitu
sebagai koridor yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik (Bangkatan).
Dalam menggambarkan hubungan legibility atau kejelasan Koridor Jalan Ahmad
Yani secara keseluruhan, peneliti membuat suatu peta dimana peneliti berlaku sebagai
pengamat yang memperlihatkan elemen-elemen perkotaan dan mengilustrasikan fisik
Gambar 4.1 Peta Koridor Jalan Ahmad Yani dari Perspektif Peneliti
(Landmark: Skycross Pasar Selayang)
(Node: Simpang Tekun) (Node: Simpang Irian)
(Landmark: Kuil Sri Mariaman)
(Node: Simpang Pekong)
Jalan Sudirman
Jalan Irian
KETERANGAN:
Legibility berbagai elemen perkotaan di koridor Jalan Ahmad Yani secara
keseluruhan menurut hasil kuesioner berikut (gambar 4.2) menunjukkan bahwa
dengan melihat node (Simpang Irian, Simpang Tekun, Simpang Pekong Keling), dan
landmark (Kuil dan Skycross) seseorang sudah merasa berada di dalam koridor Jalan
Ahmad Yani. Hal ini terlihat dari responden yang memilih elemen tersebut sebagai
penanda mereka dalam mengenali Jalan Ahmad Yani, yang rata-rata berjumlah 60%
(lebih dari setengah populasi). Pada gambar 4.2 juga ditemukan bahwa elemen
perkotaan yang paling melekat pada pemikiran masyarakat terletak pada elemen
nodenya, yaitu simpang irian (79%). Peneliti berinterpretasi bahwa simpang Irian
menghubungkan kedua jalan besar/utama yaitu Jalan Kapten Muslim dan Ahmad
Yani, yang merupakan jalan satu arah sehingga banyak pengamat (terutama yang
menggunakan kendaraan) menjadikan simpang tersebut sebagai titik awal perjalanan
ketika memasuki jalan Ahmad Yani Binjai. Maka dengan keadaan tersebut,
keberadaan simpang Irian mampu melekat dengan kuat pada pemikiran masyarakat
karena banyak pengamat yang melewati simpang Irian untuk dapat memasuki Jalan
Gambar 4.2 Kejelasan Elemen Perkotaan di Koridor Jalan Ahmad Yani
Pada hasil observasi dan penyebaran kuesioner tersebut (gambar 4.2), masih
terdapat elemen yang memiliki legibility yang lemah, yaitu Sungai Mencirim Binjai.
Peneliti berinterpretasi bahwa keberadaan sungai tersebut belum terasakan maksimal
secara visual karena tertutup oleh bangunan ruko yang membelakanginya. Namun
sungai masih dapat terlihat pada beberapa gang kecil yang menghubungkan sekitar
sungai dengan Jalan Ahmad Yani sehingga masih ada masyarakat yang mengingat
jalan Ahmad Yani ketika mengingat Sungai tersebut. Pengaruh dari masing-masing
elemen perkotaan yang ada pada koridor Jalan Ahmad Yani tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Edge
Lynch (1960) menyatakan bahwa edge merupakan pembatas/penghubung
antar daerah. Pada sisi Timur Koridor Jalan Ahmad Yani terdapat sungai dan
beberapa jembatan yang memisahkan/menghubungkan Jalan Ahmad Yani
dengan Jalan Imam Bonjol. Sungai ini juga pembatas antara dua kegiatan
0 20 40 60 80 Skycross Pasar Selayang
yang berbeda antara Jalan A.Yani (usaha jual beli kebutuhan rumah tangga)
dengan Jalan Imam Bonjol (usaha perbengkelan). Setelah mengamati garis
sungai pada peta (gambar 4.3), terlihat struktur koridor Jalan Ahmad Yani
yang mengikuti sempadan sungai yang lurus memanjang sehingga membentuk
karakter/citra koridor Jalan Ahmad Yani yang linear.
Gambar 4.3 Sungai dan Jembatan Mencirim sebagai Tepian Jalan Ahmad Yani
Legibility Sungai Mencirim terhadap koridor Jalan Ahmad Yani dapat
dikatakan masih sangat lemah. Perletakannya sangat tertutup diapit oleh
bangunan rumah tinggal yang padat di belakang bangunan ruko dan hanya
bisa ditelusuri oleh pengamat dengan berjalan kaki memasuki gang kecil
dimana kendaraan susah untuk keluar masuk. Sungai masih dapat terlihat dari
jembatan yang menghubungkan Jalan Imam Bonjol dengan Jalan Ahmad
Yani. Namun mengingat bentuknya yang sangat panjang mengikuti koridor
Jalan Ahmad Yani sekitar ±1km (sumber: Google Earth 2015) namun memiliki lebar yang sempit, sehingga hanya sebagian kecil sungai saja yang
Gambar 4.4 Ilustrasi Sungai Mencirim Binjai dari Perspektif Peneliti sebagai Pengamat
Lemahnya legibility Sungai Mencirim Binjai terhadap koridor Jalan
Ahmad Yani didukung oleh hasil kuesioner pada gambar 4.2, dimana hanya
26% responden saja yang merasa dirinya berada pada koridor Jalan Ahmad
Yani ketika melihat Sungai Mencirim. Maka dapat disimpulkan oleh peneliti
bahwa legibility Sungai Mencirim Binjai masih belum mampu memberikan
kejelasan ruang kota dan pencitraan terhadap koridor Jalan Ahmad Yani
(belum sesuai dengan teori Kevin Lynch yang mengatakan elemen edge
mampu memperkuat legibility tempat tersebut, karena visual pengamat tetap
lebih berpengaruh).
KETERANGAN:
Koridor Jalan Ahmad Yani
Gambar 4.5 Legibility Sungai Mencirim Binjai Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Dalam menemukan legibility sungai Mencirim Binjai terhadap fisik
koridor Jalan Ahmad Yani secara lebih mendetail, peneliti menganalisa bagian
apa saja dari koridor Jalan Ahmad Yani yang diingat kuat oleh masyarakat
ketika membaca Sungai Mencirim Binjai sebagai edge (gambar 4.5). Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya (halaman 33), bahwa salah satu elemen
perkotaan yang membingkai Jalan Ahmad Yani adalah Sungai Mencirim
Binjai, sehingga elemen tersebut telah meng-highlight keberadaan bangunan ruko dan bangkatan sebagai bagian internal dari koridor Jalan Ahmad Yani.
Dengan kata lain, elemen tersebut telah membatasi koridor Jalan Ahmad Yani
dengan koridor Jalan lainnya sehingga terbentuk suatu lingkungan yang
memiliki citra tersendiri. Maka yang menjadi tolak ukur adalah bangunan
ruko dan Bangkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil kuesioner (gambar
4.6), dimana hanya terdapat 29% responden yang mengingat Bangkatan dan
39% responden yang memilih bangunan ruko. Hal ini membuktikan
kebenaran bahwa citra koridor Jalan Ahmad Yani apabila dilihat dari elemen
26%
74%
Sungai Mencirim
Binjai
Legibility jelas
edgenya masih belum cukup kuat. Tentu saja dalam kasus ini bertentangan
dengan pernyataan Kevin Lynch (1960) bahwa edge merupakan salah satu
elemen perkotaan yang dapat memperkuat legibility, sedangkan Sungai
Mencirim justru melemahkan kualitas pencitraan koridor Jalan Ahmad Yani.
Grafik 4.6 Kejelasan Elemen Edge Terhadap Bangunan Ruko dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani
2. Landmark
Lynch (1960) di dalam bukunya yang berjudul Image of the City membahas gambaran mengenai landmark, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Biasanya dapat terlihat dari berbagai sudut ataupun jarak tertentu.
b. Memiliki ketinggian/ skala yang melebihi elemen kota di sekitarnya yang
lebih kecil.
c. Dijadikan sebagai penanda/acuan/petunjuk arah.
Dengan mempertimbangkan ciri-ciri tersebut, maka pada koridor
Jalan Ahmad Yani dapat ditemukan beberapa landmark yaitu Kuil Hindu Sri
Mariaman Binjai dan Skycross Pasar Selayang. Kuil berada tepat pada
persimpangan (Simpang jalan K.H. Ahmad Dahlan-Ahmad Yani) sehingga
0 20 40 60 80 Ruko
dapat dilihat dari berbagai sudut, sedangkan Skycross memiliki ketinggian 32
meter yang membuatnya dapat dengan mudah terlihat dari jauh. Untuk
mendukung kebenaran bahwa landmark tersebut cukup melekat dalam
pemikiran masyarakat sebagai penanda/petunjuk arah, peneliti menyebarkan
kuesioner (gambar 4.7), dimana responden yang memilih skycross sebagai
penanda berjumlah sebanyak 85% dan responden yang memilih kuil Sri
Mariaman berjumlah sebanyak 76%.
Gambar 4.7 Persepsi Masyarakat Terhadap Penanda/Petunjuk Arah di Koridor Jalan Ahmad Yani
Kedua bangunan ini secara kebetulan merupakan lokasi yang memiliki
nilai sejarah. Menurut Schulz (1980), makna/kesan terhadap suatu tempat
dapat dipengaruhi oleh nilai sejarahnya. Dengan mengacu kepada teori
tersebut, maka peneliti akan membahas kedua landmark tersebut tanpa
mengesampingkan nilai sejarahnya yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Kuil Hindu Sri Mariaman Binjai
Kuil ini biasanya disebut Kampung keling atau pekong keling oleh warga
yang merupakan salah satu bangunan bersejarah di Binjai dengan desain
0 20 40 60 80 Skycross
arsitektur yang unik bergaya India (gambar 4.8). Bangunan ini adalah Pura
terbesar di Kota Binjai yang digunakan warga yang beragama Hindu untuk
sembahyang, sehingga mendorong pedagang etnis Tamil untuk berjualan
makanan khas India di Jalan Ahmad Yani (Bangkatan) seperti martabak,
mie keling dan roti cane. Oleh sebab itu, peneliti berinterpretasi bahwa
keberadaan kuil tersebut termasuk salah satu elemen yang memperkuat
citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai pusat jajanan kuliner (Bangkatan)
yang menyediakan makanan berbagai etnis di Kota Binjai, salah satunya
makanan khas India.
Gambar 4.8 Kuil Hindu Sri Mariaman Binjai
Bukti bahwa keberadaan kuil Sri Mariaman mampu memperkuat
citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai koridor yang terdiri dari bangunan
ruko dan ruang publik (Bangkatan) apabila dilihat dari elemen
landmarknya dapat ditunjukkan pada hasil kuesioner (gambar 4.9), dimana
responden yang memilih bangunan ruko berjumlah sebanyak 71%. Citra
koridor Jalan Ahmad Yani sebagai bangunan heritage/ bersejarah apabila
dilihat dari elemen landmarknya (Kuil Sri Mariaman Binjai) masih belum
cukup kuat, dapat dilihat pada hasil kuesioner dimana responden yang
mengingat nilai sejarah apabila mengingat bangunan kuil tersebut hanya
berjumlah 29%.
Gambar 4.9 Kejelasan Elemen Landmark (Kuil) Terhadap Bangunan Ruko dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani
b. Skycross Pasar Layang (Bekas Menara Air/Watertoren Binjai)
Bangunan ini memiliki 8 lantai dengan panjang 38 meter dan ketinggian 32
meter yang dibangun pada sekitar tahun 2003. Dulunya bangunan ini
merupakan lokasi Menara air Kota Binjai peninggalan jaman Belanda yang
pernah dijadikan sebagai ikon Kota Binjai. Bangunan tersebut unik
dikarenakan bentuknya yang tinggi memanjang membelah jalan utama
Kota Binjai yaitu Jalan Sudirman dan Ahmad Yani. Fungsi awal bangunan
ini adalah sebagai lokasi pemindahan PKL dari Jalan Kapten Piere Tandean
Binjai. Walau rencana pemerintah tersebut gagal, namun masih terdapat
0 20 40 60 80 Ruko
usaha kios milik pengusaha India yang bernama Mariapan yang memenuhi
lantai 1 bangunan ini yang menjual berbagai macam barang khas India
seperti emas, tas, ataupun pakaian (gambar 4.10). Berdasarkan hal tersebut,
peneliti berinterpretasi bahwa keberadaan skycross Pasar Selayang semakin
memperkuat citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan
perdagangan.
Gambar 4.10 Skycross Pasar Selayang di Koridor Jalan Ahmad Yani
Legibility koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan perdagangan
dapat dilihat pada hasil kuesioner (gambar 4.11) dimana responden yang
memilih bangunan ruko berjumlah sebanyak 89% dan responden yang
memilih Bangkatan berjumlah sebanyak 85%. Citra koridor Jalan Ahmad
landmarknya (Skycross Pasar Selayang) masih belum cukup kuat,
dikarenakan skycross termasuk bangunan modern yang menggantikan
lokasi menara air (Watertoren Binjai). Menara air tersebut memiliki nilai
sejarah yang sangat kuat karena sudah ada sejak masa kolonial Belanda.
Menurut Peter Einsenmen (1990), sejarah ada selama suatu objek itu tetap
digunakan, maka dapat dikatakan sebagai akibat dari penggusuran menara
air tersebut, nilai sejarah koridor jalan Ahmad Yani juga perlahan hilang
atau pudar pada pemikiran masyarakat.
Gambar 4.11 Kejelasan Elemen Landmark (Skycross) Terhadap Bangunan
Ruko dan Bangkatan di Koridor Jalan Ahmad Yani
3. Node
Node /persimpangan di Jalan Ahmad Yani memiliki sebutan tersendiri bagi
warga Binjai, seperti Simpang Irian, Tekun, dan Pekong Keling. Sebutan
tersebut berasal dari nama toko/rumah makan dan landmark yang sering
terlihat pada masing-masing persimpangan (gambar 4.12). Hal ini
membuktikan bahwa keberadaan bangunan komersil di koridor Jalan Ahmad
-20 30 80
Yani sudah melekat dalam citra/image masyarakat kota Binjai sebagai
kawasan perdagangan yang dilihat dari fungsi bangunan sudut pada ketiga
persimpangan tersebut.
Gambar 4.12 Berbagai Persimpangan di Koridor Jalan Ahmad Yani
Dengan mengkaji kualitas legibility koridor Jalan Ahmad Yani Binjai
berdasarkan elemen nodenya, berikut merupakan hasil kuesioner yang
mendukung kebenaran citra koridor Jalan Ahmad Yani sebagai kawasan
perdagangan yang terdiri dari bangunan ruko dan ruang publik (Bangkatan). (Nama simpang Irian yang
Berasal dari nama ja-lan/rumah makan Irian)
(Nama simpang Tekun yang berasal dari nama toko) (Nama simpang Pekong Keling
a. Simpang Irian
Sebanyak 98% responden yang mengingat bangunan toko dan 64%
responden yang mengingat Bangkatan pada simpang Irian (Jalan Kapten
Muslim-Jalan Ahmad Yani). Simpang Irian memiliki persentasi yang
paling tinggi apabila dibandingkan dengan simpang lainnya (gambar
4.13). Peneliti berinterpretasi bahwa keadaan tersebut terjadi karena
lokasi simpang tersebut yang cukup strategis, dimana simpang Irian
menghubungkan antara dua jalan besar/utama, yaitu Jalan Kapten Muslim
dengan Jalan Ahmad Yani.
Gambar 4.13 Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Irian
b. Simpang Tekun
Sebanyak 88% responden yang mengingat bangunan toko dan 62%
responden yang mengingat Bangkatan (gambar 4.14) pada simpang
Tekun (Jalan Kapten Muslim-Jalan Ahmad Yani). Keadaan ini
dikarenakan simpang Tekun merupakan salah satu akses masuk menuju
koridor Jalan Ahmad Yani, dimana ketika pengamat memasuki koridor
0 20 40 60 80 Bangkatan
tersebut, hal yang akan terlihat pertama kali adalah bangunan ruko dan
bangkatan.
Grafik 4.14 Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Tekun
c. Simpang Pekong Keling
Sebanyak 75% responden yang mengingat bangunan toko, 48%
responden yang mengingat Bangkatan dan 64% responden yang
mengingat kuil Sri Mariaman pada simpang Pekong Keling (Jalan Kapten
Muslim-Jalan Ahmad Yani). Peneliti berinterpretasi bahwa persentase
responden yang mengingat Bangkatan lebih rendah apabila dibandingkan
dengan simpang lainnya (gambar 4.15). Hal ini dikarenakan jumlah
pedagang kaki lima pada simpang tersebut semakin sedikit, sehingga
kurang terasakan secara visual. Adapun persentase responden yang
mengingat kuil Sri Mariaman cukup tinggi, dikarenakan letak kuil
tersebut yang berada tepat pada sudut persimpangan, yang menjadi titik
0 20 40 60 80 Bangkatan
tanda dimana pengamat akan meninggalkan koridor Jalan Ahmad Yani,
menuju Jalan K.H.Ahmad Dahlan.
Grafik 4.15 Ingatan Masyarakat Terhadap Simpang Pekong Keling
Hasil kuesioner tersebut telah membuktikan bahwa terdapat suatu
image/citra yang kuat yang sudah melekat dalam diri masyarakat
terutama dari keberadaan bangunan komersil koridor Jalan Ahmad Yani.
Hal tersebut tergambarkan pada banyaknya responden yang mengingat
bangunan toko terutama pada ketiga persimpangan dimana jumlah
rata-ratanya sebanyak 87% dan responden yang mengingat Bangkatan
berjumlah rata-rata sebanyak 65% (gambar 4.15). Citra koridor Jalan
Ahmad Yani sebagai kawasan perdagangan diperkuat pula dengan
responden yang mengingat adanya aktivitas pada persimpangan yang
memiliki jumlah rata-rata sebanyak 63%. Maka dapat dikatakan fungsi
bangunan-bangunan di koridor jalan Ahmad Yani sudah sesuai dengan
aktivitas masyarakatnya, sehingga bangunan tesebut mampu menciptakan
0 20 40 60 80