• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urutan/Sequence Pergerakan di Koridor Jalan Ahmad Yani pada Malam Hari Hari

Sungai Mencirim Binjai

4.2 Identitas dan Susunan

4.3.2 Urutan/Sequence Pergerakan di Koridor Jalan Ahmad Yani pada Malam Hari Hari

Berikut merupakan gambaran urutan/pergerakan yang dilakukan peneliti sebagai pengamat di sepanjang koridor Jalan Ahmad Yani pada sejumlah titik pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya (gambar 4.19). Gambar berikut dilakukan pada malam hari sekitar pukul 19.00 WIB dimana terlihat aktivitas malam pada koridor Jalan Ahmad Yani (gambar 4.21).

Gambar 4.21 Urutan/ Sequence Pergerakan di Koridor Jalan Ahmad Yani pada Malam Hari

Urutan/Sequence pergerakan di koridor Jalan Ahmad Yani Binjai pada malam hari dapat dijelaskan sebagai berikut.

A. Pada gambar A banyak terlihat pedagang kaki lima yang berjualan Chinese food dikarenakan mayoritas pedagang pada daerah ini merupakan etnis Tionghoa.

B. Pada gambar B banyak terlihat pedagang kaki lima yang menjual berbagai makanan berat seperti mie rebus, nasi padang, nasi goreng, dan lain sebagainya.

C. Pada gambar C banyak terlihat pedagang kaki lima yang menjual jajanan ringan seperti martabak, kue putu bambu, sate kacang/padang, dan lain sebagainya.

D. Pada gambar D banyak terlihat pedagang kaki lima yang berjualan minuman, seperti jus buah, kopi, dan TST (Teh Susu Telur).

E. Pada gambar E banyak terlihat pedagang yang menjual nasi goreng dan minuman.

F. Pada gambar F terlihat pedagang kaki lima semakin berkurang (karena tidak ada PKL yang boleh berjualan di pagar kuil). Adapun pedagang kaki lima yang terlihat mayoritas menjual minuman seperti pada gambar D.

Terlihat pada gambar titik A (gambar 4.21), ketika memulai pergerakan pada koridor Jalan Ahmad Yani, hal yang pertama terlihat adalah stand-stand pedagang kaki lima di mana banyak terdapat pedagang-pedagang etnis Tionghoa yang berjualan

makanan khas Cina yaitu seafood yang menandakan tempat tersebut banyak menjual Chinese Food. Ketika berjalan terus sambil mengamati, mulai terlihat pedagang-pedagang lain yang menjual berbagai makanan berat seperti mie rebus, nasi padang, nasi goreng, dan lain sebagainya (gambar titik B). Semakin mendekati skycross, (gambar titik C), makanan yang dijual semakin ringan, yaitu jajanan berupa martabak, kue putu bambu, sate kacang/padang, dan lain sebagainya. Setelah melewati skycross (gambar titik D), tetap saja yang pertama kali terlihat adalah stand pedagang kaki lima dengan perbedaan, dagangan yang dijual kebanyakan berupa minuman dan juga beberapa makanan umum seperti nasi goreng. Banyak terlihat anak-anak muda di daerah ini karena tersedianya beragam minuman seperti jus buah, kopi, dan TST (Teh Susu Telur) yang mendorong tempat tersebut dijadikan sebagai tempat nongkrong (gambar 4.21).

Ketika memasuki titik E, dagangannya tidak jauh berbeda dengan titik D, hanya saja, stand-stand pedagang kaki lima pada daerah ini tidak sepadat stand-stand di titik A, B, C, dan D. Hal ini disebabkan stand tersebut merupakan lokasi pedagang baru (baru mulai berdagang dalam jangka waktu satu atau dua tahun). Pada titik F, akan melewati Kuil Sri Mariaman dan persimpangan Pekong Keling sebagai tanda titik akhir pengamatan atau akan meninggalkan Koridor Jalan Ahmad Yani yang diteliti. Masih terlihat pedagang-pedagang kaki lima yang menjual minuman walaupun jumlahnya paling sedikit apabila dibandingkan dengan titik lokasi pengamatan lainnya. Maka dengan merangkum semua pergerakan tersebut, hal yang

selalu terlihat di sepanjang koridor Jalan Ahmad Yani pada malam hari adalah jejeran pedagang kaki lima yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman.

Berikut merupakan hasil kuesioner mengenai imagibility koridor Jalan Ahmad Yani (dari titik A ke titik F) bertujuan untuk menggambarkan kemampuan suatu objek/bangunan dalam menjadi ingatan yang kuat pada masyarakat sepanjang perjalanan di Jalan Ahmad Yani.

a. Sequence A

Sequence A merupakan area yang terletak di sekitar simpang Irian. Area ini dianggap sebagai titik awal perjalanan sebagian besar pengamat ketika memasuki koridor Jalan Ahmad Yani (terutama bagi pengamat yang menggunakan kendaraan). Sebanyak 84% responden yang mengingat bangunan toko dan 60% responden yang mengingat PKL pada sequence A (gambar 4.22).

Gambar 4.22 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence A

0 50 100

Bangunan lain Pedagang kaki … Bangunan Toko

b. Sequence B

Sebanyak 71% responden yang mengingat bangunan toko dan 75% responden yang mengingat pedagang kaki lima pada sequence B (gambar 4.23). Peneliti berinterpretasi bahwa tingginya persentase responden yang memilih pedagang kaki lima disebabkan karena makanan yang dijual pada sequence tersebut mulai beragam dan merupakan lokasi yang paling ramai dikunjungi pembeli/pengunjung.

Gambar 4.23 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence B

c. Sequence C

Sebanyak 45% responden yang mengingat bangunan toko, 66% responden mengingat pedagang kaki lima, dan 71% responden mengingat skycross pada sequence C (gambar 4.24). Keberadaan skycross sangat mempengaruhi karena secara visual, dikarenakan skycross Pasar Selayang memiliki ketinggian dan skala yang paling besar yang melebihi bangunan di sekitarnya (ruko ataupun bangunan publik lainnya) sehingga skycross tersebut terlihat lebih mencolok dan menutupi bangunan lain di sekitarnya.

0 20 40 60 80 Bangunan lain

Pedagang kaki lima Bangunan Toko

Gambar 4.24 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence C

d. Sequence D

Sebanyak 74% responden yang mengingat bangunan toko dan 66% responden yang mengingat pedagang kaki lima pada sequence D (gambar 4.25). Persentase pada sequence D lebih besar daripada sequence C karena setelah melewati skycross, pandangan visual pengamat tidak terhalang lagi sehingga yang terlihat di sepanjang koridor Jalan Ahmad Yani ketika berada pada sequence tersebut hanyalah bangunan ruko dan Bangkatan.

Gambar 4.25 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence D

0 20 40 60 Bangunan lain

Pedagang kaki lima Bangunan Toko Skycross

0 20 40 60 80 Bangunan lain

Pedagang kaki lima Bangunan Toko

e. Sequence E

Sebanyak 74% responden yang mengingat bangunan toko dan 36% responden yang mengingat pedagang kaki lima pada sequence E (gambar 4.26). Persentase responden yang memilih pedagang kaki lima menurun, dikarenakan pada sequence tersebut, jumlah pedagang kaki lima semakin sedikit dan lebih banyak pedagang yang menjual minuman daripada makanan sehingga mempengaruhi ketertarikan pembeli/pengunjung.

Gambar 4.26 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence E

f. Sequence F

Sebanyak 56% responden yang mengingat bangunan toko, 40% responden mengingat pedagang kaki lima dan 50% responden mengingat bangunan lain pada sequence F (gambar 4.27). Bangunan lain tersebut merupakan Kuil Sri Mariaman yang merupakan landmark yang dianggap sebagai petunjuk arah oleh masyarakat. 0 20 40 60 80 Bangunan lain Pedagang kaki lima Bangunan Toko

Gambar 4.27 Grafik Ingatan Masyarakat Terhadap Sequence F

Pada keenam sequence tersebut, diketahui ingatan masyarakat terhadap pergerakan di sepanjang koridor Jalan Ahmad Yani tertuju pada keberadaan bangunan toko dan pedagang kaki limanya. Hal tersebut tergambarkan dalam jumlah rata-rata di semua titik sequence sebanyak 67% responden yang memilih bangunan toko dan 57% responden yang memilih pedagang kaki lima. Hasil kuesioner tersebut telah mendukung pengamatan peneliti pada hasil observasi.

Setelah mengamati pergerakan pada Koridor Jalan Ahmad Yani dan menyebarkan kuesioner, peneliti berinterpretasi bahwa citra Koridor Jalan Ahmad Yani apabila dikaji dari imagibilitynya, memiliki citra yang sangat dominan pada siang maupun malam hari. Pada siang hari, hal yang selalu terlihat di sepanjang koridor tersebut adalah ruko-ruko yang menjual kebutuhan sehari-hari sehingga membentuk image/gambaran sebagai barisan pertokoan yang menjual kebutuhan rumah tangga. Pada malam hari, hal yang selalu terlihat di sepanjang koridor Jalan Ahmad Yani adalah jejeran pedagang kaki lima (Bangkatan). Tidak ada lagi toko yang membuka usahanya pada malam hari, dan sumber pencahayaan pada koridor

0 20 40 60 80 Bangunan lain

Pedagang kaki lima Bangunan Toko

Jalan Ahmad Yani hanya berasal dari stand-stand pedagang sehingga pencitraan dari pertokoan tidak lagi mendominasi. Maka citra Koridor Jalan Ahmad Yani pada malam hari merupakan jejeran pedagang kaki lima yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman. Dengan kata lain, keberadaan bangunan ruko dan Bangkatan dari segi imagibilitynya, mampu memberi kesan/citra yang kuat di sepanjang koridor Jalan Ahmad Yani Binjai.

Berikut hasil kesimpulan mengenai kualitas pencitraan pada koridor Jalan Ahmad Yani apabila dilihat dari kajian imagibilitynya dengan menghubungkan teori, hasil observasi, dan kuesioner, yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut (tabel 4.3).

Tabel 4.3

Tabel Hasil Kesimpulan Kajian Imagibility Dalam Membangun Citra Koridor Jalan Ahmad Yani Binjai

Teori (Roger Trancik)

Observasi Hasil Kuesioner

Interpretasi Citra yang Muncul Gambar urutan pergerakan di sepanjang perjalanan mampu menciptakan persepsi suatu tempat dan citra ruang.  Pagi hari; Objek yang selalu terlihat di sepanjang koridor jalan Ahmad Yani Binjai adalah ruko-ruko yang menjual kebutuhan sehari-hari. Sebanyak 67% responden yang mengingat bangunan toko dan 57% responden yang mengingat Hal yang dominan terlihat selama pergerakan di sepanjang jalan A.Yani adalah barisan ruko yang menjual kebutuhan sehari-hari Barisan pertokoan yang menjual kebutuhan rumah tangga.  Jejeran PKL yang menjual berbagai

Teori (Roger Trancik)

Observasi Hasil Kuesioner

Interpretasi Citra yang Muncul Malam hari; Objek yang selalu terlihat di sepanjang koridor Jalan Ahmad Yani adalah jejeran pedagang kaki lima (Bangkatan). pedagang kaki lima dan stand-stand pedagang kaki lima. jenis makanan dan minuman.

Sumber: Data diolah oleh peneliti (2015)

4.4 Desain

Menurut Fyfe (1998), desain dapat dibaca melalui streetscape yang dapat menggambarkan desain elemen jalan yang dominan dan praktek yang berlaku ataupun keistimewaan yang dibuat oleh pendesain.

Dokumen terkait