• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

F. Citra Merek

Citra merek menurut Tatik Suryani (2008:113) adalah segala hal yang terkait dengan merek yang ada di benak ingatan konsumen. Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi konsumen terhadap merek yang terbentuk karena informasi dan pengalaman konsumen terhadap suatu merek.

Keterampilan pemasar profesional yang paling menonjol adalah kemampuan mereka untuk menciptakan, menjaga, melindungi dan menaikkan citra merek. Pemberian merek (branding) adalah seni dan batu pertama dalam pemasaran. Merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasinya, yang ditujukan agar dapat mengenali barang atau jasa dari satu atau sekelompok penjual dan membedakannya dari produk dan jasa para pesaing (Kotler dkk., 2006:97).

Knapp dalam Eva sheilla Rahma (2001: 20) mendefinisikan merek sebagai internalisasi sejumlah kesan yang diterima oleh pelanggan dan konsumen yang mengakibatkan adanya suatu posisi khusus dalam ingatan mereka terhadap manfaat emosional dan fungsional yang dirasakan. Sebuah

18 merek dikatakan khusus jika konsumen merasa yakin bahwa merek-merek tersebut benar-benar khusus.

Untuk memiliki merek tertentu, perusahaan setidaknya memenuhi beberapa pernyataan sebagai berikut:

1. Apakah merek benar-benar berbeda, penting dan bernilai bagi konsumen 2. Apakah merek memiliki komitmen untuk menyediakan manfaat emosional

dan fungsional tertentu bagi konsumen

3 Apakah merek secara konsisten memenuhi janji dan meyampaikan komitmennya kepada konsumen.

Dengan demikian, jelas bahwa pemberian merek bukan merupakan instuisi, bukan hanya sebuah kata, melainkan konsep nyata tentang keinginan, komitmen dan janji kepada konsumennya.

Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa citra merek sangat berkaitan erat dengan kesan yang ditimbulkan. Kesan-kesan positif yang diperoleh pelanggan merupakan pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya dari merek yang ditawarkan tersebut. Maka persepsi maupun pemahaman pelanggan dalam mengidentifikasi bermacam informasi mengenai merek yang bersangkutan, serta kemampuan pelanggan untuk menyimpan informasi merek tersebut dalam ingatan. Pemahaman pelanggan terhadap sebuah merek meruppakan cerminan dari penilaian pelanggan atas merek produk-produk yang ditawarkan.

Merek sebagai perusahaan (corporate brand), didefinisikan sebagai merek yang mempresentasikan perusahaan dimana nilai-nilai korporat

19 diperluas ke berbagai macam kategori produk/jasa (De Chernatory,2003 dalam Fandy Tjiptono,2007).

Menurut pendapat Keller & Kotler (2003:78) dalam M Yani (2006) bahwa pengukur citra merek dapat dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek yaitu:

1. Kekuatan (strengtheness)

Dalam hal ini adalah keunggulan yang dimiliki oleh merek yang bersifat fisik dan tidak ditemukan pada merek lainya. Keunggulan mererk ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas merek tersebut sehingga dianggap sebagai sebuah kelebihan dibanding dengan merek lainnya. Yang termasuk pada sekelomok kekuatan (strength) : penampilan fisik, keberfungsian semua fasilitas produk, harga produk, maupun penampilan fasilitas pendukung dari produk tersebut.

2. Keunikan (Uniqueness)

Adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara merek lainnya. Kesan ini muncul dari atribut produk tersebut yang menjadi bahan pembeda atau difrensiasi dengan produk-produk lainnya. Yang termasuk dalam kelompok unik ini adalah variasi layanan, variasi harga, maupun penampilan atau nama dari sebuah merek dan fisik produk itu sendiri.

3. Favorable

Yang termasuk dalam kelompok favorable ini antara lain kemudahan merek produk diucapkan serta kemampuan merek untuk tetap diingat oleh

20 pelanggan maupun kesesuaian antara kesan merek dibbenak pelanggan dengan citra yang diinginkan perusahaan atas merek yang bersangkutan. G. Periklanan

Periklanan menurut Swastha dan Sukotjo (2002:223) adalah komunikasi non individu, dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-lab, sera individu-individu. Istilah periklanan berbeda dengan iklan, karena iklan adalah beritanya itu sendiri, sedangkan periklanan adalah prosesnya, yaitu suatu program kegiatan untuk mempersiapkan berita tersebut dan menyebarluaskan kepada pasae. Periklanan merupakan bentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ode, barang dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. Komunikasi yang dilakukan bersifat massal, karena menggunakan media massa seperti radio, surat kabar, surat pos, televisi serta majalah dan lain-lain. Iklan yang dipasang pada media-media tersebut dapat memberikan umpan baik kepada sponsor berupa tanggapan, meskipun dalam tenggang waktu tertentu atau tudak secepat personal selling.

Sedangkan menurut Rambat Lupiyoadi (2006:120) mengungkapkan bahwa periklanan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal

(impersonal communication) yang digunakan oleh perusahaan barang atau jasa. Peranan periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, menambah pengetahuan tentang jasa yang ditawarkan, membujuk calon konsumen untuk membeli atau

21 menggunakan jasa tersebut, dan membedakan diri perusahaan satu dengan perusahaan lain yang mendukung positioning jasa.

Menurut Nugroho (2008:253) definisi dari periklanan biasanya mengandung enam elemen, yaitu:

1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar 2. Alam iklan terjadi proses identifikasi sponsor 3. Upaya membujuk dan mempengaruhi konsumen

4. Periklanan memerlukan elemen media massa merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada audiens sasaran

5. Bersifat non-personal

6. Audiens, kelompok konsumen yang akan dijadikan sasaran pesan

Ada beberapa cara untuk meninjau kegiatan periklanan dalam suatu masyarakat. Salah satu tinjauan adalah bahwa periklanan merupakan suatu cara yang relatif mahal untuk menyampaikan informasi. Jadi periklanan dapat menambah kegunaan informasi (information utility) pada suatu penawaran produk. Periklanan juga dapat diartikan suatu alat persuasi (alat untuk membujuk). Jadi seseorang atau membeli atau mencoba produk yang diiklankan. Periklanan juga merupakan sebuah alat untuk menciptakan kesan image. Ada lima media utama dimana sebagian besar pengeluaran iklan dibelanjakan, yaitu : televisi, radio, surat kabar, majalah, dan iklan outdoor pada papan reklame (Rismansyah,2004:40).

22 Menurut Djaslim Saladi (2002:409) periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi mengenai gagasan, barang, atau jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu.

Lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan yang biasa disebut 5M adalah :

1. Mission (tujuan periklanan), adalah menetapkan tujuan periklanan, yaitu menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan.

2. Money (anggaran), faktor yang harus dipertimbangkan adalah PLC, pangsa pasar dan dasar konsumen, persaingan dan pengelompokkan, frekuensi periklanan, dan kemungkinan pengganti produk.

3. Message (pesan yang disampaikan), periklanan harus melalui tiga tahap untuk mengebangkan strategi kreatif, yaitu pembentukan pesan, evaluasi pemilihan pasar dan pelaksanaan pesan.

4. Media, tahap-tahap dan pemilihan media adalah memutuskan jangkauan, frekuensi dan pengaruh, memilih berbagai jenis media utama, memilih media tertentu, memutuskan waktunya, memutuskan alokasi geografis media. Tahapan terakhir adalah mengevaluasi periklanan yang telah ditentukan apabila iklan tersebut efektif atau tidak.

Adapun fungsi dari periklanan menurut Sudartik (2009:39) adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi kepada konsumen

Sebuah barang akan lebih berharga bagi seseorang apabila ia dapat memperolehnya setiap waktu, pada setiap tempat dan

23 memilikinya dengan mudah. Sedangkan periklanan dapat menambah nilai dari suatu barang dan nilai yang diciptakan oleh periklanan tersebut dinamakan faedah informasi. Dalam hal ini iklan tidak hanya memberikan informasi saja akan tetap kadang-kadang pembeli memasang iklan untuk mencari barang yang dibutuhkan dan penjual memasang iklan untuk berusaha menjual barangnya sehingga kebutuhan dan keinginan tersebut dapat dipenuhi dengan mengadakan pertukaran yang memuaskan.

2. Membujuk atau mempengaruhi konsumen

Periklanan dapat bersifat membujuk atau mempengaruhi terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan menyatakn bahwa produk yang dihasilkan adalah lebih baik dari pada produk yang lain. Iklan yang sifatnya membujuk tersebut lebih baik dipasang pada media-media seperti televisi atau majalah. Iklan seperti ini biasanya dapat menimbulkan pandangan positif pada masyarakat.

3. Menciptakan kesan (image)

Periklanan dapat menciptakan kesan pada masyarakat untuk melakukan pembeli secara rasional dan ekonomis. Adanya sebuah iklan, akan mempunyai seuatu kesan tertentu tentang apa yang diiklankan. Dalam hal ini, pemegang iklan selalu berusaha untuk menciptakan ikan sebaik-baiknya atau dapat menaikkan gengsi, misalnya dengan menggunakan warna, ilustrasi, bentuk dan layout yang menarik.

24 4. Merupakan alat komunikasi

Sebelum memilih dan membeli produk, kadang-kadang orang ingin diberitahu lebih dahulu tentang fungsi dan kegunaan produk tersebut. Ada pula sebagian orang yang ingin dibujuk terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu yang baik bagi mereka atau bagi masyarakat. Periklanan merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat efisien bagi para penjual. Mereka menggunakan untuk melayani orang lain, masyarakat dan mereka sendiri.

5. Sebagai alat untuk membuka komunikasi

Periklanan adalah suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli, sehingga keinginan mereka dapat dipenuhi dalam cara yang efisien dan efektif.

Tujuan periklanan yang terutama adalah menjual atau meningkatkan penjualan barang, jasa atau ide. Adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan terjadinya penjualan dengan segera, meskipun banyak juga penjualan yang baru terjadi pada waktu mendatang. Dari segi lain, tujuan periklanan yang riil adalah mengadakan komunikasi secara efektif. Yang menjadi sasaran dalam periklanan adalah masyarakat atau pasar, jadi bukannya seorang individu. Masyarakat sebagai penerima berita / iklan sering dapat terpengaruh dan ingin merubah sikap atau tingkah laku mereka. Tetapi masyarakat, atau bahkan pengusaha sendiri tidak menyadari adanya kenyataan tersebut. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan periklanan adalah untuk meningkatkan penjualan yang menguntungkan.

25 Adapun beberapa tujuan lain dari periklanan adalah (Swastha dan Sukotjo, 2002 : 223):

1. Mendukung program personal selling dan kegiatan promosi yang lain. 2. Mencapai orang-orang yang ridak dapat dicapai oleh tenaga penjualan

atau salesman dalam jangka waktu tertentu.

3. Mengadakan hubungan dengan para penyalur, misanya dengan mencantumkan nama dan alamatnya.

4. Memasuki daerah pemasaran baru atau menarik langganan baru. 5. Memperkenalkan produk baru.

6. Menambah penjualan industri.

7. Mencegah timbulnya barang-barang tiruan.

8. Memperbaiki reputasi perusahaan dengan memberikan pelayanan umum melalui periklanan.

Untuk dapat memastikan bahwa suatu iklan yang diadakan tersebut efektif atau tidak, maka harus dilakukan dengan riset, misalnya riset dampak komunikasi dan riset dampak penjualan.

Menurut Yudi (Marketing, 2010:45), mengungkapkan iklan yang ideal adalah memiliki empat elemen (iklan berdasarkan MODEL EPIC), diantaranya:

1.Empathy, yakni menjadikan konsumen menyukai merek yang diiklankan secara emosional maupun fungsional.

2.Persuasion, yakni menciptakan respons aktif di kalangan konsumen berupa perilaku yang mendorong pembelian.

26

3.Impact, yakni unik di antara semua iklan, yang menjadikan konsumen memiliki ingatan tentang iklan tersebut dan merek yang beriklan.

4.Communication, yakni mampu menyediakan informasi yang diperlukan untuk memenuhi motif konsumen memilih merek yang diiklankan.

Dan idealnya pesan harus mendapatkan perhatian (attention), mempertahankan minat (interest), membangkitkan keinginginan (desire), dan meraih tindakan (action) (kerangka kerja yang dikenal sebagai model AIDA). Dalam prakteknya, hanya sedikit pesan yang membawa konsumen dari kesadaran sampai pembelian, tetapi kerangka kerja AIDA menyarankan kualitas pesan baik yang diinginkan. (Kotler dan Gary Armstrong, 2008:125).

Untuk menilai efektivitasa periklanan, Terrence A. Shimp (2004:69) mengemukankan bahwa banyak usaha yng telah dilakukan oleh para anggota komunitas periklanan untuk memastikan ukuran periklanan mana yang paling baik memprediksi efektivitas periklanan. Dan tidak ada satu ukuran pun yang selalu paling tepat atau secara universal yang terbaik.

Bagian berikut akan membahas 5 (lima) bentuk respons yang berbeda terhadap iklan :

1) Pengakuan dan daya ingat (Recall)

Setelah mendapatkan kesan terhadap suatu iklan, konsumen dapat mengalami berbagai tingkat kesadaran, di mana yang paling mendasar hanya memperhatikan sebuah iklan tanpa memproses unsur-unsur pelaksanaan khusus. Pengakuan dan daya ingat merupakan unsur-unsur memori konsumen atas informasi periklanan, tetapi pengukuran

27 pengakuan atau pengenalan, yang dapat disamakan dengan pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda, menyerap tingkat memori yang lebih dalam dibandingkan dengan pengukuran daya ingat, yang serupa dengan pertanyaan esai.

2) Reaksi emosional

Para periset periklanan semakin menyadari bahwa iklan-iklan yang secara positif mempengaruhi perasaan dan emosi penerima dapat meraih kesuksesan yang besar untuk produk-produk dan situasi tertentu. Dan riset sering menunjukkan bahwa iklan-iklan yang lebih disukai seringkali menimbulkan emosi yang positif lebih mungkin dapat diingat dan lebih mampu membujuk. Berkaitan dengan tren menuju periklanan yang lebih banyak mengandalkan emosi, terdapat peningkatan eeedalam usaha untuk mengukur reaksi emosional konsumen terhadap iklan.

3) Pembangkitan fisiologis

Para periset periklanan juga telah menggunakan berbagai pengujian fisiologis untuk mengukur reaksi afektif konsumen terhadap iklan. Para pakar psikologi menyimpulkan bahwa fungsi-fungsi fisiologis ini sensitif terhadap proses psikologi yang berkaitan dengan periklanan.seluruh fungsi fisiologis yang disebutkan ini dikendalikan oleh sistem saraf otomatis (sistem saraf otomatis ini terdiri dari saraf dan ganglia yang memennuhi pembuluh darah, jantung, otot halus, dan kelenjar-kelenjar). Karena orang-orang mempunyai sedikit kendali sukarela atas sistem saraf otomatis, maka para periset periklanan menggunakan perubahan fungsi

28 fisiologis untuk menunjukkan jumlah aktual, yang tidak berat sebelah dari pembangkitan yang disebabkan oleh iklan.

4) Pengaruh persuasif (pengujian pra / pasca preferensi)

Ukuran persuasi digunakan apabila tujuan pemasang iklan adalah untuk mempengaruhi sikap dan preferensi konsumen akan merek yang diiklankan. Efektivitas periklanan dapat dinilai dengan menggunakan kriteria daya persuasi, yaitu dengan mengukur sikap atau preferensi baik sebelum maupun sesudah iklan ditayangkan dan dengan menentukan apakah sikap telah menjadi lebih baik atau preferensi telah bergeser ke merek yang diiklankan.

5) Respons penjualan

Menentukan dampak iklan terhadap penjualan, merupakan tugas yang paling sulit. Meskipun demikian, upaya keras telah dilakukan belakangan ini untuk mengembangkan prosedur riset yang dapat menilai kemampuan iklan menghasilkan penjualan. Untuk itu, single source system (SSS) telah berkembang dalam riset periklanan untuk mengukur dampak periklanan terhadap penjualan.

H. Persepsi

Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. (Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2007:228).

29 Sedangkan pengertian dari persepsi menurut Nugroho, J. Setiadi (2008:169) adalah merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana pengertian sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefinisikan juga sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerimaan kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna, dan suara. Dengan adanya itu semua mka akan timbul persepsi. Pengertian dari persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stilmuli itu diseleksi, diorganisasikan, dan diinterpretasikan. Persepsi kita dibentuk oleh tiga pasang pengaruh:

1.Karakter dari stimuli

2.Hubungan stimuli dengan sekelilingnya 3.Kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri

Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2004:231) persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Salah satu firman Allah SWT dalam Al-Mu’min (40) ayat 19 sebagai dasar untuk memahami persepsi yang dalam terjemahannya adalah sebagai berikut:

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati (Al-Mu’min (40) : 19)

Sedangkan menurut Leslie Lazar Kanuk dalam Tatik Suryani (2008:97) mendefinisikan persepsi adalah sebagai proses dimana dalam proses tersebut

30 individu memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimuli menjadi suatu yang bermakna.

Dari definisi-definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah sebagai suatu proses yang menyangkut tiga aspek yaitu: seleksi, organisasi, dan interpretasi. Sedangkan yang dimaksud dengan stimulus yaitu input yang mempengaruhi indera manusia contohnya: produk, kemasan, merek, iklan, dan sebagainya. Organ manusia menerima sensory factors, yang kita kenal dengan panca indra. Untuk lebih jelasnya kita lihat pada gambar bagian bagaimana proses persepsi terjadi, dimana stimuli ditangkap melalui indera (sensasi) dan kemudian diproses oleh penerima stimuli (persepsi).

Gambar 2.1

Proses persepsi (perception)

Sumber: Michael R Solomon (1996). “Consumen Behavior” Dalam

Nugroho, J. Setiadi Stimuli Pengelihatan Suara Bau Rasa texture sensasi Pemberi arti Indera

penerima Perhatian Interpretasi

Tanggapan

31 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang (Veithzal Rivai, 2004:361), yaitu:

1. Psikologi

Psikologi seseorang mengenai segala sesuaatu di alam dunia ini dipengaruhi oleh keadaan psikologi,

2. family

Pengaruh paling besar terhadap anak-anak adalah keluarga, 3. Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu merupakan faktor yang kuat didalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan dunia.

I. Minat Menabung

Menurut Syah dalam Bari’ah, Zaenal Abidin, Herlina Nurtjahjanti (2008:3) menjelaskan bahwa minat (interest) berarti kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat bukan istilah yang popular karena ketergantungannya pada faktor-faktor internal seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Rangsangan yangdiberikan oleh bank untuk menarik minat menabung masyarakat terbatas pada rangsangan yang hasilnya dapat dirasakan langsung oleh nasabah. Nasabah saat ini lebih berhari-hati sebelum memutuskan bank manakah yang akan dipilihnya sebagai tempat menginvestasikan dananya. Penilaian masyarakat terhadap bank tidak hanya terpaku pada masalah

32 kuantitas seperti bunga bank, tetapi sudah berkembang pada persoalan kualitas, baik mengenai produk bank maupun layanannya.

Penilaian masyarakat terhadap bank dipengaruhi bagaimana mereka memaknai produk bank atau pelayanan yang diterima. Hasil survey awal penelitian menunjukkan perlunya kualitas layanan sebagai salah satu unsur yang mendukung pilihan nassabah pada suatu bank untuk menabung.

Bank pemerintah berusaha mengembalikan keercayaan masyarakat dan merangsang minat masyarakat untuk menabung dengan melakukan berbagai strategi marketing mix untuk menghimpun dana dar masyarakat. Strategi ini dilakukan dengan mengeluarkan variasi produk, penawaran ingkat bunga yang cukup tinggi, pembukaan kantor cabang, undian berhadiah, dan kampanye di media massa.

Strategi tersebut diharapkan dapat menarik minat masyarakat dalam menabung di bank. Menabung merupakan suatu aktivitas guna memenuhi suatu kebutuhan yaitu jaminan akan materi. Menabung merupakan kegiatan aktivitas yang memerlukan adanya keinginan dalam diri seseorang untuk menyisihkan dan menyimpan uangnya di bank. Menabung memerlukan minat agar perilakunya terarah pada aktivitas tersebut (menabung).

Sedangkan pengertian tabungan secara spesifik sesuai dengan surat edaran Direksi Bank Indonesia No.22/133/UPG/1989 yaitu tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dpat dilakukan dengan syarat:

33 1.Penarikan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank atau alat yang

disediakan untuk keperluan tersebut.

2.Penarikan tidak dapat menggunakan cek, bilyet giro serta surat perintah pembayaran lain yang sejenis.

3.Tabungan yang diselenggarakan bank dalam bentuk rupiah.

Dari pengertian tersebut tersirat bahwa orang yang menabung mempunyai hak untuk memperoleh kembali tabungannya dengan syarat tertentu.

Dengan demikian tabungan juga memberikan manfaat fungsional, praktis serta emosional untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.

Sedangkan menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh agama, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan, dalam ayat Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, seperti dalam terjemahan surat al-Baqarah ayat 266:

“Apakah ada salah seorang diantaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir dibawah sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu

34

sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil (lemah)..” (al-Baqarah:266)

Ayat tersebut memerintakan kita untuk bersiap-siap dan mengantisipasi masa depan keturunan, baik secara rohani (iman/takwa) maupun secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkahperencanaannya. Salah satu langkah perencanaan adalah dengan menabung.

Dalam kamus Bahasa Indonesia “menabung” diartikan menyimpan uang. Perilaku menabung sendiri mensyaratkan seseorang untuk bisa disiplin dalam hal mengatur keuangan. Menabung sebagai sifat hemat dapat dijadikan sifat positif yang apabila dengan konsisten akan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Dokumen terkait