• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia ke depan harus benar-benar mengarah kepada sistem pembangunan yang memanfaatkan ekosistem laut beserta segenap sumberdaya yang terkandung di dalamnya untuk kesejahteraan suatu bangsa secara berkelanjutan (on sustainable basis). Salah satu tujuan pembangunan yang ingin dicapai adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungannya (Dahuri 2000).

Untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan perikanan tersebut, diwujudkan suatu pencapaiannya salah satu melalaui Co-Fish Project. Proyek pengelolaan sumberdaya perikanan atau yang sering disebut dengan Co-Fish Project adalah suatu proyek pemerintah yang salah satu tujuannya adalah untuk memajukan pengelolaan sumberdaya perikanan. Co-Fish Project merupakan perwujudan komitmen untuk mengelola sumberdaya perikanan secara

berkelanjutan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan. Dalam upaya memperbaiki mutu sumberdaya perikanan serta habitatnya, proyek ini juga melakukan berbagai kegiatan dalam memajukan sumberdaya perikanan atau yang termasuk ke dalam Coasntal Fisheries Resource Management atau yang lebih dikenal dengan CFRM (Co-Fish Project 1998).

Gagasan munculnya proyek ini didasarkan atas beberapa masalah yang ditemukan pada sektor perikanan, diantaranya adalah semakin berkurangnya sumberdaya perikanan dan peningkatan kemiskinan masyarakat nelayan yang dapat menyebabkan kerugian-kerugian sosial yang semakin luas. Untuk itu perlu dicari langkah-langkah yang strategis guna menjaga kelangsungan sumberdaya dalam jangka waktu yang lama dengan melakukan pengenalan terhadap mata pencaharian alternatif dan tambahan untuk meningkatkan pendapatan serta memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat nelayan (Feliatra, et al. 1999).

Untuk mencapai tujuannya, Co-Fish Project melakukan berbagai langkah antara lain: 1) mengurangi tekanan di sektor perikanan tangkap, 2) mencegah terjadinya penangkapan yang berlebihan dan bersifat merusak, 3) meningkatkan kualitas hidup masyarakat nelayan, serta 4) mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang. Proyek ini mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam mengelola sumberdaya perikanan serta meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya dan pembangunan sektor perikanan secara berkelanjutan (Murdiyanto 2004).

Melalui Co-Fish Project berbagai upaya dilaksanakan bertumpu pada pendekatan multi-sektor dan azas partisipatif melalui pemgembangan kerjasama yang harmonis antara masyarakat selaku penerima manfaat dengan instansi terkait di tingkat pusat dan daerah serta lembaga swadaya masyarakat (LSM). Upaya tersebut telah menunjukkan indikasi hasil positif berupa terbangunnya kesamaan persepsi dan kesatuan tindakan manajemen (managemnet measures) diberbagai kelompok stakeholder mengenai strategi pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkesinambungan, antara lain berupa penyusunan rencana dan

implementasi pengelolaan sumberdaya perikanan seperti pembangunan fish sanctuary, pengelolaan dan rehabilitasi mangrove, pembangunan terumbu

ikan yang merusak (destructive fishing). Kegiatan-kegiatan tersebut disertai dengan penegakan aturan pengelolaan yang telah disepakati bersama antara anggota masyarakat yang dipelihara sebagai perangkat kebijakan lokal untuk selanjutnya diproyeksikan menjadi salah satu sumber penetapan hukum positif dalam bentuk peraturan daerah tentang pengelolaan sumberdaya perikanan (Murdiyanto 2004).

2.3.1 Tujuan dan Ruang Lingkup Co-Fish Project

Penangkapan ikan skala kecil telah menjadi sumber pendapatan pilihan terakhir bagi banyak penduduk miskin di daerah proyek. Hal ini disebabkan oleh adanya kebijakan akses terbuka atas sumberdaya perikanan, serta bertambahnya penduduk. Untuk itu tujuan utama proyek adalah : 1) menggalakkan pengelolaan yang lestari atau berkesinambungan dari sumberdaya perikanan 2) menurunkan atau mengentaskan kemiskinan di daerah pesisir melalui penyediaan kesempatan dalam meningkatkan pendapatan serta meningkatkan standar hidup masyarakat nelayan (Co-Fish Project 1998).

Dalam implementasinya Co-Fish Project menetapkan ruang lingkup kegiatan-kegiatan proyek ditujukan sebagai berikut: 1) menggalakkan pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat, 2) meningkatkan pendapatan dan memperbaiki standar hidup dari masyarakat nelayan, 3) merehabilitasi fasilitas fisik perikanan serta memperbaiki dan meningkatkan kondisi sanitasi dan lingkungan serta kualitas produk, 4) memantapkan kapabilitas dari masyarakat nelayan, organisasi-organisasi pembangunan masyarakat, serta lembaga pemerintah yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya perikanan (Co-Fish Project 1998).

2.3.2 Program-Program Co-Fish Project

Dalam pelaksanan pengelolaan sumberdaya perikanan Co-Fish Project melaksanakan program-program sebagai berikut:

1. Pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat, yaitu kegiatan yang bertujuan membangun model pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

2. Penyadaran masyarakat, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumberdaya perikanan.

3. Penguatan kelembagaan masyarakat, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang meliputi koordinasi, perencanaan dan pengelolaan kegiatan.

4. Penegakan hukum, yaitu kegiatan yang bertujuan bagi penegakan dan penyadaran hukum.

5. Pengadaan serta perbaikan sarana dan prasarana, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan sosial maupun ekonomi bagi masyarakat nelayan.

6. Monitoring dan evaluasi, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk memantau secara terus menerus kondisi dan permasalahan dalam kegiatan pembangunan masyarakat dan pengelolaam sumberdaya perikanan (Co-Fish Project 1998).

2.3.3 Komponen dan Pendekatan Proyek

Dalam implementasimya Co-Fish Project menerapkan 4 (empat)

komponen sebagai berikut: 1) pengelolaan sumberdaya perikanan, 2) pengembangan masyarakat dan pengentasan kemiskinan, 3) perbaikan

lingkungan, dan 4) pemantapan kelembagaan. Serta pendekatan-pendekatan dalam implementasi sebagai berikut:

1. Penggunaan suatu pendekatan partisipatif, dengan pendekatan ini masyarakat nelayan akan memiliki kesempatan untuk mengorganisasi diri mereka sendiri (dengan bantuan dari lembaga pemerintah dan LSM), mengidentifikasi kebutuhan khusus mereka, serta merencanakan dan melaksanakan program pengelolaan sumberdaya perikanan khas masyarakat dan program pengembangan usaha.

2. Pelaksanaan kegiatan proyek secara fleksibel di masing-masing lokasi proyek melalui penentuan pendekatan-pendekatan alternatif atas kebutuhan khas dari masyarakat nelayan.

3. Pembinaan kapasitas dari lembaga pemerintah dalam sektor perikanan, LSM dan masyarakat nelayan.

4. Penciptaan kerjasama dan koordinasi yang lebih erat antara lembaga pemerintah dan LSM dalam konteks peran dan tanggung jawab yang ditetapkan proyek (Co-Fish Project 1998).

2.3.4 Kerangka dan Prinsip Kerja Co-Fish Project

Co-Fish Project dalam pelaksanaannya telah memperkenalkan dan mengupayakan penerapan suatu konsep pengelolaan sumberdaya perikanan yang bersifat partisipatif. Masyarakat nelayan sebagai penduduk yang menetap di daerah pesisir merupakan stakeholder utama dalam kegiatan perikanan. Kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan antara lain bertujuan untuk mengembangkan pengelolaan perikanan berbasis komunitas dengan pendekatan partisipatif terhadap masyarakat nelayan. Tujuan lain adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dengan memperbaiki tingkat penghasilannya, memberikan fasilitas prasarana sosial dan menciptakan lapangan kerja alternatif.

Upaya-upaya memperbaiki kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dilaksanakan dengan mengelola atau melakukan pengaturan bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam usaha menggali kekayaan laut untuk memenuhi kebutuhan pangan, memberikan lapangan kerja dan memperoleh devisa atau tujuan positif lainnya (Co-Fish Project 1998). Prinsip kerja yang dibangun Co- Fish Project dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai berikut (Co-Fish Project 1998):

1. Dinas Perikanan Kabupaten dan Dinas Perikanan Provinsi bertanggung jawab terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan.

2. Stakeholder pengelolaan sumberdaya perikanan adalah masyarakat nelayan, sektor swasta dan instansi pemerintah.

3. Stakeholder adalah mitra dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.

4. Stakeholder mempunyai kewajiban dalam pekerjaan mengurus dan pengelolaan sumberdaya perikanan.

5. Partisipasi adalah proses pengambilan keputusan dua arah untuk mencapai kesepakatan dan penyelesaian masalah.

6. Kesadaran masyarakat adalah kunci dari pemanfaatan sumberdaya perikanan secara lestari.

7. Pengelolaan perikanan adalah proses yang terus menerus berdasarkan pengetahuan yang lebih baik.

8. Proses pengambilan keputusan yang transparan.

9. Legislasi serta penegakan hukum dan peraturan adalah dasar dari penataan pengelolaan perikanan.

2.3.5 Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan

Dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan yang dilakukan Co-Fish Project diawali dengan kegiatan penyusunan data base perikanan pantai yang akan memberikan landasan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Upaya dilanjutkan dengan mengidentifikasi isu-isu tentang permasalahan sumberdaya perikanan dan sosial yang berpotensi menjadi konflik.

Tujuan kegiatan pada komponen ini dimaksud untuk mewujudkan berfungsinya mekanisme pengelolaan sumberdaya perikanan dan konservasi habitat ikan berbasis masyarakat yang dilakukan secara partisipatif. Hal tersebut terwujud melalui terciptanya pengaturan upaya pemanfaatan, perlindungan habitat ikan dan peningkatan kepedulian akan kelestarian sumberdaya perikanan. Beberapa bentuk kegiatan antara lain berupa rehabilitasi dan pengelolaan ekosistem bakau yang rusak atau mencegah proses abrasi pantai dengan penanaman pohon bakau baru, pengelolaan ekosistem terumbu karang berupa pembentukan daerah perlindungan laut, pembuatan dan pemasangan terumbu karang buatan, pembentukan daerah suaka ikan, dan kegiatan restoking ikan.

Selain hal di atas, dilakukan pula berbagai kegiatan untuk mengurangi tekanan id sektor perikanan tangkap serta menghilangkan dan mencegah adanya praktek penangkapan yang bersifat merusak seperti penggunaan racun (potasium

sianida) dan pemakaian bahan peledak (pemboman ikan). Ditinjau dari masing-masing lokasi proyek, terdapat perbedaan fokus kegiatan karena adanya

perbedaan permasalahan yang dihadapi diantara lokasi-lokasi proyek dan kebutuhan masyarakat setempat yang berbeda (Co-Fish Project 1998).

Sebelum pelaksanaan proyek dilakukan Resources and Ecological Assessment (REA) dan Social and Ecomic Assessment (SEA). Aktivitas

penyusunan rencana pengelolaan perikanan (management plan) dilakukan berdasarkan hasil elaborasi data base tentang kondisi sumberdaya ikan dan habitat (ekologi) melaui kajian REA, serta kondisi sosial-ekonomi masyarakat nelayan melalui kajian SEA yang dilakukan pada awal kegiatan proyek. Kajian REA memberikan informasi tentang tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kondisi habitat serta isu yang terjadi dalam konteks pemanfaatan sumberdaya perikanan.

Sedangkan kajian SEA memberikan informasi tentang tingkat pendapatan dan kesejahteraan nelayan dan keluarganya. Informasi yang terangkum dalam REA dan SEA selanjutnya dipergunakan untuk menyusun rencana perikanan pantai (fishery management plan) yang bersifat umum dan rangkaian rencana aksi (action plan) yang merupakan rangkaian rencana kegiatan. Rencana kegiatan disusun berdasarkan prioritas isu yang ada pada masing-masing lokasi proyek. Begitu halnya dengan implementasi kegiatan yang dilaksanakan di lokasi-lokasi proyek dimulai dan disesuaikan dengan kajian REA dan SEA. Menurut jenisnya di setiap lokasi dilakukan berbagai kegiatan yang termasuk dalam rangkaian kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan, yang disesuaikan dengan kerangka pemikiran proyek (Co-Fish Project 1998).