• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : Pada bab ini berisi tentang bagaimana sejarah gay di Indonesia dan bagaimana perkembangan kaum gay khusus nya di wilayah Indonesia dan bagaimana perkembangan kaum gay khusus nya di wilayah

LANDASAN TEORI

C. Coming out

1. Pengertian coming out

Coming out merupakan ciri khas pengalaman lesbian dan gay yang merupakan bagian pokok dari biografi homoseksual dan juga merupakan bidang utama dalam riset akademis mengenai homoseksual. Ada beberapa

pengertian mengenai coming out46

"On the one hand, there are those who regard coming out as a"road to Damascus' experience, a single moment of recognition of one's true' self, a gestalt shift in which the label of the derided other is applied to one's self"

Dari pengertian di atas, coming out didefinisikan sebagai jalan yang penuh bahaya bagi homoseksual, saat untuk mengakui kebenaran mengenai diri sendiri, dan mengesahkan label yang menghina yang diberikat oleh orang lain terhadap mereka.

"On the other hand there is the more popular and realistic view that coming out is a long and winding road, a series of realignment in perception, evaluation, an commitment, driven by affirmation I am gay"

45

Sulistyowati Endah, Skripsi : Peran waria danalm Seksualitas laki laki, Depok : FISIP UI, 2003, h. 12.

46

Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h.78.

Dari pengertian di atas, coming out merupakan jalan panjang yang penuh liku, rangkaian pembentukan persepsi, evaluasi, dan komitmen yang menegaskan bahwa saya adalah gay. Lewin mempertegas dengan mengatakan

Coming out as a process of discovering one's true self"47

Pengertian ke dua dari definisi memiliki ke miripan bahwa coming out

merupakan proses penemuan diri yang sebenarnya. Melihat beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa coming out merupakan suatu penegasan kehomoan seorang individu terhadap diri sendiri dan orang lain, yang mengandung risiko berbahaya.

Artinya individu mau tidak mau harus siap menerima label dari oranglain yang menghina dirinya karena kehomoannya, dan dalam lingkup yang lebih luas, hidup dalam masyarakat yang memusuhi48 Seperti telah diuraikan di atas, dengan coming out berarti homoseksual berisiko untuk

dihina. Jika demikian, pasti ada sesuatu yang memaksa mereka untuk coming

out itu bisa berupa peristiwa atau kondisi yang membuat homoseksual

memilih untuk coming out daripada terus menyembunyikan orientasi seksual

mereka yang sebenarnya. Peristiwa atau kondisi yang mendorong coming

out-nya gay tersebut, disebut critical incident, yang juga akan dibahas dalam

bab ini. Peneliti memasukkan critical incident dalam kategori tahap-tahap

47

Lewin Ellen, Lesbian Mothers : Accounts of Gander in American Culture, NY: Cornell University Press 1993, h. 20.

48

Paul And Weinrich, Homoseksuality sociality psychological and biological issue, CA: sage publication 1982, hal. 144.

dalam proses coming out Namun, sebelum membahas critical incident, akan dibahas proses yang mendahuluinya, yaitu mulai timbulnya rasa tertarik homoseksual pada sesama jenis, yang sama dengan heteroseksual, timbul pada usia remaja

Kebanyakan individu mengeksplorasi dan mengintegrasikan identitas seksual mereka ke identitas pribadi mereka selama masa remaja. Perkembangan identitas seksual bisa sangat sulit untuk mereka yang menemukan bahwa mereka gay, lesbian, atau biseksual. Perkembangan identitas seksual mereka, yang dikenal sebagai "proses coming-out," diharapkan untuk mempengaruhi berbagai adaptational (misalnya, fungsi psikologis) dan (misalnya, tindakan seksual) yang berhubungan dengan kesehatan perilaku. Proses coming-out, pada gilirannya, dipengaruhi oleh stres dan kekuatan dibawa untuk menanggung permasalahan tersebut: tingkat retorika anti gay dan perilaku dalam masyarakat, kukuatan para pelaku homoseksual memanfaatkan komunitas gay dan lesbian untuk melawan stigmatisasi masyarakat homoseksualitas dan menimbulkan rasa kekompakan pada komunitas dan pemberdayaan di antara para anggotanya, dan diharapkan meningkatkan kompetensi (misalnya, harga diri, keterampilan

problemsolving).49

49

Erikson, Journal : Childhood and society. New York: Norton. Erikson, E. H. Identity: Youth and crisis. (1968). New York: Norton, h. 7.

2. Pra Coming out

Kesadaran diri terhadap interes seks sesama jenis biasanya merupakan proses yang lambat dan menyakitkan. Individu-individu yang menyadari

perasaan-perasaan tersebut kemungkinan besar akan menolak,

menghilangkan, dan merepres (secara tidak sadar menekan ke

unconsciousness). Pre-coming out adalah proses kesadaran yang

preconscious terhadap adanya identitas seksual terhadap sesama jenis. Konsekuensi yang paling jelas dari kesadaran ini adalah adanya dampak negatif terhadap konsep dri. Individu-individu pada tahap ini sering membentuk konsep diri yang negatif karena sikap masyarakat yang negatif terhadap homoseksualitas dan mereka mempresepsikan diri mereka sama seperti bagaimana masyarakat mempersepsikan mereka yaitu berbeda, sakit, bingung, tidak moral, dan depresi. Individu-individu merasakan penolakan tak langsung ketika mereka mendengar teman-teman sebaya, para pemimpin agama atau keluarga membuat pernyataan-pemyataan yang negatif mengenai kaum homoseksual dan homo- seksualitas. Penolakan tak langsung ini biasanya dirasakan sangat mendalam. sehingga menahan mereka untuk mengungkapkan aspek yang ada dalam diri mereka tersebut kepada siapa pun setiap saat kaum homoseksual mengingkari validitas dari perasaan mereka atau menahan untuk tidak mengekspresikan diri,

pada saat yang sama ia melukai dirinya sendini la membalikkan energinya ke dalam dan melakukan supresi (secara sadar menekan ke

unconsciousness) vitalitas yang dimilikinya50

Individu-individu pada tahap ini tidak membuka diri kepada siapa pun termasuk kepada terapis mereka. Ini bukan karena mereka aktif menyem- bunyikan informasi ini, tapi karena secara tidak disadari terproteksi oleh

mekanisme pertahanan diri seperti denial, supresi (secara sadar menekan ke

unconsciousness), dan represi. Sebagian mengikuti terapi karena mengeluh adanya masalah-masalah umum seperti depresi konsep diri yang buruk, kurang jelasnya tujuan hidup, dan/atau hubungan interpersonal yang buruk. Sebagian semata-mata merasa tidak cocok dengan orang-orang lain.

Konflik pada tahap ini dipecahkan dengan cara yang berbeda-beda.

Beberapa individu memutuskan untuk bunuh diri. Lain-lainnya

menyembunyikan kecenderungan seksual mereka yang sesungguhnya dari diri mereka sendiri maupun orang lain dan terus menderita depresi tingkat rendah yang kronis. Satu satunya pemecahan yang sehat untuk tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengakui kepada diri sendiri adanya perasaan-perasaan dan interes homoseksual. Pada saat inilah teradi individuasi.

50

Paul, Weinrich Gonsiorek & Hotvedt , Homosexuality:Social,Psychological and Biological Issues, London: SAGE Publication. 1982, h.221.

3. Proses coming out

Pada proses ini menggambarkan peningkatan kemampuan beradaptasi sebagai individu menyesuaikan orientasi seksual nya dalam masyarakat di mana heteroseksual adalah norma dan homoseksualitas adalah stigmatisasi. Proses adalah salah satu pembentukan identitas dan integrasi.

Terdiri dari menjelajahi identitas seksual yang muncul dan

mengurangi disonansi kognitif dikaitkan dengan evaluasi negatif

diinternalisasi gay, lesbian, dan biseksual. integrasi identitas termasuk penerimaan seseorang gay, lesbian, biseksual identitas dan berbagi aspek diri dengan individu lainnya. Proses ini memiliki kognitif, perilaku, dan dimensi sikap51

Membuka diri merupakan suatu proses bukan hanya sekedar menyatakan kepada orang lain bahwa dirinya adalah seorang gay. Proses ini melibatkan berbagai elemen seperti preferensi seksual seseorang, pengalaman dengan orang lain dalam sosialisasi peran seksual, proses realisasi mengenai identitas seksual, perilaku dan komitmen untuk gay hidup homoseksual.

Membuka diri dibagi menjadi empat tahapan, yaitu (1) sensinitasi (2)

disosiasi dan signifikansi (3) membuka diri (coming out) (4) komitmen

51

Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h.143.

1. Sensinitasi

Pada tahap ini, individu mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Di tahap ini individu dapat menilai dirinya berbeda dari yang lain melalui tanggapan yang ia dapat dan lingkungan sekitarnya atas dirinya tersebut.

2. Disosiasi dan signifikansi(dissociauon and signification).

Di tahap ini seorang gay menyadari bahwa dirinya memiliki ketertarikan khusus terhadap sesama jenisnya yang dapat digambarkan melalui perilakunya. Ketertarikan ini dapat dipisahkan dalam bentuk ketertarikan secara seksual maupun emosional. Di tahap ini, biasanya individu yang menyadari bahwa dirinya menyukai laki laki kerap kali menyangkal perasaannya tersebut

3. Membuka diri (coming out)

Tahap ini merupakan tahap pendefinisian diri sebagai seorang homoseksual. Pada tahap ini individu mulai terlibat dengan aktivitas homoseksual dan berusaha mendefinisikan kembali bahwa homoseksualitas merupakan suatu hal positif dan layak di masyarakat. Pada tahap individu mulai terlibat secara aktif dalam organisasi organisasi kelompok homoseksual, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan yang dipilihnya. Di tahap ini pula. Individu juga mencoba untuk menyatakan mengenai konsep dirinya sebagai seorang gay kepada kepada orang lain.

4. Komitmen

Pada tahap ini individu menjadikan gay sebagai pilihan hidupnya, yaitu preferensi homoseksual individu telah terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan sosialnya. Tahap ini merupakan kombinasi antara seksualitas dengan emosional. yaitu contohnya individu menjalin relasi hubungan kekasih dengan pasangan laki-laki.

Proses coming out yang terdin dari beberapa tahap perkembangan

yang terjadi pada seorang gay sebelum sampai pada tahap tahap tersebut, sebelummya akan dibahas mengenai critical incident yang menjadi pemicu

terjadinya coming out pada homoseksual, lalu distressing dalam coming out.

Ada beberapa alasan utama yang mendasari terjadinya coming out.

a. Critical Incident

Critical incident adalah hal yang memberikan dampak paling besar terhadap teryadinya suatu peristiwa. Kehadiran seseorang bisa menjadi critical incident bagi kemajuan atau kelambatan produktivitas orang lain dalam melakukan pekerjaannya. Maka, setiap orang tersebut hadir, produktivitas orang lain menjadi terpacu atau terganggu. Demikian juga pada homoseksual. Ada peristiwa atau kondisi yang tak tertahankan bagi homoseksual, sehingga membuatnya memilih untuk menunjukkan orientasi seksualnya yang

sebenarya dari pada menyembunyikan nya52. Waktu antara individuasi(mengakui kepada diri sendiri bahwa dirinya homoseksuall sampai memutuskan bahwa dirinya adalah gay) Renuang waktu yang begitu panjang menunjukkan betapa lamanya waktu yang dibutuhkan oleh homoseksual untuk "berani" ke luar dari tempat persembunyiannya untuk menunjukkan identitas diri yang sebenamya b. Distressing dalam Coming out

French menyatakan bahwa titik balik dalam comingout merupakan

pengalaman yang sangat menyakitkan dan distressing bagi semua gay,

karena ini merupakan peristiwa ketika seksualitas gay atau lesbian diungkapkan dan dikonfirmasikan.

Walaupun mungkin pasangan dari gay/lesbian menyadari ke-gay-an ke-lesbian-an pasangannya sebelum mereka menikah, heteroseksual itu sendiri tetap berasumsi bahwa mereka akan hidup dalam perkawinan heteroseksual dan keluarga yang nyata Selanjutnya akan dibahas tahap-tahap dalam proses coming out menurut tiga ahli yang diperkuat oleh hasil-hasil penelitian para ahli lainnya53

52

Lewin Ellen, Lesbian Mothers : Accounts of Gander in American Culture, NY: Cornell University Press 1993, h. 37.

53

Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h.89.

4. Alasan yang Mendasari Terjadinya Corning out

Coming out ditandai dengan beragam pengalaman dengan berbagai respons dan strategi. Ada tiga alasan utama yang mendasari terjadinya coming out:

a. wanting more time, apabila seorang gay membuka onentasi seksualnya kepada istri/pacar wanitanya, karena gay tersebut memerlukan waktu untuk mengeksplorasi seksualitasnya dalam dunia gay.

b. finding suspicious clues, apabila seorang wanita heteroseksual menemukan tanda-tanda yang menimbulkan kecurigaan mengenai orientasi seksual suami/pacar prianya (contohnya : setelah menemukan majalah gay dirumah mereka, menurunnya ketertarikan seksual suami, meningkatnya waktu yang digunakan oleh suami/pacar pranya untuk bersama-sama dengan teman sesama jenisnya).

c. being caught in the act, apabila seorang wanita mengetahui orientasi seksual suami/ pacar prianya setelah suami/pacar prianya dituntut oleh polisi karena ketahuan berbuat mesum di tempat umum atau karena hasil pemeriksaan medis bahwa suami/pacar prianya terjangkit penyakit AIDS, atau suami/pacar prianya tertangkap basah sedang bersetubuh

dengan sesama jenis54

54

Davies Peter, The role of disclosure in coming out among gay men Modern Homosexualities : Fragments of lesbian an gay Experience, London – Routledge. 1992, h.78.

5. Tahap-tahap Perkembangan dalam Proses Coming out

Tahap-tahap perkembangan pada gay yang terjadi dalam proses coming out Pembahasan ini mengacu pada tiga ahli. Jumlah tahap antara masing-masing ahli berbeda, yaitu :

a. Tahap tahap menurut Davies

Davies menyatakan bahwa ada 2 tahap dalam proses coming out yaitu

individuasi dan disclosure. Individuasi adalah proses psikologis

internal di mana seseorang sampai pada pengakuan kehomoannya dan disclosure adalah proses dimana orang orang lain mengetahui atau memang belajar adanya fakta bahwa individu yang bersangkutan itu

gay. Jadi disclosure bisa merupakan proses aktif atau bisa pula

merupakan proses pasif dari gay itu sendiri. Disclosure bisa teriadi

dalam dua bentuk, yaitu compartmentalization (kompartementalisasi)

dan collusion (kolusi). Kompartementalisasi adalah kondisi di mana gay membagi kehidupannya menjadi dua wilayah. Wilayah yang pertama terdiri dari orang-orang yang mengetahui bahwa dirinya gay. Wilayah yang kedua terdiri dari orang-orang yang tidak mengetahui bahwa dirinya gay. Dalam kompartementalisasi, gay berusaha memastikan bahwa orang-orang dari wilayah yang satu, tak seorang pun kenal dengan orang-orang dari wilayah yang satunya lagi. Dengan kata lain, kehidupan dipisah-pisahkan menjadi beberapa wilayah atau area, di mana pada wilayah yang satu ia dikenal sebagai

gay pria homoseksual, tetapi pada wilayah yang lain ia dikenal sebagai pria heteroseksual. Wilayah-wilayah tersebut dipisahkan oleh jarak yang berkilo-kilometer. Contohnya di antara teman-teman kerja seseorang yang tahu bahwa ia adalah gay, tak seorang pun kenal dengan teman-teman kuliahnya di kota lain yang tidak tahu bahwa ia adalah gay, Selanjutnya kolusi adalah kondisi di mana terjadi disclosure, yaitu gay yang membuka rahasia tentang dirinya kepada orang lain, bersepakat dengan satu atau beberapa orang yang mengetahui rahasia untuk menjaga informasi ini agar tidak diketahui oleh orang-orang lain. Kolusi terdiri dari dua bentuk. Pertama, informasi diketahui oleh beberapa orang, dan mereka menjaga agar informasi ini tidak diketahui oleh satu atau dua orang tertentu contohnya: Sekeluarga (ibu, Ayah, dan saudara-saudara) menjaga agar kakek dan nenek tidak tahu. Dalam contoh kasus kakek dan nenek, biasanya seluruh anggota keluarga akan setuju bahwa lebih banyak ruginya daripada untungnya jika memberitahu kakek dan nenek, karena akan membuat mereka resah. Kedua, informasi diketahui oleh satu atau dua orang tertentu saja, sedangkan kebanyakan orang tidaktahu. Contohnya hanya kakak perempuan a teman terdekat di kantor yang tahu.

b. Tahap Tahap menurut Greene

Greene juga membagi proses coming out dalam dua tahap, dengan

coming out didefinisikan sebagai realisasi yang paling sederhana dari

orientasi seksual seorang gay atau lesbian dan disclosure yang

kemudian terjadi dari orientasi itu kepada orang-orang lain55. Aspek fenomenologis dari proses ini rumit dan melibatkan proses di mana seorang individu membentuk perasaan sebagai gay atau lesbian, yang melintasi life span dalam suatu kultur yang melegitimasi sering berupa sanksi secara agama reaksi reaksi negative yang intens terhadap orang-orang semacam itu Argumen-argumen agama sering dan secara selektif digunakan untuk membenarkan perilaku yang menghukum dan menolak gay, yang memfungsikan sikap sikap sosial yang negatif terhadap gay

c. Tahap Tahap Menurut Gonsiorek

Ia menyatakan bahwa proses ini lebih jelas bagi pria yang coming out

selama periode remaja dibandingkan bagi wanita, dan di awal usia remaja, pria cenderung berperilaku berdasarkan keinginan seksual

mereka la menyebutkan bahwa perbedaan-perbedaan dalam

perkembangan identitas yang disebabkan oleh perbedaan sosialisasi gender merupakan salah satu hal yang menentukan pria lebih jelas dalam coming out dibandingkan wanita.56

55

Greene and Herek, Lesbian and Gays coupels families, Francisco : Jossy bass 1994, h. 90.

56 Gonsiorek JC, Mental health issue of gay and lesbian adolescents, Journal of Adolescent heath care, 1988, hal 112.

BAB III

GAMBARAN UMUM INFORMAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum dari para informan,

yaitu mereka sebagai seorang gay dan yang sudah memutuskan untuk coming out.

A . Profil Informan 1

a) Biodata Informan

1. Nama : "D"

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 11 agustus 1994

3. Usia : 22 Tahun

4. Jenis kelamin : Pria

5. Domisili : Bogor – Cilandak

6. Agama : -

7. Status : Belum Menikah

8. Tahun Coming out : 2012

9. Pofesi : Pegawai Swasta

10.Pendidikan Terakhir : SMP

11.Suku : Jawa

12.Hobby : Dance

b) Riwayat Menjadi Gay

"D" merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya saat berada di bangku SMP. Ia merasa lebih tertarik dengan sesama jenis dan tidak menyukai lawan jenis nya yaitu perempuan. Ia lebih merasa memiliki ketertarika apabila sedang dekat dengan pria dari pada wanita. Namun ia tidak mengerti apa maksud dari hal tersebut. Tepat nya pada tahun 2008 "D" mulai mencari tau mengenai permasalahannya tersebut hingga ahirnya ia menyadari bahwa ia adalah seorang gay dan memutuskan untuk diam saja karena tidak mengetahui apa yang harus ia lakukan. Tahun 2011 ia mencari tau kembali apa itu gay dan mulai memahami nya. Setelah ia mengetahui apa itu gay secara cukup detail melalui group homoseksual yang ada di facebook iya pun merasa bahwa ia tidak sendirian dan tidak mau mengelak mengenai permasalahan orientasi seksualnya.

Awal nya ia mengetahui bahwa menjadi seorang gay adalah salah. Namun disisi lain ia merasa bahwa hal ini bukanlah keinginannya sendiri untuk menjadi seorang gay. Ia merasa ini memang sudah menjadi takdir yang diberikan kepadanya. "D" menjadi seorang gay di sebabkan karena orang tua nya yang tidak harmonis, ia tidak pernah mendapatkan sedikitpun sosok seorang ayah saat ia masih kecil. "D" tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya di sayang dan diperhatikan oleh seorang ayah. Hingga akhirnya ia mencari sosok tersebut saat sudah beranjak dewasa

c) Peran Keluarga

"D" mengatakan kepada ibu serta adik adiknya bahwa ia adalah seorang gay yang memiliki permasalahan dalam orientasi seksual. Saat mendengarkan hal tersebut Ibu "D" yang saat ini usianya 50 tahun pun kaget dan juga kecewa. Lalu "D" mengatakan bahwa hal ini terjadi karena hubungan ibu dan ayah yang tidak harmonis. Ia merasa bahwa selama ini hidup tanpa seorang ayah membuat nya haus akan kasih sayang. Ia sangat menginginkan kasish saya dari seorang pria, ia ingin seperti anak anak yang lain yang suka bermain dengan ayahnya dan "D" pun menjelaskan kepada ibunya bahwa untuk menjadi gay bukan sebuah pilihan tetapi ini seperti memang sudah ada pada dirinya. Hingga akhirnya ibunya mulai menerima dengan hal ini.

Namun Ibu "D" pernah mengatakan bahwa ia berharap kalau kelak "D" dapat berubah dan bisa memiliki istri dan anak dikemudian hari namun ibunya tidak memaksakan hal tersebut. mendengar hal tersebut "D" tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat ia akan menyukai perempuan lalu menikah. Segala kemungkinan dapat terjadi nanti nya.

Orang tua "D" sangat mendukung segala bentuk kegiatan yang dilakukan nya. Karena ia tidak tinggal satu rumah, orang tua dan adik adik "D" hanya berkomunikasi melalui telfon atau SMS. Terkadang "D" apa bila sedang mendapatkan libur dari kantor nya ia memutuskan untuk pulang dan bertemu keluarganya.

d) Pemahaman Mengenai Coming out

"D" memutuskan coming out pada tahun 2011 kepada orang tua serta keluarganya. Ia merasa bahwa hal tersebut tidak perlu untuk di tutupi dan mau menjalankan hidup dengan tenang tanpa harus merasa takut tidak diterima orang banyak mengenai permasalahan orientasi seksualnya tersebut.

Ia tidak mau menjadi orang yang munafik. Setiap orang yang

mengalami permasalahan orientasi seksual harus berani melakukan coming

out. Karena apa bila ditutupi kasihan kepada mereka yang mempunyai

perasaan lebih kepada nya (lawan jenis) sedangkan ia tidak menyukai mereka. Menyimpan kebohongan apapun suatu saat pasti akan terungkap

e) Pengalaman Coming out Di Lingkungan Hetroseksual

"D" awalnya memutuskan untuk coming out kepada keluarganya saja

karena belum merasa orang disektiar nya perlu tahu mengenai permasalahan yang ia alami. Namun dengan berjalannya waktu ia tidak mau lagi menutupi hal tersebut. Ia mulai bercerita dengan teman dekat cowo nya berinisial "K" dan respond dari temannya cukup kaget dan tidak percaya.

Namun "D" menceritakan semua nya dengan jelas kepada temannya tersebut mengenai hal yang ia alami. Dan mengapa akhirnya ia menjadi gay. Setelah mendengar pernyataan dengan baik akhinya temannya pun menerima dengan baik tanpa mempermasalahkan hal tersebut

Saat mulai berkerja ia semakin terbuka dengan siapa pun yang menanyakan mengenai masalah orientasi seksualnya. Setelah banyak orang yang tau hal tersebut "D" sering dijadikan bahan omongan oleh banyak orang. Namun ia tidak memperdulikan hal tersebut karena menurutnya masalah orientasi seksual adalah hal yang sangan pribadi, sehingga setiap orang tidak perlu ikut campur. Walaupun "D" sering di jadikan bahan omongan oleh banyak orang di lingkungan hetroseksual namun ia tetap tidak mau menyembunyikan hal tersebut karena menurut "D" menjadi diri sendiri itulah

Dokumen terkait