BAB III : Pada bab ini berisi tentang bagaimana sejarah gay di Indonesia dan bagaimana perkembangan kaum gay khusus nya di wilayah Indonesia dan bagaimana perkembangan kaum gay khusus nya di wilayah
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
3. Membuka diri ( coming out )
Tahap ini merupakan tahap pendefinisian diri sebagai seorang homoseksual. Pada tahap ini individu mulai terlibat dengan aktivitas homoseksual dan berusaha mendefinisikan kembali bahwa homoseksualitas merupakan suatu hal positif dan layak di masyarakat. Pada tahap individu mulai terlibat secara aktif dalam organisasi organisasi kelompok homoseksual, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan yang dipilihnya. Di tahap ini
98
Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143.
99
pula. Individu juga mencoba untuk menyatakan mengenai konsep dirinya
sebagai seorang gay kepada kepada orang lain100
Pada informan "D" Setelah ia mengetahui perbedaan yang terjadi pada dirinya dan Akirnya ia memutuskan untuk coming out karena ia sudah tidak mau menutupi ini semua. "D" mulai terlibat dengan aktivitas homoseksual dan berusaha mendefinisikan kembali bahwa homoseksualitas merupakan suatu hal positif dan layak di masyarakat.
"Gue setelah mengetahui masalah yang gue alami ini gue gak mau lama lama buat nutupin hingga akhirnya gue kasih tau
keseluruh anggota keluarga gue alias coming out di tahun
2011"101
Dengan coming out "D" juga mengaharapkan mendapatkan dukungan dari
orang terdekatnya mengenai permasalahan ini sehingga tidak hanya dia saja yang tau dan ia bisa mendapatkan masukan masukan dari orang orang terdekatnya.
Pada coming out ada juga peristiwa atau kondisi yang tak tertahankan bagi
homoseksual, sehingga membuatnya memilih untuk menunjukan orientasi
seksualnya yang sebenarya dari pada menyembunyikan nya102.
100
Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143.
101
Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016 102
Lewin Ellen, Lesbian Mothers : Accounts of Gander in American Culture, NY: Cornell University Press 1993, h. 37.
Pada informan "R" keputusan untuk membuka diri bukan karena ingin terlibat secara aktif dalam organisasi organisasi kelompok homoseksual, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan yang dipilihnya seperti pada informan
sebelumnya. Ia memutuskan untuk coming out karena orang tua yang telah
melihat gerak gerik aneh yang ia lakuakan. Dan juga karena ia yang stress menangani masalah ini sendirian. Sehingga kuliahnya yang saat itu di Bandung menjadi kacau karena hal itu tersebuttlah ibu tiri dari "R" mencurigai gerak gerik yang ia lakukan.
"Nyokap tiri gue, kayak nya sih dia emang mulai baca gerak gerik gue gitu selama ini. dan akhirnya pas gue sampe rumah dia nanya apa yang lagi gue alamin sampe bisa stress kaya gitu. Tapi gue gak mau cerita sama doi. Gue malu banget mau ceritanya hingga akhirnya dia kasih gue buku. Dan suruh gue nulis apapun yang gue rasain selama ini hingga akhirnya gue stress. Abis itu ya gue lakuin aja yang dia suruh karena gue juga udah gak kuat nahan ini sendirian"103
Secara tidak langsung "R" memutuskan untuk coming out dengan cara menulis segala permasalahan yang ia alami melalui buku yang diberikan oleh
ibunya. Walaupun pada awalnya melakukan coming out bukanlah
keputusannya yang ia buat sendiri. Tapi ia mengakui setelah menceritakan hal tersebutt membuatnya menjadi lebih tenang
103
Coming out as a process of discovering one's true self"104
Pada tahap ini merupakan tahap pendefinisian diri sebagai seorang homoseksual105. "A" mulai terlibat dengan aktivitas homoseksual dan berusaha mendefinisikan kembali bahwa homoseksualitas merupakan suatu hal positif dan layak di masyarakat. Pada tahap ini pula "A" mulai terlibat secara aktif dalam organisasi organisasi kelompok homoseksual, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan yang dipilihnya. "A" juga mencoba untuk menyatakan mengenai konsep dirinya sebagai seorang gay kepada kepada orang lain.
"Awalnya dari kaka gue. Kayaknya kaka gue udah mulai curiga sama gerak gerik gue hingga akhirnya dia nanya ke gue "are u gay?" pas ditanya gitu gue mulai agak panik sih. Cuma gue berusaha tegar aja dan jawab "yes. i'am" tapi setelah gue jawab itu yang aneh nya kaka gue biasa aja"106
Sama dengan informan "R" yang sebenarnya melakukan coming out
karena sudah ada pihak terdekat yang mulai mencurigai gerak gerik aneh dari informan. Pada tahap ini "A" memutuskan untuk mengakui saja apa yang ia rasakan kepada kakaknya tersebutt, karena ia rasa ini adalah waktu yang tepat.
104
Lewin Ellen, Lesbian Mothers : Accounts of Gander in American Culture, NY: Cornell University Press 1993, h. 20.
105
Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143.
106
"coming out itu nyandu banget asal lo mau tau cu. Ketika lo udah cerita sama satu orang mengenai orietasi seksual lo dan hal itu ngebuat lo jadi pengen terus terusan cerita kebanyak orang karena ngerasa seneng banget ketika lo itu udah diterima banyak orang. Ya walaupun awal awalnya temen gue kaget mengenai maslah gue ini Cuma makin kesini mereka santai aja"107
Setelah memutuskan coming out hal itu membuat "A" menjadi sangat lega dan membuatnya ingin mengatakan kepada siapapun orang terdekatnya. Walaupun pada awalnya orang terdekat "A" merasa kaget dengan pilihan nya. Namun saat ini banyak temannya yang mendukung pilihannya tersebut
4. Komitmen
Pada tahap ini individu menjadikan gay sebagai pilihan hidupnya, yaitu preferensi homoseksual individu telah terintegrasi dalam kehidupan
sehari-hari di dalam lingkungann sosialnya. Tahap ini merupakan kombinasi antara
seksualitas dengan emosional. yaitu contohnya individu menjalin relasi
hubungan kekasih dengan pasangan laki-laki108
Seperti yang disampaikan mengenai pengertian komitmen diatas. Informan "D" mengenai keputusan yang ia pilih dan sudah berkomitmen untuk mengatakan pada orang mengenai permasalahan orientasi seksualnya
107
Wawancara pribadi dengan informan "A". Jakarta 29 Maret 2016.
108
Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143.
"Gue gak peduli sama yang mereka omongin. Emang gue makan dari uang mereka semua apa? Itu sih pilihan mereka, kalau mau temenan sama gue si capcus kalau enggak ya gak apa apa juga keleus"109
Saat ini "D" sudah memutuskan untuk tidak perduli dengan apapun yang orang katakan mengenai dirinya. Ia hanya ingin menjalani hidupnya sesuai dengan yang ia inginkan. Tidak memperdulikan bagaimana respon lingkungann sekitar dengan yang ia lakukan. "D" juga sudah menjalin relasi dengan pasangan laki laki
"Gue ngekost bareng laki gue di cilandak hehe tapi kadang gue balik kerumah gue sih di bogor buat ketemu nyokap sama adek adek gue. Gue harus ngekost dikawasan selatan soalnya. Kalau tinggal di bogor gue kerjanya kejauhan."110
"D" sudah memutuskan untuk tinggal bersama dengan pacarnya tanpa memikirkan bagaimana nanti lingkungann membicarakannya. Yang terpenting saat ini menurut "D" adalah dia tetap bisa mejadi dirinya sendiri tanpa harus memikirkan omongan orang terhadap dirinya.
Sama dengan informan sebelumnya pada tahap ini individu menjadikan gay sebagai pilihan hidupnya, yaitu preferensi homoseksual individu telah terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungann sosialnya111.
109
Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016.
110
Wawancara dengan informan "D" Jakarta 17 April 2016
111
Cass, V. C, Homosexual identity formation: Testing a theoretical model. Journal of Sex Research, (1984), h. 143.
Di tahap ini juga "R" sudah tidak memusingkan omongan omongan orang terhadap dirinya.
"Awal awal sih emang gue rada baper gitu tapi makin kesini gue makin biasa aja. Malah kalau ada yang ngatain gue malah seneng dan gue balikin aja omongan mereka. Ah.. cyin hari
gini mah gak usah mikirin omongan orang banget"112
Seperti yang telah ia sampaikan pada tahap ini yang dilakukan hanyalah menjadi diri sendiri. Dan tidak terlalu memikirkan omongan orang lain terhadap dirinya. Dan menjadi kan Gay ini sebagai pilihan kehidupan tanpa harus takut dengan pembicaraan buruk orang sekitar terhadap dirinya. Pada tahap ini "R"sudah bernai berkomitmen dengan apa yang ia pilih
Pada tahap ini "A" menjadikan gay sebagai pilihan hidupnya, ia sudah memutuskan untuk menjalin relasi hubungan kekasih dengan pasangan laki-laki.
"SMA mulai pacaran dia datang kerumah temen gue dan ngasih gue bunga sambil nembak gue. Asli sih kaget banget cuma karena ya waktu itu gue ada perasaan suka ya akhirnya gue terima dia. Akhirnya kita pacaran"113
Saat SMA ia sudah memutuskan untuk membuat komitmen dengan berpacaran sesama jenis dan menunjukan jati diri ia sebenernya. Hal itu terus ia lakukan tanpa berusaha untuk menyukai lawan jenis.
112
Wawancara pribadi dengan informan "R" Bekasi 18 Maret 2016
113
"Gue gak suka buat pura pura jadi orang lain. Buat apa jug ague ngejalanin sesuatu yang jelas jelas gue gak suka? jadi gue gak pernah deh nyoba nyoba sam cewe. Gak napsu juga"
Hal yang dikatakan oleh "A" diatas menunjukan bahwa ia sudah memilih untuk menjadi seorang Gay tanpa harus berpura pura menjadi orang lain dan ia sudah berkomitmen untuk memiliki hubungan dengan sesama jenis.