Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para siswa belajar dengan efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Dalam konteks ini Nana Sudjana yang dikutip Wijaya dan Tabrani mengemukakan sebagai berikut: Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan lain-lain yang merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru memegang peranan penting terhadap proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Sudjana (1995: 62) mengemukakan bahwa “Ketrampilan atau kemampuan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang dimilikinya dalam hal pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain adalah : 1) menguasai bahan pelajaran yang disampaikan kepada siswa, 2) terampil berkomunikasi dengan siswa, 3) menguasai kelassehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa, 4) terampil mengunakan alat dan sumber belajar, 5) terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan”.
Menurut Hoang (2009:6 ). Classroom management describes a teacher’s efforts to oversee classroom activities such as learning, social interaction, and student behavior. Penguasaan kelas guru merupakan usaha guru untuk mengawasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, interaksi sosial serta tingkah laku siswa.
Keikutsertaan siswa dalam proses belajar-mengajar akan menumbuhkan keaktivan belajar dalam proses belajar-mengajar. Aktivitas siswa ditunjukkan dengan berbagai tindakan atau kegiatan yang mendukung proses pembelajaran, seperti memperhatikan penjelasan materi pembelajaran, berbicara yang relevan
commit to user
dengan materi pembelajaran dan mengerjakan tugas sesuai dengan materi yang diberikan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:45), keaktivan belajar dikelompokkan menjadi dua yaitu kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengarkan, menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis meliputi menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
Paul. B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Sudjana (1995:61) penilaian proses beljar-mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktivan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Keaktivan siswa dapat dilihat dalam hal:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 2) Terlibat dalam pemecahan masalah
commit to user
3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis
8) Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya
Dalam penelitian ini keaktivan belajar yang diukur yaitu keaktivan belajar dalam kegiatan fisik, yaitu meliputi tingkat kehadiran siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar, menjawab pertanyaan guru, memberikan tanggapan atas pertanyaan siswa lainnya, mengerjakan soal di depan kelas, mengerjakan tugas, serta aktif bertanya dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Model pembelajaran terprogram
Gino, dkk (1999: 32) mengemukakan “Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ektern dalam kegiatan belajar-mengajar”. Menurut Syah (1995:132) secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam. 1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa 2) faktor eksternal, (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa dan faktor 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.
Pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran bukan hanya berasal dari guru saja tetapi juga sumber belajar lainnya. Pengajaran terbatas pada hal-hal yang dilakukan guru sehingga fungsi guru hanyalah salah satu bentuk dari pembelajaran. Pembelajaran tidak terbatas pada kelas formal saja melainkan juga kegiatan belajar yang bersifat non formal dan tidak menuntut keharusan adanya guru secara fisik.
commit to user
Menurut Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya misalnya tenaga labolatorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Dijelaskan kembali oleh Hamalik (2001:64), tujuan pembelajaran adalah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat, sedangkan sekolah berfungsi untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan mereka dan untuk memecahkan masalah sehari-hari dalam lingkungan masyarakat.
Pembelajaran akan senantiasa berkenaan dengan bagaimana menyampaikan isi materi. Menurut Suparman (2001:168) pembelajaran dikembangkan dari empat komponen utama, yaitu: urutan kegiatan, metode, media dan waktu. Komponen utama yang pertaman yaitu urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu: pendahuluan, penyajian, dan penutup, sebagai berikut: Pendahulan, terdiri dari: 1) Penjelasan singkat tentang isi pelajaran, 2) Penjelasan relevansi isi pelajaran dengan pengalaman peserta didik, 3) Penjelasan tujuan pembelajaran. Penyajian berisikan: 1) uraian, 2) contoh, 3) latihan. Penutup terdiri dari 1) tes formatif dan umpan balik, (8) tindak lanjut. Komponen utma yang kedua adalah metode pembelajaran yang terdiri dari atas berbagai metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan pembelajaran. Dalam setiap langkah dapat menggunakan satu atau lebih metode yang digunakan. Komponen utama yang ketiga yaitu media pembelajaran, berupa media cetak atau audiovisual yang digunakan dalam setiap langkah urutan kegiatan pembelajaran. Komponen keempat adalah waktu yang digunakan pada setiap langkah urutan kegiatan pembelajaran.Gane dan Briggs yang dikutip Suparman (2001:166) menyebutkan sembilan urutan pembelajaran, yaitu: 1) Memberi motivasi atau menarik perhatian, 2) Menjelaskan tujuan pembelajaran, 3) Mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) Memberi stimulus, 5)
commit to user
Memberi petunjuk belajar, 6) Menimbulkan penampilan peserta didik, 7) Memberi umpan balik, 8) Menilai penampilan, dan 9) Menyimpulkan.
Menurut Donald P.Elly dan Gerlach, pengajaran terprogram ialah penggunaan bahan-bahan yang diprogramkan (atau disebut program saja) untuk mencapai tujuan pendidikan (Muntasir, 1985 : 27). Bahan-bahan yang diprogramkan bisa berupa teks, modul, pita cassette, atau gambar-gambar. Untuk mengetahui hasilnya, disediakan beberapa bahan yang dapat menerangkan jawaban yang benar atau menunjukkan untuk terus pada item atau bingkai berikutnya, yang dengan demikian memberi tanda telah diselesaikannya item sebelumnya atau bingkai sebelumnya.
Pengajaran terprogram merupakan salah satu sistem pengajaran yang dalam pembelajarannya mengunakan frame-fame atau bingkai-bingkai yang secara garis besar berisikan informasi serta pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Setiap bingkai disusun secara berurutan sehingga membentuk suatu mata rantai. Menurut Wijaya, dkk (1988:69-70) bahan pengajaran terprogram yang disusun oleh Skiner terdiri atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan Frame atau bingkai. Bahan itu disusun dari yang paling mudah kepada yang paling sulit. Tiap bingkai mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu (a) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, (b) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspon oleh mrid, dan (c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau salah.
Menurut Winkel (1991:427) pengajaran terprogram merupakan suatu sistem belajar yang memungkinkan siswa untuk mempelajari materi tertentu, yang telah terbagai atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara berurutan, demi mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap bagian merupakan suatu mata rantai; sejumlah mata rantai yang telah dirangkaikan menurut urutan tertentu, merupakan suatu “program”.
Dalam pengajaran terprogram terdapat dua model atau tipe, yaitu tipe linier yang pertama kali diperkenalkan oleh Skinner dan tipe branching yang
commit to user
pertama kali diperkenalkan oleh Crowder. Perhatikan uraian masing-masing tipe dibawah ini:
a) Model Pembelajaran Terprogram Tipe Linear
Model terprogram tipe linier pertama kali diperkenalkan oleh Skiner pada tahun 1971 (Muntasir, 1985 : 27). Model ini disebut tipe linier, sebab dalam mencapai tujuan pembelajarannya siswa hanya menghadapi satu bingkai secara urut dan terus menerus mulai bingkai pertama sampai bingkai terakhir atau bingkai terminal. Dengan demikian kemampuan siswa berkembang setapak demi setapak seiring dengan nomor bingkai yang dihadapi. Menururt Winkel (1991:427) dalam rangka pola ini, siswa menyelesaikan isi suatu program yang terdiri atas sejumlah mata rantai yang telah diurutkan dalam sekuensi yang pasti dan tidak berubah-ubah, seolah-olah siswa disalurkan melalui jalan yang lurus menuju ketujuan tanpa berbelok-belok (linier). Bila kita gambarkan tipe ini akan terlihat sebagai berikut:
Gambar1. Skema Pembelajaran Teks Terprogram Tipe Linier
Ciri tipe tipe linier ini menggunakan “frame-frame” atau bingkai-bingkai sebagai langkah-langkah dalam pembelajarannya. Tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu (1) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, (2) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspons oleh murid, dan (3) respons yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau salah. Menurut Wijaya, dkk (1988:69-70) bahan pengajaran terprogram yang disusun oleh Skiner terdiri atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan Frame atau bingkai. Bahan itu disusun dari yang paling mudah kepada yang paling sulit. Tiap bingkai mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu (a) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, (b) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab
1 2 3 4 5 6 7 8
commit to user
atau direspon oleh mrid, dan (c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau salah
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bentuk-bentuk bingkai tipe linier dibawah ini :
Tabel 1. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terprogram Tipe Linier
Program Skinner ini juga ditandai adanya petunjuk untuk menjawab soal yang disebut “cue” pada setiap langkah belajar untuk menjamin munculnya jawaban yang tepat yang berarti juga mencegah penjawaban yang salah (Muntasir 1985:29). Menurut Klaus dalam Muntasir (1985:29) aliran yang didukung Skinner ini menghasilkan program yang ditandai adanya “frames” atau bingkai, sebagai langkah kecil. Pada waktu belajar, siswa hanya menghadapi satu bingkai saja. Siswa membaca pelajaran dalam bingkai itu, menulis tanggapannya, kemudian membuka halaman berikutnya untuk melihat jawaban yang seharusnya (kunci jawaban) sebagai “reinforcement” terhadap jawaban yang telah ia lakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Tabel 2. Bentuk-Bentuk Bingkai Metode Terprogram Tipe Linier Bingkai-1
Respon
(berisikan kunci jawaban bingkai 1)
Pertanyaan : ………
(Sesuatu yang harus dijawab oleh siswa)
Informasi : ……… (berisi materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa) Wijaya (188:70) C. Respon no.3 A. Unit Informasi no.4 B. Pertanyaan no.4 C. Respon no.2 A. Unit Informasi no.3 B. Pertanyaan no.3
commit to user
Wijaya, dkk (1988: 69-70) mengemukakan “Pada tiap bingkai tipe linier mengandung tiga unsur, yaitu: 1) informasi, yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, 2) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspons oleh murid, dan 3) respons yang berfungsi sebagai kunci jawaban serta penguatan “reinforcement” bagi siswa. Penguatan ini diberikan dengan segera, supaya terbentuk pertanyaan dan jawaban siswa. Untuk itu agar tercipta “reinforcement” atau penguatan siswa harus mengetahui langkah-langkah atau rute pada setiap bingkai, serta mampu menyelesaikan setiap bingkai pada tipe linier ini. Langkah-langkah tersebut yaitu:
1. murid mempelajari bahan pelajaran yang tercantum pada unit informasi. Setipa unit informasi mengandung suatu penjelasan tentang suatu materi yang disertai contoh-contoh untuk memperjelas materi tersebut.
2. langkah kedua, setelah murid mempelajari materi pada unit informasi tersebut, ia dihadapkan dengan tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan atau dijawabnya sebagai bahan latihan sehubungan dengan materi yang baru diperlajari.
3. pada langkah ketiga murid mencocokkan jawaban atau hasil pekerjaannya dengan kunci yang tercantum pada bingkai berikutnya atau pada bingkai itu juga. Dengan demikian, murid akan dengan segera mengetahui apakah jawaban itu benar atau tidak. Setelah ketiga langkah itu ditempuh, murid baru boleh melanjutkan kegiatan belajar kebingkai berikutnya. Murid mempelajari
Bingkai-2 Respon
(berisikan kunci jawaban bingkai 2)
Pertanyaan : ………
(Sesuatu yang harus dijawab oleh siswa)
Informasi : ……… (berisi materi pelajarn yang akan disampaikan kepada siswaserta petunjuk untuk menjawab soal pada bingkai 1)
commit to user
bahan pelajaran mulai dari bingkai pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, sampai bingkai yang paling akhir yang disebut dengan bingkai terminal. Di bawah ini contoh model pembelajaran terprogram tipe linear :
Tabel 3. Contoh Model Pembelajaran Terprogram Tipe Linier
Ilmu pengetahuan yang mempelajari iklim disebut .... a. geomorfologi c. Meteorologi b. klimatologi d. Astronomi
b. klimatologi Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca yang dikembangkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Di bawah ini yang termasuk faktor pembentuk cuaca dan iklim, kecuali ....
a. curah hujan c. kelembaban udara b. tekanan udara d. lapisan udara
d. Lapisan udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ini bertugas menyelidiki dan mencatat keadaan seperti :
commit to user
b) Model Pembelajaran Terprogram Tipe Cabang
Model terprogram tipe cabang pertama kali diperkenalkan oleh Crowder pada tahun 1977 (Muntasir, 1985: 31). Winkel (1991: 422) mengemukakan “Dalam pola pengajaran berprograma yang dikembangkan oleh Crowder, siswa juga bekerja sendiri-sendiri tanpa bantuan langsung dari guru, tetapi tidak semua siswa mengikuti rangkaian langkah-langkah atau mata rantai yang sama. siswa disalurkan melalui jalan yang berbeda-beda, tergantung dari kesalahan yang dibuat ; siswa yang tidak membuat kesalahan akan maju dengan lebih cepat dari pada siswa yang membuat kesalahan. Maka pola pengajaran berprograma ini dikenal sebagai “Program Bercabang’ (branching program)”.
Di bawah ini skema pembelajaran terprogram tipe bercabang:
Gambar 2. Skema Pembelajaran Metode Terprogram Tipe Bercabang Winkel (1991:432) mengemukakan ”Dalam pola program bercabang, setiap langkah atau mata rantai berakhir pada suatu pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda (multiple choice). Siswa memilih salah satu dari alternatif jawaban yang disediakan. Kalau pilihan tepat, siswa terus mengerjakan langkah atau mata rantai berikutnya; kalau salah, siswa disuruh berhenti dan melihat bagian lain. Bila program dituangkan dalam bentuk buku, siswa yang telah menjawab betul boleh melanjutkan kehalaman tertentu; bila siswa telah menjawab salah, dia disuruh melihat halaman lain, dimana disajikan penjelasan tentang jenis kesalahan yang dibuat. Kemudian, siswa yang mula-mula memilih salah, mengerjakan pertanyaan semula sekali lagi dan membuat pilihan baru”.
7 5 1 4 11 2 10 3 8 6 9 16 14 15 13 12 Wijaya, dkk (1988:75)
commit to user
Di bawah ini contoh bentuk pembelajaran tipe bercabang : Tabel 4. Bentuk Pembelajaran Terprogram Tipe Bercabang
Wijaya, dkk (1988: 75) mengemukakan ”Tipe brangching atau bercabang juga terdiri dari frames-frames atau bingkai-bingkai, pada tiap bingkai juga terdapat tiga unsur, yaitu (1) informasi, pada tipe ini tidak sesingkat pada tipe linier, tetapi lebih luas dan lebih banyak. (2) pertanyaan, berisikan pertanyaan sehubungan dengan informasi di atasnya. Disini berbeda dengan tipe linier, sebab tiap pertanyaan disertai beberapa kemungkinan jawaban yang dapat dipilih oleh siswa, dan setiap item jawaban mempunyai rute yang berbeda dengan item jawaban yang lain. (3) pengecekan, dalam tipe linier terdapat respons yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dalam tipe ini murid tinggal memilih sejumlah kemungkinan jawaban yang terdapat pada setiap bingkai. Pengecekan kadang-kadang hanya berupa kata-kata yang membenarkan atau yang menyalahkan respons murid. Akan tetapi, selalu disertai penjelasan yang menerangkan mengapa jawaban atau respon itu benar atau salah”.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Wijaya,dkk (1988: 75) cara belajar dengan tipe bercabang ini yaitu:
1. langkah pertama yang dilakukan murid ialah mempelajari petunjuk yang ditulis pada halaman-halaman pertama.
2. langkah kedua, murid mempelajari informasi yang disajikan didalam bingkai pertama, kemudian memberikan respons atas pertanyaan yang tercantum pada bingkai tersebut dan memilih salah satu kemungkinan Bingkai no. 6 C. Pengecekan no. 4
Tugas untuk kembali ke no. 4 Bingkai no. 8 C. Pengecekan no. 4 A. Unit Informasi B. Pertanyaan di sertai kemungkinan jawaban Bingkai no. 4 C. Pengecekan no. 2 A. Unit Informasi B. Pertanyaan di sertai kemungkinan jawaban Wijaya,dkk. (1988:75)
commit to user
jawaban yang tersedia. Setiap kali murid memilih salah satu kemungkinan jawaban, ia disuruh mengeceknya pada bingkai lain yang telah ditentukan. 3. langkah ketiga, murid mengecek responsnya itu pada bingkai yang telah
ditentukan sesuai dengan pilihannya tadi. Dalam hal ini, rute yang ditempuh murid akan berbeda-beda sesuai dengan pilihannya masing-masing. Dibawah ini contoh teks terprogram tipe bercabang.
Tabel 5. Contoh Model Pembelajaran Terprogram Tipe Bercabang
Wijaya,dkk (1988: 73-74) mengemukakan antara pendapat Skinner dan pendapat Crowder terdapat beberapa perbedaan. beberapa perbedaan yang dicatat ialah:
Arah angin yang terdapat pada suatu tempat akan mengikuti hukum....
a. Hukum Boys Ballot (lihat bingkai-5) b. Hukum Boyle (lihat bingkai-7)
c. Hukum Gravitasi (lihat bingkai-4) d. Hukum Kepler (lihat bingkai-6) a. Hukum Boys
Ballot
Angin adalah udara yang bergerak horizontal (sejajar dengan permukaan bumi).
c. Anemometer Menurut Hukum Buys Ballot, gerakan angin mengikuti suatu ketentuan yang dinyatakan sebagai berikut: “angin bertiup dari daerah yang bertekanan maksimum menuju daerah yang bertekanan minimum, di belahan bumi utara membelok ke kanan dan di belahan bumi selatan membelok ke kiri.
Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut…. a. Barometer (lihat bingkai-2)
b. Termometer (lihat bingkai-3) c. Anemometer (lihat bingkai-8) d. Higrometer (lihat bingkai-9)
commit to user
1. Skinner berpendapat bahwa di dalam proses belajar anak harus diusahakan agar terhindar dari berbuat kesalahan karena kesalahan atau kegagalan dapat menghambat kamajuan anak dan mengurangi kegairahan anak dalam belajar. dalam hal ini Crowder berbeda dengan Skinner. Crowder berpendapat bahwa anak tidak selalu harus merespons dengan benar ; ia akan belajar pula dari kesalahan atau kegagalan yang diperbuatnya. yang penting ialah anak harus mendapat kejelasan mengapa perbuatannya itu disalahkan atau dibenarkan. jadi, bila anak merespons dengan salah, ia akan segera mengetahui mengapa responsnya salah. Dengan demikian anak akan mendapat informasi yang lebih luas dan lebih jelas sehingga dapat dijadikan pedoman untuk langkah selanjutnya.
2. Bahan pelajaran tidak perlu dipecah menjadi unit-unit bahan yang kecil-kecil sekali sehingga tiap unit bahan dapat dilukiskan hanya dengan beberapa puluh kata saja dalam tiap bingkai. Yang penting, tiap unit bahan harus dikemukakan dengan sejelas-jelasnya sehingga informasi pada tiap bingkai bias lebih luas dan lebih banyak.
c) Kelemahan Dan Kelebihan Model Terprogram
Sebagaimana metode-metode lain, secara umum metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Nasution (2005:59-60) keunggulan pengajaran terprogram ini adalah : (1) Langkah-langkah menuju tujuan dapat dikontrol atau diatur dengan jaminan yang tinggi bahwa tujuan akan tercapai sepenuhnya. (2) Balikan atau feedback yang langsung atau segera, sehingga segera diketahui kesalahan murid untuk diperbaiki, akan tetapi dapat pula menunjukkan kelemahan program itu sendiri. (3) Partisipasi aktif dari pihak murid. (4) Kesempatan bagi murid untuk belajar dan maju menurut kecepatan masing-masing. Sedangkan kelemahannya yaitu : (1) program ini sering panjang lebar dan arena itu membosankan, kecuali bila diberi kesempatan untuk maju menurut kecepatan masing-masing. (2) Sebenarnya tidak memberi kesempatan individualisasi bahan pelajaran, artinya memberi kesempatan memilih pelajaran menurut kebutuhan individual, karena bahan pelajaran dan demikian pula cara
commit to user
mempelajarinya telah ditentukan dan murid terikat pada metode serta isi program itu. (3) Juga dalam pengajaran yang bercabang tidak ada kemungkinan bagi murid untuk memilih; murid diatur untuk mengikuti jalur tertentu. (4) Sedikit kemungkinan membuat kesalahan, karena program itu telah diatur sedemikian rupa sehingga langkah-langkah itu sanggat mudah untuk dijawab dengan baik.
4. Media dalam Pembelajaran Terprogram
Pengertian media menurut arsyad (2005: 3) adalah sebagai berikut: “kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah,