• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009 2010"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN

HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM

SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN

2009/2010

Oleh : SUNARSO

K 5403060

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN

HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM

SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN

2009/2010

SKRIPSI

Oleh : SUNARSO

K 5403060

Ditulis dan diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Gografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sarwono, M. Pd Yasin Yusup, S. Si, M. Si

(4)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 18 November 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si 1………

Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si 2………

Anggota I : Dr. Sarwono, M.Pd 3………

Anggota II : Yasin Yusuf, S.Si, M.Si 4………

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Sunarso. K5403060. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPENTENSI DASAR CUACA DAN IKLIM SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010.

Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Penididikan. Universitas Sebelas Maret, Agustus 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktivan dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 dengan mengunakan model pembelajaran terprogram tipe linier.

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas, dengan obyek penelitian yaitu siswa kelas VII Muhammadiyah 9 Boyolali tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa sebanyak 124 siswa. Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII B dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Sumber data penelitian ini adalah (1) Siswa SMP Muhammadiyah 9 Boyolali, yaitu pelaksanaan kegiatan pembelajaran geografi di kelas VII B; (2) Informan, yaitu guru bidang studi geografi kelas VII; (3) Dokumen, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus dan instrumen penelitian. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis diskriptif kualitatif.

(6)

commit to user

ABSTRACT

Sunarso. K5403060. The use of programmed learning to increase students’ activities and learning result on the basic competence of weather and climate on SMP Muhammadiyah 9 Boyolali academic year 2009/2010. Thesis. Surakarta. Teaching Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. Agustus, 2010.

The purpose of this research are to know improvement students’ activities and learning result of seventh grade students of SMP Muhammadiyah 9 Boyolali academic year 2009/2010 by using programmed learning type linier.

The research and action research which the object of this research is seventh grade students of SMP Muhammadiyah 9 Boyolali academic year 2009/2010, and the total students are 124 students. Subject of this research is students of VII B which total students is 30 students. The source of the data are (1) students of SMP Muhammadiah 9 Boyolali who were class VII B as subject of teaching; (2) informan is geograpy’s teacher of seventh grade students; (3) document are lesson plan, sillaby research instrument. Tecnigues of analyzing the data by using diskriptive qualitative analisis

(7)

commit to user

vii MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”.

(Q.S. Al-Insyiah : 6-8)

“Jadikanlah Sabar dan Sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya demikian itu sesungguhnya berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk”.

(Q.S. Al-Baqarah : 45)

(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas kasih

sayang dan pengorbanan yang setulusnya

tercurah untukku.

2. Kakakku tercinta yang memberikan doa, kasih

sayang dan dukungan pada setiap langkahku.

3. Teman-teman Geografi angkatan 2003

terimakasih atas kebersamaannya.

4. Arum Sari

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia

dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan

skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sebagai persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan. Berkat bantuan dari berbagai pihak, kesulitan dalam

penyusunan skripsi ini dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya,

disampaikan terima kasih dan penghargaan yang teramat tulus diberikan kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah

memberikan izin penelitian.

2. Ketua Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah

memberikan izin penelitian.

3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi, Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS

Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian.

4. Bapak Dr. Sarwono, M.Pd., selaku pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran telah memberikan bimbingan, petunjuk dan dorongan bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si, selaku pembimbing II juga sebagai

pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan selama kuliah dan

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Program Studi Geografi atas bimbingan ilmu selama ini.

7. Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang telah memberikan ijin

penelitian.

8. Mimin Triyas Winarsi, S.Pd, selaku guru geografi SMP Muhammadiyah 9

Boyolali, yang telah membantu membimbing dan mengarahkan selama

penelitian.

9. Teman-teman Geografi angkatan 2003, Tatag Widodo dan Evilyanto yang

telah memberikan bantuan selama masa penelitian hingga terselesaikannya

skripsi ini, Muryono, Eko, Tri W, Rulianto, Tonoto, Nanang, Tri Ariel, Doni,

(10)

commit to user

Iwan, Aris si boy, Joko, Marjoko, Agus Supriyanto, Agus Sugiarto, Zaenal,

faneli, Sumanto, Dodik, Faris, Tinus, Oni, Gunawan, Budi Utomo, Heru,

Alex, Bejo, Ikshan, Budi H(Alm), Ali Warsito, Aster, Heni, Thoifah, Fitria,

Endah Martati, Nur Indah, Indah Evi, Eni Diah, Icha, Daryati, Ana

Setyaningsih, Puput, Rekyan, Yulita, Yunita, Yuni, Elis, Lilis, Anis, Rohma,

kalian teman-teman yang sangat fenomenal dan unik bagi saya, terima kasih

atas semangatnya.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi

ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi dunia kependidikan dan

dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Sejalan dengan harapan ini,

kami menyadari kemungkinan adanya kekurangan dan kekeliruan. Oleh

karena itu segala kritik dan saran kami nantikan dengan hormat.

Surakarta, Desember 2010

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN ABSTRAK... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah... 1

B Perumusan Masalah ... 4

C Tujuan Penelitian ... 4

D Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A Tinjauan Pustaka ... 5

1. Hasil Belajar Geografi ... 5

2. Keaktivan Belajar... 7

3. Model Terprogram ... 10

B Penelitian Yang Relevan ... 24

C Kerangka Pemikiran... 27

D Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Seting Penelitian... 30

1. Tempat Penelitian ... 30

2. Waktu Penelitian ... 30

(12)

commit to user

3. Subyek Penelitian... 30

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 31

C. Sumber Data... 32

D. Teknik Pengumpulan Data... 32

E. Teknik Analisis Data... 35

F. Indikator Kinerja ... 36

G. Prosedur Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian... 41

B. Kondisi Awal Keaktivan Belajar Dan Hasil Belajar Siswa ... 42

1. Hasil Belajar Sebelum Diberikan Tindakan... 42

2. Keaktivan Belajar Sebelum Diberikan Tindakan... 42

C. Diskripsi Hasil Tindakan Siklus I ... 43

D. Diskripsi Hasil Tindakan Siklus II... 50

E. Perbandingan Antar Siklus... 56

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Implikasi... 62

C. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. bentuk-bentuk pembelajaran berprogram tipe linier ... 14

Tabel 2. bentuk-bentuk bingkai metode berprogram tipe linier... 14

Tabel 3. Contoh metode terprogram tipe linier... 16

Tabel 4. Bentuk pembelajaran berprogram tipe bercabang ... 18

Tabel 5. Contoh pembelajaran berprogram tipe bercabang ... 19

Tabel 6. Perbedaan penelitian oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya ... 22

Tabel 7. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 26

Tabel 8. lembar keaktivan belajar ... 29

Tabel 9. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus I... 30

Tabel 10. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus II ... 31

Tabel 11. Keaktivan Belajar Sebelum Tindakan... 38

Tabel 12. Keaktivan Belajar Siklus I ... 41

Tabel 13. Evaluasi capaian materi pada Siklus I... 42

Tabel 14. Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal siklus I... 43

Tabel 15. Keberhasilan, Kekurangan, dan Perencanaan Ulang Siklus I... 44

Tabel 16.Keaktivan belajar siklus II ... 47

Tabel 17 evaluasi capaian materi pada siklus II... 48

Tabel 18. Ketuntasan Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Kelas VII B Pada Siklus II Secara Klasikal ... 49

Tabel 19. Keberhasilan, Kekurangan, dan Perencanaan Ulang Siklus II... 50

Table 20. Perbandingan antar siklus ... 51

Tabel 21. Perbandingan persentase keaktivan belajar siswa siklus I dan siklus II ... 53

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar ... 54

Tabel 23. Perbandingan Ketuntasan Belajar Secara Klasikal ... 56 Halaman

(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema pembelajaran teks terprogram tipe linier... 13

Gambar 2. Skema pembelajaran metode berprogram tipe bercabang ... 17

Gambar 3. Skema kerangka pemikiran ... 25

Gambar 4. Skema prosedur penelitian ... 36

Gambar 5. Histogram Prosentase Hasil Evaluasi Siklus I ... 42

Gambar 6. Histogram Persentase Hasil Evaluasi Siklus II ... 48

Gambar 7. Histogram Perbandingan Persentase Keaktivan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 54

Gambar 8. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siklus I Dab Siklus II... 55

Gambar 9. Histogram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tes Siklus I dan Tes Siklus II Secara Klasikal ... 56

(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah, kegiatan pokok yang

harus dilaksanakan adalah proses belajar-mengajar. Syah (1995: 93)

mengemukakan “Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam

setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada

pendidikan”. Menurut Usman (1991: 1) proses belajar-mengajar merupakan inti

dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang

peranan utama.

Syah (1995:132) mengidentifikasi ada tiga faktor yang mempengaruhi

belajar siswa, yaitu : faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan

belajar. Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor

eksternal meliputi kondisi lingkungan di sekitar siswa. Sedangkan faktor

pendekatan belajar menyangkut jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi

dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

materi-materi pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

proses belajar siswa, karena model pembelajatan merupakan sarana untuk

melibatkan siswa secara efektif di dalam proses belajar-mengajar sehingga proses

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Aunurrahman (2009:140)

mengemukakan “keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari

kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi

pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses

pembelajaran”.

Kesesuaian model belajar dengan bahan yang di ajarkan akan mampu

menimbulkan dampak positif terhadap berlangsungnya kegiatan belajar mengajar,

sehingga akan mempermudah proses transformasi ilmu, yang ditandai dengan

meningkatnya hasil belajar siswa. Aunurrahman (2009: 143) mengemukakan

(16)

commit to user

“penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa

senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi

dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami

pelajaram sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan merangsang dan

menumbuhkan keaktivan belajar siswa. Model pembelajaran apapun yang

digunakan guru haruslah mengacu pada siswa aktif, artinya guru harus melibatkan

siswa secara intelektual-emosional. Aunurrahman (2009: 140)

mengemukakan:“pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya

bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa

dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil

belajar dan prestasi yang optimal”. Model pembelajaran terprogram merupakan

suatu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam model ini

melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Menurut Muntasir

(1985:38) Pengajaran terprogram merupakan sumber pembelajaran yang sangat

kuat dan penuh potensi. Teknik-teknik pembuatan program menjamin bahwa

siswa akan belajar.

Model pembelajaran terprogram merupakan suatu teknik pembelajaran

yang pada prinsipnya disusun kedalam bingkai-bingkai yang berisikan suatu

pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Klaus dalam Muntasir (1985:29)

mengemukakan ”Aliran yang didukung Skiner ini, menghasilkan program yang

ditandai adanya ”frame” atau bingkai, sebagai langkah kecil. Pada waktu belajar

siswa membaca pelajaran dalam bingkai itu, menulis tanggapannya, kemudian

membuka halaman berikutnya untuk melihat jawaban yang seharusnya (kunci

jawaban) sebagai ”reinforcement” terhadap jawaban yang telah ia lakukan”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

terprogram merupakan suatu teknik pembelajaran yang melibatkan siswa secara

aktiv dalam proses belajar-mengajar. Muntasir (1985:40) mengemukakan

”Pengajaran terprogram akan merupakan alternatif untuk menuju pendidikan yang

(17)

commit to user

Berdasarkan analisis dokumen nilai geografi kelas VII B pada kompetensi

dasar pemanfaatan lapisan atmosfer, diketahui bahwa hasil belajar kelas VII B

SMP Muhammadiyah 9 Boyolali paling rendah dibandingkan dengan kelas VII

yang lain yaitu sebesar 64 dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar

40%. Hal ini menunjukkan bahwa 60% siswa belum tuntas, dengan kriteria

ketuntasan minimal sebesar 65. Kurang optimalnya hasil belajar kelas VII B

disebabkan karena : a) penyajian materi dengan mengunakan metode ceramah

kurang mendorong siswa aktif, b) proses pembelajaran lebih terpusat kepada guru

sehingga siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar, c)

kurang optimalnya keaktivan belajar siswa. Daftar nilai siswa pada kompetensi

dasar pemanfaatan lapisan atmosfer dapat dilihat pada lampiran 4.

Pada observasi keaktivan belajar sebelum diberikan tindakan awal di

kelas VII B, rata-rata keaktivan belajar sebesar 35,83%. Hal ini menunjukkan

keaktivan belajar siswa kelas VII B masih rendah. Lembar observasi keaktivan

belajar sebelum tindakan dapat lihat pada lampiran 16.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru geografi sebagai tenaga pengajar

dan pendidik hendaknya selalu meningkatkan kualitas profesionalnya, yaitu

dengan memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkannya

secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Budiningsih (2005:48)

mengemukakan ”Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses

belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa”.

Dari uraian di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan

judul "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA

KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM SMP MUHAMMADIYAH 9

BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010".

(18)

commit to user

C. Perumusan Masalah

1. Apakah penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan

keaktivan belajar siswa kelas VII B pada kompetensi dasar cuaca dan iklim

SMP Muhammdiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas VII B pada kompetensi dasar cuaca dan iklim SMP

Muhammdiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatkan keaktivan

dan hasil belajar siswa kelas VII B semester II SMP Muhammadiyah 9 Boyolali

Tahun Ajaran 2009/2010 dengan menggunakan model pembelajaran terprogram.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta

mendukung teori – teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang di

teliti sebelumnya.

b. Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi penelitian yang

lain.

2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan hasil belajar geografi.

b. Sebagai bahan masukan bagi para guru bahwa dalam menigkatkan hasil

belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah

penerapan model pembelajaran terprogram.

c. Sebagai bahan kajian bagi penentuan kebijakan dalam mengevaluasi dan

(19)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar Geografi

Hasil belajar merupakan hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam

mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian

kegiatan belajar, bisa dinyatakan dengan nilai-nilai yang diperoleh melalui tes

formatif. Tes formatif diperoleh melalui ujian formatif yang memuat sebagian

bahan pelajaran untuk mencapai sebagian bidang hasil belajar (Masidjo,1995: 25).

Sedangkan menurut Sudjana (1995: 22) hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Kingsley dalam Sudjana (1995: 22) membagi tiga macam hasil belajar

yakni, ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan

cita-cita. Meunurut Simsek (2009:81). The “achievements”, which concrete the

content of these learning fields, are comprised of knowledge, skills, attitudes and

values which the students are expected to obtain/ develop in learning process via

planned and organized experiences. Ruang lingkup hasil belajar pada dasarnya

meliputi pengetahuan, kemampuan, sikap dan nilai siswa didalam proses

pembelajaran.

Sudjana (1995: 22-23) mengemukakan “Klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan

atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif

berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan

hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

psikomotorik, yakni gerak refleks, ketrampilan gerak dasar, kemampuan

(20)

commit to user

perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif dan interpretatif".

Geografi merupakan cabang ilmu sosial yang mengakji tentang aspek ruang

dan tempat pada berbagai skala dipermukaan bumi, secara sederhana pengajaran

geografi di sekolah adalah geografi yang diajarkan ditingkat sekolah dasar dan

menengah. Oleh karena itu penjabaran konsep-konsep pokok-pokok bahasannya

disesuaikan dan diserasikan dengan tingkat pengalaman dan perkembangan

mental siswa pada jenjang pendidikan yang bersangkutan (Sumaatmaja,1997:12).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar geografi

merupakan kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa dalam suatu jenjang

pendidikan tertentu, setelah proses pembelajaran geografi yang berlangsung di

sekolah.

Model pembelajaran terprogram merupakan suatu alternatif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam model pembelajaran ini siswa

dilibatkan secara aktiv dalam proses belajar-mengajar. Menurut Muntasir

(1985:38) Pengajaran terprogram merupakan sumber pembelajaran yang sangat

kuat dan penuh potensi. Teknik-teknik pembuatan program menjamin bahwa

siswa akan belajar. Sedangkan menurut Winkel (1991:427) pengajaran terprogram

merupakan suatu sistem belajar yang memungkinkan siswa untuk mempelajari

materi tertentu, yang telah terbagai atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan

secara berurutan, demi mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap bagian merupakan

suatu mata rantai; sejumlah mata rantai yang telah dirangkaikan menurut urutan

tertentu, merupakan suatu “program”. Pada setiap mata rantai dalam program,

siswa mempelajari sendiri uraian tertulis secara sigkat dan kemudian memberikan

jawaban atas suatu pertanyaan atau soal, biasanya secara tertulis pula; atas

jawaban siswa itu segera mendapat umpan balik (feedback). Dengan mempelajari

keseluruhan mata rantai, masing-masing siswa akan mencapai tujuan instruksional

yang telah ditentukan, tanpa mutlak perlu mendapat pendampingan atau

bimbingan belajar (insttuctional guidance) dari guru dan menurut kecepatannya

sendiri-sendiri (sel-pacing). Sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran

(21)

commit to user

2. Keaktivan Belajar

Anonim (1999:19) mengartikan ”keaktivan adalah kegiatan, kesibukan

dalam bekerja, atau berusaha. Jadi keaktifan belajar yaitu kegiatan atau kesibukan

siswa dalam mengikuti pelajaran, berkat adanya interaksi antara siswa dengan

siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan lingkungannya. Sukidin, dkk

(2002:156) mengemukakan ”Prinsip belajar aktif diartikan sebagai pmbelajaran

yang melibatkan siswa secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial

serta dengan tingkat perkembangannya secara sistematis”.

Aktivitas belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang siswa dalam konteks belajar untuk mencapai tujuan. Tanpa ada

aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Aktivitas

siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat

saja. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar, maka proses

pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Menurut Sardiman (2004: 95) tidak

ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip

atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Sardiman

(2004: 96) mengemukakan “Dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada

prinsipnya belajar adalah berbuat, untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada

belajar kalau tidak ada aktivitas”.

Proses pembelajaran merupakan sutu hubungan timbal-balik antara guru

dan siswa, hal ini dilakukan karena untuk merangsang keaktivan belajar siswa,

sehingga siswa tidak pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Sudjana

(1995: 61) mengemuakakan ”Interaksi guru-siswa berkenaan dengan komukasi

atau hubungan timbal-balik atau hubungan dua arah antara siswa dan guru dan

atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar”.

Sedangkan menurut Usman (1991: 1) proses belajar-mengajar merupakan suatu

proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai

tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal-balik antara guru dan siswa itu

(22)

commit to user

Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di

dalam kelas. Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para

siswa belajar dengan efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Dalam

konteks ini Nana Sudjana yang dikutip Wijaya dan Tabrani mengemukakan

sebagai berikut: Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran

masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran

belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang

paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap,

sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan lain-lain yang merupakan hasil dari

proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru memegang peranan penting

terhadap proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu

guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi

yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar

dengan efektif. Sudjana (1995: 62) mengemukakan bahwa “Ketrampilan atau

kemampuan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional

sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang dimilikinya dalam hal

pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar. Beberapa indikator

dalam menilai kemampuan ini antara lain adalah : 1) menguasai bahan pelajaran

yang disampaikan kepada siswa, 2) terampil berkomunikasi dengan siswa, 3)

menguasai kelassehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa, 4) terampil

mengunakan alat dan sumber belajar, 5) terampil mengajukan pertanyaan, baik

lisan maupun tulisan”.

Menurut Hoang (2009:6 ). Classroom management describes a teacher’s

efforts to oversee classroom activities such as learning, social interaction, and

student behavior. Penguasaan kelas guru merupakan usaha guru untuk mengawasi

aktivitas siswa dalam pembelajaran, interaksi sosial serta tingkah laku siswa.

Keikutsertaan siswa dalam proses belajar-mengajar akan menumbuhkan

keaktivan belajar dalam proses belajar-mengajar. Aktivitas siswa ditunjukkan

dengan berbagai tindakan atau kegiatan yang mendukung proses pembelajaran,

(23)

commit to user

dengan materi pembelajaran dan mengerjakan tugas sesuai dengan materi yang

diberikan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:45), keaktivan belajar

dikelompokkan menjadi dua yaitu kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan

fisik berupa membaca, mendengarkan, menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan

dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis meliputi menggunakan khasanah

pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,

membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan,

dan kegiatan psikis yang lain.

Paul. B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101) membuat suatu daftar yang

berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai

berikut:

1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

beternak.

7) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Sudjana (1995:61) penilaian proses beljar-mengajar terutama

adalah melihat sejauh mana keaktivan siswa dalam mengikuti proses

belajar-mengajar. Keaktivan siswa dapat dilihat dalam hal:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

(24)

commit to user

3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis

8) Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya

Dalam penelitian ini keaktivan belajar yang diukur yaitu keaktivan belajar

dalam kegiatan fisik, yaitu meliputi tingkat kehadiran siswa dalam mengikuti

proses belajar-mengajar, menjawab pertanyaan guru, memberikan tanggapan atas

pertanyaan siswa lainnya, mengerjakan soal di depan kelas, mengerjakan tugas,

serta aktif bertanya dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Model pembelajaran terprogram

Gino, dkk (1999: 32) mengemukakan “Pembelajaran merupakan usaha

sadar dan disengaja untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan

faktor intern dan faktor ektern dalam kegiatan belajar-mengajar”. Menurut Syah

(1995:132) secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

dibedakan menjadi tiga macam. 1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni

keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa 2) faktor eksternal, (faktor dari luar

siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa dan faktor 3) faktor pendekatan

belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Pembelajaran bukan hanya berasal dari guru saja tetapi juga

sumber belajar lainnya. Pengajaran terbatas pada hal-hal yang dilakukan guru

sehingga fungsi guru hanyalah salah satu bentuk dari pembelajaran. Pembelajaran

tidak terbatas pada kelas formal saja melainkan juga kegiatan belajar yang bersifat

(25)

commit to user

Menurut Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia

terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya

misalnya tenaga labolatorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan

kapur, fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan perlengkapan,

terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur,

meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan

sebagainya. Dijelaskan kembali oleh Hamalik (2001:64), tujuan pembelajaran

adalah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat, sedangkan sekolah

berfungsi untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan mereka dan untuk

memecahkan masalah sehari-hari dalam lingkungan masyarakat.

Pembelajaran akan senantiasa berkenaan dengan bagaimana

menyampaikan isi materi. Menurut Suparman (2001:168) pembelajaran

dikembangkan dari empat komponen utama, yaitu: urutan kegiatan, metode,

media dan waktu. Komponen utama yang pertaman yaitu urutan kegiatan

pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu: pendahuluan, penyajian,

dan penutup, sebagai berikut: Pendahulan, terdiri dari: 1) Penjelasan singkat

tentang isi pelajaran, 2) Penjelasan relevansi isi pelajaran dengan pengalaman

peserta didik, 3) Penjelasan tujuan pembelajaran. Penyajian berisikan: 1) uraian,

2) contoh, 3) latihan. Penutup terdiri dari 1) tes formatif dan umpan balik, (8)

tindak lanjut. Komponen utma yang kedua adalah metode pembelajaran yang

terdiri dari atas berbagai metode yang digunakan dalam setiap langkah pada

urutan kegiatan pembelajaran. Dalam setiap langkah dapat menggunakan satu atau

lebih metode yang digunakan. Komponen utama yang ketiga yaitu media

pembelajaran, berupa media cetak atau audiovisual yang digunakan dalam setiap

langkah urutan kegiatan pembelajaran. Komponen keempat adalah waktu yang

digunakan pada setiap langkah urutan kegiatan pembelajaran.Gane dan Briggs

yang dikutip Suparman (2001:166) menyebutkan sembilan urutan pembelajaran,

yaitu: 1) Memberi motivasi atau menarik perhatian, 2) Menjelaskan tujuan

(26)

commit to user

Memberi petunjuk belajar, 6) Menimbulkan penampilan peserta didik, 7)

Memberi umpan balik, 8) Menilai penampilan, dan 9) Menyimpulkan.

Menurut Donald P.Elly dan Gerlach, pengajaran terprogram ialah

penggunaan bahan-bahan yang diprogramkan (atau disebut program saja) untuk

mencapai tujuan pendidikan (Muntasir, 1985 : 27). Bahan-bahan yang

diprogramkan bisa berupa teks, modul, pita cassette, atau gambar-gambar. Untuk

mengetahui hasilnya, disediakan beberapa bahan yang dapat menerangkan

jawaban yang benar atau menunjukkan untuk terus pada item atau bingkai

berikutnya, yang dengan demikian memberi tanda telah diselesaikannya item

sebelumnya atau bingkai sebelumnya.

Pengajaran terprogram merupakan salah satu sistem pengajaran yang

dalam pembelajarannya mengunakan frame-fame atau bingkai-bingkai yang

secara garis besar berisikan informasi serta pertanyaan yang harus dijawab oleh

siswa. Setiap bingkai disusun secara berurutan sehingga membentuk suatu mata

rantai. Menurut Wijaya, dkk (1988:69-70) bahan pengajaran terprogram yang

disusun oleh Skiner terdiri atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan Frame

atau bingkai. Bahan itu disusun dari yang paling mudah kepada yang paling sulit.

Tiap bingkai mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu

(a) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada

murid, (b) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspon

oleh mrid, dan (c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya

kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau

salah.

Menurut Winkel (1991:427) pengajaran terprogram merupakan suatu

sistem belajar yang memungkinkan siswa untuk mempelajari materi tertentu, yang

telah terbagai atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara berurutan, demi

mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap bagian merupakan suatu mata rantai;

sejumlah mata rantai yang telah dirangkaikan menurut urutan tertentu, merupakan

suatu “program”.

Dalam pengajaran terprogram terdapat dua model atau tipe, yaitu tipe

(27)

commit to user

pertama kali diperkenalkan oleh Crowder. Perhatikan uraian masing-masing tipe

dibawah ini:

a) Model Pembelajaran Terprogram Tipe Linear

Model terprogram tipe linier pertama kali diperkenalkan oleh Skiner pada

tahun 1971 (Muntasir, 1985 : 27). Model ini disebut tipe linier, sebab dalam

mencapai tujuan pembelajarannya siswa hanya menghadapi satu bingkai secara

urut dan terus menerus mulai bingkai pertama sampai bingkai terakhir atau

bingkai terminal. Dengan demikian kemampuan siswa berkembang setapak demi

setapak seiring dengan nomor bingkai yang dihadapi. Menururt Winkel

(1991:427) dalam rangka pola ini, siswa menyelesaikan isi suatu program yang

terdiri atas sejumlah mata rantai yang telah diurutkan dalam sekuensi yang pasti

dan tidak berubah-ubah, seolah-olah siswa disalurkan melalui jalan yang lurus

menuju ketujuan tanpa berbelok-belok (linier). Bila kita gambarkan tipe ini akan

terlihat sebagai berikut:

Gambar1. Skema Pembelajaran Teks Terprogram Tipe Linier

Ciri tipe tipe linier ini menggunakan “frame-frame” atau bingkai-bingkai

sebagai langkah-langkah dalam pembelajarannya. Tiap bingkai mengandung tiga

unsur, yaitu (1) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau

diajarkan kepada murid, (2) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab

atau direspons oleh murid, dan (3) respons yang berfungsi sebagai kunci jawaban.

Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu

benar atau salah. Menurut Wijaya, dkk (1988:69-70) bahan pengajaran terprogram

yang disusun oleh Skiner terdiri atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan

Frame atau bingkai. Bahan itu disusun dari yang paling mudah kepada yang

paling sulit. Tiap bingkai mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga

unsur, yaitu (a) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau

diajarkan kepada murid, (b) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab

1 2 3 4 5 6 7 8

(28)

commit to user

atau direspon oleh mrid, dan (c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban.

Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu

benar atau salah

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bentuk-bentuk bingkai tipe linier

dibawah ini :

Tabel 1. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terprogram Tipe Linier

Program Skinner ini juga ditandai adanya petunjuk untuk menjawab soal

yang disebut “cue” pada setiap langkah belajar untuk menjamin munculnya

jawaban yang tepat yang berarti juga mencegah penjawaban yang salah (Muntasir

1985:29). Menurut Klaus dalam Muntasir (1985:29) aliran yang didukung

Skinner ini menghasilkan program yang ditandai adanya “frames” atau bingkai,

sebagai langkah kecil. Pada waktu belajar, siswa hanya menghadapi satu bingkai

saja. Siswa membaca pelajaran dalam bingkai itu, menulis tanggapannya,

kemudian membuka halaman berikutnya untuk melihat jawaban yang seharusnya

(kunci jawaban) sebagai “reinforcement” terhadap jawaban yang telah ia lakukan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Tabel 2. Bentuk-Bentuk Bingkai Metode Terprogram Tipe Linier

Bingkai-1

Respon

(berisikan kunci jawaban

bingkai 1)

Pertanyaan : ………

(Sesuatu yang harus dijawab oleh siswa)

Informasi : ………

(berisi materi pelajaran yang akan disampaikan

kepada siswa)

Wijaya (188:70) C. Respon

no.3

A. Unit Informasi no.4

B. Pertanyaan no.4 C. Respon

no.2

A. Unit Informasi no.3

(29)

commit to user

Wijaya, dkk (1988: 69-70) mengemukakan “Pada tiap bingkai tipe linier

mengandung tiga unsur, yaitu: 1) informasi, yang merupakan sesuatu yang

disampaikan atau diajarkan kepada murid, 2) pertanyaan sebagai bahan latihan

yang harus dijawab atau direspons oleh murid, dan 3) respons yang berfungsi

sebagai kunci jawaban serta penguatan “reinforcement” bagi siswa. Penguatan

ini diberikan dengan segera, supaya terbentuk pertanyaan dan jawaban siswa.

Untuk itu agar tercipta “reinforcement” atau penguatan siswa harus mengetahui

langkah-langkah atau rute pada setiap bingkai, serta mampu menyelesaikan setiap

bingkai pada tipe linier ini. Langkah-langkah tersebut yaitu:

1. murid mempelajari bahan pelajaran yang tercantum pada unit informasi.

Setipa unit informasi mengandung suatu penjelasan tentang suatu materi yang

disertai contoh-contoh untuk memperjelas materi tersebut.

2. langkah kedua, setelah murid mempelajari materi pada unit informasi tersebut,

ia dihadapkan dengan tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan atau

dijawabnya sebagai bahan latihan sehubungan dengan materi yang baru

diperlajari.

3. pada langkah ketiga murid mencocokkan jawaban atau hasil pekerjaannya

dengan kunci yang tercantum pada bingkai berikutnya atau pada bingkai itu

juga. Dengan demikian, murid akan dengan segera mengetahui apakah

jawaban itu benar atau tidak. Setelah ketiga langkah itu ditempuh, murid baru

boleh melanjutkan kegiatan belajar kebingkai berikutnya. Murid mempelajari Bingkai-2

Respon

(berisikan kunci jawaban

bingkai 2)

Pertanyaan : ………

(Sesuatu yang harus dijawab oleh siswa)

Informasi : ………

(berisi materi pelajarn yang akan disampaikan

kepada siswaserta petunjuk untuk menjawab soal

(30)

commit to user

bahan pelajaran mulai dari bingkai pertama, kedua, ketiga dan seterusnya,

sampai bingkai yang paling akhir yang disebut dengan bingkai terminal.

[image:30.612.131.506.176.611.2]

Di bawah ini contoh model pembelajaran terprogram tipe linear :

Tabel 3. Contoh Model Pembelajaran Terprogram Tipe Linier

Ilmu pengetahuan yang mempelajari iklim disebut ....

a. geomorfologi c. Meteorologi

b. klimatologi d. Astronomi

b. klimatologi Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan

untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan

cuaca yang dikembangkan oleh Badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Di bawah ini yang termasuk faktor pembentuk cuaca

dan iklim, kecuali ....

a. curah hujan c. kelembaban udara

b. tekanan udara d. lapisan udara

d. Lapisan udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

(BMKG) ini bertugas menyelidiki dan mencatat

keadaan seperti :

(31)

commit to user

b) Model Pembelajaran Terprogram Tipe Cabang

Model terprogram tipe cabang pertama kali diperkenalkan oleh Crowder

pada tahun 1977 (Muntasir, 1985: 31). Winkel (1991: 422) mengemukakan

“Dalam pola pengajaran berprograma yang dikembangkan oleh Crowder, siswa

juga bekerja sendiri-sendiri tanpa bantuan langsung dari guru, tetapi tidak semua

siswa mengikuti rangkaian langkah-langkah atau mata rantai yang sama. siswa

disalurkan melalui jalan yang berbeda-beda, tergantung dari kesalahan yang

dibuat ; siswa yang tidak membuat kesalahan akan maju dengan lebih cepat dari

pada siswa yang membuat kesalahan. Maka pola pengajaran berprograma ini

dikenal sebagai “Program Bercabang’ (branching program)”.

[image:31.612.132.508.182.473.2]

Di bawah ini skema pembelajaran terprogram tipe bercabang:

Gambar 2. Skema Pembelajaran Metode Terprogram Tipe Bercabang

Winkel (1991:432) mengemukakan ”Dalam pola program bercabang,

setiap langkah atau mata rantai berakhir pada suatu pertanyaan yang berbentuk

pilihan ganda (multiple choice). Siswa memilih salah satu dari alternatif jawaban

yang disediakan. Kalau pilihan tepat, siswa terus mengerjakan langkah atau mata

rantai berikutnya; kalau salah, siswa disuruh berhenti dan melihat bagian lain.

Bila program dituangkan dalam bentuk buku, siswa yang telah menjawab betul

boleh melanjutkan kehalaman tertentu; bila siswa telah menjawab salah, dia

disuruh melihat halaman lain, dimana disajikan penjelasan tentang jenis kesalahan

yang dibuat. Kemudian, siswa yang mula-mula memilih salah, mengerjakan

pertanyaan semula sekali lagi dan membuat pilihan baru”. 7

5

1 4 11

2 10

3

8 6

9

16

14

15 13

12

(32)

commit to user

[image:32.612.122.529.153.454.2]

Di bawah ini contoh bentuk pembelajaran tipe bercabang :

Tabel 4. Bentuk Pembelajaran Terprogram Tipe Bercabang

Wijaya, dkk (1988: 75) mengemukakan ”Tipe brangching atau bercabang

juga terdiri dari frames-frames atau bingkai-bingkai, pada tiap bingkai juga

terdapat tiga unsur, yaitu (1) informasi, pada tipe ini tidak sesingkat pada tipe

linier, tetapi lebih luas dan lebih banyak. (2) pertanyaan, berisikan pertanyaan

sehubungan dengan informasi di atasnya. Disini berbeda dengan tipe linier, sebab

tiap pertanyaan disertai beberapa kemungkinan jawaban yang dapat dipilih oleh

siswa, dan setiap item jawaban mempunyai rute yang berbeda dengan item

jawaban yang lain. (3) pengecekan, dalam tipe linier terdapat respons yang

berfungsi sebagai kunci jawaban. Dalam tipe ini murid tinggal memilih sejumlah

kemungkinan jawaban yang terdapat pada setiap bingkai. Pengecekan

kadang-kadang hanya berupa kata-kata yang membenarkan atau yang menyalahkan

respons murid. Akan tetapi, selalu disertai penjelasan yang menerangkan mengapa

jawaban atau respon itu benar atau salah”.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Wijaya,dkk (1988: 75) cara belajar dengan tipe

bercabang ini yaitu:

1. langkah pertama yang dilakukan murid ialah mempelajari petunjuk yang

ditulis pada halaman-halaman pertama.

2. langkah kedua, murid mempelajari informasi yang disajikan didalam

bingkai pertama, kemudian memberikan respons atas pertanyaan yang

tercantum pada bingkai tersebut dan memilih salah satu kemungkinan Bingkai no. 6

C. Pengecekan no. 4

Tugas untuk kembali ke no. 4 Bingkai no. 8

C. Pengecekan no. 4

A. Unit Informasi

B. Pertanyaan di sertai

kemungkinan jawaban Bingkai no. 4

C. Pengecekan no. 2

A. Unit Informasi

B. Pertanyaan di sertai

kemungkinan jawaban

(33)

commit to user

jawaban yang tersedia. Setiap kali murid memilih salah satu kemungkinan

jawaban, ia disuruh mengeceknya pada bingkai lain yang telah ditentukan.

3. langkah ketiga, murid mengecek responsnya itu pada bingkai yang telah

ditentukan sesuai dengan pilihannya tadi. Dalam hal ini, rute yang

ditempuh murid akan berbeda-beda sesuai dengan pilihannya

[image:33.612.132.502.135.660.2]

masing-masing. Dibawah ini contoh teks terprogram tipe bercabang.

Tabel 5. Contoh Model Pembelajaran Terprogram Tipe Bercabang

Wijaya,dkk (1988: 73-74) mengemukakan antara pendapat Skinner dan

pendapat Crowder terdapat beberapa perbedaan. beberapa perbedaan yang dicatat

ialah:

Arah angin yang terdapat pada suatu tempat akan mengikuti hukum....

a. Hukum Boys Ballot (lihat bingkai-5) b. Hukum Boyle (lihat bingkai-7)

c. Hukum Gravitasi (lihat bingkai-4) d. Hukum Kepler (lihat bingkai-6) a. Hukum Boys

Ballot

Angin adalah udara yang bergerak horizontal

(sejajar dengan permukaan bumi).

c. Anemometer Menurut Hukum Buys Ballot, gerakan angin mengikuti suatu ketentuan yang dinyatakan sebagai berikut: “angin bertiup dari daerah yang bertekanan maksimum menuju daerah yang bertekanan minimum, di belahan bumi utara membelok ke kanan dan di belahan bumi selatan membelok ke kiri.

Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut…. a. Barometer (lihat bingkai-2)

b. Termometer (lihat bingkai-3)

c. Anemometer (lihat bingkai-8)

(34)

commit to user

1. Skinner berpendapat bahwa di dalam proses belajar anak harus diusahakan

agar terhindar dari berbuat kesalahan karena kesalahan atau kegagalan dapat

menghambat kamajuan anak dan mengurangi kegairahan anak dalam belajar.

dalam hal ini Crowder berbeda dengan Skinner. Crowder berpendapat bahwa

anak tidak selalu harus merespons dengan benar ; ia akan belajar pula dari

kesalahan atau kegagalan yang diperbuatnya. yang penting ialah anak harus

mendapat kejelasan mengapa perbuatannya itu disalahkan atau dibenarkan.

jadi, bila anak merespons dengan salah, ia akan segera mengetahui mengapa

responsnya salah. Dengan demikian anak akan mendapat informasi yang lebih

luas dan lebih jelas sehingga dapat dijadikan pedoman untuk langkah

selanjutnya.

2. Bahan pelajaran tidak perlu dipecah menjadi unit-unit bahan yang kecil-kecil

sekali sehingga tiap unit bahan dapat dilukiskan hanya dengan beberapa puluh

kata saja dalam tiap bingkai. Yang penting, tiap unit bahan harus

dikemukakan dengan sejelas-jelasnya sehingga informasi pada tiap bingkai

bias lebih luas dan lebih banyak.

c) Kelemahan Dan Kelebihan Model Terprogram

Sebagaimana metode-metode lain, secara umum metode ini memiliki

keunggulan dan kelemahan. Menurut Nasution (2005:59-60) keunggulan

pengajaran terprogram ini adalah : (1) Langkah-langkah menuju tujuan dapat

dikontrol atau diatur dengan jaminan yang tinggi bahwa tujuan akan tercapai

sepenuhnya. (2) Balikan atau feedback yang langsung atau segera, sehingga

segera diketahui kesalahan murid untuk diperbaiki, akan tetapi dapat pula

menunjukkan kelemahan program itu sendiri. (3) Partisipasi aktif dari pihak

murid. (4) Kesempatan bagi murid untuk belajar dan maju menurut kecepatan

masing-masing. Sedangkan kelemahannya yaitu : (1) program ini sering panjang

lebar dan arena itu membosankan, kecuali bila diberi kesempatan untuk maju

menurut kecepatan masing-masing. (2) Sebenarnya tidak memberi kesempatan

individualisasi bahan pelajaran, artinya memberi kesempatan memilih pelajaran

(35)

commit to user

mempelajarinya telah ditentukan dan murid terikat pada metode serta isi program

itu. (3) Juga dalam pengajaran yang bercabang tidak ada kemungkinan bagi murid

untuk memilih; murid diatur untuk mengikuti jalur tertentu. (4) Sedikit

kemungkinan membuat kesalahan, karena program itu telah diatur sedemikian

rupa sehingga langkah-langkah itu sanggat mudah untuk dijawab dengan baik.

4. Media dalam Pembelajaran Terprogram

Pengertian media menurut arsyad (2005: 3) adalah sebagai berikut: “kata

media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah,

perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada pengantar pesan”.

Gagne dalam sadiman, dkk (2007: 6) menyatakan “media adalah berbagai

jenis komponen dalam lingkungan siswa yang merangsangnya untuk belajar”.

Romiszowski dalam wibawa dan Mukti (2001: 12) media ialah pembawa pesan

yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda)

kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu ialah

siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera

mereka. Siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera

mereka supaya dapat menerima pesan itu secara lengkap”.

Menurut Samsul (dalam

http://www.unjabisnis.com/2010/06/macam-macam-media-pembelajaran.html) media terdiri dari :

1. Visual diam yang diproyeksikan, misal proyeksi opaque (tak tembus

pandang), proyeksi overhead, slides, dan filmstrips,

2. Visual yang tidak diproyeksikan, misal gambar, poster, foto, charts, grafik,

diagram, pemaran, papan info,

3. Penyajian multimedia, misal slide plus suara (tape), multi-image,

4. Visual dinamis yang diproyeksikan, misal film, televisi, video,

5. Cetak, misal buku teks, modul, workbook, majalah ilmiah/berkala,

lembaran lepas (hand-out),

6. Permainan, misal teka-teki, simulasi, permainan papan

(36)

commit to user

Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan merupakan

media visual, yaitu berupa slides power point. Pembelajaran terprogram

merupakan salah satu sistem pengajaran yang dalam pembelajarannya

mengunakan frame-fame atau bingkai-bingkai yang secara garis besar berisikan

informasi serta pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Setiap bingkai disusun

secara berurutan sehingga membentuk suatu mata rantai. Menurut Wijaya, dkk

(1988:69-70) bahan Pembelajaran terprogram yang disusun oleh Skiner terdiri

atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan Frame atau bingkai. Bahan itu

disusun dari yang paling mudah kepada yang paling sulit. Tiap bingkai

mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu (a) informasi

yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, (b)

pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspon oleh mrid, dan

(c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya kunci jawaban,

murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau salah.

Wijaya, dkk (1988: 69-70) mengemukakan “Pada tiap bingkai tipe linier

mengandung tiga unsur, yaitu: 1) informasi, yang merupakan sesuatu yang

disampaikan atau diajarkan kepada murid, 2) pertanyaan sebagai bahan latihan

yang harus dijawab atau direspons oleh murid, dan 3) respons yang berfungsi

sebagai kunci jawaban serta penguatan “reinforcement” bagi siswa. Penguatan

ini diberikan dengan segera, supaya terbentuk pertanyaan dan jawaban siswa.

Untuk itu agar tercipta “reinforcement” atau penguatan siswa harus mengetahui

langkah-langkah atau rute pada setiap bingkai, serta mampu menyelesaikan setiap

bingkai pada tipe linier ini. Langkah-langkah tersebut yaitu:

1. murid mempelajari bahan pelajaran yang tercantum pada unit informasi.

Setipa unit informasi mengandung suatu penjelasan tentang suatu materi yang

disertai contoh-contoh untuk memperjelas materi tersebut.

2. langkah kedua, setelah murid mempelajari materi pada unit informasi tersebut,

ia dihadapkan dengan tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan atau

dijawabnya sebagai bahan latihan sehubungan dengan materi yang baru

(37)

commit to user

3. pada langkah ketiga murid mencocokkan jawaban atau hasil pekerjaannya

dengan kunci yang tercantum pada bingkai berikutnya atau pada bingkai itu

juga. Dengan demikian, murid akan dengan segera mengetahui apakah

jawaban itu benar atau tidak. Setelah ketiga langkah itu ditempuh, murid baru

boleh melanjutkan kegiatan belajar kebingkai berikutnya. Murid mempelajari

bahan pelajaran mulai dari bingkai pertama, kedua, ketiga dan seterusnya,

sampai bingkai yang paling akhir yang disebut dengan bingkai terminal.

Di bawah contoh pembelajaran terprogram tipe linear dengan mengunakan

slides power point:

Pengetahuan cuaca dan iklim sangat penting dalam hal pertanian, yaitu berperan dalam hal-hal sebagai berikut, kecuali….

a. Memilih jenis tanaman c. Pemanenan hasil

b. Dalam pemupukan d. Dalam pembenihan

Perbedaan antara cuaca dan iklim terletak pada luas daerah liputan dan lamanya waktu pengamatan. Cuaca dikenal sebagai keadaan

udara setempat yang memiliki wilayah

cakupan yang lebih sempit dibandingkan dengan iklim yang meliputi wilayah yang luas.

(38)

commit to user

B. Penelitian Yang Relevan

Dibawah ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian ini, iantaranya yaitu:

1. Penelitian oleh oleh Prayitno (2003) dengan judul eksperimentasi pengajaran

fisika metode demontrasi dilengkapi modul terprogram pada siswa kelas II

semester II SMP Negeri 8 Surakarta. Penelitian dengan metode eksperimen

bertujuan untuk keefektifan penggunaan metode demonstrasi dilengkapi

modul terprogram dibangdingkan dengan metode ceramah untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa metode

demontrasi dilengkapi modul terprogram lebih efektif dibandingkan dengan

metode demonstrasi dilanjutkan diskusi.

2. Enggarsari (2003) dengan judul prestasi belajar Biologi ditinjau dari keaktivan

belajar siswa, keteraturan belajar, dan lingkungan belajar siswa kelas II SMP

Negerri 10 Surakarta yang menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini

bertujuan mengetahui perbedaan prestasi belajar Biologi ditinjau dari

keaktivan siswa, keteraturan belajar, dan lingkungan belajar siswa kelas 2

SMP Negeri 10 Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa

yang aktif dalam proses pembelajaran serat mempunyai keteraturan belajar,

(39)
(40)
(41)

commit to user

C. Kerangka Berpikir

Metode pembelajaran merupakan siasat membelajarkan siswa menuju

tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karena itu guru harus dapat menentukan

model pembelajaran mana yang paling sesuai dengan kompetensi dasar serta

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Ketepatan guru dalam memilih model

pembelajaran akan merangsang siswa untuk aktif, kreatif dan terlibat secara

langsung dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran terprogram merupakan suatu model pembelajaran

yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tanpa

banyak memelurkan keterlibatan guru. Fungsi guru disini sebagai motivator dan

evaluasi. Pada metode terprogram terdapat dua tipe yaitu tipe linier dan tipe

bercabang. Dalam penelitian ini model pembelajaran terprogram yang digunakan

adalah tipe linier, sebab pada tipe ini setiap materi yang disajikan dalam setiap

bingkai merupakan unit materi yang paling kecil, sehingga mudah untuk dipahami

siswa.

Pelaksanaan model pembelajaran terprogram yaitu dengan mengunakan

bingkai-bingkai, pada setiap bingkai terdiri dari materi pelajaran, pertanyaan yang

harus dijawab oleh siswa serta jawaban dari pertanyaan yang terdapat pada

bingkai tersebut. . frames atau bingkai dihadapkan kepada siswa secara berurutan

mulai dari bingkai pertama sampai bingkai terkhir. Siwa kemudian mempelajari

serta memahami materi yang terdapat pada setiap bingkai yaitu pada kompetensi

dasar cuaca dan iklim, kemudian siswa menjawab pertanyaan pada setiap bingkai

atau “frames” mulai dari bingkai pertama sampai bingkai yang terakhir atau

bingkai terminal. Tujuan yang ingin dicapai pada kompentensi dasar cuaca dan

iklim yaitu agar siswa dapat memecahkan berbagai soal atau masalah yang

berkenaan dengan cuaca dan iklim

Penelitian dimulai pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran

terprogram dengan kriteria apabila ketuntasan belajar siswa 80% dengan kriteria

(42)

commit to user

evaluasi tes hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus, apabila

ketuntatasan belajar siswa belum terpenuhi maka dilaksanakan siklus II

Pelaksanaan siklus II merupakan pengulangan dari siklus I, dengan kriteria

ketuntasan belajar siswa sebesar 80%, serta ketuntasan belajar minimal yaitu

sebesar 65 pada kompetensi dasar cuaca dan iklim. Untuk memperjelas kerangka

(43)

commit to user

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

”Penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan keaktivan

dan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar cuaca dan iklim SMP

Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil Belajar Siswa

Sebelum Tindakan

Keaktivan Belajar Siswa

Sebelum Tindakan Keadaan Awal

Pemberian Tindakan Dengan

Model Pembelajaran Terprogram Siklus I Evaluasi Keaktivan Dan

Hasil Belajar Siswa

Sebelum Tindakan

Peningkatan Keaktivan Dan Hasil

Belajar Siswa Evaluasi Hasil Belajar

Siswa Siklus II

Observasi Keaktivan

Belajar Siswa Siklus II Evaluasi Keaktivan Dan Hasil Belajar

Siswa Siklus II Dengan Kriteria

Ketuntasan Belajar 80% Evaluasi Keaktivan Dan Hasil Belajar

Siswa Siklus I Dengan Kriteria

Ketuntasan Belajar 80% Evaluasi Hasil Belajar

Siswa Siklus I

Observasi Keaktivan

Belajar Siswa Siklus I

Pemberian Tindakan Dengan

(44)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali dengan alamat

Sawahan RT 01 RW 01 Sawahan Ngemplak Boyolali. Pemilihan lokasi ini

dengan pertimbangan utamanya para siswa memiliki keanekaragaman

kemampuan akademik dan belum pernah dilakukan penelitian sejenis dalam mata

pelajaran geografi.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dimulai pada bula September 2007 sampai dengan

[image:44.612.132.510.195.538.2]

bulan Juli 2009. tahap pelaksanaannya sebagai berikut:

Tabel 7. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahun 2007-2009 No Jadwal

Kegiatan September 2007

Oktober 2007 – April 09

Mei 09

Juni 09

Juli 09

1 Persiapan

2 Penyusunan proposal

3 Pengumpulan data

4 pengolahan dan analisis data

5 penyusunan laporan

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan adalah siswa kelas VII B SMP

Muhammadiyah 9 Boyolali tahun pelajaran 2009 / 2010. Dengan pertimbangan

kelas VIIB mempunyai rata-rata kelas serta tingkat keaktivan belajar yang paling

rendah dibandingkan kelas yang lain. Dari hasil wawancara diketahui bahwa hasil

belajar siswa kelas VII B mempunyai rat-rata kelas yang paling rendah

dibandingkan dengan kelas yang VII yang lain. Hasil wawancara dapat dilihat

(45)

commit to user

Dari analisis dokumen diketahui rata-rata hasil belajar siswa kelas VII B

sebelum diberikan tindakan yaitu sebesar 64. Daftar nilai siswa kelas VII B

sebelum diberikan tindakan dapat dilihat pada lampiran 4.

A. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

atau (Classroom Action Research). Menurut Sukardi (2003:211) “Penelitian

tindakan kelas adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi

suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan

membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain”. Menurut Niff

dalam Arikunto,dkk (2006:106) mnenegaskan bahwa dasar utama bagi

dilaksanakannya penelitian tindakan kelas terletak pada alternatif-alternatif yang

direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan oleh pendidik, kemudian

dicobakan dan selanjutnya dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat

digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh

pendidik atau tidak.

Menurut Arikunta, dkk (2006:16) penelitian tindakan memiliki

serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat

tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),

dan refleksi (reflecting).

Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus

atau kegiatan berkelanjutan berulang. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua

siklus, setiap kegiatan dalam satu siklus dilaksanakan dengan perubahan yang

ingin dicapai setelah menggunakan metode terprogram tipe linier yang ditandai

dengan adanya peningkatan keaktivan dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP

Muhammadiyah 9 Boyolali. Untuk mengeahui keaktivan belajar siswa dalam

pembelajaran geografi di kelas VII B SMP Muhammadiyah 9 Boyolali dilakukan

observasi, sedangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan

memberikan tes hasil belajar setelah terselesaikannya seluruh materi

(46)

commit to user

C. Sumber Data

Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi:

1. Siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang berupa informasi

mengenai keaktivan belajar siswa sebelum dilakukan tindakan.

2. Siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang berupa informasi

mengenai keaktivan dan nilai tes hasil belajar siswa saat model

pembelajaran terprogram tipe linier diaplikasikan.

3. Dokumen atau arsip, yaitu bahan tertulis / benda yang berkaitan dengan

suatu peristiwa atau aktivitas tetentu (Sutopo, 2006 : 61). Dokumen yang

digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini antara lain berupa

kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Silabus, buku penilaian,

dan buku ajar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengambilan data yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Sedangkan Arikunto (1995:27) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan

dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara

sistematis. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menukur keaktivan

belajar siswa pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Metode observasi

yang dipilih adalah observasi sistematik, “observasi sistematik yaitu observasi

dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematik dan sudah

diatur menurut kategorinya (Arikunto, 1995 : 28).

Dalam penelitian ini keaktivan belajar yang diukur yaitu meliputi tingkat

Gambar

Gambar 1. Skema pembelajaran teks terprogram tipe linier.......................................
Gambar1. Skema Pembelajaran Teks Terprogram Tipe Linier
Tabel 1. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terprogram Tipe Linier
Tabel 3. Contoh  Model Pembelajaran Terprogram Tipe Linier
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas guru dalam pembelajaran model kooperatif tipe think pair share dengan menggunakan peta konsep pada siklus I secara keseluruhan mendapat nilai rata-rata

2015 dengan membawa dokumen asli yang sesuai dengan yang saudara uploud pada SPSE dan apabila tidak hadir peserta dianggap mengundurkan diri, yang akan dilaksanakan pada :..

Memandangkan kajian ini yang lebih spasefik terhadap otot tangan menerusi latihan bebanan, pengkaji telah menjadikan ujian 25 meter speed swimm sebagai kayu ukur dalam

Terhadap calon penyedia yang mendaftar pada paket Pengadaan Makan Satwa K-9 Dit Sabhara Polda Sumsel Ta.2015, tidak ada yang mengupload / memasukan penawaran sehingga

According to Buku Panduan Akademik (2011), those courses are Speaking I, Speaking II, Critical Listening and Speaking I, Critical Listening and Speaking II, and Public

Sedangkan dari sisi mediasi, dalam konteks UMKM hasil penelitian ini juga mendukung penelitian hasil penelitian ini memperkuat pernyataan Newbert et al., (2008) bahwa

Tujuan yang ingin dicapai dengan perancangan Rumah Singgah Penderita kanker Leukemia di Yogyakarta ini adalah terwujudnya bangunan yang mampu membantu menyediakan

Kemudian dalam penelitian Qoyum (2009), disebutkan bahwa tidak ada perbedaan secara nyata kinerja obligasi syariah dan obligasi konvensional dilihat dari Yield to Maturity